Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Secret and Desire
Chapter 11

Sebuah Tantangan Baru


chaptercd.jpg



Hari ini untuk kali pertama Galih terlambat datang kesekolah. Bukan tanpa sebab siswa tampan berprestasi itu datang pada pukul 8, tepat saat upacara bendera selesai. Pertama ia bangun kesiangan, karena minggu malam, papa dan mamanya mengajak Galih makan malam diluar dan berlanjut nonton film di bioskop. Kedua, mobil yang mengantarnya ke sekolah mengalami pecah ban dan mengharuskan Galih melanjutkan perjalanan menggunakan angkot. Alhasil, pemuda yang awal semester ini mewakili sekolah pada lomba menulis esay, harus menjalani sebuah hukuman dari guru piket.

Awalnya pemuda berwajah feminin itu mengira ia akan mendapatkan hukuman seperti kebanyakan sekolah; push up, lari keliling lapangan, berdiri depan tiang bendera, menggosok wc, atau hukuman fisik lainnya. Tetapi ia justru senang ketika mengetahui hukumannya ternyata hanya menyalin sebuah buku sejarah sebanyak 10 halaman. Kebiasaannya membaca buku sejak SD serta hobi menulisnya, membuat Galih justru senang menjalani hukuman ini. Tetapi tidak dengan keempat siswa lainnya yang juga datang terlambat hari ini

β€œBu Alya itu memang keras dan disiplin, tetapi maksudnya juga baik. Kalian sadar gak? Dengan kalian menjalani hukuman seperti ini, sama saja kalian membaca buku. Jadi meski kalian mendapat hukuman kalian tetap mendapat banyak ilmu dari situ.” Jelas Subono, kepala sekolah nyentrik berkumis khas sesaat sebelum ia meninggalkan ruang perpustakaan untuk memimpin rapat guru.

Meski hukuman itu diberikan oleh bu Alya, guru piket hari ini. Tetapi Bonolah yang mencetuskan semua gagasan itu. Semenjak ia menjabat sebagai kepala sekolah, ia berusaha menghilangkan segala hukuman fisik yang pernah dilakukan. Karena menurutnya ada banyak cara untuk menumbuhkan kedisiplinan, dan hukuman fisik nyatanya tidak pernah menjadi jaminan seseorang akan lebih disiplin. Karena sudah banyak kasus terjadi, hukuman fisik dilingkungan sekolah, justru hanya menimbulkan rasa dendam di setiap muridnya.

Tak sampai 20 menit Galih sudah selesai menyalin buku sebanyak 10 halaman. Hanya saja ia belum bisa keluar dari perpustakaan sebelum mendapat izin dari bu Alya. Sembari menunggu bu Alya yang masih mengikuti rapat, Galih membaca buku di rak ilmu sosial, meski kebanyakan buku yang dipajang sudah pernah ia baca di perpustakaan kakeknya. Tetapi jauh lebih menyenangkan ketimbang harus mendengar rengekkan dari β€˜anak kaya’ nan manja yang sedari tadi menggerutu ketimbang berusaha menjalani hukuman.

β€œgue yakin itu guru dulunya gagal masuk tentara galak banget.”

β€œiya neeechhh, ngeheee pegeel banget tangan gue..”


Lamat-lamat Galih mendengar ocehan kakak kelasnya tentang guru yang telah memberikan mereka hukuman ini. Memang benar, seperti yang di ungkapkan keempat siswa kelas 2 IPS itu. Alya memang memiliki paras seperti militer atau mungkin polwan. Karena, guru yang 2 tahun ini menjabat sebagai waka kesiswaan itu memang jarang terlihat tersenyum bahkan selalu terkesan jutek dan menyeramkan, baik saat mengajar dikelas atau bila berpapasan di jalan. Andai saja wanita pemilik rambut ikal sebahu itu mau sedikit saja tersenyum, ia bisa menjadi guru favorit disini. Karena guru yang tahun ini menginjak usia 42 tahun itu sebenarnya memiliki paras yang cukup cantik, bahkan tidak kalah dengan guru-guru muda.

Bukan sebuah rahasia lagi bahwa SMA Nusantara merupakan gudangnya wanita cantik. Bukan hanya murid-muridnya saja yang terlihat modis karena kebanyakan berasal dari keluarga berada. Tetapi guru-guru disini juga tak kalah mempesona. Seolah tak mau kalah dengan muridnya yang masih ABG, guru di sekolah ini juga selalu berpenampilan menarik bahkan tak sedikitnya guru yang mengenakan seragam dengan rok yang cukup ketat. Meski sudah 10 tahun sekolah ini mendapat status negeri, tetapi baik guru maupun murid tidak dipaksa untuk mengenakan jilbab bagi yang muslim. Karena seharusnya berjilbab tidak boleh dipaksakan , menutup diri merupakan sebuah panggilan hati dan bersifat personal.


~~ Secret and Desire~~

β€œAyo lah, lo doang ini yang jarang nongkrong β€œ Bujuk salah seorang temas sekelas Galih.

β€œIa, Lih sekali-kali nongkrong bareng kita kenapa sihh... memang lo mau kemana sih?” bujuk gadis berkacamata yang juga berusaha mangajak Galih untuk ikut nongkrong di mall.

β€œBukannya gitu ... lagian ngapain sih nongrong di mall. Mending balik kerumah belajar, minggu depan sudah ujian loh.” Jawab Galih berusaha menolak ajakan beberapa teman kelasnya itu.

β€œLo mah pinter kali, kaga perlu belajar juga pasti naik..” siswa lainnya menimpali

β€œYa elah, Cuma ujian doang kali...”

Meski aku yakin akan mudah melewati ujian kenaikan minggu depan, tapi aku gak boleh sedikitpun menyepelekan. Segala kemungkinan bisa saja terjadi, dan aku bisa saja gak naik kelas. Kalau diujian kenaikan pertama ini saja aku sampai gagal, bisa-bisa aku lulus SMA nanti pas umur 22 tahun dong, enak saja kalian bilang Cuma ujian doang...

Usaha Galih menolak ajakan teman sekelasnya berhasil. Meski jengkel dengan sikap temannya yang menyepelekan ujian, namun Galih berusaha tidak menyinggung perasaan teman-temannya. Ia tetap menolak dengan alasan ingin segera pulang dan lanjut mengerjakan latihan soal dirumah. Padahal hari ini Galih sudah ada janji bertemu seseorang, di mall. Galih berharap mall yang akan dia tuju tidak sama dengan mall yang dituju teman sekelasnya.

β€œHehe. Sorry guys bukannya aku gak mau nongkrong sama kalian, habis nongkrong sama kalian gak pernah ada serunya. Paling Cuma nongkrong, minum milkshake terus haha hihi..”

Karena terlalu siang, Galih memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sekalian ganti pakaian. Meski duluar cuaca cukup panas, Galih tetap mengenakan pakaian serba hitam. Jeans hitam serta kaos v neck lengan panjang yang juga hitam. Galih sering diejek karena selalu mengenakan kaos yang sama setiap kali kumpul dirumah temannya untuk mengerjakan tugas. β€œlo anak orang kaya tapi setiap kali ngumpul pakai kaos ini mulu... memang lo gak punya kaos lain yaah...??, β€œtanya salah satu temannya suatu ketika. Bukannya tidak punya, Galih bahkan memiliki lusinan kaos, hanya saja jenis dan warnanya selalu sama, hitam.

β€œBang Roni pinjem motornya yaah,,,,”

β€œAhhh kamu, punya motor sendiri pakenya motor orang mulu..., β€œujar Roni dengan sedikit kesal.

β€œYa tahu sendiri kan, kalau pakai motor gede pegel kali kalau macet hehe....”

β€œiya iya ... nih koncinya, jangan lupa baliknya bensinya diisi lagi..!!”

β€œIya berees.. bosque”

Galih memang selalu menggunakan motor Vespa s150 warna abu-abu milik supir keluarganya. Padahal ia memiliki motor sport 250cc keluaran Honda yang ia beli sendiri setahun yang lalu dengan uang hasil kerjanya saat ia masih menjadi artis cilik. Namun baru dua bulan, Galih sudah merasa bosan dan pegal mengendarainya di kemacetan jalan. Ahirnya motor itu hanya terparkir di garasi hingga berdebu.

Hal itu membuat Patricia jengkel. Namun motor sport–yang saat ini sedang digandrungi anak muda karena pengaruh sinetron remaja yang bertema anak jalanan–bukan hal terakhir yang mebuat Patricia jengkel terhadap Galih. tepat 3 bulan yang lalu, Patricia kembali dibuah kesel sama ulah anak laki-laki satu-satunya itu. Di Minggu pagi saat ia tengah beryoga ada sebuah suara bising dari teras rumah. Saat Patricia menghampiri, Galih hanya cengar cengir didepan sebuah mobil keluaran Amerika yang baru saja datang.

Sejak menonton film fast and furious, Galih memang bercita-cita memiliki muscle car seperti yang dimiliki Dominic Toretto. Lalu ketika ia berusia 18 dan memiliki hak sepenuhnya untuk menggunakan hasil jerih payahnya selama menjadi artis cilik. Galih memutuskan untuk membeli mobil impiannya. Dodge Charger r/t 1970 bukanlah mobil yang mudah didapatkan di Indonesia, lalu ketika ia mendapat kabar ada yang menjualnya, ia tidak pikir panjang Galih langsung membelinya tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.

β€œMamah tahu kamu memang suka mobil-mobil kaya gini. Tapi...” Patricia menghela nafas menghentikan kalimatnya.

β€œGalih janji deh maaah ... kali ini gak bakal bernasib sama kaya CBR itu kok.. Kalau motor itu kan memang terlalu gede, jadi Galih males untuk make sehari-hari...” Potong Galih mencoba merajuk.

β€œHuuhhh .... Mama gak peduli nasibnya bakal sama kaya motor kamu yang sampe bedebu itu.. tapi kann....” Patricia menggeleng kepalanya beberapa kali. β€œKamu kan gak bisa nyetir mobil Galih... ichhhh... mamah gemes deh..”

β€œHehehe... hehehe ...” Galih hanya nyengir kuda pagi itu.

Memang benar 3 bulan sejak mobil itu ada dirumah, tak pernah sekalipun Galih mengendarainya karena pemuda itu memang tidak bisa mengendari mobil. Sudah lebih dari 4 kali ia kursus menyetir di tempat yang berbeda tak kunjung membuahkan hasil. Jangankan rekomendasi untuk pembuatan sim, Patricia bahkan harus mengganti rugi karena Galih menabrakan mobil latihannya.

Tetapi mobil yang pernah menyelamatkan Toretto dari kejaran polisi Los Angeles, tak sepenuhnya bernasib sama dengan motor sport yang teronggok hingga berdebu. Tadi pagi untuk pertama kalinya muscle car itu keluar dari garasi. Rama dengan senang mengendarainya menuju kantor.



~~ Secret and Desire~~


Pemuda berpakaian serba hitam lengkap dengan topi fedora, kaca mata hitam serta syal berjalan menuju sebuah cafe disebuah mall pusat kota. Seolah sang pemuda ingin berkamuflase dan tak ingin orang tahu akan keberadaanya. Galih memang berlebihan bahkan paranoid bila berada ditempat umum seperti ini. Padahal ia bisa saja melepas semua penutup diwajahnya, karena saat ini sudah tidak banyak yang masih mengenalnya sebagai artis cilik. Ya meski terkadang masih ada beberapa orang yang mengajaknya berfoto hingga membuat pemuda itu merasa risih.

Setelah sampai pada cafe tempat yang ia tuju ia lekas mencari seseorang yang hendak ia temui. Dipojok ruangan cafe bergaya modern itu ia menghampiri wanita berperawakan tinggi yang sedari tadi menunggu dirinya.

β€œMba Marissa ya” Sapa Galih memastikan wanita berambut coklat panjang adalah orang yang ingin ia temui.

Wanita cantik bertampang oriental dengan tahi lalat didekat hidungnya itu menoleh kebelakang, kemudian berdiri menghadapnya.” Galih ya?” wanita itu juga ikut menebak.

β€œIya mba, maaf ya telat, soalnya banyak mata kuliah dikampus.” Ujar Galih menjabat tangan wanita yang sedikit lebih tinggi darinya. Galih menerawang dari spatu flat yang dikenakannya mungkin wanita dihadapannya itu memiliki tinggi sekitar 172 cm., β€œUdah nunggu lama mbak?” lanjutnya.

β€œYa lumayan lah,.... oh ya duduk dulu yuk.. mau pesen apa....” Sahut Marissa mengangkat tangannya memanggil pelayan.

Galih duduk dihadapan wanita dengan wajah sendu itu. kemudian ia memilih long black tentunya untuk ia pesan. β€œSendiri aja mbak?”

β€œnggak ... tadi sih berdua, tapi gak tahu tuhh dia katanya ada urusan mendadak, tapi nanti kesini lagi sih...” Jelas Marissa sambil meminum cappuccinonya

β€œsiapa mbak?”

β€œPartner kamu nanti... kan gue di WA sudah bilang konsep fotonya nanti bakal pasangan.”

β€œohhh... ya ya ya...”

Sebagai pembuka obrolan keduanya bertanya satu sama lain tentang kesibukan masing-masing. Marissa Agustine merupakan kenalannya Romi teman kursus Galih, yang menawarinya menjadi model untuk promosi sebuah butik. Galih menyetujui tawaran itu karena dunia foto model memang belum pernah ia masuki sebelumnya dan ia selalu merasa tertantang dengan sesuatu hal yang baru.

Tanpa bertanya lebih lanjut Galih dapat mengetahui bahwa Marissa merupakan seorang model, atau dulunya seperti itu. Mamanya memiliki sebuah sekolah modelling, itu kenapa ia sudah sangat hafal dengan perawakan seorang model.

β€œKok tahu gue dulunya model?” Tanya Marissa sambil menerima ktp Galih yang ia minta.

β€œTahu lah dari kecil aku sudah terbiasa bergaul dengan model-model, jadi waktu ngelihat mbak Rissa aku sudah nebak mbaknya model .... ehh boleh kan aku panggil Rissa .... β€œ

β€œBoleh kok, kamu bisa panggil gue Rissa ... atau, Icha juga bisa” jawabnya tersenyum sambil membaca KTP yang ia pegang” Galih Pratama Kusumo ... hmmmm ... nama kamu kayaknya gak asing deh, hmmm, kayak pernah denger gue.”

Galih membatin bahwa Marissa akan menebak bahwa ia adalah seoarang mantan artis cilik. Namun dugaan Galih keliru kali ini.

β€œJadi keinget Mbah Kusumo.. Tahu gak yang seniman nyentri itu..”

Sejenak Galih menghela nafas, lega Marissa bukan salah seorang yang akanmengingat sejarahnya. β€œ Ya tahu lah, Mbah Kusumo kan .... kakek saya mba..”

β€œSerius loo?, Lo cucunya?”

Galih hanya mengangguk untuk menjawab Marissa yang terlihat terkejut mengetahui ia merupakan cucu dari seniman nyentrik pemilik galeri seni di Jogja.

β€œMemang mba Rissa pernah kenal atau ketemu mbah aku?”

β€œGak kenal secara personal sih, cuma aku kagum saja sama karya-karya beliau. By theway mbah Kusumo apa kabar Lih, kayaknya sudah jarang eksis yah, terakhir kali gue ke galerinya juga gak pernah lihat mbah Kusumo.”

β€œsehat sih Alhamdullilah, tapi aku juga sudah jarang ketemu sama mbah Kus, belakangan mbah Kus sama mbah Peter lagi kerjasama bikin proyek desa wisata gitu. Jadi selama proyeknya belum kelar mbah susah dihubungi. Lebaran tahun kemaren saja aku gak ketemu loh sama mbah.”

β€œmbah Peter? Siapa itu?”

β€œkakek dari mama aku, mba Rissa pasti pernah denger nama Peter Jensen, itu kakek aku juga...” Jelas Galih menambahi.

β€œWaw... weit tunggu dulu. Jadi lo itu cucu dari dua orang ternama di negeri ini, gitu?” Marissa makin terkejut mendengar nama kakeknya Galih dari sisi mamanya. Siapa orang yang tidak akan terkejut mendengar nama itu. Nama salah satu pengusaha besar yang memiliki banyak perusahaan diberbagai bidang.

β€œUdah deh mba, yang hebat kan kakek-kakek aku. Kalau aku yah cuma orang biasa, Galih mencoba merendah β€œmending kita bahas proyek kita saja deh... hihih” lanjutnya.

β€œNanti saja deh, biar gue gak ngejelasin dua kali..” sahut Marissa menengguk minumannya untuk sekedar meredam rasa syoknya barusan, β€œOh ya ... lo semester berapa sekarang? Ambil jususan apa..?”

β€œS-semester 2 mba ... ehh... ambil jurusan ... apa tuuhh kom...”

β€œGalih!!”

Seorang wanita mengenakan jilbab memotong perkataan Galih. Pemuda itu lekas menoleh untuk mengetahui siapa wanita di sampingnya. β€œB-bu Hesti??” Galih cukup terkejut mengetahui wanita yang memanggilnya merupakan salah seorang guru disekolahnya. Bu Hesti, sang guru sejarah.

β€œGalih ngapain disini?” Seru Hesti sambil duduk dibangku yang semula ia duduki.

β€œLoh, lo dah kenal sama dia Hes?” Tanya Marissa sedikit heran.

β€œGimana gak kenal, dia ini murid aku disekolah... jadi dia Cha .... yang bakal jadi partener aku?”

Marissa hanya mengangguk. β€œberarti kamu masih SMA, Galih?”

β€œhehe... iya mba. Heheh..” Galih hanya nyengir sekecut mungkin, ia tidak menyangka partner dia dalam proyek ini adalah gurunya sendiri. Waduhh bakalan ribet ini sih.

Setelah akward moment itu mereda dengan sebuah tawa. Akhirnya Marissa menerangkan proyek yang ia tawarkan itu. Membuat jadwal pemotretan, tempat , konsep dan tentu saja bayaran. Meski Hesti sempat ragu sejak mengetahui Galih akan menjadi model pendampingnya. Ia akhirnya tetap menerima proyek ini, karena memang saat ini ia sedang membutuhkan banyak uang.

Setelah diskusi yang cukup panjang dan melelahkan–karena lebih banyak membahas Galih yang sebelumnya mengaku sebagai mahasiswa, dan dengan itu juga dia dibully oleh dua wanita dihadapannya sampai ia pasrah tak berdaya–disepakati jadwal pemotretan pada akhir Juni ini, seusai Galih rampung ujian kenaikan kelas. Huft, nasib.



~~ Secret and Desire~~


Keesokan harinya dikantin sekolah, Galih menunggu bu Hesti yang tengah menemui pak Bono diruang kepsek. Galih sangat jarang makan di kantin, karena ia tidak suka dengan kebisingannya. Ia lebih suka memakan bekal yang disiapkan bi Asih pembantunnya secara diam-diam ditaman sekolah.

Banyak hal yang membuat Galih kurang suka dengan keramaian terutama kantin sekolah. Obrolan yang terkadang tidak related dengannya dan tentu saja perlakuan teman-teman wanitanya yang seolah tidak pernah henti mencari perhatiannya.

Namun ada satu hal yang membuat Galih merasa tidak nyaman berlama-lama disini. Ia tidak suka dengan ketimpangan yang ada. Dulu sekolah ini memang milik sebuah yayasan. Namun ditengah masa keemasannya sekolah ini bangkrut karena pemilik yayasan terlibat skandal korupsi besar. Lalu sebuah perusahaan membeli kepemilikan sekolah ini. Beberapa tahun kemudian perusahaan itu mengajukan agar sekolah ini berubah status menjadi negeri. Dengan tujuan agar anak-anak dari keluarga tidak mampu dapat bersekolah di tempat yang memiliki sistem pendidikan yang baik serta fasilitas penunjang memadai.

Tentu saja niat baik akan tetap ternodai oleh tindakan yang kurang baik. Seperti yang Galih lihat saat ini, dimana seragam sekolah yang seharusnya menghilangkan sekat antar si kaya dan si miskin pada akhirnya tidak ada gunanya lagi. Masih saja ada yang membatasi dan membedakan antar golongan itu. Anak dari para borju akan berkumpul dengan anak para konglo lainya. Begitu juga anak sang tukang bangunan akan otomatis merasa tersingkir dan hanya berani duduk di tempat yang lebih panas. Ironi memang , tapi dimanapun itu akan selalu terjadi.

Disaat hati yang semakin gerah memandang ketidaknyamanan ini, Galih memandang ke satu arah. Memandang seorang wanita berpakaian coklat duduk seorang diri di pojok kantin. Bu Alya sang guru killer. Rupanya bukan hanya murid-murid disini yang kesal dan berusaha menjauh dari Alya. Ternyata rekan guru lainnya juga β€˜sepertinya’ memperlakukan bu Alya dengan perlakuan yang serupa. Entah guru lainnya merasa segan karena Alya merupkan ghuru yang cukup senior atau memang Alya merupakan seorang wanita yang penyendiri. Galih tak tahu, ia tidak begitu mengenal Alya karena ia belum pernah diajar olehnya.

β€œNgelamun saja kamu” Hesti datang mengagetkan Galih yang tengah memandang Alya dari kejauhan.

β€œEh, bu Hesti. Bagaimana menurut pak Bono?”

Hesti duduk sambil menaruh siomay dan es teh yang ia pesan sebelumnya. β€œKata pak Bono sih gak masalah. Toh cuma pemotretan biasa kan. Lagian untuk produk busana muslim ini kan. Jadi gak usah ambil pusing deh nanti orang ngelihatnya gimanaa..” Jelas Hesti sambil mengunyah siomaynya. β€œHmmm... Siomay ceu Nani memang juawaaaraa..” lanjutnya.

Sambil menyeruput kopi yang ia pesan, Galih memandang Hesti yang seolah cuek makan siomay dengan lahapnya. Pemuda itu merasa tidak yakin guru sejarah dihadapannya ini merupakan orang yang sama dengan wanita yang ia jumpai kemarin. Rasanya ada yang berbeda.

β€œKamu ibu lihat dari tadi ngelamun terus, dari pada ngelamun ini baca bukunya minggu depan kan ujian..!!” Hardik hesti melihat Galih yang sedari tadi memadangi dirinya

Jelas saja Galih merasa heran dengan gurunya ini. Kemarin saat sang guru membuatnya terkejut, Hesti mengenakan pakaian yang cukup ketat hingga menonjolkan bentuk tubuhnya. Sangat jauh berbeda dengan yang dikenakan Hesti saat ini. Hari ini seperti guru yang lain, Hesti mengenakan seragam dinas harian warna cokelat, yang terlihat longgar dibadan bu Hesti.

β€œPasti kamu lagi ngelamun jorok yaah?” lirih Hesti berkata

β€œKata siapa bu, Galih cuma kurang tidur aja kok. Jadi kelihatan kayak gak konsentasi.” Kilah Galih menyembunyikan fakta.

β€œHalah, gak bohong kitu atuh, dari matanya juga kelihatan kok” Seraya Hesti menutup mulutnya yang tertawa, β€œPasti kamu heran ya kok penampilan ibu sekarang beda banget ya waktu ketemu di mall kemarin. Ya kan?”

β€œHeheh...” Galih hanya tertawa, karena gesturenya sudah terbongkar.



~~ Secret and Desire~~


Wanita pemilik tinggi 167 cm itu memiliki sebuah alasan kenapa ia memilih mengenakan seragam kerja yang terlihat longgar. Padahal beberapa guru yang jelas usianya lebih tua darinya saja terlihat percaya diri mengenakan pakaian ketat meski berjilbab. Tetapi tidak dengan Hesti yang memilih menutup dirinya dibalik balutan jilbab, seolah tak ingin orang lain menerka keindahan yang ada dibaliknya.

β€œJadi sejak ibu melahirkan tuh, tetek ibu jadi tambah gedee. Jadi ibu teh gak pede kalau pakai baju yang ketet-ketet.”

β€œAduh bu Hesti jangan terlalu vulgar dong ngomongnya, meski gimanapun aku ini kan murid ibu, masa bu Hesti ngomong β€˜tetek’ didepan aku.” Protes Galih menyikapi gurunya yang ternyata terbuka dalam omongan.

β€œMemang kenapa ... ini kan sudah diluar jam sekolah, dan bukan disekolah juga, jadi gak apa-apa dong ngomong tetek, lagian teh, tetek kan orang tubuh manusia, di pelajaran biologi kan juga ada atuh.. kumaha kamu niih .. lucu pisan...”

β€œHehehe”

Sejak bu Hesti menghajak Galih mengobrol disebuah tempat makan usai pulang sekolah, Galih memang telihat tidak nyaman dengan arah obrolan Hesti yang terkadang menjerumus kearah β€˜mesum’. Bahkan obrolan seperti itu sudah mulai ia dengar saat bertemu dengan Marissa kemarin. Menurut Galih bila kalimat β€˜tetek’ keluar dari mulut wanita seperti Marissa, ia tidak akan heran. Tetapi kalimat yang sama keluar dari wanita yang notabene menutup kepalanya dengan jilbab ditambah oleh seorang guru, itu baru membuat dia heran.

Selama ini Galih memang jarang bergaul dengan wanita berjilbab, karena dikeluarga besarnya yang memang jarang yang berjilbab. Selain itu Galih tidak mau salah berucap kepada wanita berjilbab karena tak ingin menyinggung perasaan seseorang yang seharusnya dihormati. Tetapi dengan lantangnya ia terus mendengar berulang kali, seolah Hesti terbiasa mengatakan itu kepada anak seumurannya. Hahh Tete tete tete.

β€œHah, suami bu Hesti usaianya jauh dibawah ibu?” Tanya Galih terkejut ketika Hesti menceritakan tentang suaminya.

β€œMaka dari itu, kamu gak usah ngerasa canggung didepan aku dong, soalnya suami aku itu ya hampir seusia lah sama kamu.. kamu sudah hampir 19 kan ya.”

β€œIya bu... memangnya suami bu Hesti usia berapa? Kok bisa?”

β€œSuamiku itu sekarang umurnya hampir 21 sih, kita kenal waktu dia masih jadi murid aku. Terus waktu dia lulus dia nembak aku setahun kemudian kita nikah deh...” Jelas Hesti dengan santai dan detail seolah baru kali ini ia menceritakan kepada orang lain. β€œTapi jangan berpikir macem-macem loh, I-ibu N-nikahnya bukan karena hamil duluan. Hihihi...” imbuhnya sedikit ragu

β€œYee si ibu Hesti ini, siapa juga yang berpikir kaya begitu, dari tadi kan Galih cuma diem dengerin cerita bu Hesti..”

β€œOh ya, hmmm ... Galih bisa gak kalau diluar sekolah manggil aku gak usah pakai sebutan ibu. Aku belum 30 loh yaah, jadi agak risih kalau dipanggil ibu kalau diluar sekolah..” Pinta wanita yang memakai baju kemeja dengan celana jeans biru itu.

β€œHah,, terus aku harus panggil apa dong?”

β€œYa panggil nama aja, suami aku juga panggilnya cuma Hesti, meski waktu awal-awal nikah dia masih manggil aku ibu.”

β€œYahh Galih gak biasa manggil nama orang yang lebih tua” Tanggap Galih.

β€œAyo atuhh. Diluar sekolah kan kita bakalan jadi partner kerja, jadi biar cemestrynya lebih dapet kitu.”

Galih berpikir sejenak mencari nama panggilan untuk gurunya ini,” Hmmm ... berhubung bu Hesti dari Bandung, saya panggil teteh aja deh kalau gitu, boleh kan?”

β€œYa boleh atuh, suami aku juga kadang manggilnya begitu...”

β€œTerus-terusan aja disambung sambungin teh.... hehehe” Galih terkekeh.



Sejak itu Galih menjadi lebih dekat dengan Hesti. Jauh sebelum ini, Galih memang dekat dengan semua guru disekolahnya khususnya Hesti. Karena bagi Galih, Hesti memiliki cara mengajar yang menyenangkan cukup jauh berbeda dengan cara dari guru yang terkadang masih monoton. Rupanya cara mengajar Hesti ia adopsi dari cara mengajar dosennya ketika ia masih kuliah. Dan selama 6 tahun ia menjadi guru sejarah, ia bisa mengubah cara pandang semua siswa terhadap mata pelajaran yang selama ini membosankan menjadi menyenangkan, bahkan banyak muridnya yang mengaku, ingin semua mata pelajaran di bimbing oleh Hesti. Ya gak bisa atuh.



~~ Secret and Desire~~


Disuatu senja dihari rabu sepasang suami istri memanfaatkan waktu singkatnya yang membuat mereka semakin merasa sebagai β€˜suami istri’. Sesaat yang lalu Edo begitu bergairah melihat sang istri yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat sang istri keluar dengan lilitan handuk, membuat hasrat yang berbulan-bulan ini ia pendam tak dapat lagi ia bendung. Semua itu didukung suasana rumah yang kebetulan sepi.

Jejak siang ayah dan ibu Edo mengajak main cucunya. Seolah memberikan kesempatan Edo untuk mencumbu istrinya yang aduhai.

β€œAyu atuh neeng, mas pengen lagi..”

β€œAduh si mas teh, teteh kan habis mandi .... bukannya dari tadi mumpung rumah sepi.”

β€œYahhh, mau gimana lagi, mas tadi harus nyelesein tugas yang harus di email... ayoo atuh, mas sudah gak tahan, kan semalem gak tuntas gara-gara anak kita kebangun.”

β€œHmmm.. iya deh. Tapi habis itu eneng di mandiin yah ... cape atuh musti keramas deui...”

β€œPokoknya beres.. Neeng..”


Mendapat persetujuan sang istri Edo segera membopong tubuh Hesti menuju kamar. Selama ini Hesti selalu menjadi istri yang penurut, meski ia terpaut usia 8 tahun dengan suaminya, tidak lantas menjadikannya sosok yang dominan. Istri tetaplah istri, yang seharusnya menuruti segala kemauan sang suami.

Hesti membuka handuknya lalu ia berbaring diatas kasur, menunggu sang suami menanggalkan seluruh pakaiannya. Meski keduanya sadar ini hanyalah waktu yang sedikit, tapi mereka tidak punya banyak pilihan. Sejak menikah, mereka tinggal dirumah orang tua Edo bersama kakak dan adiknya yang masih sekolah. Tentu mereka harus mencari suasana yang pas untuk sekedar melakukan β€˜ibadah’.

Sebenarnya Hesti memiliki cukup tabungan untuk sekedar mengontrak rumah. Atau bila mana perlu Hesti bisa saja meminta kedua orang tuanya untuk membelikan mereka sebuah rumah. Namun Edo menolak keputusan itu. Edo ingin menjadi lelaki yang bertanggung jawab. Ia sudah berani melamar mantan gurunya sendiri, tentu saja ia juga ingin bertanggung jawab memenuhi kebutuhan lainya termasuk rumah. Edo meminta Hesti bersabar, paling tidak sampai dia lulus kuliah dan memperoleh pekerjaan yang layak.

β€œAhhhhh mas... iya atuhh ... di dorong memek Eneng... achhhhh” Racau Hesti saat sang suami mulai menggenjot kewanitanya.

Edo yang semalam pergumulannya terganggu oleh anaknya yang terbangun tentu tentu akan dengan sendirinya menghajar tubuh sang istri. Karena nanti malam Edo harus kembali keperantauannya untuk menlanjutkan perannya sebagai mahasiswa.

β€œACHHHHH......... enaaak neeeng... achhh meme’ eneeng emaang selalu enaak... achhhh” Edo balas meracau tak karuan dengan sebuah hentakan mesra dipinggul istrinya.

Selama ini keduanya terpisahkan jarak yang membuat saat-saat seperti ini tidak boleh dibuang percuma. Edo mulai melancarkan gerak pinggulnya ketika ia mulai mendengar lantunan ayat suci dilantunkan sebelum adzan maghrib berkumandang. Ia harus menyelesaikan hasratnya ini sebelum waktu itu. Lebih tepatnya Edo ingin segera membuat dirinya dan tentu saja Hesti, untuk mencapai klimaks sebelum kedua orang tuanya membawa anaknya pulang.

ACHHH
|ACHHHHH

β€œNeeeng...... mas sudah mau nyampee.....”

β€œAChhhh.... tahaan bentaar maas .... neng juga sudah mau dapeet..... biar barengg....achhhhhhh”

Hesti membelai lembut punggung Edo yang terasa kekar sembari menikmati belaian tangan sang suami pada β€˜susu montoknya’. Belaian itu semakin berubah menjadi cengkeraman ketika ia merasa otot vaginanya semakin mengigit.

β€œAchhhh... neenggg nyampee maaas.... aaaaa.....”

SERRRRTTT SERROOOTT SRROOOT

Beberapa kali semburan kental membasahi batang penis sang suami yang masih memompa. Sejurus kemudian pinggul Edo kian bergerak cukup kenceng. Sampai akhirnya Edo mencabut penisnya dan menyemburkan air maninya pada perut mulus Hesti yang terdapat samar luka bekas sesar.

CROOT CROOOT CROOOT CROOOT CROOOOT

Cukup banyak dan sangat kental cairan sang suami membasahi perut Hesti. Terbayang betapa tersiksanya sang suami selama di perantauan, harus menahan nafsu sekaligus menjaga kepercayaan sang istri yang ia tinggal.

β€œKumaha enak?”

β€œEnaak banget Teh.. mas puas banget...aku..”

Tak lama ketika keduanya mengalami orgasme. Terdengar suara anak kecil memanggil-manggil nama mereka.

β€œUntung saja sudah keburu nyampe, kalau nggak kayak semalem deh... hihihi....”

Mereka lekas berpakaian dan menemui anak tercintanya. Buah hati yang tercipta dari sebuah rasa cinta. Edo terlihat sangat bahagia bisa memeluk anaknya itu. karena nanti malam ia harus kembali berpisah dengan sang buah hati.

Malamnya saat Hesti mengantar Edo ke stasiun untuk bertolak ke kota pelajar, Hesti kembali meminta restu dari sang suami.

β€œMas, mas yakin gak masalah sama pasangan model aku itu? meski dia murid aku, bukan tidak mungkin atuh dia bakal godain eneng...”

β€œYakin lah, mba Icha kan sudah bilang ke aku kalau ini cuma pemotretan untuk butik pakaian muslim. Yang yang musti dikhawatirkan?”

Hesti tersenyum mendengar pernyataan dari suami tercinta

β€œMas gak akan C-cemburu kan? Murid aku itu kasep looh...” Pancing Hesti mencari tahu.

β€œYakin, lagi pula aku gak akan khawatir sama yang namanya Galih itu...” Jawab Edo membelai wajah sang sendu sang istri yang akan membuat rindu. β€œ Aku justru khawatirnya sama mba Icha...”

β€œloh kok bisa....??” Hesti terheran

β€œTeteh gak tahu ya, mba Icha itu kan lesbi..”

β€œOhh yaah...”

β€œIya, makannya aku mah lebih khawatir eneng di godain sama dia ketimbang di godain murid eneng itu...” Senyum Edo kemudian mengecup kening Hesti sebelum masuk kedalam peron.

β€œYa sudah aku berangkat yaah...”

Hesti menyalami tangan sang suami dan mendoakan keselamatannya di sana.


~~ Secret and Desire~~

Hari ini merupakan hari terakhir ujian kenaikan kelas. Semua siswa berusaha mengerjakan yang terbaik, untuk mendapat hasil yang memuaskan. Termasuk Galih yang tidak ingin gagal kali ini. Meskipun itu hanya perasaan takutnya saja. Pada kenyataannya semua mata pelajaran yang diujikan dapat ia kerjakan tanpa kesulitan sedikit pun. Termasuk mata pelajaran kali ini, matematika. Ia dapat mengerjakannya dengan lancar hingga ia menjadi yang pertama selesai.

Setelah memberikan lembar jawaban pada pengawas. Galih segera keluar dan menuju loker dimana ia meletakan barang pribadinya. Namun ketika hendak menuju kesana, seseorang dengan suara yang cukup ia kenal memanggilnya tiba-tiba.

β€œAlhamdulillah untung ada kamu... Galih, bantuin ibu dong...

β€œEh Bu Hesti ... bantuin apa yaah, kayaknya mendesak begitu...”

β€œudah deh... ikut ibu dulu ke UKS!... nanti ibu jelasin disana.”

Tanpa mengetahui apa yang musti ia bantu, Galih mengikuti bu Hesti menuju ruang kesehatan.

β€œHaduuh,,, buuu Hesti .. eh Teteh ... kenapa harus Galih sih, memangnya teh Hesti gak bisa minta tolong orang lain?”

β€œYaaa gak bisa harus kamu yang bantuin..!!”

β€œ pleasee pleaase......”




BERSAMBUNG

 
Terakhir diubah:
Bimabet
@Bajulkesupento
kalau di dunia nyata sih paling viral sebentar. habis itu pada lupa deh. hehehe

@Jinggasaba
Usia Galih dicerita ini bahkan hampir menginjak 19 tahun. jadi aman lah.


Jujur aja cerita ini ane bikin draft dan tulis beberapa chapternya jauh sebelum ane tahu ada update baru tentang rules batasan usia. makanya updatenya suka lama, karena harus ane rombak total alurnya.


FYI.
Tokoh Marissa di update terakhir adalah Marissa yang sama di cerita ane sebelumnya. So, kisah Galih dan Bastian satu universe.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd