Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Bimabet
pertamaxii
Congrats
Mantap

Thanks update nya om
Yoi gan :beer:
gantian lah, buat kak kimi cemburu :)
kasih kenang2an manis buat hanna sebelum balik ke australia :rose:
Kita lihat deh nanti, kira-kira Ricky tega gak mesra-mesraan sama Hanna di depan Kak Kimi?
Hanna dah ngebet tuh Ki ! Sikat aja ....:papi:
Kimi buat aq aja.....:hore:
Ah ngarep aja agan satu
Kok ricky ga marah ya sama kimi, apa dia merasa bersalah juga karena pernah selingkuh
Mungkin lebih karena Ricky sadar kalau Kak Kimi sedang tak berdaya waktu itu
Mantaappp!! Masih gedeg ma Samuel, pengen ngarungin terus dibuang ke sungai amazon..

Makasih updatenya suhu, tetap semangat dan sehat selalu:beer:
Waduh, kejam amat gan hehe...
Mantap gan
Ok deh
Hehehehehe.... akankah ricky menjadi don juan penakluk cewe...
Gak dong, kan Ricky setia sama Kak Kimi (kecuali kalau lagi khilaf)
Suka banget sama ceritanya
Makasih gan hehe....
 
HANNA'S SIDE STORY
PART 2

POV Hanna

Hari ini adalah hari keempat aku di kota kelahiranku ini. Pada hari kemarin lusa dan kemarin, kami sekeluarga sudah jalan-jalan ke berbagai destinasi wisata terdekat selama 2 hari itu. Seru sih menjelajahi destinasi wisata yang berbeda suasananya dengan Australia.

Tapi, kurasakan kalau hari ini aku sangat bosan sekali. Setelah pulang, aku langsung membaca habis novel koleksiku. Kucari-cari lagi novel lain di toko digital langgananku, tapi gak ada yang benar-benar menarik diriku.

Aku pun mulai berselancar di internet untuk mencari novel yang memiliki tema yang sesuai dengan seleraku. Kudapati beberapa novel yang tampak menarik walau ditulis dalam bahasa Indonesia.

Sepertinya kali ini aku harus back to basic nih, aku bakal mencoba menjajal novel berbahasa Indonesia. Selain menambah khazanah pengetahuanku tentang novel Indonesia, juga untuk membuktikan kalau aku masih mencintai negara asalku walau aku adalah warga negara Australia.

Kali ini, aku juga pengen ngebacanya novel cetak bukan novel digital. Setelah melihat uang sakuku masih cukup, maka aku putuskan aku akan memborong novel incaranku. Lumayan juga kalau nanti bisa dibawa ke Australia. Maka aku harus menuju ke toko buku ternama di Indonesia yang terletak di mall.

Duh… orang tuaku lagi sibuk pula. Jadi gak ada deh yang bisa menemaniku pergi ke toko buku. Kak Samuel juga sedang pergi entah kemana untuk menemui teman lamanya. Aku hanya menghela nafas pasrah.

"Kamu kenapa, Nak Hanna?" tanya Tante padaku.

"Aku pengen keluar beli novel, tapi orang tuaku lagi sibuk," tuturku dengan nada yang kecewa. Aku sengaja tidak menggunakan lu-gue dalam berbicara dengan orang tua, karena bagaimanapun aku tetap seorang gadis yang masih punya tata krama dan adat ketimuran warisan orang tuaku.

"Gimana kalau Tante minta Ricky aja yang nemenin kamu?" tanya Tante yang membuat mataku sedikit berbinar dan jantungku sedikit terkejut.

"Kan dia masih sakit, Tan." Sebenarnya sih aku pengen banget jalan sama Ricky, tapi aku benar-benar malu banget. Lagian, kasian juga kan kalau dia masih butuh istirahat lebih.

"Ah, mana ada. Kemarin Tante lihat sosial medianya, ternyata lagi main futsal sama teman-temannya."

"Oh gitu."

"Ya udah, Tante telepon dia ya biar jemput kamu di sini."

"Iya, Tan."

YASSS! I feel like I'm in the top of the world! Kapan lagi aku bisa jalan dengan Ricky? Benar-benar mimpi jadi kenyataan ini. My God, I still can't believe it!

"Senang banget sih kamu," celetuk Tante yang menyadari perubahan sikapku.

"Ah, gak kok."

"Kamu suka ya sama si Ricky?"

"Eh… gak kok, Tan. Senang aja akhirnya ada yang nemanin aku beli novel."

"Oh gitu. Kirain kalau kamu suka, Tante suruh dia sekalian nembak kamu hehe…." Aku tahu kalau Tante hanya bercanda saja, tapi candaannya itu benar-benar membuat diriku panas dingin dan jantungku berdetak tak menentu. Bayangkan kalau itu benaran, aduh... aku bisa pingsan di tempat kayaknya.

"Halo, Ricky."

"Kamu jemput Hanna ya di sini, kasihan gak ada yang bisa bawa dia ke toko buku."

"Alasan kamu aja, Ricky. Kamu lagi sakit perut atau takut pacarmu cemburu?"

"Ya udah, jemput ya. Masak cewek secantik Hanna ini kamu tega kasih pergi sendiri?"

"Ya, Mama tunggu ya. Awas kalau kamu gak datang."

Tante pun menutup teleponnya dan tersenyum padaku. Dari percakapan mereka saja, aku bisa menyimpulkan kalau Ricky akhirnya bersedia menjemputku walau dengan agak terpaksa. Walau aku senang karena aku bisa naik kendaraan berdua dengan Ricky, tapi aku jadi gak enak hati sama pacarnya. Kalau aku di posisi pacarnya, pasti aku juga bakal cemburu kalau melihat Ricky menjemput cewek lain.

Maka setelah Tante meninggalkanku, aku langsung mendandani diriku sebaik mungkin. Aku harus meninggalkan kesan yang baik pada Ricky. Maka aku memakai kaos lengan panjang berwarna coklat muda dan celana panjang berwarna pink pastel. Kububuhkan juga lip tint dan sedikit BB cream di wajahku. Tak lupa aku juga menyemprotkan sedikit parfumku yang seharga 100 dolar per botol --bukan mau pamer ya hehe….

Setelah Ricky tiba di sini, aku langsung dipanggil oleh Tante. Aku mengambil tas selempang kecilku yang berwarna merah. Kemudian aku pun keluar dari kamar dan melihat Ricky yang sedang bercengkrama dengan ibunya.

"Udah nih, Tan," ucapku yang langsung menyita perhatian mereka berdua.

"Tuh, Ricky. Udah siap dibawa jalan tuh si Hanna."

"Hmm cantik," komentar Ricky begitu melihat diriku.

Aku langsung tersipu begitu dipuji begitu oleh Ricky. Tante hanya tersenyum saja melihat pipiku yang mungkin udah memerah. Kemudian Ricky menyiapkan kunci motornya dan pamit kepada ibunya.

"Ya udah, hati-hati ya, Nak. Jagain baik-baik tuh si Hanna," pesan Tante kepada Ricky.

"Pasti, Ma. Buat apa aku celakain sepupuku sendiri?"

"Kalau kamu lapar, bilang aja ya sama Ricky."

"Tenang aja, Ricky dah siapin duit kok."

"Tuh, mau ditraktir loh sama si Ricky," goda Tante padaku.

"Gak perlu ah, Ricky. Gue juga punya duit kok."

"Yang mau traktir kamu siapa? Ini duit buat makan aku sendiri," kata Ricky sembari tertawa kecil karena telah berhasil mengerjai diriku.

"Jahat banget sih sama Hanna. Nih Mama tambahin 200 ribu biar kamu bisa traktirin Hanna," ujar Tante seraya mengeluarkan 2 lembar uang 100 ribu dari sakunya.

"Eh gak usah, Tan. Jangan repot-repot," tolakku dengan menahan tangan Tante ketika akan menyerahkan uangnya pada Ricky.

"Udah, gak dosa kok ditraktirin. Sekalian Tante juga mau menambah amal baik."

"Bisa aja, Ma."

"Ihh, Tante. Aku gak enak jadinya."

"Gak usah dipikirin lagi deh, Tante benar-benar ikhlas kok."

"Makasih banyak ya, Tante."

"Sama-sama, ponakan Tante yang paling cantik."

Selesai cipika-cipiki dan berpamitan dengan Tante, kami pun pergi menuju mall terdekat dengan diriku yang dibonceng oleh motor Ricky. Dadaku jadi berdebar-debar rasanya saat duduk di belakangnya Ricky. Oh My God! Keringatku aja mengucur deras gara-gara grogi banget nih. Aku gak nyangka aku bisa duduk sedekat ini dengan Ricky, sampai-sampai aku bisa mencium dengan jelas bau pengharum badan yang dipakai Ricky. Aku pengen banget meluk Ricky, tapi aku takut dan malu sehingga aku memilih jaga jarak saja.

Kami tak berbicara selama perjalanan ini. 10 menit kemudian, kami pun sampai di mall ini. Dari parkiran motor, kami berjalan kaki ke dalam mall yang agak sedikit jauh dari parkiran motornya. Karena malu dan sadar kalau Ricky sudah punya pacar, maka aku berjalan agar tak terlalu mepet dengan Ricky. Nanti aku dianggap perebut cowok orang lagi.

"Ke toko buku kan, Hanna?" tanyanya sesaat setelah menghentikan langkahnya di lobi mall.

"Iya, Ricky."

"All right, follow me."

"Okay."

Karena aku berusaha menjaga jarak dengan Ricky, aku tak sadar kalau jarak antara diriku dengan dia semakin renggang. Kulihat banyak pula anak-anak seumuran kami yang sedang berjalan-jalan di mall. Aku sedikit kesulitan untuk terus mengikuti Ricky dengan jarak yang seperti ini.

Selang beberapa menit kemudian, aku tak melihat Ricky di depanku lagi. Kini aku telah tersesat di sebuah mall yang asing bagiku. Dengan perasaan yang dagdigdug karena tak hafal area ini, aku membuka ponselku dan mencoba menelpon Ricky. Namun sebelum aku memencet ikon gagang telepon berwarna hijau, tanganku tiba-tiba ditahan oleh seseorang.

"Jangan misah jauh-jauh, Hanna. Susah loh nyariin kamu."

"Maafkan gue ya, Ricky. Gue gak bermaksud buat ngerepotin lu," ucapku dengan penuh penyesalan.

"Gak apa, Hanna. Selanjutnya jangan ulangi lagi ya. Kalau jalan, dekat aja sama aku, jangan sampai mencar jauh."

"Gue… gue takut kalau lu dianggap selingkuh sama pacar lu sendiri," ungkapku jujur.

"Santai aja. Aku udah ngasih tahu dia kalau aku lagi jalan sama sepupuku."

"Oh, gitu ya."

"Yuk, kita lanjutin jalannya."

Duh… hatiku gembira sekali saat ini. Harapanku menjadi kenyataan saat ini. Kini aku bisa berjalan berdua bareng si Ricky. Udah berasa kayak pacarnya aja, minus gandengan tangan sih hehe….

Kami pun naik ke atas untuk mencari toko buku tujuanku. Sesampainya di sana, aku langsung menuju ke bagian novel dan mulai melihat-lihat bila ada novel yang kuinginkan. Tak lupa, Ricky juga berjalan di belakangku untuk mengawasi diriku agar tak hilang seperti tadi lagi.

Sekitar 15 menit, aku telah berhasil mendapatkan 3 buah buku novel yang kuinginkan. Maka kami berjalan menuju ke kasir dan aku membayar untuk ketiga novel tersebut. Dengan hati yang riang karena sudah mendapat bacaan, kami pun melangkah keluar dari toko buku namun sesaat kemudian, Ricky menghentikan langkahnya.

"Kenapa, Ricky?"

"Hmm gini. Jujur aja, aku ini malas sebenarnya nemenin kamu hari ini. Tapi berhubung kita berdua udah di sini, aku gak mau kita hanya menghabiskan belasan menit cuma buat nyari buku dan pulang."

"Lu mau jalan lagi gitu?"

"Ya, pasti. Tanggung banget kalau kita cuma datang bentaran doang. Aku kasih lihat deh kalau mall di sini gak kalah sama yang di luar. Lagian, lu bentar lagi bakal balik ke Aussie kan?"

"Iya, Ricky." Duh, jadi berat kalau ngingat aku bakal pulang lagi ke Australia. Baru juga aku merasakan kenyamanan bareng Ricky, besok udah mau pulang aja. Coba aja kasih aku beberapa hari biar aku bisa bersama dengan Ricky.

"Ya udah, yuk kita keliling deh. Sekalian kita main di Arcade Center, gimana?" ajak Ricky padaku.

"Hmm boleh deh."

"Tenang aja, aku punya kok kartunya."

Kami menuju ke lantai atas tempat terletaknya Arcade Center tersebut. Di Arcade Center, terdapat banyak mesin-mesin permainan arkade yang menunggu untuk dimainkan oleh kami. Suasananya juga lumayan mengasyikkan, dengan lampu dari layar mesin-mesin arkade mengerlap-ngerlip dan suara dari mesin permainan yang saling bersahut-sahutan satu sama lain.

"Hey, Hanna. Could you challenge me on this?" Ia duduk di hadapan sebuah mesin arkade yang berisi game sepak bola. Maka aku menerima tantangan yang dilontarkan oleh Ricky dan duduk pula di sebelahnya. Setelah menggesek kartu permainan pada mesin yang disediakan, maka game pun berjalan dan kami memainkannya dengan penuh riang.

"Haha… look at you. 11-3. What a pity!" ejek Ricky setelah berhasil menang telak dariku.

"Ihh, gue kan gak bisa main."

"Ya udah. Second challenge. Main balap mobil yuk."

"I'm not afraid at all," kataku dengan mantap karena untuk game yang satu ini, aku sudah sering bermain bersama teman-temanku di Australia.

"We'll see then."

Kami berjalan menuju ke mesin permainan balap mobil. Mengambil posisi yang menurutku nyaman, aku memilih salah satu mobil yang kira-kira cocok dengan gaya main diriku. Ricky menatap diriku sembari terseringai, tanda kalau ia sangat yakin menang melawanku. Huh… liat aja nanti, Ricky!

Balapan virtual pun dimulai. Dengan skill yang kumiliki selama ini, aku bisa menyalip mobil yang ada di depanku satu persatu. Sekarang aku mendapati posisiku sudah berada di posisi pertama, disusul oleh Ricky yang terus mengejar di belakangku.

"Hmm boleh juga si Hanna," gumam Ricky yang terdengar olehku.

Aku terus berfokus pada layar permainan. Jika dilihat di peta kecil yang ada di pojok layar, sebentar lagi aku akan memenangkan permainan ini. Dengan perasaan bangga dan wajah yang tersenyum, aku melepas kemudiku dan hanya menginjak gasnya saja. Aku merentangkan tanganku ke atas sesaat sebelum ke garis finish untuk mengejek Ricky. Namun tak kuduga, tangan kiri Ricky langsung menyambar kemudiku dan membelokkannya ke kiri sehingga mobilku keluar jalur. Hasilnya aku tersalip oleh Ricky dan mobil di belakangku sehingga aku harus puas berakhir di posisi ke 5.

"Hahahaha…." Ricky tertawa puas melihat kegagalanku. Ughh! Aku jadi kesal melihat tingkah laku Ricky yang sangat curang ini. Ia masih tertawa puas, mengejek diriku yang berhasil dipecundangi secara tak adil olehnya.

"RICKY! I HATE YOU!" umpatku kesal pada Ricky.

"Hahaha… makanya jangan sok dulu sebelum benar-benar menang."

"Lu curang banget, Ricky!"

"Aku kan cuma memanfaatkan kesempatan, apa salah?"

"Ya salah dong! Lu udah curangin gue. You drive me cranky!" Aku jadi bete sama si Ricky. Pengen banget aku gampar cowok kayak dia. Gak sportif banget ah. Sama cewek lagi curangnya.

"Aduh, sorry lah. Jangan marah dong, Hanna."

"Gue bete banget sama lu. Lu beraninya sama cewek." Aku berpura-pura tambah ngambek aja deh. Kulihat pas aku lagi ngambek, Ricky jadi lebih perhatian deh ke aku.

"Ya, marah dong sepupuku yang cantik ini," godanya sambil mencolek-colek bahuku.

"Gue gak peduli sama gombalan lu."

"Gak ada yang gombalin kamu kok, aku udah punya pacar lagian." Ricky, kamu kejam banget! Pakai ngingetin lagi kalau kamu udah gak jomblo. Pedih tahu dengarnya, pedih!

"Pokoknya lu curang pakai banget, titik."

"Ya ngambek deh cewek Aussie satu."

"Aku pulang sendiri aja deh," ambekku sembari berpura-pura merapikan tasku.

"Silakan, gak ada yang larang kok," ujarnya dengan santai sembari mengulurkan tangannya ke arah keluar.

"Ihh lu mah gitu, cewek lagi ngambek malah lu nantangin lagi."

"Jadi kamu maunya apa kalau ngambek? Mau dipeluk? Sini deh." Wahhh! Pengen banget dong! Tapi aku sadar, dia itu udah punya pacar. Gengsi dong kalau aku pelukan sama pacar orang.

"Siapa juga yang mau dipeluk sama lu?" jawabku untuk menjaga image.

"Lah dari tadi ngode, dikasih malah gak mau. Aku sih gak masalah."

"Emang lu pikir gue cewek yang kayak gitu?"

"Mana tahu."

"Huh…."

Maka kemudian Ricky mulai beranjak dari sini. Dengan santai, ia berjalan meninggalkan diriku. Maka aku langsung mengejarnya dengan panik karena takut ketinggalan lagi seperti tadi.

"Ricky, gue takut ditinggalin!" seruku sembari mengejar dirinya dengan berlari kecil.

Secara spontan, tiba-tiba saja aku mendekap tubuh Ricky dari belakang. Ia agak sedikit terkejut namun dia gak melepaskan dekapanku. Aku langsung berkata dengan nada yang bergetar "Ricky, gue takut. Jangan tinggalin gue!"

"Siapa juga yang mau ninggalin kamu? aku mau jalan lagi tahu. Ngapain juga kita lama-lama di sini?"

"Lu sih, main jalan aja."

"Iya-iya, lepasin dong. Gak mungkin gue bisa jalan kalau lu meluk kayak gini."

Aku langsung melepaskan dekapan tanganku yang ada di perutnya. Kemudian aku melemparkan senyuman kikukku pada Ricky. Aihh… malu banget aku ah. Baru juga pertama kali jalan bareng, udah main meluk aja. Udah gitu yang dipeluk pacar orang, di tempat umum pula. Sorry ya siapapun cewek yang jadi pacar Ricky. Aku gak bermaksud buat ngerebut Ricky, walau sebenarnya aku mau banget sih hihi….

Ricky menatapku sekilas. Senyumannya yang manis tercetak di kedua sudut bibirnya. Duh… jadi salting banget aku. Aku langsung membuang mukaku dan agak menjauh dari Ricky.

"Yuk dah, habis keliling kita pulang."

"Eh, yuk," ucapku dengan nada yang agak gelagapan.

"Ok, let's roll."

Sembari berkeliling mall ini, aku menyempatkan diri untuk berbelanja beberapa hal yang bisa kujadikan cinderamata buat teman-temanku di Australia sana. Di mall ini, banyak banget barang-barang unik yang menurutku bakal susah ditemuin di Australia. Sampai-sampai aku membeli belasan cinderamata yang berbeda dengan uangku sendiri. Tak apa deh, sekalian mengenalkan produk made in Indonesia hehe….

Selesai berbelanja, kami kembali berjalan menyusuri mall ini. Aku tak tahu bakal jalan kemana lagi, mungkin sudah saatnya kami untuk pulang. Aku juga gak hafal dengan mall ini, jadi aku ikut saja kemanapun Ricky pergi. Ternyata sekarang kami menyambangi sebuah food court dan Ricky menatap diriku.

"Makan gak?" tanyanya padaku.

"Eh, boleh deh."

"Ya udah, yuk!"

Kami memesan dulu makanan dan minuman kami di kasir sebuah gerai makanan cepat saji ternama. Kupesan ayam goreng dada ukuran sedang dan juga sebuah burger ukuran sedang pula. Lalu untuk minumannya, aku mengambil air jeruk saja. Sedangkan Ricky, ia memesan ayam goreng dada ukuran besar dengan nasi serta segelas minuman bersoda, khas orang Indonesia kalau ke restoran ini.

"Gak makan nasi, Hanna?"

"Gak ah, lagi males makan nasi."

"Dasar cewek Aussie."

"Lu baru pulang dari Amrik beberapa bulan udah gak doyan burger."

"Bosen tahu makan burger terus di sana, di sini aku bakal menjadi orang Indonesia seutuhnya dengan makan nasi."

Setelah membayar dan mendapat pesanan kami, maka kami menempati sebuah meja kosong yang terletak gak jauh dari sini. Kemudian kami menyantap makanan kami masing-masing. Kulihat Ricky walau lagi makan kayak orang kelaparan, tetap ganteng ya.

Selesai makan dan mencuci tangan, kami melangkah pergi menuju ke parkiran motor. Kulihat jam di ponselku sudah menunjukkan pukul 13.00. Sebenarnya aku gak ingin pulang, aku pengen jalan-jalan lagi sama Ricky. Tapi ya mau gimana lagi, aku bukan pacarnya dan dia cuma memenuhi perintah ibunya buat nemenin aku ke toko buku. Huhu… sedih banget deh.

Maka Ricky memboncengku pulang ke rumah orang tuanya. Sepanjang perjalanan, aku tak sanggup buat menahan air mataku. Di balik kaca helm ini, aku menangis tanpa suara karena membayangkan kalau aku tak akan melihat Ricky lagi sampai waktu yang lama atau mungkin aku tak akan bertemu lagi dengannya.

Aku tak bisa menahan rasa rinduku lagi. Aku langsung mendekap perut Ricky dengan erat. Kutumpahkan air mataku yang tentu saja tak diketahui oleh Ricky. Sepanjang perjalanan, ia tak protes walau perutnya didekap sangat erat olehku. Mungkin orang lain mengira kami ini sepasang kekasih, bukan saudara sepupu. Tapi itu yang sangat kuharapkan, menjadi kekasih dari Ricky.

Tak terasa, kami sudah tiba di rumah orang tua Ricky. Aku sampai terlena hingga Ricky mengingatkanku untuk turun. Dengan rasa sedih dan berat hati, aku turun dari motornya karena aku sangat tak mampu melepas kepergian Ricky.

Aku mengucapkan terima kasih kepada Ricky yang sudah bersedia menemaniku. Namun karena aku habis menangis, tentu saja suaraku berubah menjadi serak. Ricky yang menyadari itu kemudian menyuruhku membuka kaca helm dan ia melihat wajahku yang masih menyisakan air mata kesedihanku.

"Kamu kenapa, Hanna?" tanyanya dengan wajah yang cemas.

"Gak, gue gak apa." Aku mencoba memaksakan senyum padanya. Namun itu malah membuat wajahnya jadi tak nyaman dan semakin cemas.

"Aku ada nyakitin hati kamu ya?"

"No, not at all."

"Terus kenapa kamu nangis?"

Aku jadi bingung harus berterus terang atau tidak. Tentu aku malu kalau aku harus mengungkapkan apa yang kurasakan. Apalagi Ricky sekarang udah punya pacar dan aku adalah saudara sepupunya.

"No, I'm really fine. Thanks for your caring."

"Something's wrong, I'm sure about that."

"Nevermind, Ricky. I will go back into the house."

"Hey!" Ia menahan tanganku sebelum aku pergi. Ia melayangkan sebuah pandang yang dalam padaku. Tatapannya itu benar-benar bisa menembus hingga ke dalam kedalaman lubuk hatiku sampai aku jadi sangat terenyuh dengan tatapannya.

"Sorry, Ricky. I don't think this is a worth telling something."

"It's ok. I will be fine with anything you'll say."

"I… I don't know, Ricky."

"Hmm I'm pretty sure you might want to say something. But I can't force you anymore, I'll leave you alone then."

"Ricky…."

Ia menarik diriku semakin mendekat ke dirinya. Kemudian ia turun dari motornya dan melepaskan helmku. Ia menatap diriku dan membelai pelan rambutku. Aku pun diajak masuk ke dalam rumah orang tuanya, namun ada sesuatu yang menahanku untuk melangkahkan kaki ke dalam.

Kuberanikan diriku untuk menatap wajahnya lagi dan mengajukan sebuah permintaan yang sepatutnya sangat tak pantas. Tapi ini adalah kesempatan terakhir yang kumiliki dan aku harus memanfaatkannya betul-betul. "Ricky, can I ask you something?"

"What something is this?" tanyanya balik.

"Ehm… Can I… kiss your cheek?" tanyaku dengan nada yang sangat bergetar dan suara yang agak tercekat.

"Sure, just a kiss doesn't make a problem."

WAHHH! SENANG BANGET! Aku tak bakal menyangka kalau Ricky mengizinkanku buat mencium pipinya. Wajahku langsung berubah menjadi ceria seperti anak kecil yang baru mendapat mainan. Namun saat aku akan menciumnya, tiba-tiba diriku bergetar dan aku jadi terpatung. Aku tak mampu melakukannya, aku benar-benar gugup sekali!

"Why it took so long?"

"Ehm… I'm so terrified."

"Why? Do I have to kill you exactly after the kissing?"

"No… but…."

"This is so goddamn long. I'll do it for you then."

SLURP! Dadaku langsung berdebar saat ini. Aku merasa sangat terkejut dengan apa yang dilakukannya saat ini. Kukira ia akan mencium pipiku, namun tak kusangka ia malah menyosori bibirku ini. Selama 5 detik, ia melumat bibirku dan aku hanya bisa diam saja. Selama 5 detik itu pula, aku merasa menjadi wanita yang sangat beruntung dan kembali menitikkan air mata karena rasa bahagia yang kurasa.

"Yah, nangis lagi cewek Aussie satu."

Ia kembali mengusap air mataku dengan jari jempolnya. Kemudian aku hanya tersenyum padanya tanpa bisa mengeluarkan kata-kata. Ia membawaku masuk ke dalam rumah orang tuanya dengan agak merangkul bahuku saat berjalan. Duh… aku benar-benar gak bisa mengungkapkan rasa bahagiaku saat ini.

"Eh, udah akrab banget nih anakku dengan ponakanku yang sama-sama cakep ini."

"Ini si Hanna, Ma, tiba-tiba aja dia nangis. Nanti kalau kutinggal, dikirain aku ngapa-ngapain si Hanna lagi."

"Kok bisa sampai nangis?"

"Mana tahu, tanya aja sendiri sama orangnya."

Aku hanya tersenyum saja kepada Tante. Kemudian Ricky pun pamit kepada ibunya tersebut. Ia juga pamit kepadaku dan tak lupa ia memeluk diriku sembari membelai sekilas rambutku. Aku hanya tersenyum sembari menatap Ricky yang melangkah pergi dari rumah ini.

"Tante tahu kok, kamu suka kan sama Ricky?"

"Eh, Tan…."

"Udah, tenang aja. Itu wajar kok. Ricky kan memang ganteng dan baik anaknya."

"Tapi… dia udah punya pacar, Tan."

"Ya begitulah. Sayang banget, kamu telat datangnya. Harusnya pas kemarin kekasihnya baru meninggal, kamu di sini buat menyemangati dirinya kembali."

"Pacarnya meninggal?"

"Iya, kecelakaan pesawat. Saat itu Ricky benar-benar terpuruk banget dan sampai sakit. Untungnya sekarang ia sudah berhasil bangkit dari rasa kehilangannya."

"Hmm, aku tambah salut sama Ricky."

"Tambah salut atau tambah suka hayo?"

"Ihh, Tante!"
 
maksih suhu buat update cerita nya

awas kimi ntr makin cemburu
 
Mantaappp!! Tapi jadi kangen Kak Kimi:cup:

Makasih updatenya suhu, tetap semangat dan sehat selalu:beer:
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch . .
Waduh Kak Kimmy dapet saingan dari Sepupunya sendiri..
Sekalian sikat suhu, sebelum balik Aussie..
Kenang2an dari Indonesia.. hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Thanks updatenya suhu TS..

:baca:
Yoi gan, sama-sama :beer:
maksih suhu buat update cerita nya

awas kimi ntr makin cemburu
Selow, Kimi gak tahu-menahu kok soal kejadian ini
Makasih updatenya om @Ichbineinbuch, semakin menarik dan bikin penasaran ceritanya.
Makasih gan atas supportnya :beer:
masa cuma ciuman aja ky..... :(

sepertinya ricky juga tau ya perasaan hanna pada dirinya....
setia juga ya ricky :thumbup
Sayangnya Ricky gak punya niat dan waktu buat nge-ekse si Hanna gan hehe....
Tuh kan bener !!! Si Mama dah acc Ricky ma Hanna :hore: so ...Kimi ma aq :sayang:
Tapi kan... Ricky juga masih setia sama Kak Kimi
Makasi apdetnya suhu....
Lanjutken....
Yoi gan, laksanakan
 
Wkkk dibayar kontan sama hana, kimi dicium samuel, hana dicium ricky
Yoi, selalu ada yang namanya timbal balik
Sepertinya darah incest di keluarga ini kuat banget ya :Peace:
Sepertinya sih gan hehe....
Mantaappp!! Tapi jadi kangen Kak Kimi:cup:

Makasih updatenya suhu, tetap semangat dan sehat selalu:beer:
Tenang, habis ini Kak Kimi bakal muncul kok
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch . .
Waduh Kak Kimmy dapet saingan dari Sepupunya sendiri..
Sekalian sikat suhu, sebelum balik Aussie..
Kenang2an dari Indonesia.. hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Waduh, sayang banget waktu Hanna udah habis, gak jadi di ekse deh sama si Ricky
Mantap pakek bnget gan
Mantap

Thanks update nya om
Makasih banyak loh gan :beer:
 
PART 46
POV Ricky

Sudah 5 hari semenjak insiden perkelahianku dan Samuel bangsat. Walau aku sempat dirawat di rumah sakit selama 2 jam, tapi kondisiku gak buruk-buruk amat. Aku tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Bahkan aku masih bisa bermain futsal sebagai bek melawan teman-temanku. Ya walaupun akhirnya aku merasakan luka dan lebam di tubuhku yang lumayan sakit. Tapi gak apa, selama ada Kak Kimi yang merawatku dengan penuh kasih sayang dan cinta hehe….

Sepupuku yang bangsat itu akhirnya pulang hari ini. Aku benar-benar gak ingin melihat wajah sialannya lagi. Aku berharap kalau ia gak usah kembali saja ke sini. Untuk itu, aku dan Kak Kimi menuju ke rumah orang tuaku untuk menjemput Paman Adam dan Tante Gani. Kemudian kami menuju ke bandara bersama dengan mobil yang dikemudikan oleh Papa.

Posisi setir dipegang oleh Kak Kimi karena aku gak tahu pasti jalan menuju ke bandara. Sementara Tante Gani dan Paman Adam duduk di jok belakang. Maka aku dan Kak Kimi hanya hening saja tanpa pembicaraan, suara Tante Gani dan Paman Adam lah yang memenuhi mobil kami.

"Maafkan Samuel ya, Ricky," ucap Tante Gani padaku.

"Gak apa kok, Tan." Ini cuma lip service doang. Aslinya sih mau kupecahkan biji kemaluannya. Siapa coba yang gak gedek dengan cowok playboy yang udah mencium dan meraba-raba payudara kakak sekaligus pacarku dan juga malah melawan pas ditegur?

"Maaf ya kalau Samuel udah lancang sama tubuh kamu, Kimi."

"Gak apa kok, Tan," jawab Kak Kimi yang sama persis dengan punyaku.

"Sama rupanya jawaban kakak-adik ini, memang sehati gak kayak Samuel sama Hanna yang beda pendapat terus hampir tiap hari," ujar Paman Adam sambil tersenyum.

Aku hanya melayangkan lirikan pada Kak Kimi dan ia juga membalas lirikanku yang penuh makna tersembunyi. Kemudian Kak Kimi pun kembali fokus untuk menyetir.

"Oh ya, Tante ada sesuatu yang mau dikasih tahu ke kamu nih, Ricky."

"Apaan, Tan?"

"Si Hanna suka loh sama kamu."

Aku hanya tersenyum mendengar hal itu. Aku sudah menduga itu semenjak pertemuan kami beberapa kali yang lalu. Ah pantas aja dia agak aneh sikapnya denganku. Kadang cair, kadang malu-malu. Bahkan sampai memeluk diriku dan menangis sendiri. Bagiku Hanna cocok sih jadi pacarku, tapi sayang Kak Kimi udah duluan menjadi empunya hatiku, sorry.

"Oh, bilang ke dia gini aja, Tan. 'Sorry, I already have a lovely girlfriend'." Setelah aku menyelesaikan kalimatku, aku langsung melayangkan senyumanku ke Kak Kimi yang pipinya langsung merona. Hampir aja aku megang tangan Kak Kimi, namun aku langsung tersadar kalau mereka masih mengawasi kami.

"Waduh, bakal patah hati lagi nih putri kita haha…." seloroh Paman Adam yang juga membuatku dan Kak Kimi tertawa. Tentu aja kami hanya ketawa pelan buat ngehargain perasaan orang tuanya.

"Ish, Papa bukannya nge-support putri kita, malah ngetawain," tegur Tante Gani sambil memukul pelan lengan suaminya.

"Justru Papa prihatin sama Hanna, gak jodoh terus dia sama cowok yang dia suka."

"Makanya Tante nyampaikan aja ke Ricky, mana tahu Ricky juga punya perasaan yang sama kan."

"Jadiin kekasih gelap kamu aja, Ricky haha…." seloroh Paman Adam yang membuatku dan Kak Kimi gak bisa menahan tawa.

"Papa bercandanya kontrol dikit ah, masak anak sendiri rela dijadiin kekasih gelap." Tawa kami bertambah keras setelah Tante Gani mengatakan hal itu.

Kami pun akhirnya tiba di bandara bersama dengan mobil Papa. Saat Samuel turun dari mobilnya, ia melayangkan pandangannya yang sepertinya masih menyimpan dendam ke diriku. Aku hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman dengan alis yang dinaikkan.

Kemudian Hanna. Ia melihatku tanpa melepaskan pandangannya. Wajahnya yang agak bule jelas menampakkan kalau ia menaruh harapan padaku. Tapi kemudian, ia mengalihkan wajahnya saat aku tersenyum padanya.

"Makasih ya udah nerima kami. Maaf kalau anak-anak kami pada ngerepotin semua," ucap Tante Gani dengan nada yang penuh penyesalan.

"Hoho… asal jangan terulang aja lain kali," ujar Papaku sambil menyalami Tante Gani.

"Kunjungi kami ya kapan-kapan kalau ada waktu," kata Paman Adam sambil melambaikan tangan pada kami semua.

"Tenang aja, Dam. Pasti aku bakal ngunjungin kalian kok, tapi tanpa anak-anak hehe…." ujar Papa sambil melirik ke arah kami berdua.

"Hanna, ada kata-kata sebelum perpisahan gak?" goda Paman Adam kepada putrinya yang langsung tersipu.

"Oh, kamu bakal kangen ya sama Ricky? Nih dengerin tuh suara hati dia." Paman Adam sukses untuk membuat kami semua terpingkal-pingkal. Tapi gak buat Hanna, ia langsung menutupi wajahnya karena gak mampu menahan malu.

"Ricky, ada kata-kata juga tidak buat sepupumu yang cantik ini?" Kini giliran Papa yang menggoda diriku. Aku sih hanya bersikap tenang saja namun tetap berhati-hati agar Kak Kimi gak sakit hati.

"Nothing, just take care and never forget about me."

Uhh… perkataanku langsung disambut riuh oleh seluruh anggota keluarga. Kak Kimi langsung menepuk lenganku pelan. Namun dari wajahnya yang ikut tertawa, kuyakin dia mengerti kalau aku hanya bercanda dan gak cemburu.

"Sam, minta maaf dulu dong sama Kimi dan Ricky. Berani berbuat, berani tanggung jawab."

Dengan terpaksa, ia menyalami dan meminta maaf pada kami berdua. Aku juga terpaksa untuk meladeninya kok. Kalau aja ini bukan tempat umum, bakal kutonjok sekali dulu bagian rahangnya yang sudah ditempel perban.

"Nah terakhir, ini nih yang paling spesial. Hanna, peluk dulu sana gebetanmu itu."

Aku langsung melayangkan tatapan ke Kak Kimi. Ia hanya mengangguk pelan saja. Dengan malu-malu, Hanna berjalan menuju diriku. Ia langsung memeluk dan menangis. Wow, very unexpected.

"Calm, Hanna," ujarku menenangkannya.

"Hiks… I might never see you again for a long time."

"Don't worry, you'll see me again next time."

Kemudian ia pun melepaskan pelukannya. Lalu tepuk tangan bergemuruh dari seluruh anggota keluarga, termasuk Kak Kimi yang berada di sebelahku. Hanna mulai mengelap air matanya dan berjalan meninggalkanku. Namun dari gaya jalannya yang terus menatapku dan berjalan dengan langkah kecil, kuyakin kalau ia sangat berat hati meninggalkanku.

"Ya, selesai sudah sesi perpisahannya. Sekarang saatnya kita pergi."

"Oh ya, buat nak Ricky, Hanna bakal nungguin kamu ngebalas cintanya kok sampai kapanpun," goda Paman Adam yang kembali membuat Hanna menutup wajahnya.

Aku gak membalas apapun selain dengan senyuman. Kemudian mereka pun menuju ke ruang kepergian. Seluruh keluarga mereka melambaikan tangannya, kecuali Samuel yang sudah cuek. Sementara Hanna kembali meneteskan air matanya.

"Sayang, kamu jago ya baperin anak orang," bisik Kak Kimi padaku.

"Kan Kakak salah satu korbannya hehe…." bisikku balik.

"Aku jadi cemburu loh, Sayang. Pakai banget lagi."

"Nanti aku tebus dosaku kok, Kak."

"Awas kalau kamu malah suka beneran sama Hanna."

"Santai aja, Kak. Aku mencintai Kakak lebih dari siapapun."

"Aku juga cinta banget sama kamu, Sayang."

Orang tuaku gak menyadari kalau kami saling berbisik sedari tadi. Setelah mereka sudah tak tampak lagi di ruangan kepergian, maka kami pun pulang dari bandara. Kini aku didapuk untuk menjadi pengemudi mobil ini. Aku membuntuti mobil Papa saja karena aku belum hafal betul jalan dari bandara walau sudah ingat sedikit-sedikit.

Sesampainya di rumah, kami kembali melakukan aktivitas kami masing-masing. Selepas semua aktivitas kami sudah selesai, maka kami akan tidur siang seperti biasa. Namun kali ini Kak Kimi akan ikut tidur bersamaku.

Aku langsung merebahkan tubuhku. Begitupun dengan Kak Kimi. Karena sudah sangat mengantuk, aku pun menguap dengan suara yang begitu keras. Tiba-tiba aja tangan lembut Kak Kimi langsung membekap mulutku.

"Berisik banget ah kamu nguapnya," protes Kak Kimi.

"Dah tidur aja sono," perintahku.

Akhirnya mataku sudah semakin dan sangat berat. Aku pun menutup mataku dan pandanganku menjadi gelap seutuhnya. Aku sudah terlelap seutuhnya.
.
.
.
.
.
.
Ugh! Kini aku sudah mulai membuka mataku perlahan. Setelah mengucek-ngucek mataku, kini pandanganku sudah jelas. Aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore. Ok deh, saatnya untuk bangun.

Kulihat Kak Kimi masih tertidur sembari memeluk perutku. Pulas banget dia. Ia tidur tanpa mendengkur sama sekali. Hanya nafas-nafas kecil yang kedengaran karena jarak kami sangat mepet. Kupandangi wajah kakak kandungku tersebut. Polos, cantik, alami, dan tak bernoda. Wajah seorang wanita yang harus kujaga seumur hidupku. Aku akan tetap mencintaimu, Kak, walau kita mungkin tak akan bisa bersatu nantinya.

Aku membelai pipinya yang lembut dengan penuh kasih sayang. Lalu kukecup keningnya yang sedang tak ditutupi oleh poninya. Aku tersenyum dengan rasa hangat yang memenuhi dadaku. Tidur yang nyenyak, kakakku tercinta.

"Sayang…." Ia sudah bangun dari tidurnya. Aku yang akan beranjak membatalkan niatku. Matanya tampak masih sayu namun itu malah membuat kecantikannya bertambah ratusan kali lipat. Aku mengecup keningnya sekali lagi.

"Kalau masih ngantuk, tidur aja, Kak. Biar aku yang masak," ucapku yang tak tega padanya.

"Gak kok, aku udah bangun nih." Ia mulai merentangkan tangannya ke atas dan dengan mulut yang membuka lebar karena menguap. Walau ia sedang menguap, tetap cantik kok wajahnya.

"Yuk kita bangun, Kak." Aku menarik tangannya perlahan. Tubuhnya langsung bangkit dan dirinya duduk di atas ranjang.

"Gendong aku ya, Sayang." Ia melingkarkan tangannya ke leherku. Ah kumat lagi deh Kak Kimi.

"Manja banget ah jadi Kakak."

Sepanjang aku menggendong dia, Kak Kimi terus memainkan hidungku. Ah kesel juga tapi aku gak tega mengacaukan dia yang lagi gemas dengan hidungku. Walau agak merasa geli, kubiarkan aja biar kakakku senang.

Tapi yang membuatku gak konsen bukan hanya ia yang bermain dengan hidungku. Payudaranya yang empuk menempel di punggungku. Batang kemaluanku menjadi ngaceng keras karenanya. Setelah menurunkannya di dapur, aku langsung merasa lega karena payudaranya gak lagi menyiksa diriku.

"Makasih ya, Sayang," ucapnya seraya tersenyum manis padaku.

"Iya deh, Kak," balasku dengan cuek.

"Tapi aku lagi malas masak, Sayang."

"Aih… ngapa gak bilang dari tadi?" kataku sedikit kesal.

"Aku pengen mainin hidung kamu hihi…."

"Dasar Kakak jahil."

"Wek!" Ia menjulurkan lidahnya padaku dengan imut.

"Berani ya Kakak ngolok aku."

Kurasa setan telah merasuki diriku. Aku langsung memeluk dirinya dan memagut bibir Kak Kimi. Hmffh! Kak Kimi langsung terkejut selama beberapa detik. Sementara itu aku terus melumat bibirnya yang indah tersebut.

Perlahan, ia mulai mengimbangi permainan bibirku. Tanganku tak tinggal diam. Aku memasukkan tanganku ke dalam tank top hitam yang sedang dipakainya. Kuraba-raba perutnya yang rata tanpa lemak itu. Barulah kemudian, payudaranya yang terbungkus dijamah olehku. Aku meremas-remas cup branya itu perlahan.

Mulutku kini bergerak ke lehernya. Aku mencium lehernya yang putih mulus tersebut, tapi gak sampai kucupang. Aku gak boleh meninggalkan jejak apapun yang bisa nampak oleh orang lain. Kulihat ia mulai menggeliat seperti cacing kepanasan karena geli lehernya dicium olehku.

"Sa-sayang, ja-jangan di le-leher deh," ujarnya terbata-bata karena meringis melawan rasa geli

"Ok deh kalau itu maunya Kakak," kataku setelah membebaskan lehernya dari ciumanku.

Aku kemudian mengarahkan fokusku ke tubuhnya. Kuangkat tank top hitamnya tersebut hingga sebatas leher. Kemudian kuremas-remas payudara kakakku yang montok namun masih terbungkus oleh bra berwarna putih. Dengan seizin Kak Kimi, aku mencari pengait di punggungnya dan voila! tampaklah kedua gundukan payudara indah yang sudah lama gak kulihat.

Kuremas-remas lagi payudaranya yang sudah tak terhalang apapun. Kupuntir putingnya yang agak sedikit kecil namun imut itu. Ia memekik pelan begitu putingnya itu kumain-mainkan.

"Nih balasan buat Kakak yang mainin hidung aku," kataku sambil terseringai.

Ia hanya terus memekik setiap kali aku memilin putingnya pelan. Kemudian kuhisap dengan kencang seperti anak bayi yang sudah merindukan susu ibunya. Kini Kak Kimi gak memekik lagi, melainkan sudah melenguh keenakan.

Selesai menghisapnya putingnya secara bergantian, aku langsung beralih ke bagian bawahnya. Kupandangi tubuh bagian bawahnya masih terbalut lengkap oleh celana pendek hawai. Maka aku langsung menurunkan celananya tersebut hingga sebatas mata kaki. Tampaklah celana dalamnya yang berwarna krem muda. Pantatnya begitu menggoda diriku sehingga aku langsung menepuknya dengan agak keras. Kak Kimi memekik lagi dan memukul tanganku.

"Sakit ah, Sayang."

"Maaf atuh, Kak. Habis aku nafsu banget sih sama pantat Kakak yang makin seksi."

"Ihh malu ah kamu bilang gitu."

Aku langsung melepas kaos dan celana pendekku. Sedari tadi aku memang udah gak menggunakan dalaman karena lebih nyaman rasanya. Maka mencuatlah penisku yang sudah berdiri tegak menunggu mangsanya.

Kugesek-gesekkan penisku ke bongkahan pantatnya yang masih berlapis celana dalam yang agak tipis ini. Setelah kulihat celana dalamnya udah mulai agak basah, aku langsung menurunkan celana dalamnya secara perlahan hingga ke mata kaki juga. Kak Kimi kemudian meloloskan celana dan celana dalamnya itu dari mata kakinya.. Langsung kuperintahkan dia agar bertumpu pada dinding dan agak menungging.

Uhh! Pantatnya begitu menantang banget saat posisi begini. Aku jadi gemas dan meremas-remas pantatnya yang juga putih bersih seperti kulitnya di bagian tubuh yang lain. Vaginanya yang berwarna kemerahan tampak begitu merekah. Aku jadi gak sabar pengen mempertemukan penisku dengan vagina Kak Kimi yang sudah lama terlupakan olehku.

Karena belum cukup basah penisku, aku menggesek-gesek penisku ke bibir vaginanya yang sudah becek sekali. Rasanya licin banget dan enak-enak gitu. Setelah kurasa udah cukup basah, aku pun mulai menusukkan kemaluanku ke punyanya dia.

BLES! Masuklah penisku ke dalam vaginanya. Ahh! Ia langsung menjerit sakit yang bercampur dengan suara nikmat pula. Pertama aku memaju-mundurkan dulu penisku secara perlahan karena kutahu Kak Kimi udah lama gak berhubungan seks. Pasti ia perlu penyesuaian ulang lagi.

Uhh! Masih sempit juga ah vagina Kak Kimi. Pasti gara-gara gak dimasukin oleh penis selama beberapa bulan, vaginanya kembali menjadi sempit seperti semula. Rasanya enak banget, seperti ada yang memijat penisku di dalam. Udah gitu hangat lagi. Emang vaginanya Kak Kimi yang terbaik di antara punyanya semua gadis.

PLOP! PLOP! PLOP! Suara tumbukan kemaluanku dan pantatnya yang seksi itu. Secara perlahan, aku mulai memompa vaginanya dengan cepat. Kutingkatkan intensitas dan kecepatannya setiap berapa detik sekali. Ahh! Ahh! Kak Kimi udah mendesah merdu karena keenakan. Mendengar suara desahannya yang lembut dan imut, aku jadi semakin bernafsu memompa vaginanya.

PLOP! PLOP! PLOP! Suara tumbukan tersebut semakin kencang suara serta temponya. Payudara Kak Kimi juga udah mulai bergoyang-goyang indah. Aku langsung meremas-remas kedua payudara montoknya itu. Wajahnya merem melek sambil mendesah sehingga menambah sisi erotisme dari kakak kandungku ini.

Aku masih belum berhenti menggenjot vagina kakakku. Ia juga semakin memperkuat suara desahannya. Tanganku yang semula meremas-remas payudara dan putingnya langsung bergerak menutupi mulutnya.

"Uhh! Jangan keras-keras atuh, Kak. Nanti kedengaran," tegurku sambil membekap mulutnya.

"Emhh… ahh! Maaf, ahh!" katanya setelah aku melepas mulutnya.

Sekarang aku sudah menggunakan seluruh tenagaku. Tanganku beralih dari payudara ke pantatnya yang juga gak kalah montok. Aku meremas-remas pantatnya sambil sesekali menepuknya pelan. Ia tidak protes lagi, melainkan hanya terus mendesah sembari berusaha mengontrol suaranya.

"Ahh! Ricky! Aku mau keluar!" seru Kak Kimi.

"Uhh! Sama-sama aja ya, Kak!"

CROT! CROT! CROT! Aku dan Kak Kimi sama-sama menyemburkan cairan kenikmatan kami. Badannya bergetar dan ia menjerit nikmat. Kurasakan liang vaginanya jadi super hangat karena perpaduan antara cairan kami berdua. Aku serasa gak ingin mencabut penisku selagi masih ada hangat di dalam sana.

"Ahh! Sayang! Enak banget!"

"Sama, Kak. Enak banget."

Akhirnya setelah beberapa menit, aku mencabut penisku dari vaginanya. Cairannya meluber keluar dan mulai menetes ke lantai. Aku langsung membawanya ke kamar mandi dan disitu kami saling membersihkan diri kami masing-masing.

"Sayang, hari ini masa suburku," kata Kak Kimi dengan perlahan.

"Kenapa Kakak gak bilang? Kalau bilang kan bisa kucabut," tanyaku cemas.

"Aku lupa, enak banget sih soalnya."

"Ah, gimana nih, Kak?" Aku semakin panik dan jantungku jadi berdebar-debar terus. Rasa nikmat tadi berubah menjadi rasa gak nyaman. Aku jadi was-was kalau Kak Kimi hamil. Hancur sudah masa depan kami berdua, apalagi kalau Kak Kimi ketahuan hamil oleh adik kandungnya sendiri.

"Tenang aja ah, Sayang. Aku ada pilnya kok."

"Syukur aja, Kak. Tapi kok tumben Kakak ada beli?"

"Dah lama aku belinya, Sayang. Jaga-jaga kalau kamu mau berhubungan seks dengan aku."

"Untung Kakak pintar."

"Iya dong, Kimi gitu."

"Udah ah, yuk ganti baju."

Selesai mandi, kami pun menuju kamar masing-masing untuk berganti baju. Sekeluarnya dari kamar, kulihat Kak Kimi sedang minum pil anti kehamilannya itu. Semoga deh manjur dan gak ada Ricky junior yang keluar dari rahim Kak Kimi nanti.

"Duh, sayang banget ah dedek bayinya. Pasti imut nanti anak kita." Ia mengusap-usap dan menatap perutnya tersebut. Aihh! Sempat-sempatnya Kak Kimi pakai ngebayangin anak kami nanti. Udah tahu aku lagi panik, malah dikomporin sama dia.

"Imut sih imut, Kak. Kalau ketahuan aku yang hamilin Kakak, bisa bahaya, Kak."

"Hihi… nanti kita dinikahin dong." Kakakku benar-benar ngebet ya buat nikah sama aku? Padahal masa depan kami masih panjang loh. Dasar Kak Kimi.

"Iya kalau dinikahin, kalau diusir?" tanyaku dengan agak kesal.

"Udah ah, Sayang. Yang penting udah aman sekarang."

"Dasar, bilang dulu dong lain kali," gerutuku.

"Iya-iya, bawel kamu ah jadi cowok."

Ia pun langsung mencubit hidungku. Aku juga membalas dengan mencubit pipinya dengan gemas. Akhirnya kami pun kembali larut dalam kemesraan sampai lupa dengan makan siang kami.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd