Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT THE LUCKY BASTARD (RACEBANNON - REVIVAL)

Gak kebayang btnya dan marah nya Anggia .....
.... ;););) ...
Mudah mudahan pelampiasannya ssnya :semangat::semangat::semangat: ke aku ...
 
THE LUCKY BASTARD – PART 24

----------------------------------------

gino-f10.jpg

"Kesel gue" Anggia menatap tajam ke aku dan Rendy pagi itu. Kami berkumpul di balkon kamar utama. Semalam Anggia benar-benar rewel dan merajuk padaku untuk menemaninya tidur lagi, karena kegagalannya semalam. Aku dan Rendy saling lihat-lihatan. Muka kami entah antara kasihan padanya atau ingin tertawa. Anggia yang legendaris mendekati lelaki gay. Kalau seantero anak jurusan kami tahu, entah bagaimana jadinya.

"Tapi gw jadi takut euy" celetuk Rendy
"Takut apaan?" tanyaku
"Iya si Lucas kan gay... entar gue diapa-apain lagi"
"Ya kali Ren..."
"Serius men"
"Lo suka cewek kan Ren?" tanyaku lagi
"Iya"
"Lo mau merkosa Anggia gak sekarang?"
"Gila lo! Ya gak mau lah"
"Ya sama aja kali mereka, cuma bedanya mereka suka cowok aja" Rendy lalu mengangguk berusaha untuk paham.

"Masalahnya dia gak melambai atau kecewek-cewekan! itu kan nipu banget!" seru Anggia setengah berbisik.
"Ya... banci salon aja kan mereka biasanya punya anak dan beristri, cuma kelakuannya aja yang begitu.." jawabku ringan.
"Si bule satu ini laki banget! Gak ada gay-gay nya!" Anggia masih belum terima.
"Beda kali Nggi pembawaan ama sukanya ama apa" aku menahan geli melihat tingkah Anggia.
"Kenapa dia gak bilang dari awal sih....."
"Mungkin dia ga nyangka kalo elo flirting ama dia..."
"Mana bisa gitu"
"Ya buktinya sekarang bisa"
"Pokoknya gue mau pulang ke Jakarta" keluh Anggia

"Ya mana bisa kayak gitu...." jawab Rendy. "Udah lah nikmatin aja sisa liburannya" lanjutnya.
"Bodo.. mana gw masih hangover berat lagi... terserah kalian deh hari ini mau kemana! Gue mau di sini aja"

------------------------------------------

265-pe10.png

Aku menyetir siang itu dengan santai, berkeliling Ubud dengan ringan, tanpa rencana-rencana ribet Anggia dan kepatuhan Rendy terhadapnya. Anggia memutuskan untuk tinggal di Villa, meredakan hangovernya. Lucas entah kemana, mau jalan-jalan kaki sendiri. Dan Rendy sudah dijemput Arya tadi, berdua entah kemana. Tinggal aku dan Val yang tersisa hari ini, dan kami berdua akhirnya jalan bareng.

Tak banyak yang aku tahu soal pulau ini, jadi dengan bodohnya aku hanya mengulang rute jalan-jalanku dulu bersama Dian dengan Val.

"So... She's takin' it hard rite?" tanya Val membuka percakapan di mobil
"Who?"
"Anggia... about Lucas"
"Well...." aku bingung harus menjawab apa, reaksi yang menyebabkan Val tertawa.

"You're close to Lucas?" tanyaku
"Very close. We share a same taste in boys" tawanya. "How 'bout you? Any siblings?" lanjutnya.
"Nope. I'm the only child"
"That's why you're like this" senyumnya.
"Like what?"
"Overthinking problems. Because you don't have siblings to share anything" benar juga. Aku baru menyadarinya. Dan dia satu-satunya yang pertama mengobservasiku seperti itu, walau hanya baru kenal selama tiga hari.

------------------------------------------

many-l10.jpg

Kami duduk berdua didepan gelato shop yang cukup terkenal di Ubud. Waktu aku bersama Dian ke Bali, tempat itu jadi salah satu tujuan utama Dian. Dian and ice cream, pasangan sejati, setidaknya itu yang kuingat dari dia.

"Anjing..." seru Val dengan muka aneh. Aku hanya tertawa. "That's how you curse people?" tawanya.
"Yeah" jawabku dengan konyol.
"But you said Anjing is Dog..."
"That's true"
"How can you curse people by calling them the name of the most loyal animal in this planet?" bingungnya. Aku hanya tertawa dan fokus memakan gelato di tanganku.

"And let me try again... Ngen.... Damn... Ngen..." Val berusaha mencoba memaki dalam bahasa Indonesia.
"Ngentot" bisikku.
"Yeah, whatever. It's so hard to say 'fuck' in your language" tawanya. Mendadak dia memperhatikan mukaku. Menyentuh bawah hidungku. "So sloppy" ujarnya sambil tersenyum. Ternyata ada bagian yang terkena gelato. Lucu. Bahkan akupun tidak menyadarinya.

"Let's do this often for the rest of your stay in Bali" bisik Val.
"Do what?"
"Like this, just the two of us, five's to crowded" bisiknya lagi dengan senyumnya yang manis.

------------------------------------------

cockta11.jpg

Perjalanan hari ini dengan Val ternyata sangat menyenangkan. Harus diakui, aku memang curang dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang pernah kudatangin bersama Dian. Tapi mendatanginya dengan orang baru dan semangat baru ternyata bisa membuatku sedikit lebih ceria. Dan Val menyadari hal ini. Dia merasa bangga bisa membuatku banyak bicara dan tertawa dalam waktu hanya tiga hari. Entah mengapa. Apakah karena suasana Bali yang begitu mendukung ataukan koneksi instan antara aku dan Val sangat membantu.

Malam itu kami duduk berdua di bar. Ditemani keramaian disana, dengan bir di tanganku dan minuman entah apa di tangan Val. Kami berbincang sangat banyak, dan aku baru banyak tahu soal Michigan dari dia. Selama ini aku tidak pernah mendengar informasi apa-apa soal kota tersebut dari siapapun. Dan percakapan kebanyakan didominasi oleh informasi mengenai dirinya dan Lucas, hingga mungkin Val pun ingin tahu banyak soal diriku.

"So tell me more about yourself..." dia memulai penyelidikannya.
"Well... Feel free to ask"
"How old are you?" tanya Val membuka rentetan pertanyaan.
"30"
"Im 25. What do you do for a living?" pertanyaan kedua.
"Graphic Designer"
"Cool. I jusy graduated from college"
"What major?"
"Psychology" pantas. Deduksinya lumayan tajam.
"That answers a lot of things" jawabku.
"Such as?"
"Why are you observing me, for example?"
"Not just you" dia tersenyum kepadaku.

"I bet your ex isn't the only thing that bugging your mind" selidiknya. Aku hanya senyum tertahan. "I bet she's not only cute and innocent. And i also want to know why it's not working". Aku menghela nafas panjang. "But if you don't want to, it's okay. I'm not trying to be your shrink. It's just painful to see you daydreaming, just smoking outside, gazing into nothing". Mendadak dia tersenyum dan memegang tanganku lembut.

"Okay..." Aku menghabiskan botol bir di depanku, dan lalu menyalakan rokokku. Musik di bar tersebut terdengar makin keras, seperti ingin melalap suaraku. Tapi akhirnya aku beranikan diri berbicara.
"It's not working because....... She's like giving me all that she got, her time, her attention, her everything to me... But....."
"She demands too much?" tanyanya
"Her idea about her future, the obsession with marriage.. and after we separated, she's still sending me messages.... And...." aku seperti tercekik.
"And?"
"If we're alone, she always speaks to me as if we're still a couple......."
"Really?" aku hanya mengangguk.

"She had this big idea about you. It's obvious that you can't give what she wants, but she believes that you're the one no matter what" sangat menggambarkan kondisi Nica sekarang. Entah mengapa yang ia gambarkan mirip seperti yang orang-orang gambarkan soal diriku, dan ideku akan Dian.

"Is she like this since the beginning?" tanyanya.
"Nope"
"So? Since when?"
"Since she met my other ex" Aku berhenti sejenak dan menarik nafas panjang.

"It's allright if you want to stop talking" ujarnya menenangkanku. Aku menatap mukanya yang selalu tersenyum.
"We can speak later. We still got four days. Now i want to drink" lanjutnya dengan tenang.

------------------------------------------

gino-f10.jpg

Di bar itu ternyata Val minum cukup banyak. Tapi entah mengapa dia tidak semabuk Anggia dan Nica waktu pesta pernikahan beberapa waktu yang lalu. Mungkin dia sudah biasa, atau yang dia minum tidak sebanyak yang kupikirkan. Dalam hati aku sedikit bersyukur karena aku tidak begitu menyukai minuman keras lain selain bir dan wine. Karena sudah semakin larut, maka aku memutuskan untuk segera membayar bill dan pulang.

Kami berjalan menuju tempat parkir perlahan. Aku berjalan di sebelah Val yang tampak terlihat senang malam itu. Sudah pukul 12 malam. Aku menarik nafas dan berhenti sejenak, menyalakan rokok dan memandang ke langit. "Cheer up" mendadak Val berbisik kepadaku, dan menggandeng lenganku menuju mobil. Beberapa pasang mata kulihat memperhatikan kami.

Di mobil kami berdua hanya diam, terkadang kulirik Val yang dengan lunglai bersender di sebelahku, yang pasti selalu membalas senyumku. Val memang manis, murah senyum dan benar-benar pendengar yang baik.

Dan ketika sampai di villa, kami disambut oleh Anggia yang bermuka kuyu.

"Masih hangover? Sekarang kan udah malem..." tegurku.
"Masih rada pusing..." jawabnya pelan. "Malem banget sih pulangnya"
"Apaan kayak nyokap2 aja sih Nggi...."
"Huh...." Anggia tampak sedikit bad mood, dan langsung menuju ke kamar atas.

Sejenak aku dan Val saling berpandangan setelah terdengar suara Anggia masuk ke kamar dan menutup pintunya. "Let's go to your room" bisik Val. Dia langsung berjalan ke kamarku. Aku mencoba mengikutinya, memperhatikannya kalau-kalau gaya berjalannya yang pelan menyebabkannya tersandung. Dia lantas melempar badannya ke kasur dan memainkan handphonennya. Aku duduk di samping kasur, dan melihatnya tersenyum sambil memainkan handphonenya.

"I love this one" celetuknya, sambil memperlihatkan foto selfie kami berdua memakan gelato. "What's your instagram account? i'll tag you" sumringahnya. Kami benar-benar melakukan obrolan yang menyenangkan malam itu.

Whatsapp. Aku berdoa mudah-mudahan bukan Nica lagi.

Ternyata memang bukan. Dari Anggia tapi.
"T_T" pesannya singkat
"apaan"
"sini dong"
"gue lagi ngobrol ama val"
"gue butuh elo"
"ntar ya"
"sekarang"
"nggi"
"sekarang sekarang sekarang sekarang sekarang"

Aku menghela nafas. "Sorry Val, i have to sleep now.." bisikku berbohong. "Whaaaat..... Come on, stay up a little bit longer" senyumnya. "Just wait... I have to freshen up a lil' bit", bisiknya, lalu mendadak dia tersenyum dan mencium pipiku dengan cepat. "Wait here..." lalu dia berjalan dengan muka senang ke dalam kamar mandi. Tadi itu apa? Aku merasakan diriku tersipu malu menerima ciuman Val.

------------------------------------------

Val sudah masuk kamar mandi, dan aku tak tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Mendadak aku mendengar pintu kamarku dibuka. Anggia mendadak masuk.

"Lho"
"Kok gak ke atas" Anggia tampak kesal.
"Kan udah gue bilang"

Anggia mendadak memadamkan lampu utama, menyisakan lampu baca yang temaram. Dia memakai kimono tidur malam itu. Rambutnya diikat, tentunya dengan muka super jutek darinya yang pernah kulihat.

"Gue butuh elo"
"Iya tapi..."
"Gak pake tapi-tapi" Anggia membuka kimononya. Dia hanya memakai setelan dalaman bermotif floral berwarna pink. Dia merayap dengan cepat ke arahku, menimpa badanku. "Gue bilang gue butuh elo" bisiknya dengan nafas penuh nafsu. Dia memaksa menciumku, bahkan tangannya sudah berusaha untuk meraba masuk dalam bajuku.

Dan.

"What the hell...." Val keluar dari kamar mandi, tanpa pakaian. bisa kulihat bentuk badannya yang indah dengan rambut coklat panjang tergerai. Kulit putihnya terlihat sangat sehat. Mukanya masih kaget, melihat Anggia dengan pakaian dalamnya ada di atas tubuhku.

Aku dan Anggia pun melongo. "You said you're not lover" Val masih kaget. Kami pun masih kaget melihatnya telanjang bulat. "I just.. want.. to... " dengan awkward dia menunjuk ke arah dirinya dan diriku. "I'm Sorry" balas anggia dengan malu juga. "I thought you were not here..."

"But did you say.. you two are not together?" dahi Val berkerut, tapi mukanya tampak menahan senyum. "We.. we just... " aku dengan canggung menunjuk Anggia. "We... " aku dan Anggia saling melihat dengan panik.

Mendadak Val tersenyum. Dan dia duduk di kursi, tangannya menutupi buah dadanya yang proporsional. Aku dan Anggia malah kaget. "I get it..." celetuknya. "You... What?" kami berdua malah makin bingung, dari tadi posisi Anggia dan aku tidak berubah sama sekali. "You're one of those guys. Friends with benefits, rite?" senyumnya. "It's allright" lanjutnya. Tebakannya tidak salah. Malah sangat benar, dan membuat kami berdua semakin malu. Anggia mendadak beringsut mundur, mencoba meraih kimononya lagi.

"Sorry, I think I ruin your night..." maaf Anggia. "It's allright" senyum Val dengan muka malu. "I'm going back upstair..." ujar Anggia sambil menelan ludah, meraih kimononya yang jatuh ke lantai.

"It's okay" balas Val.
"Okay then..." Anggia bersiap untuk pergi.
"I said it's okay" Val tersenyum sambil melihat kami berdua dengan muka antara kegelian, excited dan malu. "Stay here.." lanjutnya.

"I think it could be insteresting..." Val bangkit dan merayap manja ke atas kasur.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Setelah kejutan lucas, kejutan berikutnya adalah trisam! Bener-bener loe ya, bajingan berkonti hoki...!

Keren suhu @racebannon :adek:;)
 
:beer::beer::beer:

.... Ada threesome nya to ....
Ane kelewatan apa ya dulu ....

:cendol::cendol::cendol:
 
THE LUCKY BASTARD – PART 25

----------------------------------------

messy-10.jpg

Aku tidak pernah membayangkan ini. Aku, seranjang dengan Anggia, dan perempuan lain yang baru kukenal. Anggia tampak gugup memandang Val yang bugil di hadapannya. Mereka duduk berhadapan di atas kasur. Bisa kurasakan aura grogi Anggia. Val mencoba membuatnya tenang dengan menyentuhnya. "Just... Relax, take it easy...." bisiknya ke Anggia. Val mencoba memeluk pelan badan indah Anggia yang hanya berbalut pakaian dalam itu dengan tubuh bugilnya. Val lalu menuntun Anggia untuk tiduran di sebelahku.

Mereka berpelukan di sebelahku, sungguh pemandangan yang gila. Val memulai langkah pertamanya. Dia dengan perlahan mencoba mencium Anggia. Anggia tampak kaku menerimanya. "Imagine i'm someone else...." bisik Val. Mereka lalu berciuman kembali dengan perlahan. Anggia tampak mulai bisa menikmati ciuman itu pelan-pelan.

"Mmmhhhh...." mereka berdua mendesah bersahutan. Aku hanya melihat mereka dengan bingung. Tak tahu harus berbuat apa. Anggia si kembang kampusku dulu, hanya dalam pakaian dalam, diciumi oleh perempuan lain, Val, bule yang baru saja kami kenal. Kepalaku pusing, berputar, bukan karena kenangan buruk. Tapi karena melihat dua orang perempuan cantik yang sedang mencoba bermesraan denganku. Dan yang lebih gila lagi, mereka akan berhubungan seks denganku bersama-sama.

Rambut panjang mereka berdua tampak bercampur di hadapanku. Badan mereka saling memeluk dengan malu, sementara aku hanya bisa menonton tanpa berbuat apa-apa. Aku pun kaget Anggia mengiyakan ajakan tersebut. Walau terlihat keraguan, tapi sepertinya ini juga sudah kepalang basah, mungkin seperti itu pikirnya. Sedangkan aku tidak mampu berkata tidak. Kepalaku terus-terusan berkata ini pengalaman yang gila. Gila.

Aku perlahan membuka bajuku, sambil memperhatikan dua perempuan cantik ini berciuman. Val tampak berusaha membuka bh Anggia. Perlahan ia membukanya, dan ketika berhasil, Val langsung meremasnya dengan lembut, mempermainkan putingnya, membuat Anggia merasa kegelian. Kegelian dan awkward, dan penuh nafsu. Malam ini gila.

"Ahh... shit" Anggia kaget menerima serangan di dadanya, dan mundur sejenak. Val hanya tersenyum melihatnya. "Do you want to kiss him first? to make you more relaxed?" tawarnya ke Anggia. Anggia mengangguk dengan gugup. Tak seperti biasanya, Anggia tak ganas, dia bergerak dengan kaku ke arahku, memasukkan dirinya di pangkuanku. Aku duduk tegak di kasur, mencoba memeluk Anggia yang nafasnya terlihat sampai berat.

"Kenapa?" bisikku.
"Baru kali ini gw ciuman ama cewek..." bisiknya gugup. Val memperhatikan kami dengan senyumnya yang lucu. "Go ahead.. I'll watch" serunya kepada kami berdua.

Kami mulai berciuman. Ini Anggia yang biasanya, dalam hatiku. Tapi entah kenapa badannya terasa dingin dan kaku. Aku melingkari pinggangnya, mengelus lembut punggungnya, dan berpindah menciumi lehernya. Aku menjelajah leher Anggia dengan pelan, berusaha membuat Anggia santai. Perlahan dia mulai meresponku, dengan bergerak memaksa agar kami kembali berciuman. Tanganku bergerak meremas pantatnya yang masih dibalut celana dalam. Meremasnya dengan lembut. Tangan Anggia bergerak, mengalungi leherku.

"Can I Join?" tanya Val yang tidak membutuhkan persetujuan. Dia mendadak bersimpuh di belakang Anggia, dan tangannya bergerak pelan, meraba buah dada Anggia lewat belakang. Kepalanya bersandar di tengkuk Anggia, mencoba menciuminya. Kurasakan nafas Anggia makin berat. Ekspresi mukanya antara menikmati dan gugup. Anggia pastilah belum pernah merasakan stimulasi seperti ini, dimana semua bagian tubuh sensitifnya terangsang dengan sangat intens.

Aku melepaskan ciumanku dan berbisik pada Anggia.
"Gapapa?"
"Lanjut.... Gila....." Muka Anggia merah. Entah merah karena nafsu atau karena malu.

Val bergerak ke bawah, mencoba membuka celana dalam Anggia perlahan. Pelan-pelan. Akhirnya setelah terbuka, aku mengambil inisiatif meraba bibir vagina Anggia. Basah. Tampaknya Anggia mati-matian menahan hasratnya malam itu. Val bergerak ke sampingku dan mencoba menciumku. Aku menyambutnya. Sensasi yang aneh. Aku memeluk dan meraba Anggia, tetapi dalam saat yang bersamaan aku berciuman dengan Val. Bibirnya hangat, dan penuh dengan nafsu.

"You both are good kisser" Goda Val.
Dia melanjutkannya dengan menciumi leherku, meraba dadaku dengan hangat. Aku merasakan hasrat yang luar biasa menggelegak di bawah.

"You're hard" senyum Val. Ternyata dia merasakannya dengan meraba celanaku.
"I want to see" bisiknya. Anggia mendengarnya, dan perlahan dia pindah dari pangkuanku. Val dengan agak buru-buru dan ekspresi muka jahil mencoba melepas celanaku. Karena agak sedikit kesulitan, aku membantunya. Tak berapa lama aku telah telanjang bulat, dan memutuskan untuk berbaring telentang.

Val tidak berbasa-basi lagi. Dia langsung menuju penisku. Tanpa permisi dia langsung membuka mulut dan mengulumnya. "Mmmh...." penisku langsung amblas ke dalam mulutnya. Dia tampak bersemangat mengulumnya dan melakukannya dengan penuh nafsu. Tapi mendadak ia memelankan frekuensinya, tampaknya dia sadar kalau malam ini masih panjang untuk kami bertiga.

"Nggi..." bisikku ke Anggia yang tiduran dan memelukku di sebelahku.
"Apaan..."
"Kondom"
"Ga sempet..." Anggia lalu menciumku dengan panas. Tampaknya dia berusaha mengimbangi permainan Val. Shit. Sewaktu remaja kupikir adegan seperti ini hanya ada di film porno. Terutama seks dengan perempuan kaukasian. Tapi malam ini, aku seperti berada di film porno. Adegan ini sangat panas dan menggairahkan. Perempuan bule cantik sedang mengulum penismu, dengan tanpa menggunakan tangannya. Dia berusaha untuk menstimulasi penisku dengan permainan lidahnya. Sedangkan Anggia, si cantik yang jadi idaman para lelaki, ada di sebelahku. Menciumiku, membiarkan aku meraba bibir vaginanya yang lembab. Semua lelaki yang kukenal pasti sangat iri padaku.

"Join me..." mendadak Val membisiki Anggia. Dia mengajak Anggia untuk bersama-sama melakukan oral seks. Anggia ragu, dan memandangiku meminta persetujuan. Aku mengangguk pelan. Anggia merayap pelan menghampiri penisku. Dia mulai menciuminya lembut. Val juga. Shit. Gila. Sensasi apa ini. Dua orang perempuan cantik menciumi penisku. Anggia mulai bermain-main. Dia menjilati sebagian penisku sementara Val menciuminya.

"Aah.... mmmhhh....." Anggia tampak meracau. Ternyata Val dengan nakal meraba vaginanya dan mencoba memasukkan jarinya ke dalamnya. Anggia berusaha berkonsentrasi menjilati dan menciumi penisku. Tak jarang bibir dan lidah mereka berdua bertemu di penisku. Val tampak sangat menikmatinya. Entah mengapa tiba-tiba berpindah fokus, dia mengarah ke Anggia dan lalu menciuminya.

Anggia tampak pasrah, membiarkan Val menciuminya dengan penuh hasrat. Mendadak penisku nganggur. Anggia tiduran telentang, dan Val terus menciuminya.

Val bergerak menciumi leher Anggia dan mengarah ke buah dadanya. "Uhhh... Aaahhhh..." Anggia kegelian saat Val mengulum putingnya. Aku memperhatikan kegilaan ini. Mendadak Val memeganh tanganku, menuntunku ke tubuh Anggia. Aku bereaksi dengan menciumi Anggia. "Mmmhhh..." desah Anggia saat kusentuh lembut bibirnya. Anggia diserang. Aku melumat bibirnya dengan mesra. Val mengulum putingnya dan menggesek-gesek permukaan vaginanya dengan tangan.

"Geblek... Ahhhh...." kaget Anggia saat kulepas ciumannya. Tapi aku tak berhenti, aku terus merayap, meniru Val, memainkan puting payudaranya dengan lidahku. "Ahhh... Shit.... Damm... Ughhhh...." desah Anggia tidak tertahan. Tangannya seperti mau berontak, seperti ingin menjambak rambutku.

"Geli... Uhh... Geli banget..." Anggia berusaha menahan agar ia tidak meronta.

Val lalu melepas kulumannya. "She's all wet..." lalu melihat ke arahku. "Do her..." senyum nakalnya berputar dikepalaku. Anggia mengangguk dengan kencang. "Please..." dia merentangkan kakinya dan memperlihatkan bibir Vaginanya kepadaku. Kepalaku gelap. Aku tidak peduli lagi soal kondom yang tadi kucari. Aku merayap ke depannya dan perlahan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

"Pelan... Uhhh..." Anggia merasakan kenikmatan menjalar dari vaginanya. "Pelan.. Ahhh.. Ahhh.... Ahh...." Anggia mendesah tidak karuan menerima semua seranganku. Val kembali beraksi. Dia memegangi tangan Anggia dan tidak berhenti menyerangnya juga. Dia lantas menjilati puting Anggia dengan ganas. Senyum nakalnya menghiasi wajahnya. Ekspresi muka Anggia luar biasa. Dia tidak bisa mengontrolnya. Erangan, desahan, maupun teriakan pelan menggema di kamar itu. Entah apa yang terjadi jika isi rumah yang lainnya mendengar keributan kecil ini.

Mendadak satu tangan Val meraba ke arah perut dan merayap ke bibir vaginanya. Val mengelus dan menggesek bibir vaginanya. Menstimulasinya gila gilaan. Stimulasi di payudara, rabaan di bibir vagina dan seranganku membuatnya tidak berdaya. Val tampak menikmati mengulum puting Anggia bergantian. Bergantian dengan tangannya meraba dan meremas buah dadanya yang proporsional itu. Wajahnya merah, keringat tampak sedikit demi sedikit membasahi tubuhnya. Kulitnya terlihat makin bercahaya.

"I envy you..." bisik Val ke Anggia. "I want to feel it too...." Val bangkit. Dia mengalihkan perhatiannya ke diriku. Aku yang sedang fokus menggauli Anggia akan dia ganggu. Dia merayap meraba badanku, lalu meraih bibirku dan menciumku. Tangannya terap menstimulasi Anggia. "Uhhh... Gilaaa" desah Anggia dengan keras.

"Gue ga tahan...." Anggia tampak merasakan kenikmatan yang luas biasa. Val mendadak menahan gerakan badanku, dan malah menciumi leherku. "Take it easy..." bisiknya. "Don't finish it now.... We got all the time in the world" biusnya pada kami. Dia seperti mendorong tubuhku ke belakang, melepas penisku dari Anggia. Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun ia menjilati penisku dengan semangat. "You like it?" tanyanya menggoda. Aku hanya mengangguk pelan, sambil melirik Anggia yang berbaring lunglai, dengan nafas memburu. Walaupun belum mencapai orgasme, aku yakin Anggia merasakan stimulan yang luar biasa.

"I want you inside me..." bisik Val kepadaku. Aku gugup. Tak tahu harus bergerak apa dan kemana terlebih dahulu. Val mendadak menimpa Anggia, dan mengangkanginya. Val menunggingkan pantatnya, seperti meminta aku menyetubuhinya. Aku menyambutnya, dengan ganas kuraih pinggang dan pantatnya, dan kumasukkan penisku ke dalam tubuhnya.

"Damn..." Val tampak keenakan, memejamkam matanya dan tersenyum nakal. Tapi dia lantas kembali menciumi Anggia. Anggia tampak pasrah dan memeluk Val dengan lunglai. Itu ciuman terpanas yang kulihat. Sloppy, hot dan sexy. Anggia dan Val beradu lidah dan bibir.

Aku deg-degan. Ini kali pertama aku berhubungan sex dengan orang asing. Perempuan kaukasian cantik dan manis, yang biasanya kulihat di layar kaca. Deru nafas, peluh dan ciuman-ciuman panas berterbangan di ruangan itu. Aku meremas pantat Val berulang kali, merasakan dinding vaginanya yang basah dan sangat responsif menggigit penisku. "Aduh.... Fuck..... Val... Stop...." Anggia kaget karena ternyata Val dengan nakal meraba-raba bibir vaginanya. "No I wont..." senyum Val nakal. Val mendadak maju, melepas penisku dari vaginanya. Aku kaget, karena tidak mengharapkan hal itu.

"Lick mine...." pintanya ke Anggia. Tanpa permisi dia duduk diatas wajah Anggia. "Mmmh..... You got a good tongue girl......" desahnya. Tampaknya Anggia bertindak seperti yang Val harapkan. Val tampak menikmatinya, dia mulai meraba payudaranya sendiri, memainkannya.

Aku pun ikut menyerang Anggia. Aku menusuk vaginanya yang tanpa perlindungan. "Mm!" Anggia kaget dan mulai losing grip. "Relax... Just follow your breath..." bisik Val ke Anggia. "Mmmhh.. Mmmm.... Mmm" desahan tertahan Anggia mengisi telingaku. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuh Anggia.

"Ahhh... I can't... Hold... It anymore...mmmmh..." gumam Anggia. Val menyingkir dari atas kepalanya. Tapi val malah meremas payudara Anggia, menjilatinya dengan ganas. Buah dada Anggia tampak berkilau oleh sapuan lidah, dan bercak kemerahan akibat gigitan kecil dan ciuman ganas.

"Ahh... Gue udah gak tahan...." tangannya meremas bantal yang ia pakai untuk menahan kepalanya. Badannya menegang, menjadi kaku. Mukanya memerah, dengan ekspresi yang amburadul. "Ahh... Ahhh..." tubuhnya terus menegang. Badannya lalu melenting, tak bisa menahannya lagi. "Uuuugghhh......" Anggia mendesah dan meracau tak karuan, menyambut datangnya puncak kenikmatan. "Shit... Ahhhhhh....." lehernya kaku, badannya bergidik, memeluk Val dengan kuat. Lalu dia pun lunglai.

Aku puas melihatnya, dan berniat menyerang Val setelah ini. "What are you doing?" tanya Val. "She's done.." aku heran kenapa Val bertanya seperti itu. "Don't stop.... Just fuck her like there's no tomorrow..." tatapan matanya seperti menginginkan aku menyetubuhi Anggia lebih lanjut.

"Please... Jangan.. Ahh...." aku melakukannya. Anggia berusaha berontak, tapi Val terus menciuminya untuk memecah konsentrasinya. "Uuuhhh. Uuuhhhh..... Please... Stop.. Aaahhh...." aku mendadak mencabut dan menghentikannya. Bukan apa-apa, aku tidak ingin mendadak keluar di dalam dan menghamili Anggia. Val melirikku nakal. Aku menarik tangannya. Dan aku segera berbaring di sebelah Anggia. Anggia menatap kami berdua dengan muka puas dan lelah. Val mendudukiku, berusaha memasukkan penisku kedalam vaginanya yang hangat.

"Ughh...." Val mendesah dalam kenikmatan ketika dia berhasil memasukkan penisku ke dalam dirinya. Dia langsung bergerak pelan, berusaha memberi dirinya kenikmatan. Anggia mendadak beringsut lemah ke arahku, bersender ke bahuku. Dia mencoba untuk menciumiku dengan lemahnya. "Ini gila...." bisiknya. "Baru sekarang rasanya seenak ini....." desahnya di telingaku. "Come...." Val berusaha menarik Anggia. Anggia merayap dengan lemah, dan memeluk Val dari belakang. "Kiss me... Or hug me... Or anything.. Do as you please...." bisik Val ke Anggia. Anggia merespon dengan meraba pelan payudara Val. Val menengok ke samping dan mereka berdua pun berciuman. Val terus bergerak pelan di atas badanku.

"Ahhhh.... Ugghhh..... Ahh...." Val tak berhenti meneriakkan kenikmatan yang ia dapatkan. Aku berkonsentrasi menahan ledakan. Aku ingin sekali membuay Val orgasme terlebih dahulu.

"Nggi...."
"Mmhhh...?"
"Pegang punya dia...."
"Mm?"
"Iya.. Kayak gitu" Anggia meraba bibir Vagina Val yang menelan penisku. Anggia pasti ingin juga melihat Val orgasme. Tubuh mereka berdua terlihat indah dalam keringat dan semua ciuman yang mereka lakukan. "Mmmh.... So nice...." Val merasa kenikmatan yang luar biasa dari penisku dan jari Anggia.

Anggia tanpa ampun menggesek gesekkan jarinya pada bibir vagina Val. Val tampak sangat menikmatinya. Ekspresinya tampak tidak karuan. Aku ada ide lain. Aku bangkit, memeluk Val, menjauhkannya dari Anggia sejenak. Aku bergerak duduk di pinggir kasur, dimana aku bisa menggerakka penisku menghunjami vaginanya. "Ooohhh.... Aaaaghhh..." Val menikmati semua serangan yang kulakukan. Aku memeluk badannya erat. Anggia menonton di samping kami. "Lo keliatan seksi banget pas lagi kayak gini" bisiknya di telingaku. Aku tak menjawab. Aku hanya menggagahi Val dan melumat putingnya dengan ganas. Val yang dari tadi nakal itu menyerah dalam pelukanku. Rambut coklat panjangnya jatuh di kepalaku, dia mulai tidak berdaya.

Badannya memberikan reaksi yang kuharapkan. "I'm about to come...." serunya. Aku tak peduli. Aku terus menyerangnya dengan ganas. "Ahhh...." Val tampak ingin berontak dalam pelukanku. "Ahhh.... I'm... Aaagghh..." Val merasakannya. Badannya menggelinjang dalam pelukanku. Sesaat menegang, lalu lunglai dan pasrah. Sementara aku belum puas.

Val lalu berbisik. "Let me finish you...." dan dia tertawa kecil. Dengan nakal dia beringsut. Bersimpuh di lantai. Dengan ganas mendadak ia menerkam penisku. Bertumpu pada pahaku, kepalanya naik turun mengulum penisku dengan nafsunya. "mmmm...." desahnya menikmati.

"Anggia... Come here...." bujuknya. Anggia ikut bergerak, bersimpuh di bawah. Val menjilati penisku, meminta Anggia mengikutinya. Anggia lalu dengan lemah ikit menjilati penisku. Tangan Val dengan perlahan mengocok penisku. Gerakan yang pelan tapi pasti.

Dengan lembut dia mengambil alih. Menganga mulutnya lebar di depan penisku. Lalu dia dengan semangat mengocok penisku.

Dan. "Ahhh....." spermaku keluar dengan deras, ditampung oleh mulutnya. Wajahnya sumringah, menerima sperma yang mengalir di sela-sela bibirnya, tumpah ke dadanya. Terlihat sungguh seksi. Dia tidak menelannya, tapi membiarkan sperma itu melumuri badannya dengan bentuk yang menggoda. Setelah puas mengosongkan sperma dari diriku, ia mendadak menyosor ke Anggia. Dia menciumnya.

Dua orang gadis dewasa, berlumur spermaku, berciuman hangat di depanku. Gila. Aku sudah terbang dan melayang karena mereka. Spermaku ikut menempel ke tubuh Anggia. Buah dada mereka beradu, dengan sperma yang menetes sedikit demi sedikit di permukaan tubuh mereka.

Val lalu melirik kearahku, mengeluarkan senyum nakal terbaiknya. Anggia dengan lemas bersandar ke tubuh Val. Mereka berdua terlihat sangat indah.

"You're amazing" bisiknya.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
dog!! fvck!! ngeuhhehe well sure he's bastard but damn he's the lucky one:D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd