Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY my little sins

Menunggu dosa-dosa yang lain....
 
Minta rate nya lha 1-10 gimana critanya. jadi ntar gw punya takaran nih cerita udah bagus apa belom
 
Marathon baca, gue kasih rate 7.5 lah, liat kelanjutan nya dlu, we expected more from you dude
 
BAB 5​


Hari minggu pagi.....

Kulihat tubuh polos Ve masih memelukku erat. Tangan lembutnya masih melingkar di dadaku.

Kulihat jam dinding, waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi.

Sudah daritadi seharusnya aku memulai aktivitas.

"Ve.... Veranda...." ucapku membangunkan Ve.

"Hhhmm?"

"Dah pagi nih bangun ayok"

"Iya ntaran Van masi cape"

"Yaudah aku turun duluan deh"

"Jangan.... Ntaran aja..." ucap Ve sambil mengelus elus batang kemaluanku.

"Bilangnya cape tapi nantang..."

"Ih apaan orang aku cuma ngelus ngelus"

"Pokoknya kalo sampe bangun kamu tanggung jawab"

"Iya gampang...."

Kini tubuhnya perlahan masuk dalam selimut dan mulai turun kebawah menuju kemaluanku.

"Sssssshhhhhhh Ve udah ah...."

Kurasakan hangat dan basah. Ve begitu pintar memainkan mulut dan lidahnya.

"Mmmhhhhh ah Van dah bangun nih udah ya?"

"eh no no... Selesain apa yang kamu mulai"

"Hehe iya deh" ucap Ve sambil mencium sekilas ujung penisku lalu ia melanjutkan kulumannya.

"Aaaakkkhhhh Vee enak banget sumpaahh"

Mendengar kata kata dariku sepertinya menambah semangat Ve untuk membuatku lemas pagi ini.

"Ssshhhhh aakkkhh Ve kamu emang jag.... ZARA!!!"

Oke ini tidak bagus.

"Kakak kenapa? ._." ucap Zara kebingungan.

"eh.... Gak papa kakak cuma ngigau tadi hehe"

"Mana ada. Orang aku lihat kakak dah bangun daritadi"

oke sepertinya Zara telah melihat kami dari tadi.

"Ehehe iya sih tapi kakak gak papa kok beneran deh."

"Itu yang di dalem selimut kak Ve?"

"Eh........ Iya"

"Kak Ve ngapain disitu?"

"Lagi sembunyi"

"Sembunyi kenapa?"

"Soalnya........ Soalnya dia lagi telanjang"

"Telanjang?!" tanya Zara terkejut.

Oke aku salah berbicara.

"oke tunggu dulu..... Kakak sekarang juga gak pake baju trus barusan kakak bilang kalo kak Ve telanjang......"

"KALIAN NGAPAIN?!?!"

"ehehehe....."

"KAK, KAMU AKU BILANGIN PAPA KE LHO!!" ancam Zara.

"gak usah lha.... Zara kan baik ntar kakak beliin sepatu lagi deh ya? Ya?"

"Hhhmm......"

"Beneran lho ya?" lanjutnya.

"Iya zara...."

"Yaudah. Kakak buruan turun sarapan sana"

"Trus buat kak Ve.... Kalo di ajakin kakak ivan gitu lagi jangan mau"

"mana ada kakak yang ngajak. Orang kemarin malem malah Ve yang ngajakin"

"AAHHHH IYA VE IYA MAAP!" teriakku saat Ve dengan tiba tiba mencubit pahaku.

"yaudah terserah pokoknya buruan turun kebawah aku tungguin."

"Iya sayang iya..."

Zara pun meninggalkan kami berdua.

"IVAN!! NAPA KAMU CERITA SIH KE ZARA!!" ucap Ve tiba tiba muncul dari dalam selimut.

"ya mau gimana lagi Ve"

"Ya kan bohongin dikit bisa"

"Aku gak bisa bohong kalo ke zara."

"Yaudah ayok buruan turun. Keburu ngomel ngomel lagi ntar si Zara"

"Iya iya...."

Kamipun memakai pakaian kami. Dan bersiap untuk turun ke ruang makan.

~~~~~~

Seperti kemarin malam. Suasana meja makan terlihat sepi dan canggung.

Kulihat Ve yang masih malu dan tak enak hati dengan Zara.

Dan Zara yang sepertinya masih fokus dengan sarapan dan ponsel genggamnya.

"Kak....."

"Napa?"

"Aku kangen mama...."

"kamu masih sekolah ntar aja kalo dah liburan kita pulang."

"ijinin aja ke guru aku...."

"Yaudah yaudah ntar kakak urusin. Dah abisin sarapanmu"

"beneran lho kak...."

"Iya Zara... Bawel ah lama lama kakak cium nih"

"Ih gak mau masi ada bekasnya kak Ve."

"ehhhh!!! Bilang apa kamu tadi?!"

"Hehehe canda kak. Love you" ucap Zara yang tiba tiba menghampiriku dan mencium pipi sebelah kananku.

Zara pun langsung berlari pergi menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.

~~~~~~~~

Hari ini begitu berjalan sangat lambat. Kini aku sedang bersantai dengan Ve di ruang tengah.

Ia yang sedari tadi duduk berselonjor di pangkuanku masih begitu nyaman menonton acara di televisi dan tak memperdulikan pahaku yang sudah mulai mati rasa.

Namun biarlah toh... Kami sudah jarang menghabiskan waktu seperti ini.

"Van kamu mau berangkat kapan emang sama Zara?"

"Berangkat kemana?"

"Lha masa lupa sih... Kan tadi Zara ngajakin kamu pulang ke russia"

"Oh... Yang itu."

"Tau deh..."

"Ih kok gak tau"

"ya kalo kerjaan sih emang lagi kosong. Ya.... ada sih rapat 1-2 kali cuma masih bisa di handle sama anak anak"

"trus napa masih gak tau kapan berangkat?"

"Bukannya gak tau Ve.... Cuman.... Jujur aku males ketemu papa."

"Hhhmmm.... Kamu masih nggak bisa maafin dia ya?"

"Ya... Kalo Maafin oke lha. Semua orang juga pernah buat salah."

"Tapi yang aku gak suka dari orang itu sifat selfish nya dia tuh tinggi."

"Sekali kali kek dia yang nemuin kita kesini toh sekarang dia juga udah nggak megang perusahaan tinggal ngabisin duit aja kerjaannya"

"Gitu aja aku sama Zara udah seneng"

"Yang paling parah itu dulu. Bayangin anak perempuannya lagi ulang tahun dan dia nggak ngirim apa apa ke Zara."

"Ucapan selamat ulang tahun pun enggak"

"Pas aku tanyain ke sekretarisnya kenapa papa gak bisa dateng"

"Pertama aku kira okelah kalo dia sakit"

"pas aku tanyain kamu tau apa jawaban sekretarisnya?"

Ve hanya menggeleng dan memilih lebih fokus mendengarkan ceritaku.

"Dia lagi di italia sama istri muda nya."

"Apa nggak keterlaluan orang kaya gitu!"

"Jadi aku pikir keknya dia dah nggak nganggep aku sama Zara."

"Kalo aku Ve... Jujur aku dah gak butuh sama dia"

"tapi kalau zara.... Gak mungkin dia dari umur segini udah hidup tanpa orang tua"

"Dan aku gak mau."

"Aku gak mau Zara kaya aku Ve."

"Hidup gak jelas.... Gak punya semangat, gak ada yang ngasih tau mana yang bener mana yang salah"

"Jujur. Waktu itu aku ngerasa beruntung banget bisa ketemu sama kamu."

"Dan sebenernya aku nggak bisa ngerawat Zara sendirian."

"Kamu lihat sendiri kan kemarin aku sama Zara gimana pas aku ajakin dia pulang"

"Iya... Iya..." ucap Ve.

"kamu tenang aja.... Masih ada aku" ucap Ve sambil mengelus kedua tanganku.

"Iya... makasih banyak Ve"

~~~~~~~~~

6 hari berlalu.

"Kaaaakkk ayo cepetan!!"

"Iya iya bawel ah"

"ih kakak sih daritadi lelet"

"Heh kamu dah pamit ke kak Ve belum? Main masuk mobil aja"

"Lho kak Ve nggak ikut?"

"kapan kapan aja ya" ucap Ve dengan senyuman khasnya.

"Yaaahhhh padahal kak Ve mau aku ajakin bikin snowman bareng trus kita naik kuda berdua belum lagi ntar kalo ke pondoknya papa di gunung disana banya....."

"Dah ayok berangkat seatbeltnya buruan di pake" potongku.

"Ve aku titip rumah ya kalo mau pake mobil bawa aja gak papa kalo butuh apa apa minta tolong aja ke bibi kalo butuh uang ada di berangkas"

"Oke siap"

"Passwordnya hafal kan?"

"Hafal dong"

"Oke deh duluan ya"

"Dadaaa ti ati...."

Kami pun meninggalkan rumah dan pergi menuju airport.

Untungnya aku sudah mempunyai pesawat pribadi. Karena terkadang jadwal pekerjaan di luar negri yang mendesak, menuntutku harus siap kapanpun.

"Pesawatnya udah siap?" tanyaku kepada salah satu bodyguard.

"Sudah tuan."

"Yaudah kalo gitu"

Ku tutup sekat antara jok penumpang belakang dan sopir di depan.

"dek...."

"Hm?"

"Napa kamu tiba tiba pengen pulang?"

"Hhhmm..... aku kangen mama kak. Trus aku juga udah lama gak pulang"

"Hhhmm sama kakak juga" ucapku yang kemudian kupeluk erat tubuh kecilnya.

"Zara...."

"Hhmm?"

"Kita kan dah nggak punya mama.. trus kamu juga tau sendiri kan papa orangnya gimana?"

"Iya...."

"Jadi kamu harus sadar kamu cuma punya kakak. Kakak juga gitu cuma punya kamu aja"

"Kita harus saling jaga satu sama lain dan saling support oke?"

"Kamu juga jangan kebanyakan rewel kakak juga sibuk punya kerjaan toh hasilnya juga buat kamu"

"Iya kak pokoknya Zara tetep sayang sama kakak" balas Zara yang kemudian dibareng dengan pelukannya.

Tak lama kemudian ia tertidur. Sebaiknya aku menghubungi ayahku bahwa kami akan pulang.

"halo pa...."


"Halo napa van?"


"Aku sama Zara mau pulang."


"Lha..... Ngapain?"


"Zara kangen sama mama"


"Yaudah tapi kayaknya papa gak bisa nemuin kalian"


"Yaudah terserah."


"papa sekarang lagi dimana emang?" lanjutku.


"lagi di Inggris. Ada urusan bentar"


"Hm. Yaudah."

kumatikan sambungan telfon secara sepihak.

ku usap pipi lembut Zara. Dia gadis yang kuat. Setelah semua apa yang kami alami bersama. Aku harap ia akan tumbuh menjadi wanita yang tangguh. Persis seperti ibunya.

~~~~~~~~

Hawa dingin moskow menyambut kami. Beserta dengan beberapa iring iringan mobil yang dikirim dari rumah untuk menjemput kami.

"Haahhhhh akhirnya pulang" ucap zara lega.

"Ayo buruan masuk mobil" perintahku.

Perjalanan kami hanya di isi oleh ocehan Zara yang ingin sekali menunggangi kudanya yang sudah ia punya mulai dari umur 7 tahun.

Namun kenyataannya kuda itu telah mati beberapa bulan lalu.

Aku masih tak tahu bagaimana aku mengatakannya kepada Zara.

Lebih baik aku istirahat.

~~~~~~~

2 jam kami menempuh perjalanan dari bandara ke rumah.

rumah kami terletak sedikit agak jauh dari pusat kota. Seperti para "pengusaha" lainnya.

Ayah kami memilih untuk tinggal agak berjauhan dengan kota.

Ya... Mungkin karena satu dan lain hal.

Rerimbunan pohon pinus yang ditutupi salju menyambut kami berdua yang kini telah tiba di tempat yang kami sebut 'rumah'.

"Sudah sampai tuan."

"Iya"

"Hhhmmm kecapean keknya si Zara." ku gendong tubuhnya keluar dari mobil.

"Saya bantu tuan"

"Nggak usah. Mending kami bawa koper yang di belakang." perintahku.

"Siap tuan."

Ku berhenti sejenak dan memandangi rumah yang menyimpan banyak cerita bagiku, Zara dan ibuku.

Dirumah ini lah tuhan memberiku sebuah 'hadiah' yang bahkan aku rela menukar nyawaku untuknya.

Ya... Hadiah itu adalah adik kecilku ini.

Dan di tempat inilah tuhan mengambil salah satu anugrah paling indah dalam hidupku.

Ya.... ibuku meninggal dirumah ini. Dan makamnya pun tak jauh dari sini.

Makam itu terletak di atas bukit yang masih masuk dalam kawasan rumah kami.

dari sini dapat kulihat bukit itu. Terlihat sangat damai di atas sana.



"Ma aku pulang...."

"Zara kangen mama...."

"Ivan juga kangen sama mama...."

"Besok kita ketemu ya ma..."

Senyuman tipis terukir di bibirku. Entah darimana rasa bahagia ini muncul.

Namun aku merasa meskipun kini ia telah tiada. Namun ia selalu dan pasti akan terus membimbing dan melindungi kami dari atas sana.

Ku langkahkan kakiku ke dalam.

Karpet merah, meja marmer, vas bunga antik, lukisan lukisan kuno, dua anak tangga besar di sisi kiri dan kanan menyambut kedatangan kami di rumah.

"lho Ivan sama zara dah dateng!"

"Halo te..."

"Kapan sampainya??"

"barusan kok te."

"eh itu Zara nya buruan taruh kamar aja kasian kayaknya kliatan cape gitu"

"Iya te...."

~~~~~~~

Kini aku berdiri memandangi pemandangan yang mungkin kalo boleh di bilang yang terbaik di russia.

Bukannya sombong aku hanya memberitahu. karena lahan ini semua kepunyaan ayahku yang menurutku tidak begitu pantas jika diriku yang harus bersikap sombong.

Hutan pinus, salju putih, danau yang membeku.

"Van....."

"Eh iya te, ada apa?"

"Nggak papa..." ucapnya lalu berdiri di sebelahku.

"Kamu dah gede ya sekarang"

"Hehe iya lha te masa kecil terus" candaku.

"Kamu nih bisa aja"

Lalu hening di antara kami.

"kemarin papamu bilang kalo Zara kangen sama mamamu..." Ucapnya membuka obrolan kembali.

"Iya te..."

"Kalo kamu?"

"Ya.... Yang pasti sama te."

"Ya kamu yang sabar aja..." balasnya sambil mengelus punggungku.

"Iya te, toh mama perginya juga udah dari dulu jadi juga udah agak biasa. Tapi ya gitu kadang kadang masi suka kangen sama mama."

"gak papa namanya juga anaknya"

"Tante juga kadang kadang kangen sama dia...."

"Dia.... Dia kakak yang baik"

"Persis kaya kamu ke zara."

"Hehehe iya te" ucapku malu malu.

"Tante sekarang tinggal di rumah sini?"

"Enggak lha.... Cuma kemarin papamu bilang kalo kamu sama zara kesini yaudah tante kesini juga soalnya kan papamu lagi ada kepentingan yang lain jadi gak bisa nemuin kalian"

"Iya te gak papa. Kami emang gak begitu penting kalo sama urusan urusannya papa."

Eh.... Bukan gitu maksud tante Ivan..."

"Udah te gak papa gak perlu di jelasin lagi. Toh kami kesini cuma mau ke mama. Makasih banyak juga buat tante yang udah mau ngeluangin waktu buat saya sama zara."


Lalu keheningan datang kembali.


"Tante shania...."


"Iya Van?"


"kenapa tante gak pulang aja ke indo?"


"Hhhhmmm sebenernya tante pernah mikir buat balik lagi...."


"Toh tante juga udah gak ada apa apa disini."

"Cuman... Tante udah janji ke kinal.... Buat temenin dia disini."


"tapi kan..... Mama udah nggak ada te"


"Janji tetaplah janji Ivan..."


"Iya te Ivan paham."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd