Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Suster Baru

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Suster Baru - 2




"Ahh... Ahh... Den! Lebihhh ahhh cepat ahh!"

Aku terus memaju-mundurkan tubuhku saat Suster Tita mendesah seperti orang kesetanan. Pantatnya aku remas kuat-kuat membuatku juga semakin cepat menyodokkan penisku ke lubang vagina Suster Tita. Dengan posisi doggy style aku masih bisa meremas kedua payudara Suster Tita yang menggoda.

"Ahh.. Sus.. Memek suster... Ahh.. Sempit... Ahh banget ahh ahhh!"

Aku turus memompa tubuhku dalam-dalam dan membuat penisku masuk lebih dalam ke lubang vagina Suster Tita hingga aku bisa merasakan ujung penisku mengenai dinding rahim Suster Tita.

"Ahhh.... Dennn.. Enakk... Ahhh... Suster aahhh.. Ahhhh... Nggak kuat.... Ahhh...ahhh."

Aku merasa penisku diremas-remas oleh vagian Suster Tita membuatku semakin bernafsu untuk mempercepat sodokan penisku ke lubang surgawi itu. Sesekali aku mengelus-elus perut buncit Suster Tita yang semakin membuatku bernafsu.

"Dennn... Ahhh.. Ahh... Susssster... Ahhh... Nggak kuat... Ahhhhhh! Suster pipis, Den! Ahhhhhhhhhh!"

"Criittt.... Criiitt.... Criiit.. Critttt... Critttt... Ahhhhhh."

Aku bisa merasakan tubuh Suster Tita bergetar hebat dan hampir saja ambruk jika kedua tanganku tidak menahannya. Cairan hangat Suster Tita yang keluar membasahi penisku, mempermudah penisku untuk keluar masuk di lubang vagina Suster Tita.

"Ahhhh... Denn... Ahhh... Suss... Ahhh udah... Ahh... Nghhh... Aahhh ... Nggak kuat.... Ahhh."

Aku mempercepat sodokan saat akan mencapai orgaseme, berkali-kali aku merasakan penisku berkedut-kedut siap menghujani Suster Tita dengan spermaku.

"Ahhh... Ahhh... Sus... Sussster.. Akuu..ahhh... Ahhh.. Mau... Kelua------"

"SAYUR! SAYURRRRRR!"

Aku tersentak kaget dan langsung membuka mataku lebar-lebar saat mendengar suara keras yang berasal dari luar rumah. Dengan menghembuskan nafas kesal aku mengusap-usap wajahku kesal karena suara itu.

Serasa nyawaku sudah terkumpul semua, akhirnya aku mulai bangkit dari kasurku untuk melihat siapa dalang dibalik hancurnya mimpiku.

Tapi, saat aku hendak melangkahkan kaki ke arah jendela kamar, aku merasakan bagian pahaku sedikit lengket dan basah.

"Astaga sampe kebawa mimpi basah!"

Perlahan aku membuka sedikit celana boxerku dan melihat cairan putih bening kental memenuhi sekitar area pangkal paha. Aku juga bisa melihat penisku yang masih menegang, karena memang aku tidak menggunakan celana dalam.

Aku kembali melanjutkan langkahku menuju jendela kamar. Dengan perlahan aku membuka jendela kaca itu dan langsung dihadapkan dengan matahari yang begitu terik. Memang jam berapa, sih?! Kok Suster Tita tidak membangu----

"SAYUR SAYURRRRR!"

Astaga!

Aku kembali mengelus dadaku terkejut saat mendengar suara keras itu lagi. Sebanarnya aku sudah bisa menebak siapa itu, ia adalah Tono Si Tukang Sayur sialan.

Bukan, bukan karena pekerjaanya. Asalkan pekerjaanya tidak merugikan orang lain, itu tidak masalah. Tapi, itu semua kerena tingkahnya yang sudah seperti Penjahat Kelamin.

Lihatlah sekarang, dari atas jendela kamarku yang berada di lantai dua. Aku bisa melihat Si Tukang Sayur sialan itu sedang memandangi Mpok Dila yang menggunakan daster, tatapan mesum itu tertuju pada kancingnya yang terbuka sehingga belahan dadanya sedikit terlihat.

Matanya Si Tono itu melotot, bahkan sekarang aku bisa melihat ia mulai mendekati Mpok Dila. Pura-pura membantu mengambilkan sayur-sayur yang diinginkan wanita itu dan seperti tidak sengaja ia mengelus tangan Mpok Dila yang cukup mulus.

Aku sedikit menahan tawaku saat melihat Si Tono sialan itu meneguk beberapa kali ludahnya saat matanya melihat kedua payudara Mpok Dila yang bergoyang-goyang saat hendak memilih sayuran. Wanita itu cukup gesit.

"Belum lihat Suster Tita aja, Si Tono," ejekku saat hendak menutup jendela kamar. Tapi, tunggu! Mataku beralih pada seorang perempuan yang baru saja keluar dari pintu rumahku.

Lalu tatapanku beralih ke arah Si Tono yang kini memelototkan matanya lebih lebar saat perempuan itu menghampiri Si Tono, eh, Bukan-bukan! Tapi, gerobak sayur Si Tono.

"Tunggu-tunggu, itukan mirip.... SUSTER TITA!"

Dari sini aku bisa melihat Suster Tita yang sedang memilih-milih sayur seperti biasa. Tapi, tentu saja Si Penjahat Kalamin itu masih menatap Suster Tita dengan pandangan nafsu.

Suster Tita yang sedang menggunakan daster selutut, menampkan kakinya yang putih dan mulus. Lalu lengan daster itu yang hanya sebahu, tentu memperlihatkan lengan halus milik Suster Tita. Dan, satu lagi. Walau Suster Tita tidak menampkan belahan dadanya seperti Mpok Dila, tapi lelaki manapun pasti akan langsung memusatkan ke arah payudara Suster Tita yang begitu membengkak karena kahamilannya.

"Kenapa Suster Tita beli disitu, sih!" kesalku.

Dan betapa kesalnya aku saat melihat Si Tono itu memegang lengan Suster Tita. "Ah, shit!" Walau hanyak seperkian detik karena karena Suster Tita langsung melepasnya.

Dengan sedikit membanting jendela, aku berjalan menuju pintu kamarku untuk segera turun ke bawah. Dengan sedikit tergesa, aku turun menggunakan tangga. Tapi, baru saja aku menginjakkan kaki di anak tangga terakhir suara Suster Tita menyapaku.

"Dean Sean udah bangun?"

Aku menatap Suster Tita tapi tak menjawab pertanyaanya karena aku benar-benar kesal. Dengan langkah dihentak-hentak, aku berjalan menuju dapur.

"Den, Den Sean kenapa nggak pertanyaan, Suster?" tanya Suster Tita berjalan membututi hingga kedapur. Sedikit aku kasian melihat Suster Tita mengejarku sambil memegangi perutnya.

"Den, Den," panggil Suster Tita tapi aku malah menyibukan diri sambil meminum susu coklat yang ada di atas kithcen bar.

"Apa, apa, Den Sean nyesel?" tanya Suster Tita membuat aku membalikan tubuhku saat setelah meneguk susu coklatnya habis.

Aku bisa melihat Suster Tita yang menunduk sambil mengelus perutnya dengan kasih sayang. Bisa aku tebak anak yang ada didalam kandungan Suster Tita akan mendapatkan kasih sayang yang begitu besar, bahkan sebelum lahir.

Satu tetes air mata membasahi pipi Suster Tita membuat hatiku mencelos. "Apa-apa bener Den Sean nyese?" tanyanya lirih.

"Apa bener Den Sean nyesel karena udah nyusu sama Suster yang cuman orang kampung, yang cuman jadi hikss.... Pembantu. Apa Den Sean nye----"

Aku tidak mau mendengarkan ucapan itu dari mulut Suster Tita. Dengan cepat aku mendekap Suster Tita kedalam pelukan, lalu dengan kesadaran penuh aku mencium bibir Suster Tita.

Ya, benar-benar mencium.

Aku juga bisa merasakan bola mata Suster Tita yang membulat. Saat ia hendak melepaskan tubuhnya, aku malah mengeratkan pelukan. Kutekan leher belakangnya sehingga aku bisa memperdalam ciumanku.

Manis, lezat dan luar biasa. Aku terus memperdalam ciumanku, seperti candu yang begitu memabukan. Lidahku masuk dengan perlahan, mengabseni gigi-gigi Suster Tita. Saat aku merasakan lidah Suster Tita mulai nakal, membelit balik lidahku. Aku tersenyum.

"Nghhhh, Den...."

"Aku sayang Suster Tita."

Aku semakin merengkuh tubuh Suster Tita. Tidak terlalu kencang karena akan membahayakan kehamilanya. Saat aku merasa Suster Tita tidak akan menolak, tanganku mulai bergarak menyusup masuk kedalam daster Suster Tita.

Tanganku perlahan mengelus tubuh Suster Tita. Dari mulai pahanya, lalu perlahan mulai merangkak naik hingga sampai pada dua gundukan Suster Tita yang memabukan.

"Nghhhh...."

Suster Tita mendesah saat aku memperdalam ciumanku bertepatan dengan salah satu payudara yang masih terbungkus bra aku remas dengan lembut.

"Den, nghhh.... Ahhh...., Den. Suss... Ahhh. ... Suster lemas... Ngghhhh..... Ahhh... Den."

Tubuh Suster Tita sedikit bergetar saat lidahku turun ke lehernya. Menjilati leher putih mulus itu sesekali menggegitnya kecil. "Dennnn... Ahhh."

Aku menghentikan askiku, lalu saat hendak membawa Suster Tita untuk duduk di kursi. Kakiku tak tersengaja terpeleset menginjak sesuatu.

Brukkk....

"Awsh!"

"Den Sean kenapa?!" tanya Suster Tita panik. Aku menggeleng tidak apa-apa, tapi saat hendak menangkat tubuhku rasanya begitu sakit.

"Nggak kenapa-napa, Sus." Aku mengelus kakiku yang sedikit memberu. "Suster ngggak ikut jatuh juga kan?" tanyaku ikut khawatir.

Suster Tita tersenyum. Membuatku sedikit menghela nafas lega. "Nggak papa, Den. Malahan Den Sean yang harus bibi khawatirin. Suster minta maaf ya, Den."

"Bukan salah Suster kok, jadi nggak papa."

"Ini harus Suster urut, Den. Baru nanti mandi, habis itu sarapan."

Aku menggeleng. "Kayaknya mandi nggak, deh, Sus. Soalnya kaki Dean susah buat berdiri."

"Tenang, Den. Mandinya nanti Suster bantu, sekalian juga Suster mandi."

Mandi sama Suster Tita?! Batinku.




-----------------------


NOTE PENTING :
Sebelumnya gw minta maaf karena bikin tokohnya underage. Tapi, karena udah dari awal mindsetnya si tokoh anak remaja yang labil. Jadi nanti kalo umur sama sifat tokoh nggak sesuai, maklumin ya, gan. Sean masih kayak anak manja dan labil. Tetap.
Nanti jangan ada yang protes ya, karena umur dan sifat nggak sesuai.
Sorry sekali lagi. Makasih.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Lanjut suster... Ayo udah sore, saatnya kita mandi..



#buru2lepaskolor
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd