(foto ilustrasi mirip Titin, BUKAN foto asli)
Titin Gadis Kebumen 07 (Bagian Terakhir - TAMAT)
Namaku Titin, umurku 19 tahun. Asalku dari Dusun Pancawarna, kecamatan Alian, kabupaten Kebumen. Kisah cintaku dengan pak Iwan yang aku catat di diary sudah aku tulis di komputer dan diedit oleh pak Iwan. Aku sendiri cukup senang dengan hasil editan Pak Iwan. Kadang aku baca-baca lagi apa yang sudah aku ceritakan. Seperti membaca sebuah novel.
Kadang aku terangsang saat membacanya dan tanpa sadar menggosok-nggosok vaginaku sendiri.
Pengalaman paling istimewa menjadi ”istri” pak Iwan kualami di pertengahan bulan Maret lalu. Tiba-tiba pak Iwan punya ide menyuruhku untuk meminta ijin ke bu Nanda pulang kampung 3-4 hari. ”Alasannya apa Pak?” tanyaku. ”Bilang aja Mbahmu sakit dan minta anak cucunya ngumpul,” jawabnya. Aku menurutinya dan mengatakan pada bu Nanda mbahku (nenekku) sedang sakit. Padahal memang sudah lama sakit karena sudah tua.
Di saat yang sama sehari sebelumnya pak Iwan pamit ke istrinya untuk pergi tugas ke luar kota selama 5 hari. Hari Minggu dia berangkat, Seninnya aku diantar bu Nanda ke stasiun pagi-pagi karena bu Nanda harus ke kantor. Selama aku ”pulang kampung” Tiara akan dijemput Eyangnya setiap pulang sekolah dan bobo siang di rumah Eyang.
Di tasku, pak Iwan sudah menuliskan dengan terperinci apa aja yang harus aku lakukan. Mulai dari letak bis Damri di Stasiun Gambir, dan bagaimana naik bis Damri ke bandara.
Aku naik bis Damri ke bandara sambil terus membaca petunjuk pak Iwan.
Singkat kata, pak Iwan menjemput aku di Bandara, dan ternyata aku diajak berlibur ke Lombok. Wah, seperti apa ya? Aku belum pernah ke Lombok. Aku juga belum pernah naik pesawat sebelumnya.
Selama di bandara dan di pesawat penampilan pak Iwan agak lain. Dia memakai kacamata hitam dan topi. Mungkin berjaga-jaga kalau-kalau ketemu dengan orang yang dikenal. Di pesawat menuju Lombok, kami berpergangan tangan. Sambil menatap pemandangan di luar jendela, aku merasa bahagiaaaa.. sekali. Aku juga memakai kacamata hitam besar yang pak Iwan belikan di bandara, Pak Iwan bilang itu bukan kacamata, tapi kacamuka he he he.
Aku belum tahu seperti apa Lombok itu, tapi yang pasti disana aku akan memadu kasih dan mereguk kenikmatan sepuas-puasnya dengan pak Iwan. Membayangkan itu aja, vaginaku terasa basah. Aku berbisik ke pak Iwan sambil menarik tangannya ke selangkanganku: ”Udah basah nih Pak”.
”He..he,” dia balas berbisik, ”Ga sabar nih mau jilatin.”
Kami sama-sama tersenyum. Pak Iwan memberi kecupan kecil, menempelkan bibirnya ke bibirku dengan gerakan kilat. Aaahh, rasanya dadaku hampir sesak. Banggaaa sekali menjadi kekasih Pak Iwan. Sampai di bandara Lombok, kami dijemput sama seseorang yang ramah, rupanya dia adalah tour guide untuk paket honeymoon 3 hari 2 malam. Aku baru tahu ternyata Pak Iwan menyewa paket bulan madu untuk kami.
Di mobil pak Iwan sambil memegang print out jadwal perjalanan (itinerary istilah Inggrisnya) bicara ke mas Andy, guide yang menjemput kami ini:
"Mas, saya sama istri skip rundown hari pertama ya."
(aku kaget bercampur bangga dia sebut aku istri).
"Oh begitu Pak? Ya terserah Bapak sih, cuma semuanya sudah kami siapkan sebetulnya. Jadi ga bisa refund."
"Oh ga masalah, jadi Mas Andy ntar jemput kami pas hari kedua aja ya. Kita mau puas-puasin dulu hari pertama," kata pak Iwan sambil senyum ke arahku.
"Oh siap Pak" kata mas Andy, "sangat dimengerti untuk penganten baru." balasnya sambil sempat mencuri pandang ke arahku juga.
Sampai di kamar hotel yang besar, pak Iwan tidak mau kehilangan waktu langsung menerkamku, ”Aakh,” aku menjerit kaget. Dia melumat bibirku dan membuat aku terjatuh rebah di kasur. Tanpa membuka bajuku dia langsung membuka celana jeans dan celana dalamku. ”Mana yang dari tadi katanya udah basah?” katanya sambil menciumi vaginaku. ”Ooouugh.. Pak” aku kegelian tapi langsung menyerah waktu sentuhan lidahnya yang hangat menelusup ke liangku dan menyapu pelan kelentitku, ”aaaaghhh...” desahku sambil meremas rambut pak Iwan.
Sambil menjilatiku, dia mencopoti celananya sendiri, lalu naik ke atas kasur. Aku diminta berpindah posisi di atasnya, vaginaku di atas mulut pak Iwan, dan kontol pak Iwan yang sudah sangat tegak berada dekat di mukaku. Kucium kepala kontolnya dengan lembut. Kujilat-jilat lubang di tengahnya. Aku terdiam mengejang sesaat, saat lidah pak Iwan kembali terasa menjilat-jilat vaginaku. Kami masih sama-sama berpakaian dengan bagian bawah telanjang dalam posisi 69. Mungkin karena sudah sama-sama menahan nafsu sejak di pesawat, tidak berapa lama, kontolnya menggembung di mulutku yang masih mengocok dengan cepat, lalu dia menegang dan menyemprotkan spermanya di mulutku. Semprotannya kuat sekali ke langit-langit dan kerongkonganku, pak Iwan rupanya juga ingin aku menyusul orgasme, jilatannya makin cepat dan makin cepat, ”aaakhhh” aku menjerit kuat dan mengejan keenakan.... aku rebah sekenanya di atas pak Iwan. Kontol pak Iwan menempel di pipiku.
Setelah beberapa menit, aku merasakan kontol pak Iwan masih keras dan tegang berkedut-kedut di pipiku. ”Kenapa dik, mau lagi yaaa?” candaku sambil bicara ke kontolnya. ”Iyaaa,” jawab pak Iwan sambil membuatku telungkup dan menusukku dari belakang. Dengan penuh nafsu dia menggenjotku dengan kasar dari belakang. Rambutku dijambak sambil tangan yang satu memegang leher seolah-olah mencekik. Telingaku, hidung, mata dan bibir habis dijilati lidahnya. Bukan diciumi, tapi dijilati. Meski wajahku bau air liur pak Iwan, tapi aku jadi terangsang sekali dengan permainan kasar ini. Aku tahu sebentar lagi dia pasti akan keluar, kontolnya sudah terasa makin besar dan menggembung,
”Pak, aku kalo ga salah lagi subur lho Pak,”
dia terkejut dan menurunkan kecepatan,
”Oh, kalo gitu keluarin di lobang satunya aja ya” gerakannya grusa-grusu (=terburu-buru), mengambil pelumas dari dalam tas menyemportkan ke anusku dan mulai bersiap-siap menusuk anusku dengan kontol besarnya. ”Aaghhh... sakit Paaakk,” aku meringis. Dia coba mencolok-colok dengan jarinya dulu. Lalu berusaha lagi memasukkan kepalanya.
”Gimana Tin?” tanyanya.
”Aggg...duuhh...masih sakit Pak”.
”Ya udah aku keluarin di luar aja ya, kasian kamu belum siap.”
Lalu dia memasukkan lagi kontolnya ke vaginaku.
”Maap ya Pak,” kataku sambil terengah-engah digenjot dengan kuat.
”Gapapa, Tin, nanti-nanti juga masih bisa....”
dia masih menggenjotku dengan kencang,”...aaahh... yaaak, aku mau keluar Tin!”
”Sini pak, di sini” kataku sambil menunjuk ke pipi kiriku. Dia merangkak cepat ke atasku dan menyemprotkan sisa spermanya ke pipiku yang segera mengalir ke bibirku. Selama berkedut-kedut, kontolnya digosok-gosokkan ke pipi dan bibirku. Kusambut dengan kecupan dan jilatan. Setelah mereda, aku berikan kuluman yang lama di batangnya sambil membersihkan sisa sperma yang ada. ”Aaaahh” dia mendesah puas. Aku senang setiap kali bisa memuaskannya.
Kami tertidur lemas dengan hanya separuh pakaian dan bagian bawah telanjang. Aku yang terbangun duluan. Waktu aku bangun bau liur pak Iwan sangat dekat, karena ternyata mukanya persis menghadap mukaku, dia tertidur seperti bayi, mendengkur keras dan ngiler. Hihi, aku geli melihat muka polosnya. Kucium pipinya lembut, dan aku mulai membereskan kamar. Menaruh tas-tas kami di dalam lemari. Lalu aku copot sekalian t-shirt dan bh-ku terus berganti piyama mandi yang tergantung di dalam lemari.
Aku udah mulai hapal keinginan pak Iwan, karena kalau sedang di hotel transit di Jakarta, pak Iwan sering meminta aku memakai piyama mandi tanpa bh dan celana dalam. Aku panasi dulu air mineral yang ada di dekat kulkas, lalu membuatkan kopi N*scafe untuk kekasihku yang sedang tidur telungkup dengan amat pulas. Suara ngoroknya kenceng sekali memenuhi kamar. Sambil menaruh cangkir di meja dekat kasur aku menatap gemas ke pantat pak Iwan yang telanjang. Kutepuk-tepuk sambil memanggil namanya, Pak Iwan masih ngorok aja. Dengan gemas kuremas-remas, lalu aku ciumi pantatnya sambil aku gigit-gigit kecil. Suara ngoroknya berhenti, dia terbatuk-batuk kecil tapi belum melek juga.
Akhirnya kuludahi anusnya dengan liur yang banyak dan kujilat-jilat,
”sluurrrppphhh....mmmhhh”
Pak Iwan terbangun dengan kaget menoleh ke belakang, wajahnya lucu sekali,
”Ah, kamu Tin, ngagetin aja...”
Aku tersenyum sambil masih menjilat-jilat anus dan meremas pantatnya.
Dia tersenyum, ”Pinter banget kamu cara bangunin orang!” sambil kembali menelungkup,
”’aassshhhh enak Tin...terusin ya...”
Sebelum meneruskan jilatanku aku menggumam, ”kopinya ntar dingin lho pak...”
”Biariin...” jawabnya
”..aaaahhh... yah Tin bener begitu, kamu semakin jago ya sekarang”
Dia mengucap begitu karena kutusukkan lidahku ke anusnya sambil merogoh kontolnya dari bawah. Kontolnya yang tadi lembek dengan cepat mengeras lagi di tanganku.
Pantatnya kini agak nungging. Aku masih menambah liur dan menjilat-jilati anus sambil mengocok batangnya dari bawah.
”aaaaaahhhh iya Tin, .....ahhhh terusss Tiiinn...aggghhhhh....” crot... crot, aku melesakkan ujung lidahku ke anusnya saat dia orgasme, liang anusnya berkedut-kedut menjepit lidahku, rasanya gimanaaaa gitu, susah digambarkan.
Kami lalu mandi berdua dengan air hangat, saling menyabuni, berpelukan dan berciuman tanpa seks, meski kontol pak Iwan mengeras lagi tapi tampaknya dia tidak mau memforsir ”batang kesayangan”ku itu.
Setelah mandi, kami menikmati makan malam di restoran hotel.
Pak Iwan memintaku memakai tank top dan kain yang sempat kami beli di bandara.
”Besok Andy akan jemput kita pagi-pagi untuk jalan-jalan ke Gili Trawangan," kata Pak Iwan ”itu pulau bagus banget dan kebanyakan cewek pake bikini doang 2 potong. Jadi ga akan ada yang merasa aneh kalo kamu pake tank top dan kain kayak gitu...”
Malamnya kami menikmati suasana di kamar sambil nonton TV, rasanya benar-benar seperti bulan madu. Aku rebah di dadanya sambil berbalutkan selimut, pak Iwan mengusap-usap rambut dan bahuku. Saking bahagianya aku ingin memberikan "hadiah" lagi padanya.
Aku buka piyamaanya dan menciumi puting kirinya.
”Ehhmm...” dia tersenyum sambil masih menonton TV.
”Pak Iwan merem bentar deh,” kataku.
”Kenapa?” tanyanya.
”Pokoknya merem aja bentar,” sambil beringsut dari tempat tidur aku cepat-cepat mengambil KY-Jelly yang tadi siang dicoba pak Iwan.
Aku masuk kembali ke dalam selimut dan meneruskan jilatanku di putingnya.
”Udah boleh melek lagi belum nih?” tanyanya.
”Terserah aja,” candaku sambil berpindah ke puting satunya.
Jariku sekarang diam-diam berlumuran pelumas, mulai menyiapkan anusku untuk hadiah malam ini. Sambil menjilati putingnya, aku melesakkan satu jari dan mengocok anusku.
Lalu ciumanku perlahan-lahan bergeser ke bawah.
”Aku udah ga sanggup goyang lagi lho Tin, bisa kram nih kalo suruh genjot lagi” kata Pak Iwan.
”Ga usah kawatir Pak,” sahutku sambil mulai menciumi kontolnya ” Cuma pengen tau aja adik kecil ini masih bisa ngeludah ga ya?”
lalu kukulum kontolnya.
”Eemmhhh....” pak Iwan merem sambil meremas rambutku.
Kini aku sudah memasukkan jari berikutnya ke anusku.
Rasanya sudah makin longgar dan rileks. ”Rrrghhmhh...” aku menggeram karena nafsuku sendiri sambil mengocok batang pak Iwan di mulutku.
Makin lama makin cepat, dan batang kontolnya makin panjang dan keras. Aku makin menambah kecepatan waktu jari ketiga sudah mulai masuk ke anusku, meskipun tidak bisa semuanya. Pak Iwan makin kencang meremas dan menjambak rambutku. Tangannya ikut naik turun mengatur gerakan kepalaku. Lalu, tiba-tiba aku berhenti dan melepaskan kontolnya.
”Lho, kog berhenti???”
Aku tersenyum, pak Iwan bengong, lalu aku beringsut ke atas dan menciumi dagunya, lalu bibirnya. Dia membalas ciumanku sekedarnya sambil memperlihatkan muka kesal. Aku hanya tersenyum, tanganku mengarahkan kontolnya ke anusku, aku cium lagi bibir pak Iwan, ” beneran mau langsung dikeluarin aja?... apa mau ngerasain yang ini dulu?” sambil tersenyum aku duduki pak Iwan dan membiarkan kepala kontolnya menekan bibir anusku. ”He he he, kamu ini...” senyum pak Iwan, ”pinter ngasih surprise ya.” Kami berciuman lagi, sekarang dia memagut bibirku penuh nafsu. ”Aaaahhhh...” kami sama-sama mendesah saat kepala kontolnya melesak ke anusku.
Karena sudah sangat licin dan rileks, tidak sulit buatku untuk memasukkan semuanya. Pak Iwan merem keenakan, aku berdiam sebentar merasakan seluruh batang kontolnya berkedut-kedut di liang anusku. Kontol pak Iwan cukup panjang, aku jadi sedikit mulas, tapi kutahan. Mulut pak Iwan menganga saat aku mulai bergerak naik turun, ”ohhhh yaaahh enak banget Tiiiinnn,” desahnya. Jari-jariku merangsang kedua puting dadanya, tangannya juga membalas meremas-remas payudaraku yang sekarang mulai lebih tumbuh sejak mulai menjadi ”kekasih” pak Iwan. Puas merangsang putingnya, kini tangan kiriku beralih ke kantong bolanya dan memberi rabaan ke bola dan anusnya, ”aaaaghhhh enak sayangggggg... enak bangeett” erangnya sambil meremas payudaraku kuat-kuat. Aku bisa bayangkan pak Iwan merasakan kenikmatan luar biasa dengan rangsangan tiga kenikmatan sekaligus di puting kirinya, di bola dan anusnya, dan jepitan ketat liang anusku yang bergerak naik turun di kontolnya. ”Aku mau keluar sayang...” teriaknya, membuatku mempercepat gerakan naik turun di kontolnya, liangku terasa penuh waktu batang itu menggembung sangat keras,...croott...crooooootttt... spermanya masih bisa aku rasakan di anusku meskipun siang tadi dia sudah keluar banyak. Kami pun tidur berdekapan dengan telanjang di dalam selimut.
Rasanya nyaman sekali tidur di pelukannya.
------------------------------------------------
Besoknya kami menikmati perjalanan ke Pulau Gili Trawangan. Dia membelikan aku 2 pasang bikini untuk kupakai selama jalan-jalan di pantai. Aku pakai ”kacamuka” gelap yang gede banget, dengan topi pandan. ”Sexy banget sih,” bisiknya sambil memelukku.
Pak Iwan memang memintaku memakai bikini dengan berbalut kain. Agak risih waktu memakai bikini di luar dan diliatin sama-sama bapak-bapak yang menyewakan boat ke Pulau Gili. ”Tenang ajaaa... mereka udah biasa liat bule pake bikini tiap hari.” kata pak Iwan sambil merangkul dan mencium pipiku. Kami benar-benar seperti sepasang pengantin berbulan madu. Setelah puas mengikuti perjalanan yang disiapkan mas Andy hari itu, kami pun pulang ke hotel untuk bercinta lagi.
Setiap kali bercinta di hotel, pak Iwan mengeluarkan setumpuk kartu untuk aku pilih. Entah darimana pak Iwan membeli kartu seperti itu, tapi aku harus melakukan sesuai dengan kartu yang aku pilih. Kartu-kartu itu ada yang bertuliskan DEEPTHROAT, BLOWJOB, WOMAN ON TOP, MAN ON TOP, DOGGYSTYLE, CUM IN MOUTH, FACIAL, ANAL, DP (Double Penetration – untuk yang ini dia membawa dildo), ASS LICKING/RIMMING, 69, HANDCUFF & BLINDFOLD, dll.
Sensasi yang aneh tapi nikmat saat aku membuka kartu HANDCUFF & BLINDFOLD, ternyata artinya diborgol dan ditutup mataku. Aku ga nyangka Pak Iwan beneran punya alat-alat seperti itu. Aku seperti diperkosa, tapi tetap merasa aman dan ga takut. Malah nikmat membiarkan diri pasrah. Diborgol di kasur, lalu dipindah ke kursi. Aku membungkuk sambil disetubuhi dari belakang. Dipindah lagi ke toilet, tanganku di borgol ke bawah toilet sehingga posisiku nungging di atas toilet. Disitu pak Iwan mengakhiri permainannya dengan menggenjot anusku dan menjambakku saat menyemprotkan spermanya di mulutku.
Benar-benar mengasyikkan berduaan aja dengan pak Iwan tanpa takut dilihat orang.
Setelah 2 malam, besoknya kami dijemput Mas Andy untuk diantar ke bandara.
(Foto asli Titin, NO FACE)
Sesampainya di Jakarta, Pak Iwan wanti-wanti berpesan supaya aku membuang semua hal yang berkaitan dengan bandara, seperti label di tas dan tiket pesawat. Aku senang membayangkan bisa memakai bikini yang dibelikan pak Iwan siang-siang setiap kali nanti pak Iwan pengen ”makan siang” di apartemen.
--------------------------
Aku tahu bahwa tak akan selamanya hubungan kami seperti ini. Tidak mungkin bagi pak Iwan untuk menikahi aku, meskipun sebagai istri kedua atau simpanan. Bukannya aku tidak mau, aku sangat menghormati keluarga pak Iwan. Jadi aku tidak mau membayangkan sesuatu
yang bisa merusak kebahagiaan keluarga mereka. Bu Nanda juga sudah mengenal orang tuaku di kampung. Tidak mungkin keluargaku setuju jika - misalnya – pak Iwan menikahi aku secara siri, diam-diam tanpa sepengetahuan bu Nanda. Aku benar-benar membuang jauh-jauh khayalan itu.
Aku ikhlas menjalani peran ini. Toh aku menikmati peran sementara yang aku jalankan.
Memberikan sesuatu yang tidak bisa pak Iwan dapatkan dari bu Nanda.
TAMAT
======================
Catatan akhir dari "Pak Iwan" (bukan nama sebenarnya):
Sejak pulang dari Lombok itu, istri saya suka komplen kalo Titin sering berbantah dengan dia tentang apa yang harus dilakukan atau dibereskan di apartemen.
"Yang majikan itu siapa sih?" katanya, "kayak Nyonya rumahnya itu dia aja."
Lalu kira-kira 2 minggu setelah itu, Titin WA saya pas sedang cukur rambut di barber langganan: "Pak, saya mau pamit keluar. Mau brenti kerja."
"Hah," saya kaget, "emangnya kamu di mana sekarang?"
"Masih di kamar lagi beberes koper."
"Emangnya ibu di mana?"
Titin ga balas. Cuma di-read doang.
Lalu saya WA istri saya: "Mih, kamu lagi di mana?"
"Di apartemen, kenapa emang?" jawab istri saya.
Bodohnya saya jujur nanya: "Itu Titin kog WA aku mau keluar brenti kerja. Dia bilang gitu sama kamu?"
Di sinilah yang memicu istri saya jadi meledak, karena Titin tidak bilang apa-apa ke dia, tapi malah WA ke saya yang sedang di luar. Rupanya pagi itu mereka berbantah lagi soal aturan istri membuka pintu balkon apartemen. Hal yang sepele sebetulnya. Istri saya juga ga marah-marah amat. Makanya heran kenapa hal sepele bikin titin mau brenti kerja. Udah gitu bilangnya malah ke saya yang sedang di luar bukan ke istri yang di depan mata. Istri saya merasa ga dianggap dan meledak marahnya.
Singkat kata, hari itu Titin brenti kerja. Istri saya masih berbaik hati. Dia berikan gaji terakhir 2 kali lipat sebagai pesangon. Saya juga sempet diam-diam selipin amplop di tas Titin.
Setelah itu, nomornya ga bisa dihubungi lagi. Sampai sekarang.
Dia juga sempat menghapus diary ini dan semua foto yang kami simpan di hidden folder.
Untung saya punya back up file-nya, hanya saja semua foto belum sempat saya back up.
Yang tersisa hanya beberapa foto yang sempat saya buat dengan hape. Semuanya NO FACE.
Beberapa bulan saya sempat kirim uang setiap bulan lewat orang yang dulu jadi penghubung Titin waktu awal kerja sambil menanyakan kabarnya.
Kabar terakhir: dia sudah menikah dan sekarang punya 1 anak.
SEKIAN.
PS: Next, saya akan bagikan pengalaman saya diajak DP (Double Penetration) sama mantan karyawan asing di kantor tempat saya kerja.