Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Titin Gadis Kebumen

Repost ini mah
Dulu saya post pertama kali di blu*fame. Ilustrasi gambar bukan asli, saya googling cari yg mirip sama the "real Titin". Tapi cerita 90% pengalaman pribadi. Trus forum itu entah ke mana. Saya juga udah lupa akun saya di situ. Filenya juga sempat dihancurkan karena ketauan istri dan membuat dia marah besar. Untung saat ketauan istri, Titin udah ga bekerja sama kami lagi. Saya pernah sempat convert filenya jadi pdf. Dan 2 minggu lalu tiba-tiba nongol di dropbox saya. File pdf saya password, dan lupa passwordnya. Berkat bantuan temen IT akhirnya bisa kebuka lagi. Maka saya repost di sini, dengan sedikit modifikasi. Biar ga jadul. (Contoh: video di handphone, di cerita aslinya dulu pake laptop.) Gitu Bro..
 
jangan bawa bawa nama kota kebumen ente gan, mencemari saja
Maaf kalo keberatan. Emang aslinya dari sana. Saya asli orang Surabaya. Kalo ada yg posting gambar nude "panlok Surabaya" dan semacamnya, saya sih ga merasa offended.
 
Maaf kalo keberatan. Emang aslinya dari sana. Saya asli orang Surabaya. Kalo ada yg posting gambar nude "panlok Surabaya" dan semacamnya, saya sih ga merasa offended.

Lanjut saja gan kalem ane juga asli daerah tersebut dan bahkan berdomisili dgn kota tersebut
But story is story lanjutkan gan
 
TITIN GADIS KEBUMEN 02

( cuplikan sebelumnya:
Belakangan aku tahu itu yang dinamakan orgasme. Aku sedang meresapi orgasme pertamaku, dan pak Iwan berbisik, ”Buka matamu.” Mata kami bertatapan, dia berkata lagi, ”Mau tau rasa memiauwmu?” aku tidak menjawab, lalu dia melumat bibirku dan menjilat-jilat lidahku. Aku merasakan rasa yang aneh, asam sedikit asin, berbeda dengan ciuman dia yang tadi. Setelah berciuman lama, dia membelai rambutku sambil
mengecup kening. ”Sekarang kamu bisa bantu aku ga sayang?” katanya. Aku bingung.

”Cium putingku,” lanjutnya, ”Aaahhh” dia mendesah saat aku menuruti permintaannya.
Baru aku tahu saat itu, bahwa puting laki-laki juga bisa terangsang seperti perempuan.
)


Sebetulnya tanganku sudah ingin meraba tubuhnya dan memegang kejantanannya, tapi aku masih terlalu malu. Kuteruskan menjilat-jilat dan mengecup putingnya. Pak Iwan memegang dan menuntun tanganku untuk meraih batang kontolnya. Agak gemetar kuraih kontolnya, terasa begitu hangat dalam genggamanku. Aku masih menciumi putingnya sambil meremas-remas kontolnya. Rupanya pak Iwan cukup bersabar membiarkan aku terbiasa dulu beberapa lama, sampai kemudian dia berkata: ”Kamu mau cium engga?” sambil pandangannya mengarah ke batang yang semakin mengeras itu. Agak ragu-ragu aku mengarahkan bibir ke kepala kontol itu dan kucium... ”Aaagghh sayaaaang...bener begitu...terus...terussss.” dia berbisik. Mendengar panggilan sayang aku semakin tak ragu-ragu lagi menciumi batang kontol itu sambil menjilat-jilatkan lidahku. Rasa dan baunya sangat unik. ”Masukkan ke mulutmu sayang, diemuuutt...” aku menurutinya dan kepalanya semakin tengadah tanda keenakan. Aku jadi bersemangat mau melakukan yang terbaik. Kuemut-emut sambil kukocok dengan tanganku, tanganku yang lain dituntunnya meraba kedua bolanya. Pak Iwan semakin mendesah-desah keenakan. Lalu kepalaku dituntunnya naik turun mengocok kontolnya seirama dengan kocokan tanganku. "Terusss..terussss sayaaaang, yah terussss...cepetin...cepetin...” aku makin cepat mengocok dengan mulut dan tanganku, ”Ohhh, aku mau keluar Tin,” aku bingung apa artinya, harus dilepas atau diteruskan, akhirnya aku tetap mengocoknya hingga dalam dua detik batang itu terasa menggembung dan meledak di mulutku. Aku terkejut merasakan cairan kental dan yang rasanya aneh itu di mulutku, aku tidak berani menelannya. Takut hamil. ”Telan aja.” katanya, aku ragu-ragu tapi kemudian menurutinya. Kuteruskan hingga kedutan batang itu berhenti di mulutku. ”Sini sayang,” katanya mengajakku naik ke wajahnya. Dipandanginya wajahku dengan mesra dalam kegelapan yang remang-remang, lalu diciumnya bibirku. Kali ini kusambut ciumannya, lidah kami bertautan. Saling menghisap, saling menjilat. Lamaaaa sekali. Saat berhenti, dikecupnya keningku, kelopak mataku, ujung hidung lalu ke bibirku dengan lembut.

”Makasih ya Tin,” katanya. Aku hanya bisa tersenyum mengangguk, masih khawatir kalau nanti hamil. Dilihatnya kecemasan di mataku. Seperti tahu apa yang kupikirkan Pak Iwan menjelaskan, “Ga akan hamil kog Tin. Kan yang masuk lewat mulut nyampenya di pencernaan. Ga ada hubungannya sama rahim. Ga mungkin bisa hamil.” Aku pun tersenyum lega. Tidak pernah aku dengar tentang hal ini di pelajaran biologiku dulu sewaktu SMP. Dibimbingnya kepalaku berbaring di dadanya. Aku benar-benar merasa bahagia malam itu. Dikecupnya keningku sambil membelai rambutku. Aku balas dengan kecupan di pipi dan dagunya. Nyaman sekali tidur di pelukan orang yang aku kagumi. Kami tidur telanjang berdekapan dalam balutan selimut, layaknya pengantin baru. Paginya aku terbangun karena kebiasaanku bangun pagi, pak Iwan masih mendengkur. Aku keluar pelan-pelan dari selimut dan memakai pakaianku.


Aku kembali ke kamarku dengan perasan campur aduk. Tidak percaya apa yang telah aku alami malam itu. Kuambil buku diaryku dan menuliskan semua yang ingin kuceritakan. Biasanya aku langsung memanfaatkan waktu bangun pagi untuk mencuci baju, lalu menyiapkan teh hangat. Tapi pagi ini aku jadi bengong, melamunkan apa yang sudah terjadi. Tak sadar aku begitu lama diam di kamar. Saat keluar kamar, pak Iwan sudah berdandan rapi dan sedang menghirup teh hangat yang dibuatnya sendiri. ”Maaf ya Pak, lupa bikinin teh” aku tersipu. Dia tersenyum, ya ampun ganteng sekali senyumannya pagi itu, ”Ngga papa mbak, maklum kog... Bangunin Tiara gih, terus mandi.”


Pagi itu aku sedikit canggung, tapi sikap pak Iwan yang wajar membuatku tenang. Apalagi perhatianku sudah tersita pada celotehan Tiara yang selalu ceria setiap pagi. Sehabis sarapan, mereka pun siap berangkat. Tiara dibiasakan mencium tangan saat berpamitan denganku. Aku biasa membalas dengan mencium pipinya. ”Dadaaaa mbaaaaak” waktu mereka keluar menuju lift. ”Berangkat ya mbak” seperti biasa pak Iwan selalu berpamitan padaku. ”Ya Pak.” jawabku berusaha sewajar mungkin. Pintu kami hanya berjarak 3 pintu dari lift. Sudah menjadi hal biasa untuk orang yang tinggal di lantai 22 menunggu lift agak lama. Tiba-tiba aku mendengar pak Iwan teriak sambil berlari kembali, ”Tunggu sebentar ya Tiara, Papa ada yang ketinggalan!” Aku segera membuka pintu supaya Pak Iwan bisa cepat mengambil yang tertinggal sambil melihatlihat ke meja tamu dan meja makan kira-kira apa yang ketinggalan. Waktu dia masuk, dia pun tersenyum, aku masih bingung...tiba-tiba direngkuhnya tubuhku dan dilumatnya bibirku sambil mendekapku erat-erat. Aku yang semula kaget, kemudian pasrah menyambut ciumannya. Tanganku refleks mengelus kemaluannya yang cepat menegang. Diremasnya dadaku yang menguncup sambil menelusupkan lidahnya bertautan dengan lidahku. Kami berciuman dengan panas, belakangan Pak Iwan kasih tau itu namanya "French Kiss", ciuman Perancis. Lidah kami masih bergesekan dan ”Ting...!” suara denting lift terdengar, ”Papa cepetaaaaan” teriakan Tiara terdengar dari sana, ”Pintu liftnya udah mau kebukaaaa!”. Aku terlepas dari dekapannya, dikecupnya sekali lagi bibirku, ”Daaaa...nanti lagi ya,” katanya sambil tersenyum. Senyuman paling ganteng yang pernah aku lihat.




*********


Jam 11.30 aku masih asyik menggosok pakaian, handphoneku berbunyi. Ada pesan WA masuk dari pak Iwan ”Mau lagi nggak?” hanya itu bunyi WAnya. Aku sempat bingung mau jawab apa "Terserah bapak” balasku. Dalam hati aku dag dig dug. Membayangkan peristiwa semalam, masih terasa dekapan pak Iwan yang hangat, sentuhan bibirnya di keping dan leherku, ciumannya... jilatannya... ahhh. Tak sadar berapa menit aku melamun, tiba-tiba aku mendengar suara TV dari ruang tengah. Kucabut setrika dan keluar. Pak Iwan tersenyum di sofa sambil memegang remote TV. ”Sini Tin,” katanya sambil menepuk sofa disampingnya. Aku duduk di sampingnya melihat ke TV. Dia hanya diam saja, membuatku bingung. ”Kamu jangan jadi kaku begitu” akhirnya kebekuan terpecah, sambil mengelus punggungku. ”Tetep biasa aja”. Aku tersenyum ke arahnya.

”Kamu seneng ga semalem?” Aku mengangguk, sambil tersenyum.

”Kamu marah ga?” Aku menggeleng.

”Gini ya Tin. Aku musti terus terang dari awal, aku ga bisa janji apa-apa ke kamu. Meskipun aku terima kasih banget kamu ternyata ga marah, ga nolak tadi malam. Tapi sekali lagi, aku ga bisa janjiin apa-apa. Kecuali nanti tiap akhir bulan, selain kamu dapat gaji dari ibu, kamu juga akan dapet dari aku. Tentunya jangan sampai ibu tahu. Aku ga akan maksa kamu untuk seterusnya tetep mau ”melayani” aku. Nanti kalo kamu udah ga mau, bilang aja gapapa. Kamu toh, nantinya juga akan punya pacar. Itu sebabnya kamu juga ga usah khawatir, aku ga kan maksa minta perawanmu. Kamu masih perawan kan?” tanyanya sambil tersenyum. ”Masih pak.”

”Nah, ga usah khawatir aku ga akan maksa. Kecuali kamu sendiri yang mau.” katanya.

”Yang jelas tadi malem aku seneng banget kamu nyenengin aku. Dulu waktu pacaran, ibu tuh juga suka mengoral aku. Tapi ga tau kenapa setelah menikah, maunya selalu langsung aja. Dioral ga mau, diminta oral juga nolak. Padahal laki-laki paling seneng kalo digituin, apalagi sampe keluar. Coba lihat nih...” sambungnya lagi sambil memencet remote. Ternyata waktu aku di kamar tadi pak Iwan sudah memasang dvd. Terlihat adegan mesra pasangan berciuman, sepertinya orang Jepang. Mereka melakukan ciuman seperti yang kami lakukan semalem. ”Itu french kiss namanya.” kata pak Iwan. Ceweknya juga mungil seperti aku. Di layar tertulis namanya Nana. Mungil dan cantik. Nana kemudian menjilati puting laki-laki itu. ”Oh, ternyata laki-laki memang suka dijilati putingnya,” pikirku. Lalu turun ke perut dan pusar. ”Perhatikan...,” kata pak Iwan, ”Dia ga langsung ngemut, tapi dijilat dulu bolanya... tuh...” aku perhatikan Nana menjilati bola, lalu sepanjang kontol naik turun, dikecup-kecup dan diciuminya batang laki-laki itu. Baru dimasukkan ke mulut, sambil meraba-raba bolanya dan sesekali menggosok anusnya

pelan. Laki-laki itu terlihat menikmati sekali, lalu dia bicara apa ga jelas, seperti menggumam buat telingaku. Lalu Nana melepas kulumannya, tetap mengocok kontolnya dengan tangan dan menjilati bolanya. Laki-laki itu mengangkat kaki ke atas seperti perempuan, lalu Nana menjilati lubang anusnya. Laki-laki itu mengerang dan badannya berkedut-kedut. ”Laki-laki juga sangat suka digituin Tin,” kata pak Iwan mengagetkanku. Membuat aku sadar bahwa kami sedang nonton berdua. ”Emang rasanya ga gimana gitu ya Pak?” ”Kalo pake ludah yang banyak, ga berasa apa-apa Tin,ga ada rasanya.” Sekarang tangannya mengelus-elus pinggangku. Aku masih menonton film itu hingga ke adegan persetubuhan, pak Iwan mengelus-elus pahaku. Lama dan pelan. Mereka sudah berganti posisi berkali-kali, pak Iwan meraba celana dalamku.

Sudah basah. Dia menggosok-gosok vaginaku dari luar. Aku menghela napas, sekali lagi aku merasakan kenikmatan. Adegan persetubuhan semakin kencang, dan tiba-tiba laki-laki itu melepas kontolnya dan mengarahkan ke wajah Nana. Nana menjulurkan lidahnya. Muncratan pertama diarahkan laki-laki itu ke lidah Nana, lalu muncrat ke dahi, hidung dan pipi. Gadis mungil tampak menikmati dan masih menjulurkan lidah, menahan cairan kental itu di lidahnya. ”Oh, begitu...” batinku. Seperti bisa membaca pikiranku, pak Iwan menerangkan, ”Selain seperti yang kamu lakukan semalem, laki-laki juga suka lihat cairannya diterima di lidah atau bibir, terus ditumpahin ke muka. Itu namanya Cum on Face atau Facial. Kalo yg semalem itu CIM…, Cum in Mouth.” Kulihat Nana memamerkan dulu cairan di lidahnya sebelum menelannya habis.

Adegan film selesai dan berlanjut ke film berikutnya. Pak Iwan menarik aku rebah di sampingnya. Tangannya masih menggosok-gosok vaginaku. Kami berciuman, mempraktekkan pelajaran” yang aku lihat di film. Tangan kirinya menelusup ke punggungku melepas kait BH. Kemudian dia mengangkat kaosku dan kini menyedoti putingku, ”aaaghhh...” aku merasa lemas. Tangannya kembali ke bawah menggosok-gosok celana dalam sambil membuka rokku. Aku tak sadar kapan akhirnya menjadi telanjang bulat dan mengangkang di sofa, sementara pak Iwan berlutut di bawah menenggelamkan wajahnya di selangkanganku. ”ooogghhh...paaaakkk” aku melihat adegan di layar TV, mereka saling menghisap dalam posisi terbalik. Pak Iwan melirik sebentar ke belakang, lalu membuka celananya dan membujur rebah di sofa sambil meminta aku mengarahkan vaginaku ke mulutnya meniru adegan di TV. Akupun langsung melahap kontolnya, ”Eit! Jangan langsung Tin, diciumin dulu.” Aku pun menuruti mengingat cara Nana melayani laki-laki tadi. Aku terdiam sebentarmenikmati ciuman Pak Iwan di vaginaku. Lalu kujilati bola dan batang kontolnya dan... ”Aaaagghh...” aku mengejang tak kusangka pak Iwan akan menjilati lubang anusku. Kini aku tahu nikmatnya rangsangan di anus. Tidak ragu-ragu lagi, aku balas serangan pak Iwan. Rupanya dia betul-betul guru yang baik, memberi contoh sebelum meminta aku melakukannya. Dia melipat kakinya mengangkang saat kujilati anusnya. Ada jembut halus disekelilingnya. Pak Iwan terhenti menikmati jilatanku. Sambil mengerang dia bilang, ”Tin, kalo begini ini namanya 69. Tau kan kira-kira kenapa disebut 69?”

”Karena 6 sama 9 kebalik pak”

”Pinterrr...” katanya melanjutkan serangan, kali ini di klentitku.

Aku tersenyum geli sambil mengulum kontolnya lalu mengemut sambil bergerak naik turun. Sambil menjilat aku rasakan jempol pak Iwan mengusap-usap vaginaku dan sesekali melesak sedikit masuk. Rasanya nikmat, meski aku agak khawatir kalo perawanku sobek. Lagi-lagi seperti mampu membaca pikiran, pak Iwan menerangkan, ”Ga usah khawatir Tin, selaput dara letaknya di dalem, kalo cuma seujung jempol ga akan kena.” Aku pun lebih tenang menikmati gesekan jempolnya dan jilatan di kelentitku. Lama-lama aku tak tahan lagi, kudukku merinding, menjalari punggungku sampai ke pinggang, paha dan vaginaku mengencang saat... ”Huummpphh...ghhh” aku orgasme sambil mengulum kontol pak Iwan.

Pak Iwan membiarkanku beberapa saat menikmati orgasmeku yang kedua sejak tadi malam.

..............................
Setelah sabar menunggu beberapa menit Pak Iwan lalu berdiri dan memintaku duduk di sofa. Tanpa perlu diajari lagi aku langsung melanjutkan kocokan tangan dan mulutku di kontolnya. Dia memegangi kepalaku, kadang kencang sedikit menjambak, kadang lemah. Aku meraba- raba bolanya dan menggosok anusnya, seperti yg baru kepelajari. Genggaman tangannya di rambutku semakin kencang, kurasakan juga otot pahanya mengencang,

”Teruuuussss Tin, teruuuuusss...hhh,” katanya sambil menengadah,

”Siap-siap ya Tin, siap-siap...” aku tahu dia akan keluar seperti tadi malam. Dicabut kontolnya dari mulutku, sambil mengocok dia menyuruhku, ”Julurin lidahnya, meletin...” lalu cruuuttt...crut cairan kental itu terasa di lidahku, sisanya muncrat ke hidung dan mata, membuatku memejamkan mata sebelah.

”Ahh hhhh...hhh... kamu cepet belajar ya,” ucapnya sambil tersenyum lebar. Jempolnya menghapus sperma di kelopak mataku dan menambahkannya di lidahku. Secara naluri aku tau ini saatnya menelan semuanya. Dia memandangiku, lalu membungkuk, mengecup mataku yang tadi terpejam, dan mencium bibirku. Kami berciuman, dia mengangkat tubuh mungilku dengan ringannya, dan menggendongku dalam dekapannya. Kakiku memeluk pinggang pak Iwan dalam gendongannya dan kami berciuman lama sekali sambil berdiri. Dalam hati, aku bahagia sekali menjadi ”istri di siang hari”. Kami lalu berpakaian, aku membantunya merapikan kancing kemeja dan dasi, bersikap seolah-olah istrinya. Ia tersenyum memandangiku waktu merapikan dasinya, aku senang dipandangi seperti itu. ”Ga makan dulu pak?” tanyaku. ”Maap ya bisa telat nanti,” jawabnya sambil mengecup keningku. Aku melirik jam dinding sudah jam 1 lewat 5. Pak Iwan butuh waktu paling lama 10 menit untuk sampai ke kantornya. Justru waktu untuk turun ke basement dan jalan ke mobil seringkali lebih lama dari perjalanannya. Dia mengecup bibirku sekali lagi, waktu berpamitan. Sejak hari itu aku sadar akan menjalani peran baru di keluarga ini. Dan aku bahagia dengan peranku itu.


(bersambung)
Titin Gadis Kebumen 03
 
Terakhir diubah:
Lancrotkan.....hu.....buat pak Iwan ...virgin in si pembokat
 
manthaaappp....
tambah seru nih...

lancrotkan suhuuu..
buat titin sampai minta utk dimasukin...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Akan tiba saatnya Titin menyerahkan diri dengan ikhlas untuk dimasuki.
Lanjutannya di page 4 ya saudara-saudara.
 
Keren banget Suhu ceritanya, enak dibacanya, mengalir apa adanya.
:jempol::jempol:
Mengalir karena mungkin 90-95% true story Bos. Dan diarynya Titin yang dia tulis itu beneran ada. Jadi gampang ngeditnya supaya jadi cerita.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd