Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Serial : Aku bukan istri setia



1 - keakraban ( scroll ke bawah )
2 - keintiman ( Halaman 6 )
3 - nikmat ( Halaman 12 )
4 - cuti besama ( Halaman 15 )
5 - Exhib ( Halaman 23 )
6 - Mobil Goyang ( Halaman 26 )
7 - Dahaga ( Halaman 29 )
8 - Memendam Hasrat yang tak terkendali ( Halaman 33 )
9 - Untuk ke-3 kalinya aku digilir 2 lelaki dan aku menikmatinya ( halaman 35 )
10-Menanam Beniih ( Halaman 37 )
11-Pamer Istri ( Halaman 40 )
12-CuckOld ( Halaman 42 )
13-Ada Tamu ( Halaman 43 )
14-Tawaran ( Halaman 45 )
15-Kebelet ( Halaman 47 )
16-Sakit ( Halaman 49 )
17-Maaf pak fer, aku ingin sendiri dulu ( Hal 51 )


1 - keakraban

"iya pak fer..., tapi aku gak enak nebeng mobil pak fer terus setiap hari...", jawabku sambil tersenyum-senyum meliriknya yang sedang mengemudi dengan suasana keakraban yang semakin terjalin, sudah 2 minggu lebih aku ikut atau nebeng mobil pak ferdian yang rumahnya searah denganku.
"gak apa-apa tri, saya juga kan jadi ada temen ngobrol...", ujarnya walau sesekali terlihat genit namun pak fer membuatku nyaman dengan canda dan tawa di sela obrolannya yang sesekali terselip candaan nakalnya walau sedikit mesum namun dengan jenaka melontarkannya sehingga tak terdengar cabul atau merendahkan.

"ya namanya juga anak-anak pak...", ujarku memberi komentar kepadanya saat ia menceritakan kenakalan dan kelucuan kedua anaknya di rumah yang masih kecil sambil tertawa kecil.
"iya... jadi gimana kamu sudah bikin anak...? ". selorohnya dengan tiba-tiba memotong ucapanku.
"iih pak fer...", sergahku seraya mencubit lengannya, aku hanya tertawa.
"pasti tiap malam kan... ha ha ha...", balasnya dengan kembali meledekku, aku ikut tertawa sambil berusaha mencubit perutnya dan membuat pak ger meringis menahan cubitanku sambil tetap memegang stir mobilnya
"ya gak tiap malam kali pak fer... lemes dong...hi hi hi..", ujarku menimpalinya.
"loh kenapa gak tiap malam..? apalagi kamu kan masih muda, baru 2 tahun menikah... ", kejarnya membuatku tersipu dengan wajah memerah yang kusembunyikan dengan menoleh ke sisi kiri jalan raya, andai benar bisa tiap malam, dalam hatiku berbisik dengan rasa gundah di hatiku sambil tertawa dan tersipu mendengar pak fer yang terus memberondong dengan menceritakan kalimat-kalimat kemesraan dan kenikmatan pasangan muda seusiaku seperti ini.
"iih kok jadi dibahas...", sergahku memotong hanya bisa tertawa dengan rasa malu dan risih.
"maaf ya tri... cuma becanda kok... ", ucap pak fer yang menjelaskan kalo ia hanya becanda dan menggambarkan dirinya saat masih menjadi pasangan muda dahulu.

"kok keliatan lemes sih tri pagi ini..?!', ucap pak fer kepadaku saat di pagi hari menjemputku di depan komplek, aku duduk di sampingnya dan ia mulai mengemudi menuju kantor. sambil tersenyum aku menjelaskan kalo semalam aku gak bisa tidur.
"hayo berapa ronde sama mas nya he he he... ", sambil tertawa pak fer menggodaku yang hanya bisa ikut tertawa. andai benar semalam aku digenjot suamiku seperti perkataan pak fer tentu nikmat sekali tapi kenyataannya aku melakukan masturbasi sendiri disamping suamiku yang sudah terlelap tertidur lelah.
"iih pak fer... ", sergahku.
"ya gak apa-apa kan sudah sama2 dewasa... lagian kan kamu sama suamimu... bukan sama orang lain kan he he", ujarnya.
"ya gitulah pak fer... ", kelitku sambil tertawa mencubit pinggangnya yang menghindar geli.

"iiih masa sih pak fer...?", tanyaku saat obrolan pak fer membahas tentang sperma.
"iya katanya... dengan dioles ke wajah...buat masker jadi bikin awet muda...atau di telen waktu ngisep....". ucapnya dengan nada serius. namun sejak tadi aku merasa vaginaku sudah basah. ku lirik tonjolan selangkangan pak fer yang terlihat menggelembung.
"tapi kamu pernah isep kan punya mas mu ...?!", ujar pak fer mengejutkan lamunanku.
"eehmm.. iya.. pernah... sekali...". jawabku entah apa yang membuatku menjawab begitu polosnya.
"loh kok pernah sekali...?", tanyanya dengan menatapku dan membuat wajahku memerah malu. pak fer memberondongku dengan kalimatnya yang seakan membuatku tak dapat mengelak dari keadaanku yang sebenarnya, pak ferdian seakan bisa membaca pikiranku.
"mas mu langsung main masukin aja ya ?", tanyanya.
"iya pak fer...", jawabku dengan hati terbuka kepadanya, bahwa itulah kehidupan sex ku, aku merasa kurang terpuaskan dengan kesibukan pekerjaan suamiku yang menyita waktu.
"coba deh tri... kamu isep dulu... he he he..", ucap pak fer seraya memberikan petunjuk kepadaku agar lebih baik memberikan pelayanan kepada suamiku hingga sampai tiba di parkiran kantor.

sore hari menjelang jam kerja usai aku masih di toilet kantorku dengan rasa nikmat yang kurasakan sambil menahan desahan dan lenguhanku sendiri, sementara tanganku memegang selang semprotan yang kuarahkan ke vaginaku dengan kedua kaki mengangkang diatas toilet dan air yang deras menyembur ke arah vaginaku dengan semprotan air pada daging kecilku yang gatal dan terasa sangat nikmat sekali saat air yang memencar deras ini menyembur dan menerpa di itilku.
"uuusshh...", desahku sementara satu tangan lagi kucoba untuk mencolok lubang vaginaku sendiri.
"oooh...", lenguhku saat 2 jari tanganku terbenam. namun tiba-tiba HP ku berdering membuatku terkejut dan menghentikan kenikmatan ini.
"tri... sudah siap ?, saya tunggu di parkiran ya...", terdengar suara pak ferdian yang rupanya aku tak sadar sudah jam pulang kantor.
"iya pak fer...", sahutku seraya bergegas merapikan gaun gamisku dan kerudungku. aku menggulung dan melipat celana dalamku yang tak kupakai karena basah untuk mengeringkan dan membersihkan vaginaku tadi, memasukannya ke tas kecilku dan bergegas keluar menuju area parkir mobil.
"maaf pak fer...", ujarku berbasa basi.
"kirain kamu lembur...". ucap pak fer sambil menjalankan mobilnya meninggalkan area parkir.

"iih pak fer... masih dibahas aja...", ujarku saat topik pembiracaannya kembali membahas kehidupan sex ku seperti berangkat tadi pagi hingga aku tak dapat mengelak dan malah menimpalinya dengan menjawab apa adanya sambil tertawa.
"eh maaf pak fer...", ujarku saat terdengar suara dering HPku.
"telpon dari suamiku...", ucapku kepadanya dan aku mengangkat teleponku dan aku membuang pandanganku ke sisi kiri jalan, terdengar suara suamiku yang mengabarkan kalo ia pulang agak terlambat sore ini.
"ya pah... ", jawabku dengan lembut dan mesra mengakhiri dan menutup telepon ku dan pak ferdian dapat menerka isi pembicaraan suamiku tadi dan dengan mimik serius memberi wejangan kepadaku agar tetap melayani suamiku dengan baik namun diujung wejangannya pak fer mengakhiri dengan kalimat mesumnya yang membuatku tertawa.
"iiih pak fer...", ujarku sambil tanganku kembali mencoba mencubit pinggulnya namun aku hanya tercengang melihat kearah tangannya yang memegang kain putih.
"ini celana dalam kamu tri...?, tadi jatuh dari tas kamu...tadi waktu angkat telepon..". ujarnya membuat wajahku memerah malu.
"eehh pak fer....", pekikku melihat nya yang menempelkan celana dalam ku itu dihidungnya dan menghirup dalam-dalam dengan atraktif di hadapanku. aku merebutnya dengan cepat dan kasar dari tangannya dan memasukannya ke dalam tasku.
"maaf tri cuma becanda...", ujar pak fer dan aku hanya diam seribu bahasa dengan rasa malu dengan wajah meemerah padam. hingga aku turun dari mobilnya di depan komplekku tanpa mengucapkan kata-kata ataupun terima kasih kepadanya.

aku menmbanting tubuhku di kasur tanpa membuka dan mengganti gaun gamisku bahkan kerudungku hanya tas ku yang berisi CD ku tadi yang ku lempar ke atas meja. walau agak kesal dengan perbuatan pak fer tadi yang mencium CD ku namun tersirat rasa seksi dan tersanjung bahkan merasa bergairah. aku tersenyum menerawang saat pak fer mencium CD ku entah apa yang dirasakananya, ah membuat hasratku berdesir aku meraba selangkanganku yang tak terbungkus CD itu. gaun gamisku yang singsingkan dan terbuka selangkanganku yang polos dengan bulu jembutku yang tercukur rapih dengan belahan bibir vaginaku yang sudah berlendir sejak tadi.
"emmhh...", lenguhku menggigit bibirku, terbayang tonjolan besar di selangkangan pak fer tadi yang sempat kulirik.

"oooooh...", lenguhku lagi dengan jariku yang kucolokkan ke lubang vaginaku yang sudah banjir oleh lendirku sendiri. 2 jari telunjuk dan jari tengan sudah bermain dan mencolok terbenam di dalam lubang vaginaku dengan pangkal jari menekan daging kecilku yang terasa gatal, terasa nikmat menjalar di sekujur tubuhku saat itilku semakin kutekan dan kumainkan. kedua buah dadaku dengan puting terasa mengeras ingin diremas, hasratku terbakar dengan cepatnya. terbayang kontol suamiku yang menerobos vaginaku dengan nikmat, namun sesaat kemudian entah mengapa bayangan tonjolan di selangkangan pak fer menggantikan bayangan itu di kepalaku dengan hasrat ku yang semakin membara terbakar di sekujur tubuhku. namun tiba-tiba HP ku berbunyi, nafasku tersengal melihat ke arah HPku seraya kubersihkan jariku dari lumuran lendirku. telepon dari pak fer !, dengan rasa terkejutku dalam hati.
"ya pak fer...", jawabku saat kuangkat HP ku, terdengar suara pak fer yang meminta maaf kepadaku dan aku pun meminta maaf juga kepadanya, aku menjelaskan kalo aku tidak marah, hanya saja aku merasa malu jelasku panjang lebar dan dengan bijak pak fer mengerti akan keadaanku.
"maaf tri... saya kebawa napsu...", ucap pak fer yang berterus terang merasa napsu sekali melihat CD ku apalagi dengan kecantikanku dan usia mudaku yang baru saja menikah membuatnya terbawa napsu hingga berlebihan hingga tak sopan jelasnya.

"pagi pak...", salamku kepada pak fer dan aku seperti biasa duduk di sampingnya pak kusir yang mengemudi delman eh pak fer yang mengemudikan mobil. pak fer menjawab dengan ramah dan bersikap seperti biasa dengan obrolan ringan dan sedikit candaannya yang membuatku tersenyum-senyum hingga terasa singkat sudah sampai di kantor. namun terasa ada yang hilang yang kurasakan dari orbolan dan candaan pak fer, candaan cabulnya yang tak keluar dari mulutnya hingga menjelang siang terus terpikir olehku. ah mungkin karena kejadian tidak enak kemarin, pikirku sambil jariku dengan lincah menekan tombol di HP ku.
"pak fer kok diem aja...". aku mengirim chat-ku kepadanya dan lansung dibalasnya dan kembali aku membalas nya dengan cepat.
"ya enggak lah tri... cuma kirain kamu masih marah...". balas chat pak fer, aku membalasnya dengan menjelaskan kalo aku tak marah malah mengiranya dia yang marah karena tak ada candaan cabulnya atau membahas dan menyinggung urusan ranjang rumah tanggaku jelasku sambil memberi emosi icon tertawa.
"eh.. bytheway.. kamu pake CD tri...?". balas pak fer membuatku tersenyum-senyum sendiri.
"iih pak fer...". balasku.
"eh maaf tri... jangan marah ya tri, saya cuma penasaran...", balasnya lagi.
"gak pake... kok pak...". ketikku namun sebelum aku menekan tombol SEND, aku menghapusnya kembali karena saat ini aku memakai CD.
"pake kok pak... pak fer, pengen aku gak pake..?". ketikku dengan nada menggoda namun aku kembali menghapusnya dengan rasa ragu.
"iih pak fer... pake dong pak...". ketikku dan ku kukirim.
"kirain enggak he he he... maaf lagi tri... cuma becanda tri...". balas pak fer sesaat kemudian.
"gpp kok pak fer... tapi kalo pak fer pengen aku gak pake... aku lepas deh...". ketikku dan mengirimnya dengan rasa geli dan tersipu-sipu sendiri di mejaku.
"serius tri ?!". balas pak fer dan aku membalasnya dengan "serius".
beberapa saat tak ada balasan dari pak ferdian yang hanya terlihat tanda chat telah dibacanya bahkan hingga sore menjelang usai jam kerja.

"pak fer kok gak bales chat aku..?", ucapku saat duduk di sampingnya yang mulai mengemudi, membuka pembicaraanku.
"chat tadi siang...?". pak fer balik bertanya dan mejelaskan kalo ia ada miting hingga sore.
"kamu serius gak pake CD tri..?", ucapnya perlahan dengan mimik mukanya yang serius dan nyengir sehingga terlihat lucu olehku yang tertawa melihatnya.
"ih serius tri... saya udah deg2an ngebayanginnya ini...", sergahnya melihatku yang hanya tertawa.
"ih serius... ha ha ha...", balasku sambil kembali tergelak tertawa sambil kulirik tonjolan di selangkangannya yang terlihat lebih besar, kulihat pak fer yang hanya tersipu dengan wajah "mupeng" nya. sesaat aku dan pak fer terdiam sambil kulirik kembali tonjolan diselangkangannya yang masih terlihat menonjol.
"pak fer mau liat kalo aku gak pake CD...", bisikku dengan dada berdebar dan hasratku yang sudah terbakar di otakku. akal sehatku sudah tersingkir dari kepalaku, sebagai wanita bersuami bahkan aku memakai kerudung seharusnya aku tak pantas untuk mengatakan dan melakukan ini, namun napsu telah menguasai ku.
"be bener nih tri ?", ujar pak fer dengan wajah terkesiap terkejut dan sumringah menoleh dan memandang kearahku, beruntung posisi mobil masih berhenti di depan lampu merah.
"ngarep.com ya pak.... ha ha ha...", tawa ku meledak. pak fer hanya tersenyu meringis ku tertawakan. kulirik tonjolan selangkangannya yang masih terlihat menonjol.
"kirain beneran mau ngasih liat tri...", ucap pak fer sambil mengemudi.
"emang pak fer gak percaya... ? he he he", tukasku dan sekali lagi kulirik tonjolan diselangkangannya.
"enggak...", jawabnya dengan cepat sambil cengar-cengir cabul namun terlihat dengan mimik wajah yang lucu. aku membuka tas kecil ku dan kuperlihatkan kain putih CD ku yang terlihat rapih di dalamnya.
"waaah...", ucap pak fer terperangah namun mobil sudah sampai di pintu gerbang komplek perumahanku dan aku keluar sambil tertawa memberi salam dan terima kasih kepadanya.

Bersambung ke 6 <--------------------
Teruskan huuu
 
Lanjut baca nya

Aku tak dapat menolak

"papah...?", bisikku.
"nanti sayang... aku capek banget...", jawab suamiku, tubuhnya bergulir kesamping membelakangiku, sementara aku terdiam kembali merebahkan kepalaku di bantal dengan tubuh telanjangku yang terlentang dengan vaginaku yang sudah basah.
"emhh...", aku menghela nafas, sudah 2 minggu aku belum merasakan disentuh lelaki yang berarti disentuh suamiku juga disentuh oleh lelaki lain. kuraba vagina ku yang basah, teringat pak fer dan pak reno, yang selama ini memberiku kenikmatan tapi sekarang aku masih kesal dengan pak fer, teringat pak naryo si pengantar lemari namun aku takut tetangga akan curiga. yang ada sekarang aku memuaskan diriku sendiri.
"pengen...", gumamku dalam hati, vaginaku belum dimasuki kontol lelaki, pekik hatiku. kuusap-usap itilku dengan jariku, rasa nikmat menjalar ke seluruh sendiku.
"emmhh... pengen kontol...", gumamku hatiku lagi dengan jariku yang semakin cepat mengusap itilku sambil terbayang kontol-kontol lelaki yang pernah menyetubuhiku. pak fer, pak reno, pak naryo, dan bejo, lelaki yang pernah menyetubuhiku, aku memang bukan istri setia, karena lelaki-lelaki itu pernah menyetubuhiku selain suamiku sendiri.
"eemmhh...", lenguhku perlahan seraya melirik suamiku yang sudah mendengkur terlelap dalam tidurnya. kurentangkan kedua kakiku dan jariku semakin cepat mengusap nikmat itilku sendiri.
"ya aku memang bukan istri setia...", bisik hatiku, ada rasa kesal yang menyelinap dalam hatiku kepada suamiku yang tak dapat memberiku kepuasan dan aku selalu merasa kurang dalam hal sex, atau apa karena mungkin aku hyper dalam hal sex, ah aku tak tau, yang pasti aku selalu merasa kurang puas oleh suamiku.
"uuhh...", lenguhku, terbayang saat pak fer dan pak reno menyetubuhiku bergantian, atau pak naryo dan si bejo yang juga menggilirku hingga aku dibuatnya puas berkali-kali.
"oooaahh...", pekikku tertahan dan sesaat kemudian tubuhku mengejang nikmat mencapai orgasmeku sendiri. kubiarkan tubuh telanjangku terlentang hingga aku terlelap hingga pagi hari di samping suamiku.

di toilet kantor......
"eemhh....", lenguh ku menggelinjang dengan suara tertahan dengan kedua kaki mengangkang sambil ku semburkan air deras menerpa itilku.
"geli banget.... tapi enak...", pikirku, kembali ku semprotkan air deras dari selang wastafel toilet ini dan kembali kurasakan kenikmatan saat air menerpa itilku yang sudah gatal.
"aaah... pengen kontol...", pikirku lagi, seraya kusudahi semburan air selang ini. kuraba itilku yang begitu sensitif.
"ooh...", lenguhku sambil kuusap nikmat itilku. mataku terpejam tubuhku terduduk diatas toilet duduk, kedua kakiku mengangkang, gaun gamisku tersingsing di leherku. kedua buah dadaku tak terbungkus BH, putingku mengeras kedua buah dadaku ingin diremas-remas rasanya. sudah hampir 3 minggu aku tak disentuh lelaki bahkan suamiku sendiri, hanya dengan jari dan dildo ku lampiaskan hasrat birahiku.
"kontol...", bisik hatiku, tak berani bibir ku mengucapnya di toilet kantor ini namun hatiku seakan berteriak menginginkannya. kuusap itilku dengan jariku yang bergerak semakin cepat dan kenikmatan semakin memuncak kurasakan menjalar ke seluruh tubuhku hingga akhirnya tubuhku memgejang nikmat diatas toilet duduk ini. kureguk kenikmata orgasmeku.

ponselku bergetar sesaat, nafasku masih terengah, kubuka ponselku setelah mengeringkan tanganku, terlihat WA dari pak ferdian.
"tri, mau pulang bareng gak ?", tawarnya, jariku mengetuk huruf-huruf merangkai jawaban kepada pak fer.
"enggak pak, terima kasih...", balasku, aku masih belum mau terlalu dekat lagi dengan pak fer karena peristiwa di rest area itu walaupun aku tak menyalahkannya dan aku sudah memaafkannya, bahkan sebenernya aku menikmatinya bahkan aku sempat beberapa kali mengalami orgasme saat itu, pikirku dengan kebinalanku yang bergolak tak menolak diperlakukan itu oleh sopir truk itu. kubasuh vaginaku dan mengeringkannya dengan tisu, ku remas buah dadaku sebelum akhirnya ku tutup dengan gaun gamisku yang ku julurkan kembali menutupi tubuh telanjangku karena memang tak kupakai BH dan CD ku yang ku lipat di dalam tasku. ku benahi dan kurapikan kerudung dan aku melangkah keluar dari toilet tepat dengan usainya jam kerja dan aku pulang ke rumah.

sesampai nya dirumah, aku melepas seluruh pakaianku dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. air segar membasuh seluruh tubuh telanjangku, ku basuh vaginaku yang masih saja terasa ingin di usap-usap lagi.
"ah nantilah malam kalo mau tidur saja, mainin dildo-nya....", pikirku mengurungkan niatku untuk kembali bermasturbasi melampiaskan hasratku lagi seperti di toilet kantor tadi sore. lagi pula sudah beberapa hari ini suamiku sedang tugas keluar kota jadi aku bisa bermain sepuasnya dengan dildo ku, pikirku. usai mengeringkan tubuhku, aku melangkah keluar dari kamar mandi, kubiarkan tubuh telanjangku tak ku tutup dengan handuk, ku nyalakan tv, ku ambil air jeruk di kulkas dengan bebas tanpa pakaian atau gaun gamis yang biasa kupakai melekat ditubuhku.
"ah..!!", aku tersentak terkejut saat bel rumahku berbunyi yang berarti ada kedatangan tamu di depan rumahku. dengan tubuh masih telanjang, aku berlari ke kamar, kuambil gaun gamis dan memakainya, tak perlu pakai CD dan BH ku, pikirku dengan tanganku yang gerak cepat, ku ambil kerudung instan untuk membungkus kepalaku, sesaat aku berkaca.
"bedak...! tak usahlah...", pikirku, memandang wajahku yang sedikit pucat tanpa bedak, tapi biarlah, aku melangkah keluar kamar, ku songsong ke depan pintu rumah dan kubuka.
"ah pak chandra !...", sapaku setelah membalas salam pak chandra yang berdiri tersenyum kepadaku. ku persilahkan masuk kerumah dengan ramah sambil berbasa-basi kepadanya. memang sudah lama pak chandra tidak ke rumah seperti bisanya bersama suamiku yang mengajaknya.
"ini tadi saya beli makanan dulu buat kita bertiga...", jelas pak chandra sambil memberikan bungkusan kepadaku. namun aku tak sempat memberitahukannya kalo suamiku sedang tugas keluar kota jadi mungkin hanya berdua makanan ini jadinya, pikirku nanti saja lah, aku langsung melangkah ke dapur. ada rasa jengah karena suamiku tak dirumah saat ini, hanya aku dan pak chandra di rumah ini, aku takut ada tetangga yang curiga atau ah entahlah. aku membawa makanan dan menyiapkannya di meja makan.
"tri, numpang ke kamar kecil ya...", ujar pak chandra melewatiku. aku mempersilahkannya. teringat kejadian dulu saat aku melihat pak chandra sedang kencing, aku melirik ke pintu kamar mandi yang tertutup. entah mengapa dadaku berdebar.

"hendra mana tri ?", tanya pak chandra yang keluar dari kamar mandi menghampiriku.
"kan lagi dinas ke luar kota pak...", jawabku.
"waaah... gimana nih....? jadi gak enak... gak apa-apa kan tri ?", ujarnya.
"ya gak apa-apa pak chan..... lagi pula udah lama gak main kesini...", ujarku.
"makanan sudah siap pak, apa mau langsung di santap...?", tanyaku mengalihkan pembicaraan. dengan nada ceria sambil mengangguk, mengatakan kalo ia memang sudah lapar,
"kamu juga, yuk tri, masa saya makan sendiri...", ujarnya dan aku pun menemaninya makan malam walau masih dengan rasa sedikit tidak enak karena aku harus menjaga image selain karena suamiku tidak di rumah, aku takut tetanggaku akan berpikir negatif kalo sampai mengetahui kalau aku hanya berdua dengan laki-laki lain di rumahku saat ini. semoga saat pak chandra datang tadi tidak ada yang melihat, pikirku. aku menjaga sikapku dengan baik di hadapan pak chandra, sebagai seorang istri rekan kerja satu kantor suamiku dengannya, aku tak ingin mencoreng nama baik suamiku di kantornya jika aku sampai terlihat yang tidak-tidak.
obrolan ringan mengalir pak chandra yang sesekali ku timpali dengan pendapat atau sekedar komentar kepadanya sambil menyantap makananku, suasa terasa santai dengan sesekali pak chandra melontarkan candanya membuatku tertawa dan tesenyum.
"boleh aku menginap tri...?", tanya pak chandra dengan wajah serius membuatku sesaat terdiam harus menjawab apa. memang sudah terbiasa beberapa kali pak chandra menginap tapi itu datang bersama suamiku dan ada suamiku dirumah, tapi kali ini hanya aku dan dia di rumah ini, membuatku masih merasa kurang tenang jika ada tetangga atau orang lain mengetahui ada lelaki lain menginap di rumahku di kala suamiku tak ada dirumah.
"terserah pak chan...", jawabku walau sebenernya berharap agar ia tak menginap malam ini.

jam menunjuk masih menunjuk pukul 8 malam, karena masih ada pak chandra, aku masih mengenakan jilbab dan gaun gamis panjangku walau dengan rasa tak nyaman menemani pak chan di ruang tengah apalagi dengan kondisi tubuhku yang tak memakai CD dan BH karena terburu-buru tadi menyambut kedatangannya. hal ini membuatku merasa risih di depan pak chan, apalagi jika mata pak chan menatapku seakan menemus gaun yang kupakai, ah semoga dia tidak tahu, pikirku mencoba menenangkan hatiku yang risau.
"pak chan, saya mau istirahat dulu ya pak....", ujarku setelah mempersilahkan pak chandra untuk menempati kamar belakang jika ingin beristirahat. aku beranjak ke kamarku. aku mengunci pintu kamarku, ku lepas kerudungku, ku lepas gaun gamisku, aku memandang tubuh telanjangku terpampang di hadapan kaca lemari.
"eemhh...", lenguhku sambil tanganku meraba vaginaku yang sudah gatal dan basah sejak tadi sore, kuraih dildo dari laci disebelah ranjangku yang memang sejak tadi sore aku ingin menggunakan dan memainkannya sebelum tidur. kedua kakiku mengangkang.
"eemhh...", desahku, kuraba dan kuremas sendiri buah dadaku, satu tanganku yang memegag dildo, ku gesekan-gesekan di bibir vaginaku yang sudah basah. perlahan kepala dildo berbentuk kontol ini ku arahkan pada liang vaginaku yang sudah gatal.
"aah....", lenguhku sambil mataku terpejam dan tanganku menekan perlahan dildoku yang mulai terbenam menjejal lubang vaginaku dan semakin ku tekan lebih dalam lagi hingga hampir seluruh dildoku tenggelam di dalam vaginaku tinggal ku nyalakan tombol getarnya maka kenikmatan akan kurasakan nikmatnya dari getaran dildo ini, namun tiba-tiba....
"ah...", pekikku terkejut jariku tertahan untuk menekan tombol getarnya, di kala kenikmatan baru akan mulai kurasakan terdengar pintu kamar ku diketuk.
"tri... tri.. ", terdengar suara pak chandra di luar kamarku.
"ah ? ada apa pak chan ini...", gumamku dalam hati sambil kuraih kerudung instan di sampingku dan ku kenakan membungkus kepalaku dengan cepat hanya untuk menutupi kepalaku sementara dan kubiarkan tubuhku tetap telanjang tak tertutup karena aku hanya akan membuka sedikit pintu kamarku dan melongokan wajahku saja jati tak perlu memakai pakaianku, aku berjalan tertatih mendekati pintu kamarku karena dildoku masih kubiarkan masih tertancap di lubang vaginaku, paling gak lama, pikirku karena aku ingin melanjutkan kenikmatan ini, dengan satu tanganku membuka pintu kamarku.
"ya pak...?". tanyaku sambil ku longokan wajahku di sela pintu kamarku.
"kamu belum tidur kan tri...?",ujar pak chan yang hanya mengenakan kaos dan bercelana pendek berdiri di depan pintu kamarku.
"be belum pak... kenapa pak?", jawabku dan balik bertanya.
"boleh minta tolong tri...?", tanyanya lagi.
"boleh pak...minta tolong apa ?", jawabku balik bertanya lagi.
"biar saya masuk dulu....", ujarnya secara tiba-tiba pak chan mendorong pintu dan menyeruak masuk ke dalam kamarku, membuatku terkejut.
"aaah... jangaan... masuk...paak...", pekikku namun tubuhku terdorong oleh pintu yang dibukanya dan pak chandra yang mendapati telanjang langsung memeluk tubuh telanjangku.
"ah kamu telanjang...triii...". ujarnya sambil memelukku, pak chan mendesakku ke ranjang.
"jangan pak chan...", ujarku.
"tolong tri...", ujarnya lagi, tubuhku dan tubuh pak chan terjerembab di atas kasur dengan tubuh pak chandra menindih di atas tubuhku.
"oh...!", ucapnya terhenyak terdiam menatapku dan aku pun terdiam menatapnya, tangannya sudah menyentuh vaginaku dan mendapati lubang vaginaku terjejal oleh dildoku. wajahku memerah padam, aku terdiam malu.
"kalo kamu mau, bisa dengan aku tri..***k usah pake dildo gini...", bisik pak chandra dan aku hanya terdiam menggit bibirku dan saat pak chandra mengecup bibirku aku hanya diam pasrah bahkan aku menyambutnya sebagai tanda bahwa aku mau.
"aku mau...", bisik hatiku, mataku terpejam dan kujulurkan lidahku yang kemudian dihisapnya dilumatnya dengan penuh napsu.
"maaf kan aku mas hendra, aku bukan istri yang setia...aku tak bisa menjaga nama baikmu dimata teman sekantormu....", bisik hatiku membatin, yang hanya diam pasrah.
"dicabut ya tri....", ujar pak chan jarinya meraih dan menarik dildoku dari lubang vaginaku, aku hanya mengangguk dengan masih merasa malu kepadanya karena mendapati aku yang bermain dengan dildo untuk melampiaskan hasratku.
"eeehhhhhh...", lenguhku sambil kulihat dildoku yang menjulur keluar basah berlumuran lendirku.
"aku tau hendra gak bisa memuaskan kamu tri, tapi.. aku bersedia... memuaskanmu tri...", ujarnya memandangku.
"kamu cantik banget tri...", pujinya dengan wajahnya yang begitu dekat di hadapanku dan aku hanya berbaring pasrah saat tubuhnya menindihku, kusambut bibirnya yang kembali melumat bibirku.

*-*
"ha ha ha... maaf hendra !, kutiduri istrimu, tanpa sepengetahuanmu.... ha ha h", pekikku dalam hati. tubuh mulus istrinya sudah telanjang bulat di depanku, hanya kerudung yang masih tersisa membungkus kepalanya. ternyata begitu mudah bagiku untuk mendapatkan kenikmatan malam ini dengan tri di saat hendra sedang keluar kota. memang sudah beberapa kali aku menyetubuhi istrinya ini tapi itu dalam keadaan tri tidak sadarkan diri, tapi malam ini berbeda.
aku tak menyangka begini mudahnya, awalnya jika tri menolak keinginanku melam ini, aku akan mengancamnya dengan video dan photo-photo telanjangnya agar ia mau kusetubuhi, tapi malah kudapati tri sedang melampiaskan hasratnya dengan dildo dan tak menolakku.
"kamu cantik banget tri...", pujiku yang membuatnya tersipu malu membiarkan aku merebahkan tubuhnya, tubuh mulusnya terhampar di kasur. aku menggumulinya, bibirku disambut bibirnya yang kuhisap dan kulumat. hendra dan tri adalah pasangan muda, dan bagiku yang sudah berumur seperti aku ini, mendapatkan tri yang cantik, mulus, alim dan muda seperti ini sungguh seperti mendapat durian runtuh di depan mataku.
"kalo tau kamu gak menolak gini, dari kemarin sudah aku terjang tri...", bisikku, sambil ku tatap wajah cantiknya dengan penuh napsu.
"iiih pak chan...", ucapnya.
"aku tau kamu kurang sexnya, sayang banget tri, kamu yang secantik ini, jarang dipuaskan hendra...", ujarku sambil ku remas-remas kedua buah dadanya.
"eeeesshhh... pak chaaaaan...", lenguhnya membuatku semakin gemas meremas dan menghisap putingnya, tak seperti malam-malam kemarin-kemarin saat aku menyetubuhinya di depan suaminya ia hanya terdiam tak sadarkan diri oleh pengaruh obat tidurnya, kini tri secara sadar melenguh nikmat kucumbui.

aku beralih ke selangkangannya, kurentangkan kedua kakinya dan aku bersimpuh, wajahku merunduk dan bibirku berciuman dengan vaginanya.
"aah... memek kamu cantik banget tri...", pujiku sesaat memandangnya yang hanya tersipu namun membiarkan kedua kakinya kurentangkan lebih lebar.
"paaaaaak chaaan....", lenguhnya.
"sebenarnya aku sudah beberapa kali merasakan memekmu tri...", ucapku dalam hati. memang aku sudah merasakan nikmatnya vagina ini beberapa kali di depan suaminya, tapi kali ini aku akan merasakan nikmatnya dengan kondisi yang tri sadar tanpa pengaruh obat bius atau obat tidur dan secara nyata dan sadar ia merespon setiap rangsangan dariku.

*-*
"aaaahh... eeessshhh... paaaaak chaaaan....", rintihku lagi dengan pinggul bergetar merasakan nikmatnya jilatan lidahnya yang menjilati itilku. kedua kakiku kucoba tetap mengangkang lebar agar pak chan leluasa mencumbui vaginaku yang memang sudah gatal sejak tadi bahkan kemarin.
"ooohh...", lenguhku lagi saat kurasakan pak chan melumat itilku dengan gemas seakan hendak menarik dengan meghisap kuat. maaf suamiku, aku tak bisa menjaga nama baik kita di depan pak chandra, rekan satu kantor suamiku, bisik hatiku yang sudah tak lagi menyadarkanku, terbelenggu dalam kenikmatan birahi yang bergelora.
"aaah... paak chaaaan...", lenguhku lagi, kurasakan jarinya mencolok lubang vaginaku dan aku hanya bisa menggeliat dengan pinggul bergetar.
"enak tri...?", ucap pak chan menatapku yang terengah sambil membuka kaos dan celana pendeknya di hadapanku, kontolnya terlihat sudah mengeras, besar dan panjang bagiku.
"kamu mau kan ngisep tri..?", pintanya, aku beranjak tanpa malu meraih dan menggenggamnya.
"uuhh...", gumam pak chan merasakan kepala kontolnya ku hisap dan ku lumat sambil tangannya membelai kepalaku yang masih terbungkus kerudung, sesekali menjamah meraih buah dadaku, meremas dan mengulasnya. kontolnya sudah begitu keras di mulutku saat pak chan memintaku untuk melepaskan dari mulutku. sesaat pak chan menatapku, sambil memujiku yang katanya cantik dan membuatnya sangat bernapsu kepadaku.
"eemmhh...", lenguh kembali menyambut bibirnya yang mengecup bibirku. merebahkan tubuku di kasur dan beberapa saat kemudian kurasakan kepala kontolnya yang hangat dan keras tepat menyentuh bibir vaginaku. aku menggigit bibirku merasakan gesekan hangat membelah belahan vaginaku yang sudah gatal dan basah sejak tadi. kurentangkan kedua kakiku lebih lebar agar pak chan lebih mudah menyarangkan kontolnya di lubang vaginaku.
"ah tri... kamu cantik banget...", pujinya lagi berkali-kali memuji kecantikanku, matanya menatapku sambil tangannya menggesek-gesekkan kepala kontolnya di mulut lubang vaginaku, membuatku menggelinjang tak sabar menggeliatkan pinggulku.
"ooh...", lenguhku saat kepala kontolnya mendesak menyelip masuk di mulut liang kenikmatanku, namun tak diteruskannya.
"paak... chaaan...", lenguhku, karena kurasakan kepala kontolnya kembali terlepas urung masuk ke dalam.
"kenapa tri...? mhhh... udah pengen...?", ucapnya kembali menggesekkan kepala kontolnya di mulut lubangku tadi. aku hanya mengangguk sambil menggigit bibirku tak sabar untuk merasakan hujaman kejantanannya. tak lagi ada rasa malu dalam diriku. usia pak chan jauh lebih tua dariku namun dengan hasrat dan birahiku yang sudah mendidih di kepalaku tak lagi memandang pak chan sebagai orang yang ku segani dan ku hormati, karena aku haus dan aku ingin merasakan hujaman kontolnya di vaginaku.
"pak chaan.... masukin...", pintaku dengan manja, ku rentangkan kedua kakiku, kusibak kedua bibir vaginaku.
"iya sayang.... ", ucap pak chan tersenyum menatapku dan perlahan kurasakan kepala kontolnya menekan lubang vaginaku, semakin dalam menyeruak dan terbenam hangat di dalam vaginaku.
"ooooohhhh....", lenguhku bersamaan dengan terbenamnya batang kontol pak chan dan mendaratkan tubuhnya diatas tubuhku, merengkuh dengan wajah tepat di atas wajahku. memeluk dengan erat dan ku sambut bibirnya yang memagut bibirku.
"eemffhhh... mmfhhh...", lenguhku dengan bibirku dilumatnya, kurasakan pinggulnya yang mengayun membuat kontolnya menjulut keluar dan sesaat kemudian kembali menyeruan masuk. kontolnya terasa tebal dan panjang olehku saat terbenam seluruhnya di dalam vaginaku, seakan menyentuh dan mendorong mulut rahimku. hujaman nya semakin berirama dan semakin mengayun lancar membuatku terengah nikmat dan semakin terengah. aku mereguk kenikmatan yang sejak kemarin aku inginkan. ku peluk tubuh pak chan yang memperlakukan aku dengan lambut, mereguk nikmatnya tubuhku yang selama ini mungkin lama tidak ia rasakan. entah sudah berapa lama pak chan menduda dan tak merasakan tubuh wanita.

"nungging tri....", pintanya seraya mencabut kontolnya dan membimbing tubuhku untuk berbalik membelakanginya dan menyembulkan bokongku di hadapannya. bertumpu dengan kedua tanganku, aku menyembulkan bokongku yang diremas-remasnya, disibaknya, di tamparnya dengan gemas sebelum akhirnya ia kembali menyarangkan batang kontolnya di vaginaku.
"oooooohhh....", lenguhku terasa hangat batang kontolnya menjejali liang vaginaku. kedua tangannya mencengkeram pinggulku dan pinggulnya mulai mengayun dengan nikmatnya. benturan demi benturan bokongku mengiringi kenikmatan yang ku reguk dari batang kontolnya yang menghujam-hujam dengan nikmat vaginaku. tubuhku menghentak-hentak maju mundur dengan kepalaku sesekali mendongak merasakan sodokannya begitu dalam hingga terasa mendorong mulut rahimku. nikma sekali rasanya hingga semakin membuatku semakin melayang seakan terbang semakin keatas dan tak dapat lagi aku mengendalikan tubuhku yang ikut menghentak maju mundur
"oooohh... oooh.... ooohh...", erangku dengan liar nya ku tumpahkan seluruh rasaku yang mengendap beberapa hari ini.
"enak tri...?", ucap pak chan yang terus menggenjotku dari belakang.
"oooh... kon.. tooool....", pekikku seketika tubuhku menghentak dan mengejang nikmat mencapai orgasmeku, usai orgasmeku, tubuhku terkulai di kasur dengan nafasku yang masih terengah. aku hanya pasrah saat pak chan menelentangkan lagi tubuhku dan merengkuh diatas tubuhku dengan kontolnya kembali bersarang di vaginaku yang masih ngilu.
"tri... tadi seksi banget ngomongnya...", ucapnya sambil pinggulnya terus bergoyang menatapku.
"coba bilang lagi tri...", pintanya. kuucap beberapa kali seperti permintaaanya membuatnya semakin bernapsu kepadaku.
"uh nakal banget kamu tri... ", ucap pak chan sambil semakin bernapsu menggenjotku membuatku semakin menggelinjang nikmat menahan rasa ngilu dan geli yang menjalari seluruh tubuh dan sendiku.

"uuh...", geram pak chan mencabut kontolnya yang berlumuran lendirku.
"kamu di atas sini tri....", pintanya seraya berbaring dan memintaku untuk diatasnya. aku beranjak, kedua kakiku mengangkangi pinggulnya dimana kontolnya yang tegak tepat dibawah selangkanganku. tangan pak chan memastika kepala kontolnya tepat di mulut lubang vaginaku saat tubuhku, ku turunkan dan terbenamlah kontolnya di vaginaku.
"ooohh...", lenguhku terduduk diatas pangkuannya pinggulnya dengan kontol menyatu dengan vaginaku. perlahan aku mulai mengayunkan pinggulku dan kenikmatan mulai kureguk setiap kali pinggulku mengayun, kurasakan batang kontolnya seakan mengaduk nikmat di dalam liang vaginaku membuatku ingin terus bergoyang dan terus bergoyang.
"oooh... pak chaaan...", lenguhku, kubiarkan kedua buah dadaku diremas-remasnya.
"sambil ngomong jorok kayak tadi tri...", pintanya, yang kuturuti dengan menyebut berulang kali di sela lenguhan dan desahan nafasku. terasa nikmat sekali bagiku bersetubuh dengan pak chan ini. hingga tanpa sadar aku tak lagi dapat menahan orgasmeku lagi. pinggulku bergerak liar, mengayun sejadi-jadinya dan kureguk kenikmatan kontolnya yang mengaduk-aduk vaginaku dan aku memekik sambil ku sebut kata-kata jorok seperti permintaannya. tubuhku mengejang diatas pangkuannya.

tubuhku lunglai diatas dadanya, nafasku terengah, kubiarkan kontolnya tetap di dalam vaginaku. pak chan memeluk lembut tubuhku.
"enak tri...?", ucapnya lembut membelai kepalaku yang masih terbungkus kerudung.
"terlentang lagi tri...", pintanya, merebahka tubuhku ke samping terlentang. kusambut tubuhnya yang mulai merengkuh diatas tubuhku bersamaan dengan kontolnya yang menjejal dan terbenam lagi di vaginaku. sesekali pak chan memandangi wajahku, sesekali melumat bibirku, sesekali menciumi pipiku berulang kali sambil pinggulnya terus menggenjotku.
"memek kamu masih sempit banget tri...", pujinya walau aku sudah 2x orgasme membuat vaginaku sudah benar-benar banjir namun baginya masih terasa menjepit.
"oooh... triii.. kamu cantik banget....", pujinya pak chan lagi dengan wajah yang semakin menegang penuh napsu.
"triii... aku pengen.... aaah... hamilin kamu... aaaaaaaaaghhh....", geram pak chan membuatku tersentak bersamaan dengan pinggulnya mengentak dan kontolnya yang masih terbenam di vaginaku menyemburkan spermanya tanpa memberi tahuku kalo akan orgasme.
"pak chaaa... kok di dalem...!!!!", pekikku namun tak dapat kulakukan apapun agar ia mencabut kontolnya, tubuhnya mendekap tubuhku dan pinggulnya mengehtak-hentak hebat dan aku hanya pasrah menerima seluruh muntahan spermanya di dalam rahimku.
"uugh... ", geram pak chan dengann kedutan dan semburan spermanya yang telah habis.
"kalo kamu hamil, aku akan membantu biaya anak ini tri....", bisiknya dan mengecup bibirku.

kubasuh tubuhku dan kubersihkan vaginaku dengan air yang menyembur dari penyemprot air. masih menetes sisa-sisa sperma pak chan dari lubang vaginaku. seperti saat-saat usai setiap kali aku disetubuhi pak fer, pak ren, pak naryo dan si bejo atau sopir truk itu.
"emhhh... ", eluhku membuang nafasku, sudah banyak lelaki yang menjamah tubuhku. aku memang bukan istri setia, membiarkan lelaki lain menikmati tubuhku namun aku tak menyangkal jika memang akupun menginginkannnya dan menikmatinya.
"maafkan aku suamiku....", bisik hatiku.

malam ini aku tak lagi mengenakan kerudung dan gaun gamisku untuk menutupi tubuhku di depan pak chan yang menginap malam ini. bahkan aku hanya mengenakan gaun baby-doll yang sebatas menutupi dadaku hingga setengah pahaku dengan celana dalam dan bra yang tak ku kenakan menemani pak chan di kamar belakang. tubuh pak chan masih telanjang bulat memelukku dan malam semakin larut aku terkantuk dan telelap dalam pelukannya.
"eemhh...", lenguhku setengah sadar, entah sudah berapa lama aku tertidur saat kurasakan bibirku dilumatnya dan kurasakan tangan pak chan yang menjamahi vaginaku.
"pak chaan... ngantuk...", ucapku dengan manja namun kubiarkan ia melakukan apapun kepadaku. kubiarkan ia meremas-remas buah dadaku, kubiarkan ia menjilati vaginaku sementara aku masih terkantuk hingga pak chan kembali menyetubuhiku.
"uugh... enak banget kalo punya istri kamu tri...", ucap pak chan sambil terus menggenjotku.
"uugh... triiiii....", pekik pak chan tiba-tiba dan kembali kurasakan semburan spermanya di dalam vaginaku. kontolnya berkedut berkali-kali menyemburkan sisa-sisa spermanya yang sudah membanjiri rahim dan seluruh liang vaginaku.
"uugh nikmat banget kamu tri...", ucap pak chan berbaring di sampingku yang kembali terlelap hingga pagi hari.

sinar matahari pagi begitu cerah menyambut hari ini, aku sudah menelpon ke atasan ku di kantor kalau hari ini aku ijin tidak masuk kerja dan sekarang, aku sedang terengah nikmat di kamar mandi, tubuh telanjangku membungkuk dibawah siraman air shower yang membasahi sekujur tubuhku yang menghentak maju mundur sementara pak chan dengan kedua tangan mencengkeram pinggulku menghenta-hentak, menghujam-hujamkan kontolnya dari belakang bokongku.
"uugh... enak tri ?", ucap pak chan sambil terus menggenjotku. aku tak menjawabnya hanya suara lenguhan dan rintihan nikmatku yang menyahutnya.
"mumpung suamimu lagi gak ada.... kita nikmati bersama tri... uugh... memekmu enak banget tri...", ucapnya lagi diiringi suara benturan bokongku yang membentur pinggulnya bersahutan dengan suara lenguhanku.
"pak chaan !!... oohh...", lenguhku sungguh luar biasa kontol pak chan ini, walau usianya yang sudah berumur bagiku namun tak kalah dengan pak fer atau pak ren atau bahkan oleh si bejo yang masih muda dan sesaat kemudian membuat tubuhku bergetar dan mengejang nikmat mencapai orgasmeku sambil ku coba untuk tetap menungging dengan kontol pak chan yang semakin cepat menghujam keluar masuk vaginaku.
"uuughhh... triiiiii.... ", pekik pak chan sesaat kemudian dengan tubuhku yang masih mengejang nikmat pak chan menyemburkan spermanya di rahimku. kubiarkan ia berkali-kali menyemburkan spermanya di dalam vaginaku sejak semalam hingga pagi ini, walau aku sudah mencegahnya dengan pil kotrasepsi namun jika aku nanti sampai hamil, aku tak peduli, lagi pula aku belum pernah hamil dan aku sudah bersuami, pikirku.
aku berjongkok membasuh vaginaku, kubiarkan sperma pak chan yang begitu banyak meleleh keluar dari vaginaku.
"banyak ya tri...", ucap pak chan kepadaku, sambil mengeringkan tubuhnya ia memandangku yang sedang berjongkok.
"he eh...", jawabku singkat sambil tanganku menceboki vaginaku.
"ya gak apa-apa biar kamu cepet hamil kan tri...", ujar pak chan.
"iih pak chan... ngarep hi hi hi...", ujarku sambil tertawa.
"loh ya gak apa-apakan... biar cepet dapet mongmongankan he he he...". ujarnya sambil ikit berjongkok di depanku dan tangannya yang nakal menjamah belahan bibirku yang merekah.
"eemhh... pak chan.... lagi pipis...", ujarku seraya tangannya membaut air seniku berhenti keluar.

*-*
hari yang indah bagiku hari ini, kubiarkan tubuhku yang telanjang bulat di dalam rumah ini dengan kontolku yang menggantung bergerak bebas kian kemari tanpa celana yang membungkusnya dan akupun meminta tri untuk tak mengenakan pakaian sehelaipun, membiarkan tubuh mulus nya terbuka dan dengan leluasa aku menikmati keindahan dan kemulusannya bahkan dengan bebas aku menjamahi setiap jengkal bagian tubunya sesuka hatiku.
"eeeeehhh... pak chan...", ucap tri sambil tangannya yang cekatan menyiapkan sarapan pagi, aku meremas-remas bokongnya dengan penuh napsu dengan sesekali aku menampar-namparnya dengan gemas membuat bokognya memerah kenyal menggairahkanku.
aku tak menyangka jika tri, istri hendra ini sudah sama bejadnya denganku, yang awalnya dengan penampilannya sehari-hari, ku kira ia adalah wanita baik-baik, seorang istri cantik yang baik dan setia kepada suaminya, hendra. namun sejak tadi malam saat mendapati tri bermain dengan dildo dan tak bahkan dengan pasrah begitu mudah aku menikmati tubuhnya dalam keadaan sadar dan tanpa sepengetahuan hendra, suaminya. dan aku pun tak menyangka jika tri kekurangan dalam hal seks nya dengan secara sadar melampiaskannya menggunakan dildo saat aku memergokinya semalam, kasihan wanita yang kesepian sementara suaminya yang sudah aku tau seorang cuckold dan bejad sampai membius dan membuat istrinya hilang kesadaran dan membiarkan bahkan menyodorkan kepadaku untuk kusetubuhi di hadapannya dan sudah dilakukannya beberapa kali.
"emhh... hendra lelaki tolol !", ucapku dalam hati. sambil memandangi tubuh telanjang tri yang begitu mulus dan indah yang seharusnya terbungkus oleh gaun gamis dan kerudung nya kini telanjang bulat di hadapanku.
"aduuh... malu pak chan... hi hi hi...", sergahnya sambil tersenyum malu kepadaku .
"iih kok malu... kan kita sama-sama telanjang tri...", ujarku seraya tanganku masih saja mengusap-usap dan menjamahi bokongnya yang halus dan empuk.
"takut ada tetangga kesini...", ujarnya.
"enggak kan kata kamu, pasti mereka tau kamu kerja dan suami kamu kerja, pasti mereka nyangka gak ada orang di rumah ini kan...?", jelasku menenangkannya, kupandangi kedua buah dadanya yang ranum menggantung indah di sampingku.
"iya sih...emmhh...", ucapnya tersenyum dan membiarkan tanganku untuk memegang buah dada kenyalnya.
"sarapan dulu pak chan...", ajaknya dan aku melepaskan tanganku, ku kecup bibirnya yang menyambut bibirku dan aku mulai menyantap sarapanku bersamanya dengan tubuhku dan tubuh tri telanjang bulat.

"oooh... oooh... oooh....", desah tri, kedua kakinya mengangkang sementara aku merengkuh di atas tubuh mulusnya, aku kembali menyetubuhinya, pinggulku mengayun, kontolku menghujam-hujam lubang vagina sempirnya dengan nikmatnya. kupandangi wajah cantiknya yang sayup dengan sesekali kepalanya menggeleng seakan menggelepar nikmat, kedua buah dada ranumnya bergerak kenyal terlihat indah dengan putingnya yang kemerahan telah puas ku hisap dan kulumat tadi. memang bener orang bilang "binor lebih nikmat", apalagi jika binornya secantik, semulus dan semuda tri ini, sungguh nikmatnya luar biasa.
"ooaaah... eeeeeh... ooh....", lenguhnya saat aku mencabut kontolku yang berlumuran lendir dari vaginanya. aku berbaring dan tanpa kuminta tri beranjak bangun dan langsung mengangkangi pinggulku di mana kontolku berdiri tegak mengacung. tangan lentiknya dengan cekatan membimbing kepala kontolku tepat berada di mulut vaginanya dan perlahan ia menurunkan tubuhnya hingga kontolku kembali melesak masuk ke vaginanya.
"ooooohh...", lenguhnya terduduk diatas pangkuanku yang kemudian pinggulnya mulai bergerak mengayun dan kontolku terasa seperti di remas nikmat di dalam vaginanya.
"uuh... kamu seksi banget tri... gak nyangka kamu binal juga tri....", ujarku, satu tanganku mengelus pahanya dan satu lagi meremas-remas buah dadanya yang terguncang-guncang indah.
"eemhhhh... ", tri hanya melenguh nikmat sambil mengayun pinggulnya, terlihat begitu cantik sekali mamah muda ini, gumamku. lubang vaginanya yang hangat licin seakan meremas batang kontolku, sungguh empotan yang luar biasa nikmatnya yang kurasakan dari vaginanya.
"enak triii ?", geramku sambil kuremas-remas kedua buah dadanya dengan penuh napsu.
"he eh... oooh... gak kuaat...ooohh...", lenguhnya dengan pinggul semakin cepat mengayun hingga semakin tak terkontrol dan tak lama tri memekik kuat dan tubuhnya mengejang mencapai orgasmenya. namun di saat yang bersamaan empotan vaginanya begitu kuat membuatku tak lagi dapat membendung kenikmatan ini. di saat tri sedang meregang kenikmatan orgasmenya dengan tak lagi dapat ku bendung aku mengejang nikmat mencapai orgasmeku juga, tubuku mengentak-hentak hebat dan kubiarkan spermaku menyembur di dalam tubuh tri.

lanjut baca ke Hal 54 <----------------------
 
Terakhir diubah:
ternyata Tri minum pil kb...pantas ga hamil sama Pak Fer dan Pak Reno...buat sekali kali Tri lupa minum pilnya atau pas mau minum pilnya habis sedang Tri dalam masa subur.
 
Waduh pak can sengaja ni nyuruh Hendra dinas luar.... ronda dulu ke rumah tri...siapa tahu kebagian
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd