Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tongkat Ceng Umar

Rumah kami sangat sederhana. Hampir tak perabotan mewah. Ruang keluarga hanya ada rak TV beserta TV-nya dan sebuah meja pendek beralaskan tikar. Sehingga praktis makan malam dilalukan dengan ala lesehan.

Setelah makan malam, Bu Kristin pamit pulang. Sedangkan Teh Ida pamit setelah membantu Evi beres-beres membersihkan bekas acara makan malam tadi. Evi sudah terlihat mengganti pakaian jilbab syar'inya. Kini Evi memakai tanktop nerwarna merah muda dan celana pendek. Lalu duduk disamping ane yang sedang menonton TV bersama anak-anak.

Quality time bersama kelurga memang membuat siapa pun bahagia. Sederhana, tak perlu mewah-mewah, cukup menonton TV bersama istri dan anak-anak. Sebuah fenomena yang sudah jarang di zaman gadget seperti sekarang. Mungkin, setelah anak-anak ane beranjak besar nanti dan sudah minta gadget ane akan kelihalangan momen-momen ini. Tapi biarlah itu nanti.

Evi duduk disamping ane, ane merangkul tubuhnya. Sementara anak-anak tengah asyik menonton. Dan kesempatan ini tak ane sia-siakan untk sekedar mengelus atau meremas buah dada Evi. Dan seperti biasa, anak-anak mulai mengantuk dan tertidur di depan TV.

Tanpa pikir panjang lagi ane langsung mencium lembut bibir Evi. Evi memejamkan matanya ketika menerima ciuman ane. Ane mainkan ujung lidah ane pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang ane dapat membuat ane semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidah ane.

Dengan mata masih terpejam Evi menurut ketika ane baringkan di tikar. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuat ane semakin bernafsu dan segera saja lidah ane berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya.

Setelah menanggalkan tanktopnya, kedua tangan ane yang disusupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja ane lepas begitu aku temukan. Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih Evi yang mulus dengan pentil pink itu segera terpampang indah didepan mata ane. Ane remas pelan dua susunya yang besar dan kenyal itu.

Puting susunya yang berwarna pink itu tak luput dari serangan lidah ane. Setiap ane jilati puting susu tersebut, Evi mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana tongkat sakti ane yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celana ane dan selangkangannya.

"Shhh aaaahhh.. Aa..yaaah..ouhhh"
Desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuat ane tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang ramping tanpa lemak.

Namun ketika ane hendak melepas celananya, tiba-tiba Evi menahan tangan ane.

Evi"
"Jangan Yah!"

Ane:
"Lho, kenapa?"

Evi:
"Umi lagi dapet. Barusan sore.."

Kecewa, namun bagaimana lagi.
Ane gak bisa melakukan itu jika Evi lagi "ada tamu bulanan". Tongkat sakti ane masih berdiri, menyembul dari balik celana ane.

Tapi tanpa ane sangka, tiba-tiba saja Evi meloroti celana ane plus celana dalam ane sekalian.

Ternyata dia kemudian menggenggam penis ane dan dengan pelan mengocok tongkat ajaib itu naik turun dengan irama yang teratur.

"Malam ini dan beberapa malam ke depan Umi mungkin tak bisa maksimal melayani ayah."

"Tapi bukan berarti umi sama sekli tak bisa melayani ayah.."

"Ouh"
Ane menyandarkan tubuh ane pada dinding dan dihadapan ane Evi tersenyum sambil terus mengocok batang penis ane, semakin lama semakin cepat.

Nafas ane memburu kencang dan jantung ans berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok tongkat ane bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.

Mii.. Ayah mau keluar nih.." lirih kata ane sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.

"Bentar, tahan dulu Yah.."jawabnya sambil melepaskan kocokannya.

"Loh kok dilepas Mi?" tanya ane kaget.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Evi mendekatkan dadanya ke arah penis ane dan tanpa sempat ane menebak maksudnya, Evi menjepit titid ane dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa ane dapatkan dari penis ane yang dijepit oleh dua gunung kembar itu. Sebelum ane sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penis ane yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya.

Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuh ane pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangan Evi tadi.

"Enak nggak Yah?" tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.

Ane:
"Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang.."

Tangan ane yang masih bebas ane gerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.

"Ahh.. ohh.." desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.

Kocokan serta jepitan susu Evi yang semakin keras semakin membuat ane lupa daratan.

Ane:
"Mi.. Ayah keluar.."

Tak bisa ane tahan lagi semprotan lahar panas yang kental segera menyembur keluar dan membasahi leher Evi dan sebagian area dadanya. Seluruh tubuh ane lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding. Aku memandang nanar ke Evi yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas sperma ane. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya

"Ayah seneng nggak?"

Ane hanya mengangguk sambil membalas senyumannya.


Umi Evi
Bersambung..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd