Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tante Lis - Bite The Bullet

apakah saya lebih baik meneruskan sekuel ?

  • Tante Lis

  • Fanne

  • menulis sekuel lain


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.

AforP

Adik Semprot
Daftar
30 Dec 2015
Post
131
Like diterima
801
Bimabet
Ini cerita panas pertama saya! Saran yang membangun sangat diharapkan di sini atau PM.
Silakan disalin, diedit, atau disebarluaskan, namun tolong hargai kerja keras penulis dengan sertakan author asli:
"AforP"

Apakah saya perlu menuliskan sekuel lain?
Jika Iya, sekuel apa yang Anda minati? Tante Lis, Fanne, atau kisah lain?

Mohon partisipasi jawaban Anda :)

Thanks!


* * * * *​

“Sudah dibilangin kalau ke rumah ini langsung masuk aja, toh kamu bawa kunci kan? Anggap aja rumah sendiri,” ucap Tante Lis dengan tegas meski nadanya lembut.
Dito terdiam. Tangannya lelah mengetuk pintu. Bagaimanapun ia masih sungkan untuk masuk ke rumah produksi ini meskipun ia kini berstatus “karyawan paruh waktu” di usaha rumahan Tante Lis. Pasalnya Fanne, putri pertama Tante Lis, adalah mantan kekasihnya ketika masih berseragam putih abu-abu. Dito makin sungkan karena Tante Lis yang tinggal di sebelah rumah produksi harus membukakan pintu sebagai akibat dari rasa sungkan Dito.

“Kalau mau belanja, ambil duitnya di sini,” Tante Lis menunjuk sebuah meja yang letaknya tak jauh dari pintu, “kalau belanjaannya ditaruh di dapur belakang aja.”
“He em tante, emm, Fanne belum pulang ya tante?” Dito berusaha mengalihkan topik untuk mengurangi rasa bersalahnya
“Belum,” jawab Lis singkat, menandakan Dito sesegera mungkin lekas menunaikan tugasnya.

* * *​

Semua keperluan produksi sudah dibeli oleh Dito. Tidak banyak, karena stok bahan mentah beberapa masih ada. Kalau bukan karena Fanne, gue ga akan mau bantu beginian, pikir Dito. Sarjana industri pangan yang berusia 24 tahun ini memutuskan untuk menjadi karyawan paruh waktu selama waktu senggangnya sebelum mulai bekerja bulan depan. Besarnya gaji bukan pertimbangan utama. Faktor pertama adalah waktu. Alur produksi bisnis roti dan jajanan pasar ini cukup sederhana, siang-sore beli bahan, dini hari proses produksi, pagi hari proses penjualan. Dan Dito hanya membantu di proses pembelian stok dan penjualan saja. Sisanya dikerjakan karyawan Tante Lis lainnya.

Faktor kedua, Fanne. Ya, Fanne. Gadis molek mantan terindah Dito yang mencampakkannya tanpa sebab yang tidak Dito ketahui. Seangkatan saat SMA, namun angkatan kuliahnya di bawah Dito karena sempat pindah jurusan. Dengan kulit putih mulus turunan dari ayahnya, rambut hitam indah terurai (mungkin) dari ibunya, kedua mata yang “besar”, tinggi 160 cm dan ukuran 34B membuat Fanne tampak mungil menggemaskan. Banyak pihak yang menginginkan Fanne meng-endorse produk mereka karena postur yang mirip model professional, namun ia tak banyak menggubris.

Sebagai lelaki ditinggal tanpa alasan masuk akal, Dito berusaha move on dari Fanne setelah mereka berpisah. Menghapus kenangan. Gagal. Fanne adalah makhluk terindah yang pernah jadi pasangan memadu kasih bagi Dito sehingga tak mampu melupakannya. Ditambah rumah Fanne yang hanya berbeda gang dengan tempat Dito kos selama ini dan hubungan dengan Tante Lis serta suaminya yang baik padanya selama ini, mustahil untuk melupakannya. Kini ia seperti laba-laba yang menebar jaring. Jikalau Fanne, sang mangsa, terpuruk dalam kesendiriannya kelak maka Dito akan datang kemudian menawarkan hubungan yang lebih serius. Dan salah satu jaring yang ia pasang adalah cara ia bersikap pada orangtua Fanne, berusaha terlihat baik dan sopan. Fanne? Ekonomi yang mapan membuatnya tak perlu berpikir rumit.

* * *​

“Sungkan sih, tapi gimana lagi,” gumam Dito di depan pintu rumah produksi. Dirinya bimbang, namun ia tak mau menyusahkan Tante Lis lagi.
“Lho kok engga terkunci?” tanya Dito kepada dirinya sendiri setelah memasukkan kunci di dalam lubangnya. Mungkin tadi Tante Lis lupa ngunci, batinnya. Tanpa pikir panjang Dito langsung meneruskan tugasnya.

Bagian dalam rumah produksi sebenarnya cukup sederhana, masuk dari pintu maka ada sebuah meja tamu yang dikelilingi sofa untuk menerima tamu dan pesanan. Kemudian ada rak setinggi orang dewasa dengan lebar lebih dari satu meter untuk menutupi meja administrasi dan rak besi yang berisi surat penting dan data usaha Tante Lis. Kemudian ada dua buah kamar berukuran 3x4, satu digunakan tempat istirahat sang pemilik usaha, dan kamar setelahnya dibiarkan kosong. Sebuah kamar mandi terletak di pojok kiri rumah. Sedangkan bagian kanan rumah adalah jantung produksi usaha Tante Lis, mulai dari tempat penyimpanan bahan hingga alat penyimpan makanan. Dito berjalan menuju ruang di pojok kanan, pusat stok bahan mentah.

Ketika melangkah, Dito menyadari bahwa ruang istirahat juragan terbuka separuh. Palingan lupa ditutup, pikirnya tanpa ambil pusing. Ia hanya ingin kewajibannya lekas tuntas. Usai menaruh barang, Dito berjalan ke arah pintu. Ia baru sadar bahwa dirinya tak sendiri sedari tadi.

Di ruang istirahat, tergoleklah seorang wanita berambut panjang hitam legam yang tidak Dito kenal. Sang perempuan itu kemudian tengkurap sembari menunggingkan pantat ke arah pintu, tak sadar ada sepasang mata yang mengagumi setiap lekuk tubuhnya.

Yoga pants? Atau stocking? Benak Dito tak karuan melihat pemandangan yang tersaji di seberang matanya. Kondisi ruangan yang remang-remang membuatnya sulit mengindera identitas si perempuan yang dilanda nafsu syahwat. Perempuan yang sedang menungging itu tampak memainkan vagina dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kiri bertugas menopang tubuhnya. Kedua susu menggantung dengan indahnya.

“Uhh, Mas...enak. Sini, Mas. Ahh..,” perempuan itu melenguh lembut, mendesah di atas ranjang busa yang tampak elegan.
Tante Lis?? Dito menyadari pemilik suara yang sarat nafsu, ternyata adalah atasan dan orangtua mantannya, namun tak berani mengambil tindakan apapun.
“He-emphh, uhh, yaaahh,” tampak Tante Lis memainkan klitorisnya, memacu kenikmatan tanpa menghiraukan keadaan sekitar.

Tak mungkin dia ini hampir 45 tahun! Dito takjub dengan body sekel Tante Lis. Rambut yang biasanya dikurung jilbab ternyata terjuntai hitam mempesona, tak terlihat rambut putih khas paruh baya yang menua. Pantatnya yang menungging tampak kencang dan penuh, membentuk bulatan indah yang menggoda untuk diremas ataupun ditampar. Pinggulnya pun kecil, kencang dan mempesona, tak terlihat adanya gumpalan lemak di bawah pakaian hitam ketatnya yang melingkupi tubuh cantiknya. Sayang dua gunung indah Tante Lis tak bisa dijabarkan keindahannya, tertutup anggota tubuh lainnya. This is the main reason why Fanne always looks stunning yet captivating!

Dito melirik ke arah pintu rumah, belum tertutup sempurna berarti gue bisa cabut sewaktu-waktu toh tante ga nyadar. Sebagai lelaki yang tak banyak berinteraksi dengan wanita, ini adalah kesempatan langka untuk melihat perempuan menstimulasi diri secara live. Dito mulai mengendurkan ikat pinggangnya, membuat ruang agar tangannya dapat menelusup meremas sang senjata.

“Sssshh,” Tante Lis terus mengobel vagina yang tampaknya mulai basah. Pantat dan pinggulnya meliuk-liuk dengan sensual. Dito merasakan ada benda yang memberontak di bawah sana, ingin menyeruak menerkam mangsa yang menyajikan diri di hadapan jaring laba-laba. Tante Lis yang sepertinya keenakan tersebut mulai menggoyangkan pantatnya ke depan dan ke belakang, sesekali ritmenya tertahan. Efek terpaan gelombang kenikmatan.

“Yesss,” jari tengah Tante Lis menusuk liang kenikmatannya, menghasilkan setruman ringan ke sekujur badan. Ia memejamkan mata selagi jemari mengobok sang liang surgawi. Ia tarik, tampak jarinya berkilau terbasuh cairan bening nan lengket. “Uhh, genap tiga puluh hari nih,” gumamnya merutuk sang suami yang sedang mengembangkan outlet di pulau seberang. Tante Lis menelentangkan tubuhnya, mengganti gaya. Tak dinyana, ia melihat sesosok lelaki yang terpejam meremasi batang kemaluannya dari dalam celana jeans. Dito!

* * *​
 
Terakhir diubah:
* * *​

"Dito!" jerit Tante Lis, bergidik kaget. Jantungnya berdegup kencang. Sudah berapa lama dia di sana?? Pikirannya kalut, rasa mual menyerang perutnya. Tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Yang dibentak tak kalah kaget, tangan yang sudah terlanjur memegang senjata kemudian ia tarik sesegera mungkin. Kemudian terpana, me-reboot pikiran agar kembali dari alam fantasi.
"Keluar!" bentak Tante Lis, "sekarang!" kulitnya yang khas Indonesia, sawo matang namun cerah, tampak kontras dengan muka yang merona merah. Entah geram, malu, atau terangsang.

Opsi A : Ke luar; menjaga etika dan itikad baik namun mempertaruhkan image, nama baik, serta kesempatan meminang Fanne.

Opsi B : Terjang; mengambil alih situasi namun mengorbankan moral dan norma serta berisiko menghancurkan hubungan baik

Insting kejantanan Dito menyeruak, meluluh-lantakkan pembatas moral dan norma. Kalau akhirnya sama-sama buruk, lebih baik sekarang cari nikmatnya dulu kan? Just do it, think later! Dito melewati pintu yang setengah terbuka itu kemudian melompat ke atas kasur tempat Tante Lis memacu kenikmatan. Menerjang figur seksi yang mempesona akibat Kristal peluh di sekujur tubuh.

"Tante, maafin Dito!" Dito sertamerta menciumi bibir Tante Lis, memastikannya bungkam agar tak berteriak. Kedua kakinya menindih kedua kaki mangsanya agar tak bisa berontak. Kedua tangan Tante Lis dicengkeram erat di atas kepala korban dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya meremas bagian tubuh yang belum terdeskripsikan: bongkahan kenyal khas wanita punya.

"Umphf! Pfuuh!" Tante Lis terbelalak dengan tindakan "si anak manis" yang selama ini dia kenal. Ia meronta-ronta, menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Berusaha melepaskan bekapan bibir sang pemuda. Tante Lis tak mengira bahwa di balik postur Dito yang kurus dan tak jauh berbeda dengannya, tersimpan tenaga begitu kuat untuk mematikan gerakannya. "Puahh!"

"Hhmmppfft! Mmphhtt!" Tante Lis berusaha berteriak dan tubuh moleknya masih menggeliat sekuat tenaga. Bukannya gentar, Dito semakin bernafsu setelah merasakan si tante meliuk seksi. Terlebih lagi vagina tante bersinggungan dengan penisnya, rontaan wanita seksi ini hanya akan menambah kenikmatan seksual Dito. Ia pun mulai menggoyangkan "little bro" yang belum pernah berdampingan dengan milik perempuan sedekat ini. Tante Lis dengan pakaian tipisnya tak mampu menyembunyikan vagina yang mulai terhujam oleh benda asing. Teriakan berontaknya lama kelamaan pun berubah menjadi teriakan dan desahan, bimbang di antara kenikmatan yang mulai menggelora.

"Diam!" gantian Dito membentak majikannya.
"Shhah, hhah, hheh," bibir tante yang bebas secara reflek berusaha mengambil nafas.
Dito hanya ingin memastikan sang buruan bertekuk lutut bersedia mendengarkan penjelasannya. Jengah dengan usaha tante untuk berteriak, tangan kiri Dito tak lagi meraba susu Tante Lis. Kini ia mencekiknya. Sekuat tenaga.
"Ditt...too," rintih Tante Lis, ia menatap lelaki di depannya dengan penuh raut kengerian.
"Please...lepas..intan..lepas tante," kebutuhan oksigen mulai berontak, Tante Lis pun semakin lemas kehabisan nafas. Kepalanya tergolek lemah, bola matanya pun seakan terjungkal ke belakang.
"..***k...te..riak...jan...janji!"

Dito melepaskan cekikan di leher Tante Lis. Tante tersengal. Matanya membeliak saat menghirup udara yang sedari tadi ia rindukan. Ia merasa tenaga mulai kembali ke tubuhnya sejalan dengan nafasnya yang mulai teratur. "Kamu hampir bunuh tante tau?!"
"Maaf tante," ucap Dito datar, ia teringat sebuah adegan di film bokep yang mirip dengan situasi ini.
"Kamu bisa engg, GAAH! Ohh..," dua jari Dito, telunjuk dan tengah, dihujamkan sedemikian rupa ke dalam liang kewanitaan si tante: sesuai dengan adegan bokep.

"Aihhh....ja, jangan! Huooohhh," Dito mempercepat sodokan jemarinya di vagina Tante Lis. "Stoop, ohhh! Dit...bukan! Noohh!" Tante Lis yang sudah kepalang birahi berusaha menghentikan gerakan jari Dito yang mengobok-obok organ kewanitaannya dengan kasar, namun Dito tak mengurangi ritme kocokannya barang sedikit pun. Ia hanya berharap mangsanya takluk.
"DITTTOOO!" Tante Lis melolong panjang berusaha menyadarkan bocah yang terbuai pesona seksinya lekukan tubuh wanita paruh baya. Dan kini ia berhasil.

"Hah, hah, shah, hah," perempuan yang telah tunduk pada nafsu syahwat ini pun berusaha mengatur nafas sedikit demi sedikit, "Dito, ini baru pertama kah?"
Dito mengangguk. Jarinya masih terbenam di liang kenikmatan, pemiliknya masih dalam posisi tidur mengangkang.
Makanya main kasar gitu, amatiran. Bisa lecet memek gue. Tante Lis berusaha duduk. Enak sih, tapi gue susah dapetin kalo dikasarin. "Sini, Dito tiduran di kasur. Biar tante yang mulai."

Meski Tante Lis pernah bergumul dengan beberapa lelaki lain selain suaminya, tapi mereka semua paling tidak memiliki pengalaman memadu cinta. Sekali ini aja deh sama Dito, kangen kontol gue. Misua ga balik-balik sih, udah sebulan engga terjamah kan memek gue. Udah deh, sekali ini doang, dia tutup mulut dan gue yang ambil alih nanti. "Dito lepas celananya ya sayang," ucap Tante Lis manja. Ibarat kerbau dicocok hidungnya, Dito menurut saja.

Batang kejantanan Dito berukuran sedang, ukuran normal orang Indonesia. Tante Lis tak mempermasalahkan ukuran, baginya yang penting kontol, tegang, dan bisa digenjot. Targetnya pun kemudian digenggam lembut oleh Tante Lis dan diremas perlahan. Njirr, udah keluar cairan dia. Haha, sebegitu napsuinnya ya gue yang telanjang gini? Cupu, batin Tante Lis.

"Pernah dijilatin?" Dito menggeleng. "Yauda biarin tante jadi orang pertama yang memberikan kenikmatan duniawi ke Dito ya?" Dito mengangguk. Dito baru menyadari bahwa Tante Lis bukan memakai yoga pants ataupun legging. Lingerie! Dengan tipe bodystocking dan open-crotch, Dito yakin malaikat pun akan terbelalak matanya melihat keseksian juragan yang kesehariannya kalem dan bersahaja.

* * *​
 
Terakhir diubah:
:mantap: pindah ke cerbung aja suhu...
 
Wuihhh....pasang tenda ah, jangan lupa update ya suhu
 
Situasi dmn pasangan hampir mencapai klimaks - desahan, erangannya terasa merdu banget d telinga

Nice story gan - tetap lanjutkan :semangat:
 
pindah ke cerbung kayanya suhu, ni klo dilanjutin mantep kayanya :)

--

gaya penulisan udah enak dibaca, tinggal dilanjut adegannya

klo nubie prefer adegan yang bikin on itu sex scene kaya cerita suhu bramloser(mostly yg di cerita panas>sedarah) coba ditengok dulu suhu AforP

semoga menjadi tambahan inspirasi :beer:
 
seru.. lanjutkan suhu.. jadiin cerbung aja mantaf ini cerita nya.. :semangat:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd