Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT True Detective

Bab 3 : Bus Maut

Kamis, 2 April 2020,

Jam 20.00

Hotel Z Kota Bonjormo


Malam keesokan harinya berlangsung acara pergantian Pimpinan Kantor Detektif di tempat Anne bertugas di Kota Bonjormo. Sebagaimana biasa, setiap acara pergantian Pimpinan selalu diiringi oleh acara lepas sambut pada malam harinya untuk melepaskan Pimpinan Kantor yang lama dan menyambut Pimpinan Kantor Detektif yang baru.

Seperti biasanya, kali ini pun acara dilangsungkan malam hari. Anne datang ke acara dengan sebuah tugas yang belum selesai : mencari petunjuk dari mayat yang ditemukan kemarin dan Dia belum menemukannya. Pembunuhan yang terjadi begitu sempurna dan belum menemukan titik terang. Anne benci mengakui kejengkelannya karena harus melaporkan berita buruk tersebut kepada atasannya Donie yang ternyata sangat vulgar dan seronok gaya bicaranya.

Sebagai wanita normal Anne sangat tidak nyaman mendapati laki-laki sevulgar itu. Inilah sebabnya di tempat ini, di acara megah ini, Anne berpikir untuk menjauhi atasannya barang sejenak. Kebetulan acara Pergantian Pimpinan bisa jadi merupakan sarana yang pas buat menghindar. Bagaimana tidak, untuk sebuah acara yang digelar di Hotel Mewah Bintang Empat Kota Bonjormo yang bernama Hotel Z, hampir seluruh teman-teman Detektifnya hadir.

Bagi Detektif Laki-laki kebanyakan datang mengenakan pakaian batik resmi sebagai Dress Code. Detektif Wanita sebaliknya datang mengenakan gaun sopan yang menonjolkan sisi kecantikan dan feminisme yang jarang ditunjukkan dalam pekerjaan sehari-hari.



Detektif Anne

Anne sendiri datang mengenakan gaun berwarna kecoklatan yang batas roknya adalah sedikit di atas lutut sehingga gaun ini memamerkan keindahan kaki jenjang Anne yang bak peragawati kelas atas Tanah Air dengan kulit eksotiknya yang menawan. Gaun ini dipilih karena pas badan sehingga lekuk tubuh Anne yang ramping dan memiliki payudara menonjol terlihat semakin menarik dan mencolok di tengah banyaknya Detektif yang memadati tempat ini.

Tapi masalahnya Anne memang memiliki karakter yang bertolak belakang. Di satu sisi, Dia ingin menghindari atasannya Donie karena terganggu oleh karakter blak-blakannya yang meresahkan. Di sisi lain Anne seolah ingin memamerkan kecantikan dan pesona tubuhnya yang elok dan selalu menerbitkan nafsu dari setiap laki-laki.

Adalah benar Anne sudah dua tahun menikah, tapi pesona dan kegemarannya memamerkan pesona tubuh kepada Dunia Luar seolah selalu mengundang kaum penjantan untuk menggoda dan mendekatinya. Termasuk saat ini ketika suaminya Daniel sebenarnya juga ada di Hotel yang sama dan bersama menghadiri acara Pergantian Pimpinan Detektif, para laki-laki Detektif yang iseng masih saja berupaya mendekati Anne buat mengajak ngobrol atau minimal menawarkan makanan dan minuman yang ada di dekat mereka.

Anne tidak pernah menolak siapa pun yang mengajaknya bicara atau sekedar menawarkan makan atau minum. Anne melakukan ini karena suaminya Daniel memang sibuk sebagai salah satu Panitia yang harus memastikan keberhasilan dari acara ini. Jadi sebagai Suami Istri mereka hanya sekedar datang di tempat yang sama namun kembali berjauhan karena dipisahkan oleh tugas yang berbeda.

“ Anne, mana Daniel?” Tanya Seorang Detektif Wanita yang datang mencoba melindunginya dari kaum laki-laki yang terus berupaya menggodanya.

“ Eh, Nikita, apa kabar?” Anne terlebih dahulu menjabat tangan Detektif sahabatnya itu kemudian menjawab, “Danniel jadi Panitia, mungkin sibuk mengorganisasi acara. Kamu datang sama siapa? Sama Pacarmu?”

Detektif Wanita yang diperkenalkan sebagai Nikita itu menoleh ke kiri dan kanan seolah mencari-cari sesorang kemudian menjawab, “ Aku datang naik Bus bersama Detektif wanita yang lain dari asrama. Itu Busnya. Kami ramai-ramai, Anne. Rencananya sih darisini aku mau ketemu sama Pacarku.”

Secara fisik Detektif Nikita sama menariknya dengan Anne. Walaupun tingginya jauh di bawah Anne dan hanya sedikit di atas 160 Cm atau tergolong mungil, namun dari sisi wajah Nikita cukup menarik. Wajahnya seperti mewakili kecantikan wanita Sunda yang berkulit putih dan sensual. Sering Anne memuji Nikita berwajah mirip dengan Sally Marcelina, mantan bintang film yang begitu sensual namun Nikita sendiri selalu menolak dipuji setinggi itu.

Nikita selalu menganggap dirinya hanyalah wanita yang biasa-biasa saja. Satu satunya yang luar biasa barangkali hanyalah kedisiplinannya utk merawat badannya sendiri karena Nikita dulunya seorang atlet renang sebelum menjadi Detektif.

Ya walaupun tingginya hanya sedikit di atas 160 Cm, Nikita dulu perenang juara. Dia ahli gaya kupu-kupu yang membuat tubuhnya memiliki postur unggul : Nikita memiliki bahu kuat. Tubuhnya tidak lembek. Dia seperti memilik wajah Sally Marcelina namun Tubuhnya adalah body perenang Elsa Manora Nasution yang sekal.

“ Tapi dimana pacarmu?” Tanya Anne melanjutkan pembicaraan.

Nikita mendengus kesal dan menjawab, “aku gak tau dimana dia sekarang… Huhh.”

“ Jangan kesal begitu, barangkali pacarmu sedang ada tugas lain juga kayak suamiku.” Anne berusaha menenangkan.

“ Huhh, enggaklah! Suamimu kan Panitia. Wajar donk. Pacarku?? Sebagai apa Dia??” Nikita sulit menyembunyikan kekesalan terhadap pacarnya sendiri. Walaupun kesal , malam ini Nikita sangatlah menawan penampilannya. Bagaikan Selly Marcelina muda yang terlahir kembali Nikita mengenakan gaun terusan berwarna merah mencolok yang belahan roknya tinggi 5 cm di atas lutut.

“Malam ini Kamu mau kemana berdandan secantik ini, Nikita?” Bahkan Anne pun iri melihat pesona temannya yang bertubuh mungil ini.

Nikita tersenyum nakal lalu menjawab , “Ada deh… biasalah kalo momen acara ginikan biasanya lanjut sama yang enak-enak.. hi.. hi…hi..”

Anne tersipu sendiri mendengar jawaban sahabatnya. “ Kamu tuh terus terang banget jadi orang??” Timpalnya.

“ Lho, kamu kan kenal aku memang orang yang terus terang dan keras kepala, benar, kan?” Nikita menjawab sambil membentangkan tangannya bagai artis India. “Eh, Kamu sendiri kayaknya udah punya rencana buat enak enak malam ini ya, kan??” Tanya Nikita. “ Ayo Jujur!! Kamu perlu sering enak-enak biar gol! Udah dua tahun lho.”

Inilah ujung pembicaraan yang endingnya tidak menyenangkan. Kemana pun pembicaraan itu berawal akhirnya biasanya membicarakan rumah tangganya yang sudah dua tahun menikah tapi belum juga dikarunia keturunan. Anne selalu kesal mendengarnya.

“ Yah… Mudah-mudahanlah, Niki. Barangkali karena waktu, karena kesibukan kami berdua….”

Sebelum kalimat itu selesai, Nikita tiba-tiba memegangi lengan Anne dan menunjuk menggunakan isyarat matanya , “Tuh ada atasan barumu dari Divisi Kriminal mau kesini.”

“ Siapa?” Tanya Anne.

“ Donie.” Jawab Nikita sambil berbisik. “Ssstt… gossip antara kita saja, ya. Dia itu calon Detektif yang bakal moncer kariernya.”

“ Kenapa kamu bilang begitu?”

“ Konon gosipnya, Donie itu anak kesayangannya Pimpinan kita yang baru. Banyak yang memprediksi Dia akan unggul kariernya.”

“ O ya?” Nikita menatap Donie yang mulai berjalan mendekati mereka.

“ Aku bisa melindungimu,Anne, dari Detektif laki-laki lain yang ingin mendekatimu, tapi maaf aku tidak bisa melindungimu dari Dia,” kata Nikita sambil bersiap menjauh.

“ Ehhh, emang kenapa??”

“ Aku tidak suka laki-laki yang sok kuasa… hii…hiii… Aku suka laki-laki yang biasa saja. Itu Dia datang.. Bye Bye… ya. O ya kamu pulang mau ikut Bus atau sendiri?” tanya Nikita sebelum pergi.

“ Enggak… Enggak ikut Bus… sama suami,” Anne menjawab cepat karena Donie sudah dekat.

Apa yang dikhawatirkan Anne terwujud. Detektif Donie bisa menemukannya.

“ Anne.” Panggil Detektif Donie.

“ Siaap, Senior!”

“ Kamu sudah temukan petunjuk dari mayat itu?”

“ Belum, Senior. Tidak ada sidik jari. Tidak ada petunjuk. Sepanjang hari petunjuk berusaha ditelusuri oleh Tim Forensik tapi belum juga ketemu.”

“ Kamu harusnya berusaha lebih keras,” sambil memicingkan mata meremehkan, Donie, melihat Anne sebelah mata.

“ Siaap salah, Senior,” Anne tidak bisa menyembunyikan kekecewaan dari nada suaranya.

“ Kamu harusnya berusaha keras seperti kamu berdandan saat ini.”

Anne terhenyak kaget lalu menjawab ketus, “ Senior?? Maksudnya??”

Detektif Donie menatap Anne dari ujung rambut sampai ujung kaki kemudian berkata sebagaimana layaknya ahli Kriminal sejati,” Kamu dandan total malam ini bukan untuk menghadiri acara Pergantian Pimpinan tapi untuk menservice Daniel suamimu, kan. Lihat dari tidak nyamannya kakimu dan posisi kaki yang terbuka memastikan di balik gaun ini kamu pasti memakai G String satu tali yang terlalu mini.”

Anne menelan ludah.

“ G String yang betul-betul mini. Sampai-sampai garisnya yang melintas tepat di atas memekmu bergesek hebat di setiap gesekan langkah, membuatmu bahkan di tengah acara ini merasa horny teramat sangat bukankah demikian?” Detektif Donie mendekati Anne membuatnya sangat tidak nyaman. Di sekeliling mereka para undangan sudah mulai berjejalan dan kebanyakan mulai berusaha masuk ke ruang utama.

“ Aku berani bertaruh, kalo dibalik payudaramu yang montok ini hanya dibalut oleh Push Up Bra kecil yang membuat Daniel tinggal membukanya sedikit sebelum mengenyot susumu habis habisan, benar??”

Anne tidak mau menjawab.

“ Jawab, Anne! Jawab jujur!”

“Tidak benar,” Anne berusaha menjawab sekuatnya. “ Tidak benar, Senior.”

Detektif Donie kembali mendekatkan badannya dan menempelkan tubuhnya yang kekar itu ketubuh Anne secara singkat sebelum berbisik,” Mari kita bertaruh,” Bisiknya.

“ Bertaruh apa, Senior?” Tanya Anne gugup.

“ Jembutmu pasti lebat kan?”

Anne menggeleng sesaat lalu mengangguk dan menjawab,”Tidak, Senior.”

“ O, ya. Aku berani bertaruh jembutmu pasti lebat dan tubuhmu ini pasti hyper sensitive. Daniel pasti puas tiap hari main sama kamu.”

Anne tidak tau harus menjawab apa terhadap perkataan Seniornya ini yang sangat-sangat vulgar. Anne hanya bisa mengalihkan wajah. Memandang sekitar berkeliling dan sekilas memperhatikan seorang tamu undangan yang bukan Detektif berani mendekati sahabatnya Nikita dan mengajaknya berkenalam. Beruntung bagi Anne, pada saat ada laki-laki biasa yang mendekati temannya itu iring-iringan Pimpinan Baru Kantor Detektif yang mengikuti acara datang di lokasi.

“ Hufff… Sayang Pejabat Baru sudah datang… Padahal ada banyak pertanyaan yang ingin kuajukan buatmu, Anne.”

Detektif Donie sontak meninggalkannya saat iring-iringan para Pimpinan itu datang. Donie harus menyambut mereka dan menunjukkan kalo Dia benar-benar orang dekatnya Pimpinan yang baru

***

Jum’at 3 April

Jam 1.00 Dini Hari


Malam itu berakhir panjang dan singkat secara bersamaan. Dianggap berakhir panjang karena acara Pergantian Kepala Kantor Detektif adalah acara yang panjang. Penuh oleh Keprotokoleran dan penuh nyanyian-nyanian indah yang terlantun.

Disebut singkat karena setelah itu, Anne dan suaminya Danniel membooking kamar di salah satu kamar Hotel yang sama dan mereka memadu kasih selayaknya suami istri yang dipenuhi oleh gelora asmara.

Anne yang bertubuh jangkung dan sexy bersetubuh dengan suaminya yang bertinggi tubuh sama dengannya dan usianya sebaya.

Mereka saling bercumbu saling menjilati saling memagut kasih di salah satu kamar hotel. Mereka berdua saling menelanjangi satu sama lain dan asyik masyuk menjelajahi lekuk tubuh masing-masing secara buas sebelum Daniel memutuskan inilah saatnya melakukan penetrasi

Daniel mengacungkan senjatanya yang tidak pernah bisa ereksi maksimal karena faktor kesehatan yang Dia pun tidak tau pastinya. Senjata lembeknya itu kemudian diarahkan ke area intim pasangannya kemudian mereka saling tusuk dan menerima satu sama lain.

Tusukan Daniel dilakukan sekali, dua kali, tiga kali, empat, dan kelima kali dan akhirnya tumpah cairan yang ada di dalam kejantanannya ke dalam organ intim istrinya. Cairan itu begitu sedikit sehingga tidak sampai meluber membasahi seprei hotel tempat mereka memadu kasih.

Anne tidak pernah berhenti berharap bahwa diantara cairan nikmat yang sedikit itu ada yang bisa membuahinya dan mendatangkan janin di rahimnya.

***

Jumat, 3 April 2020

Jam 4.00 Pagi


Anne sebentar tertidur pasca persenggamaannya. Dia baru bangun masih dalam keadaan bugil dan suaminya ada disampingnya karena panggilan telpon yang datang jam 4 pagi dini hari. Atasan langsungnya Donie adalah yang menelponnya pagi pagi begini.

“ Halo,” Anne mengangkat telpon.

“ Habis bercinta sama suamimu?” Suara Detektif Donie yang menjengkelkan bagi Anne terdengar dari Telpon.

“ Senior ini masih jam 4 pagi.”

“ Berapa kali kamu orgasme?”

“ Senior…. kalo tidak ada yang penting mohon maaf…” Anne menjawab telpon sambil berbisik karena takut membangunkan suaminya.


“ Jangan ditutup! dengar! Kamu harus segera datang ke kantor!”

“ Ada perkembangan terbaru dari mayat itu, Senior?”

“ Belum untuk kasus kemarin, tapi ada kasus baru lagi.”

“ Kasus apa, Senior?”

“ Ada empat orang dibunuh jam 2.30 tadi pagi.”

Anne terkejut bukan main, “Empat orang???”

“ Empat orang.” Detektif Donie mengikuti ucapannya. “ Empat orgasme,”lanjutnya.

“ Senior, mohon maaf….”

“ Aku berani bertaruh Aku akan bisa membuatmu mengalami empat kali orgasme dalam sekali main, Anne.”

“Senior mohon jangan bicara begitu…” Anne berusaha mengalihkan pembicaraan dari Seniornya yang selalu menjurus pembicaraann

“ Anne,” kata Donie.

“ Siaap.”

“ Kamu tau temanmu Nikita yang menghindari aku semalam, kan?”

“ Siaap, Senior.”

“ Aku mau tanya : Nikita itu datang ke acara semalam bersama Bus dengan teman temannya dari Asrama, bukan?”

“ Betul, Senior.”

“ Ada kabar buruk buatmu. Seluruh penumpang Bus itu tidak pernah kembali ke Asrama malam ini.”

“ Apa??” Anne syok panik. Detak jantungnya seperti berhenti sesaat. “Apakah mereka kecelakaan, Senior?” Tanyanya panik.

“ Tidak. Tapi ada masalah.”

“ Kenapa?? Kenapa, Senior?”

“ Satu diantara penumpang Bus itu semalam jatuh pingsan di dalam bus secara tiba-tiba. Badannya demam tinggi kesulitan bernafas. Kantor mengambil langkah cepat : Seluruh penumpang bus itu sekarang dikarantina karena dikhawatirkan terinveksi oleh Virus Corona.”

“ Virus Corona?? Apa itu Corona??” Anne masih juga panik.

“ Wabah Virus baru yang sedang melanda Kota Bonjormo. Sangat mematikan. Sudah merenggut ribuan nyawa di seluruh dunia.”
 
Bab 4 Jaket Kulit Cokelat

Kamis, 2 April 2020

Jam 20.30

Hotel Z Kota Bonjormo


Hari kedua aku berada di Kota Bonjormo. Kota ini kurasakan lebih dingin saja dari hari ke hari. Bukan Kota yang nyaman buatku karena udaranya yang dingin membuatku seperti menjadi seorang Pembunuh berdarah dingin. Bukan julukan yang menyenangkan bagiku. Sebab Aku membunuh karena diperintahkan bukan karena keinginan pribadiku atau nafsuku semata. Sama sekali aku tidak ingin menjadi seorang pembunuh apalagi yang berdarah dingin.

Aku hanyalah seorang pengamal ilmu kebatinan yang disebut Ilmu kepekaan Rasa. Ilmu ini membawaku kemana aku harus melangkah dan merasakan harus hadir di mana. Sekarang di hari kedua ini Ilmuku lembut menyatakan aku harus hadir malam hari di Hotel Z Kota Bonjormo karena ada serah terima jabatan seorang Pimpinan Kantor Detektif.

Sama sekali bukan Sang Suara yang menyuruhku kesini tapi ilmu kebatinanku.

Jadi begitulah malam ini Aku hadir begitu saja berdandan rapih dan hadir tidak membawa undangan dan hanya mengendarai motor matic Varioku yang terparkir diantara deretan mobil-mobil mewah para tamu undangan. Aku tidak minder bersanding bersama mobil Mercy atau BMW, toh aku datang hanya mengikuti firsasat ilmu kebatinanku saja tidak lebih, tidak kurang.

Sehabis memarkir motor di basement aku masuk ke lokasi acara Hotel Z Kota Bonjormo mendapati suasana sudah sangat ramai. Ruang pertemuan Hotel ini penuh. Tidak seperti biasanya, para peserta undangan sekarang kebanyakan berbadan tegap, tegas, dan garang. Laki-lakinya begitu. Wanitanya tidak jauh beda.

Aku yakin tidak banyak orang mau berurusan dengan orang-orang ini karena mereka tidak ramah. Berkat ketidak ramahan mereka terhadap orang luar sepertiku sepanjang acara aku hanya setia menunggu di luar, tidak mau bergerak masuk ke dalam ruang utama karena mata mereka merendahkan sekali kepadaku.

Jadi Aku menunggu saja di ruang depan sampai akhirnya merasa sangat bosan. Barangkali aku bosan karena berada di tengah acara penuh seremonial yang kaku. Sangat kaku malah sampai sampai banyak sekali among tamu, peserta, dan undangan acara ini menjadi seperti robot yang hanya bergerak bila diperintah.

Aku berupaya membunuh kebosanan itu sebagai layaknya laki-laki yaitu berupaya berkenalan dengan wanita yang ada di acara tapi sayangnya kebanyakan mereka sangat sombong. Dagu mereka terangkat. Mimik wajahnya songong. Gerak gerik tubuhnya arogan.

Kecuali, satu wanita ini : Seorang wanita berambut pendek berkulit putih berwajah seperti Sally Marcelina yang gerak gerik tubuhnya sama sekali tidak arogan.

“ Halo, selamat malam.” Sapaku kepadanya.

“ Selamat malam.” Jawabnya ramah.

“ Boleh berkenalan,” kataku mengajak bersalaman. “ Namaku, Lukman.”

“ Namaku, Nikita.” Dia menjabat tanganku dan tersenyum indah.

“ Nikita, seperti lagunya Elton John. Kamu cantik seperti wanita di lagu itu.”

“ Siapa??”

“ Nikita di lagunya Elton John.”

“ Aku tidak kenal. Banyak orang bilang aku seperti Nikita Mirzani tapi lebih buntet. Ha Ha Ha.” Wanita ini tertawa lepas begitu saja.

Tangan kami tetap bersentuhan dan aku langsung bisa membaca seperti apa wanita ini dari dalam dirinya. Seorang wanita “idamanku”. Jujur. Apa adanya. Keras hati. Belum menikah. Tapi sangat pilih-pilih dalam hal asmara.

“ Sedang menunggu Pacarmu, ya?” Tanyaku tanpa melepas jabatan tangan. Sedikit aku bisa membacanya yang tampak gelisah karena menunggu seseorang.

“ Iya.” Jawabnya jujur. “ Cuma gak tau dimana Pacarku.”

“ Kalo Pacarmu gak datang, Kamu mau tidak bercinta sama aku?” Tanyaku.

“ Kamu ini gila, ya?”

“ Barangkali.”

“ KAMU KURANG AJAR?”Tanyanya keras membentak.

“ Bisa jadi,” Aku tidak melepas jabat tangannya. “ Mau dengar sebuah bait lagu?” Tanyaku.

“ Apa?”

“ Aku bisa nyanyi.”

“ Coba nyanyi.”

Aku mendehem mempersiapkan suaraku dan mulai bernyanyi, “Oh Nikita you will never know. Anything about my home. I’ll never know how good if feels to hold you. Nikita I need you so…”

“ Lagunya bagus.”

“ Terima kasih.”

“ Suaramu juga bagus.”

“ Wow…”

“ Apa arti lagu tadi?”

“ Lebih kurang artinya : Aku tidak tau bagaimana rasanya memeluk tubuhmu yang indah ini…”

Nikita mendelik lagi lalu berkata, “kamu gila, ya?? Kamu tau berurusan sama siapa, kan?”

“ Sama, Nikita,” Jawabku.

“ Kamu tau Nikita itu siapa?”

The human heart a captive in the snow.”

“ Apa???”

“ Itu kata lagunya. Kamu hati yang murni terkurung di dinginnya peradaban manusia.”

Nikita menatapku serius lalu berbisik, “ Kamu serius sama ajakanmu tadi?”

“ Kalo tidak serius aku tidak akan terus memegang tanganmu??”

Aku bisa merasakan aura kenakalan yang hebat dari gadis ini. Aku bisa membaca kejutan apa yang sudah dipersiapkan olehnya untuk sang pacar.

“ Kalo pacarmu tidak datang Bercinta sama aku saja, yuk!” Ajakku lagi. “ Nanti segera kubooking kamar di Hotel Z ini.

Nikita menggeleng dan berkata, “ Kamu Gila! Tapi Aku suka sama laki-laki yang gila!”

Disaat seperti inilah aku gembira punya ilmu kepekaan rasa, yang bukan hanya bisa merasakan apa yang ada di dalam hati tapi juga bisa mengarahkan orang lain agar mengikuti kemauanku.



Detektif Nikita

***

Kamis, 2 April 2020

Jam 21.30

Kamar 511 Hotel Z Kota Bonjormo


Kamar 511 aku masuki sambil menggaet lengan Nikita.

Nikita mengenakan gaun terusan sexy berwarna merah yang belahan pahanya sampai 5 Cm di atas lutut. Gaun ini sopan tapi sexy. Bukan gaun “you can see” tapi memiliki lengan yang pendek sekali dan memamerkan lengan putih mulusnya.

Sesampai di kamar kututup pintu lalu kucumbu Nikita mesra. Bibir kami saling bertemu tanpa ada penghalang apa pun. Bahkan bukan hanya bibir, kedua tangan Nikita aktif merangkul tubuhku berusaha menyalurkan gairah syahwat yang terpendam di dalam tubuhnya.

“ Kenapa kamu terima tawaranku untuk bercinta malam ini, Nikita?” Tanyaku penasaran saat cumbuan kami terlepas.

“ Karena kepalaku pusing.” Jawabnya.

“ Pusing kenapa??”

“ Sudah lama aku gak orgasme. Kepalaku pusing jadinya.”

“ Jadi kamu ingin merasakan orgasme malam ini?”

“ Sangat. Dan Kamu harus bisa membuatku orgasme malam ini, Mas!”

Nikita setelahnya benar-benar mendidhku. Dia bagaikan Betina yang masuk masa kawin dan minta disetubuhi. Tanpa ampun Dia menelantangkanku di ranjang dan menaiku seperti joki kuda.

Bahkan sama sekali no foreplay. Gadis ini sudah sangat basah tampaknya dan Dia hanya perlu melolosi gaunnya lalu telanjang bulat dan menaikiku dalam posisi woman on top.

Aku menggunakan ilmu kepekaan rasa guna merasakan ledakan-ledakan gairah yang datang silih berganti dalam tubuhnya. Gairah itu mencapai titik tertinggi ketika Gadis ini naik turun mengendarai batang penisku begitu liar.

Tapi sayangnya orgasme itu tidak kunjung datang. Padahal Dia sudah naik turun begitu cepat sampai kulit penisku terasa lecet dibuatnya. Padahal juga kedua tanganku telah berupaya memeras payudaranya disela-sela genjotan liarnya tapi itu tidak juga membantu.

Nikita adalah Gadis bernafsu besar tapi tidak bisa orgasme. Aku rasakan rasa frustasi mulai bangkit dalam dirinya.

“ Anjing…” Makinya kesal….” Babi…” Makinya lagi sambil terus menaik turunkan tubuhnya di atasku

“ ANJINGGG…………” Teriaknya. “ Brengseeeekkkkkkk.”

“ Cukup!”Aku menahan pinggulnya agar tidak naik turun lagi.

“ Kenapa, Mas?? Kok cukup? Aku belum orgasme….”

Kulit penisku terasa lecet. Ereksiku mulai melemah.

“ Aku tidak bisa orgasme, Mas.”

Aku mengelus pinggangnya berupaya menenangkannya lalu memeluknya.

“ Orgasme itu tidak usah dipikirin. Berhenti memaki! Tenanglah!”

“ Tapi kepalaku pusing….” Keluhnya dipelukanku.

“ Gak usah dipikirin! Kamu suka olah raga, kan?” Tanyaku.

Nikita mengangguk. Kepalanya masih menyimpan kekesalan besar.

“ Olah raga apa?” Tanyaku sambil berusaha mempertahankan ereksiku yang semakin lemah seiring gairah partner seksual yang semakin turun.

“ Berenang.”

“ Kamu perenang?”

“ Iya?”

“ Jago?”

“ Aku juara.”

“ O ya. Kamu jago gaya apa?”

“ Kupu-kupu.”

Aku membayangkan gaya kupu-kupu dan lupa gaya itu seperti apa.

“ Seperti apa gaya itu?”

“ Seperti ini.”

Nikita mempraktekan gaya itu. Kedua tangannya mengayun dari satu titik di depan wajahnya kemudian melebar ke punggung dan seperti membelah air. Seketika Aku memahami gaya ini.

“ Kamu selalu pusing kalo gak orgasme?”

“ Selalu, Mas, Aku gak bisa orgasme.”

“ Bisa saja.”

“ Gimana caranya?”

“Kita robah posisi.”

“ Posisi gimana maksudnya?”

“ Missionary. Standart. Kamu di bawah aku di atas.”

“ Tapi di atas saja aku tidak bisa orgasme apalagi di bawah….”

“ Kita coba saja. Orgasme itu gak usah dipikirin. Nanti pusing kalo gak dapat. Dijalani aja pelan-pelan nanti juga orgasme sendiri.”

Masalahnya ereksiku tinggal setengah. Demikian pula gairahnya Nikita. Namun aku memaksa penisku tetap menembus liang kewanitannya meskipun ereksi tinggal setengah. Saat ereksiku bisa masuk. Aku sedikit mengurut Nikita di dua titik utama yang berjarak dua tiga senti liang kewanitannya atau sejengkal dibawah pusarnya

Kugunakan ilmu kepekaan rasaku untuk mengurut dua titik itu dan tiga menit kemudian ereksiku kembali.

Demikian pula Nikita. Gairahnya kembali membuncah.

“ Angkat ketiakmu, Sayang!”

“ Kenapa?”

“ Angkat saja! Gak usah banyak tanya!”

Gadis ini menurut. Kedua tangannya diangkat ke atas memamerkan ketiaknya yang putih mulus. Aku mengambil sebotol kecil minyak zaitun pijat yang selalu kusimpan di dalam tas kecilku lalu kutetesi ketiaknya agar terlumasi oleh minyak zaitun.

“ Uuuhhh kenapa di… diminyakin ketekku?” tanyanya.

“ Biar bisa dipijat.”

“ Kenapa keteknya yang dipijat?”

“ Kamu selalu banyak tanya gini?”

“ Ehemm.”

“ Karena gaya kupu-kupu kan selain melibatkan bahu juga menggunakan kekuatan ketiak jadi ketiakmulah yang harus diurut secara perlahan sampai lancar semua aliran darahmu.”

Sambil berkata seperti itu aku memijat kedua ketiak Nikita bersamaan. Penetrasiku berlangsung pelan tanpa melepaskan pijatanku di ketiak Nikita yang mulus tak berbulu.

Pijatanku pelan namun pasti mengolah lembah lembut ketiak Gadis ini dan membebaskan aliran darah tidak lancar yang bertumpuk disana. Aku memastikan Dia menikmati pijatanku dan betapa perlahan lahan mulai menikmati ketiaknya dipijat begitu lembut.

“ Aaaaahhhhhhh…. Kenapa dijilaaattttttttt? .”

Tak lama aku semakin semangat memijat. Aku celupkan lidahku ke lembah ketiak Nikita yang kiri dan kanan secara bergantian. Ketiak yang telah basah dilumuri minyak zaitun itu menjadi konduktor pengantar rangsangan yang luar biasa dan ketika kuiringi penetrasi bertempo cepat dalam waktu dua menit saja bisa membuatnya….

“ Aaaaaaggggggghhhhhhhh…….. Fuuuuucccccccckkkkkkkk.”

Berkat metode non konvensional Nikita berhasil meraih orgasme pertamanya berkat kombinasi tusukan penetrasi cepat di bawah dan jilatan membabi buta di ketiak membuat vaginanya muncrat menyemburkan orgasme yang diimpikan.

“ fuuuuuuuccccccck………. aaaaaaaaaaaggggggghhhhhhhhhhh.”

“ Crrrrrrrrrittttttttt……Criiiiiiiiittttttt……….Criiiiiiiiiiiiittttttttttttt………..”

Pegangan Nikita di sprei kuat tergenggam. Ketiaknya pasrah terus dijilati agar mendorong semua cairan nikmat yang tersumbat di bawah untuk keluar lagi lagi dan lagi……..

“ Fuuuuuuuuuuuccccccccccccckkkkkkkkkkkkkkkk……………… “

***

Aku berada di tengah pemukiman warga. Seorang warga tersenyum kepadaku. Merunduk hormat dan berjalan mendekat. Dia laki-laki. Masih muda. Pakaiannya Jaket Kulit warna cokelat. Tubuhnya wangi kemenyan. Hidungku sampai merinding mencium aroma tubuhnya.

“ Permisi,” kata si bau kemeyan.

“ Siapa kamu?” Tanyaku.

“ Kenapa hanya aku sendiri?”

“ Maksudmu?” tanyaku lagi sambil terheran.

“ Kenapa hanya aku yang diambil ? Bawa jugalah temanku ini. Si gondrong. Si gundul. Si tato.” Si Bau kemenyan menunjuk ke belakangnya sambil menujukkan tiga orang laki-laki lain persis seperti yang digambarkannya.

“ Kenapa Aku harus membawa mereka bertiga?”

“ Lho, Itukan tugas anda?”

“ Tugas apa?”

Mereka semua tiba-tiba tertawa terbahak bahak dan menuding ke arahku.

Wajah mereka tidak ada yang senang kepadaku. Semuanya tampak kesal dan benci.

Aku terbangun.

Sial sebuah mimpi aneh lain setelah pergulatan panasku bersama Nikita.

***

Jum’at, 3 April 2020

Jam 2.20

Taman Kota, Kota Bonjormo


“ Kenapa aku harus ke taman Kota dini hari begini?” Tanyaku pada Sang Suara sambil duduk di salah satu bangku taman.

“ Karena Corona sedang merebak.” Jawabnya singkat.

“ Apa maksudnya itu?”

“ Kenapa kamu tidak tanya pada ilmu kepekaan rasamu?” Sang Suara balik bertanya.

“ Ilmu kepekaan rasaku untuk mempelajari karakter manusia bukan ngurusin Corona.”

“ Corona melibatkan masker dan hand sanitizer. Kamu akan menghadapi Pimpinan Gank Motor yang menjadi alat dari mafia buat menimbun Masker dan sanitizer.”

“ Apa?? Karena alasan itu aku harus membunuhnya?? Kamu sudah gila, ya??”

“ Bukan hanya itu, ada orang yang akan dianiyaya didepanmu sebentar lagi. Orang yang tidak berdaya. Orang yang tidak bersalah apa apa.” jawab Sang Suara.

“ Kapan datangnya Pimpinan Gank motor ini?”

“ Lima menit lagi.”

“ Kamu yakin?”

“ Sangat yakin.”

Entah bagaimana cara Sang Suara menemukan informasi tapi waktu informasinya sangatlah tepat. Di jam 2.25 empat orang anggota Gank motor yang sedang menganiyaya seorang laki-laki tiba di Taman Kota.

Laki-laki yang dianiyaya masih sangat muda. Dia berlari terhuyung huyung dan tiba di depanku yang sedang duduk di bangku Taman, lalu memelas di kakiku. “ Tolong, Pak… Selamatkan saya…. selamatkan saya.”

“ Eh jangan ikut campur loe monyet!” Kata Suara yang kuyakin anggota gank motor yang dikatakan Sang Suara tadi.

Aku belum memperhatikan Pimpinan Gank motor. Aku lebih memperhatikan anak laki-laki berumur 20 tahunan ini yang wajahnya berlumuran darah karena habis dipukuli.

“ Tolong saya, Pak! Tolong,” rengeknya di pelukanku.

“ Tenanglah!” Jawabku sambil mengelus kepalanya lalu bangkit berdiri.

“ Hentikan!” Teriakku pada satu dua tiga empat orang yang ada di depanku..

“ Apa?? Hentikan?? Emangnya siapa loe??” Kata seorang anggota Gank motor yang berjaket kulit cokelat.

“ Kamu yang buat Dia jadi begini?” Tanyaku.

“ Ya.. Mau apa loe??” tanya Laki-laki yang berjaket kulit.

“ Kenapa kamu menganiyaya Dia?”

“ Emang apa urusan, Loe?”

“ Itu juga pertanyaanku : Kenapa kamu menimbun Masker? Kamu gak kasian sama orang banyak? Kenapa kamu jadi anteknya Mafia?”

“ Bangsat, loe. Mau ikut campur aja, Loe” Laki-laki berjaket kulit itu terlihat sangat marah.

“ Kalian habisi babi ini!” Sekali teriakannya menyuruh ketiga temannya maju menyerangku. Ketiganya memegang senjata tajam. Ada Samurai. Ada Parang dan lainnya.

“ Serang!!!!” Pekik ketiganya membabi buta sambil menghunus senjata.

Aku diam di tempatku. Sarung tangan berwana hijau kukenakan di kedua tangan saat ketiga anak buah gank motor menyerang beringas.

Satu diantara mereka. Kepalanya botak. Licin tidak berambut maju paling depan. Emosinya paling terbakar, bawaanya parang. Si Botak ingin memutuskan leherku dari badan. Bukan pilihan yang salah. Malah pilihan yang paling tepat dalam duel jalanan. Ditambah ayunan parangnya penuh kemarahan. Menambah peluang bisa menebas leherku semakin besar.

Aku menghadapi tebasannya dengan tenang. Saat tangan kanannya berjarak dekat sekali dengan leherku, aku mengelak mundur ke belakang satu langkah. Membuatnya menghantam angin dan menggenggam tangan kanan penuh amarah itu erat erat. Tangan kanan si Botak ini penuh angkara murka. Aku senang memanfaatkan tenaga yang masih membara ini untuk sedikit merubah arahnya : bukan menyabet leherku tapi menyabet lehernya sendiri dengan sedikit bantuan tanganku.

Si Botak terkejut. Sama sekali tidak menyangka. Sabetannya yang berniat memisahkan kepala dari badanku tidak kena dan malah menyayat lehernya sendiri. Untuk satu dua detik dia tidak sadar apa yang terjadi. Namun, saat Dia merasakan sayatan lebar menganga di lehernya Si Botak langsung roboh ke tanah dengan darah tumpah mengalir ke tanah.

Melihat si botak jatuh. Satu orang lagi maju ke arahku membawa samurai tajam. Ukurannya panjang. Si penyerang punya tato di tangannya. Dia ingin menghabisiku dengan mengincar perut : tujuannya membelah perut, mengeluarkan isi perutku agar memburai tak karuan. Lagi-lagi bukan pilihan yang salah. Malah, sebuah pilihan yang mematikan. Maka aku bergeser menyamping sedikit saat kurasakan samurai itu menyerempet bajuku. Sebuah rasa nyeri kurasakan menandakan kualitas samurai ini sangat tajam. Namun sayangnya samurai itu hanya menyerempet bersamaan tangan si tato yang luput dari tujuannya. Aku menggenggam tangan itu. Kurasakan semangat ingin memburaikan isi perutku, lalu kubantu mengarahkan samurai itu untuk menusuk, bukan diriku, tapi teman begundal di sampingnya yang memegang parang dan gondrong rambutnya.

Akibat kecepatan tanganku, Si Gondrong tidak siap saat samurai itu berubah arah seketika menembus kulit perutnya, lalu mengiris isi perutnya kemudian memutar sedikit di dalam dengan rasa nyeri yang mematikan. Saat aku tarik samurai itu Si Botak syok. Alih alih ingin menghukumku dengan parangnya, si Botak malah melukai si Gondrong, temannya sendiri.

Yakinlah Samurai itu benar-benar tajam. Si Gondrong terjatuh sambil menjerit nyaring menimbulkan kengerian di dalam diri si Botak yang memegang samurai itu lantas membuatnya melepaskan pegangannya di samurai, dan memberiku kesempatan untuk menebas lehernya yang tanpa perlawanan.

Hanya dalam hitungan detik si Botak juga roboh.

Tinggal si Pimpinan Gank berjaket kulit cokelat yang tersisa dan dia adalah seorang penimbun masker di tengah wabah yang mematikan manusia. Spesies manusia yang terkutuk.

Tapi si jaket kulit itu sudah jatuh mentalnya. Melihat tiga temannya tewas Dia untuk pertama kali dalam hidupnya merasakan rasa takut. Dia ingin kabur sejauh jauhnya dengan langkah seribu tapi tidak bisa. Aku sudah membidik jantungnya dan tanpa menunda waktu kulemparkan samurai itu tepat ke arah dadanya dan menancap dengan pasti.



***

Jum’at, 3 April 2020

Jam 3.30

Hotel Z, Kota Bonjormo




“ Kok sudah bangun, Nikita, kenapa?”

Tanyaku pada Nikita saat kembali ke Hotel menjelang Subuh.

“ Terima kasih ya, Mas,” Jawabnya.

“ Buat apa?”

“ Kamu pasti tidak percaya apa yang terjadi?”

“ Apa yang terjadi?” Tanyaku.

“ Barusan temanku telpon, katanya teman teman satu Bus yang mengantarkan kami ke acara Pergantian Pimpinan semalam… Mereka dikarantina semua.”

Aku kaget mendengar berita itu. “Apa??”

“ Satu diantara mereka tiba-tiba jatuh pingsan kesulitan bernafas di dalam Bus. Pimpinan mencurigai temanku yang jatuh itu kena Virus Corona.. Jadi.. Kami semua.. Maksudku teman temanku satu Bus semua dikarantina…”

Aku melongo kaget mendengar kabar itu. Apakah maksud ini semua??
 
Olla John.. What's up brohh?

Makasi untuk ceritanya..

#1. ntuh cowo namanya akang? padahal pd buanget lho dng ilmunya... :Peace: masih classified ya

#2. gambaran scenenya sedikit banget ya.. Cluenya warbiasyah njlimet tp asik bro..

#3. Anne itu.. punya suami-daniel, trus an older boyfriend si akang- the executor trus atasannya si genit Donnie..

I like this.. Menunggu update tq
Suhu, Ndoro apa kabar semoga sehat, ya? Maaf baru kebaca. Moga moba berkenan ya, Suhu.
 
wahhh membayangkannya membuat otong akooh bergejolak :tegang:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd