Bab 22
Dua bulan kemudian.
Jason menyelipkan keycard untuk membuka pintu kamar hotel. Lampu menyala hijau dan dia mendorong pintunya terbuka.
Mereka telah menyewa kamar ini beberapa minggu yang lalu, dalam mengantisipasi untuk menghabiskan malam bersama setelah prom. Pada saat itu, ia memiliki fantasi mengangkat Sam ke dalam ruangan, dia mengenakan tuksedo dan Sam dengan gaunnya, membawanya menyeberang ke tempat tidur, dan meletakkan di atasnya, jatuh ke pelukannya.
Tapi sekarang, dia masuk ke kamar ini sendirian. Dia memakai tuksedonya, tapi itu satu-satunya bagian dari fantasinya yang menjadi kenyataan. Dia melihat ke sekeliling di ruang kosong itu. Furniturnya mewah, dan Jason telah menghabiskan uang ekstra karena dia ingin malam ini menjadi spesial. Dia bertanya-tanya di mana Sam berada.
Berdiri di samping tempat tidur, ia melepas jaketnya dan meletakkannya di kursi. Dasinya jatuh di atasnya, dan dia membuka kancing kemejanya, menariknya keluar dari celananya dan meletakkan di atas jaket. Udara kamar hotel terasa dingin di kulitnya, dan dia perlahan menyentuh tangannya di atas dadanya untuk menghangatkannya.
Dia menendang sepatu dan melucuti celananya, meluncur turun dan melangkah keluar dari setiap kaki, melepaskan kaus kakinya dalam waktu yang bersamaan. Dia berdiri hanya dengan celana dalamnya - celana dalam berwarna putih. Mengambil napas dalam-dalam, ia mendorongnya turun dan melepaskannya, dan ia sekarang telanjang.
Menggapai ke tempat tidur, ia memindah bantal di kepala ranjang. Dia naik ke atas kasur, dan duduk tegak dengan punggung menempel bantal, di atas selimut. Dia memejamkan mata dan memikirkan Sam, mencoba mengingat tubuhnya yang telanjang dari dua bulan yang lalu. Kilatan memori datang padanya, lekuk lembut payudaranya, puting berwarna merah, rambut pubis keriting.
Dia mulai menjadi keras, dan ia mengulurkan tangan dan memegang kemaluannya, merasakan itu menjadi semakin besar dan kaku. Tangan lainnya memijat bola-nya, dan kenikmatannya meningkat. Kenangan tentang Sam lebih banyak lagi datang padanya, dengan beberapa kenangan yang baru masuk juga ke dalam pikirannya, tangan Sam berada pada putingnya, membuatnya jadi mengeras, bagaimana Sam tersenyum setelah mereka berciuman, jari-jari Sam di antara kedua kakinya yang melebar, memanggil namanya saat ia datang.
Kemaluannya sepenuhnya tegak sekarang, dan ia mengeluskan tangannya dengan lembut ke atas dan ke bawah. Dia berharap itu adalah sentuhan Sam dan bukan sentuhan dirinya sendiri. Dia berharap Sam berada di tempat tidur di sampingnya, sehingga ia bisa memeluk dirinya.
Dia mendengar suara dan membuka matanya. Itu terdengar seperti kaki telanjang berjalan di atas karpet. Tiba-tiba, selimut di ujung bawah dari tempat tidur terangkat, tinggi ke udara, dan ketika itu turun kembali, ada sosok badan dibawahnya, dan tekanan yang muncul di atas bantal. Dia tersenyum.
Dia mengangkat selimut di sisinya dan meluncur masuk kedalamnya, kemudian bergerak di tempat tidur sampai ia merasakan tubuh hangat menempel ditubuhnya. Menutup matanya agar tidak menjadi bingung, ia menggunakan indera sentuhan untuk menemukan bibir dan mencium, menciumnya dalam-dalam. Tangannya mencari belakang lehernya, menemukan pengait, dan memisahkannya. Dia membuka matanya dan tampak Sam dengan senyum nakal di wajahnya.
"Kau puas sekarang?" Katanya, "Apa kau sudah cukup menontonnya?"
Sam tersenyum lebar.
"Aku nggak percaya kau membuatku melakukan ini."
"Cukup adil," jawabnya puas, "Selain itu, sepertinya kau sedang menikmati dirimu sendiri. Apakah kau ingin aku pergi?"
"Aku ingin kau tetap berada disini," katanya, menatap matanya. Tangan Jason menyentuh sisi wajahnya, dan membelai dengan lembut. Sam menutup matanya dan menekan pipinya pada sentuhan Jason, bernapas dalam-dalam.
Tangan Jason perlahan-lahan bergerak ke bawah lehernya, melewati tonjolan tulang selangka, dan Sam gemetar menunggu apa yang akan terjadi berikutnya. Bergerak lebih rendah, ujung jarinya menelusuri sampai ke payudaranya, terus hingga mencapai putingnya. Dia menangkup payudaranya di tangannya, merasakan berat dan kelembutannya. Sam menghela napas dengan keras, menciptakan suara halus "oh" di antara bibirnya.
Putingnya menempel telapak tangannya, dan dia meremas payudara dengan lembut, tubuh Sam gemetar hampir tak kentara dalam merespon. tangannya pindah untuk menangkupnya dari bawah, ini membawa putingnya langsung di antara jempol dan jari telunjuknya. Jason melihat ekspresi wajahnya saat ia mencubit dengan lembut, dan bergulir di antara jari-jarinya. Sam mendesah keras saat rasa nikmat melintas di wajahnya. Sam tampak begitu cantik.
Dia melanjutkan terus dengan cara ini, dan Sam mulai lembut bernapas secara ritmis. Ia menundukkan kepalanya dan mengganti jari-jari dengan mulutnya, mengambil putingnya di antara bibirnya dan mengisapnya dengan lembut. Sam terengah keras dan tangannya bergerak ke bagian belakang kepala Jason, mendesak dia. Kulit lembut payudaranya yang lain menyapu pipinya, dan ia pindah dan mengambil puting itu ke mulutnya, membiarkan lidahnya menjentik terhadap daging kakunya.
Kemaluan Jason menekan pinggulnya, dan dia suka merasakan kehangatan pada tubuhnya. Tubuhnya bergerak di bawah sentuhannya, terbangun oleh gairah.
Mulutnya terus bergantian di antara putingnya, keduanya basah dan tegak. Tangannya meluncur ke bawah perutnya, kukunya menelusuri kulitnya. Merasa lekukan sedikit di pusarnya, ia bergerak melewatinya dan menjelajah lebih jauh. Mencapai bagian atas rambut pubisnya, jari-jarinya menyebar, dan ia menutupi dengan tangannya. Dia bisa merasakan kehangatan melalui rambut yang lembut, dan kakinya melebar, menyambut dia.
Jari tengahnya menempel di sepanjang alur dari bibirnya, mengikuti lengkuknya. Ujung jarinya menyentuh di mana labia bertemu di bawahnya, dan ia bisa merasakan basah di sana. Menekan lembut, jarinya tergelincir sedikit ke dalam dirinya, di mana ia menemukan sebuah sumber cairannya, licin dan hangat.
Sam menggigil seluruh tubuhnya, disertai dengan erangan.
"Ya," bisiknya. "Ya."
Dia meluncur jarinya perlahan ke atas, merasakan tepi pintu masuknya dan bagian luarnya yang ketat. Saat jarinya tiba di mana bibir dalamnya bertemu, ia merasakan inti kecilnya, keras karena gairah. Sam mengerang lagi ketika ujung jari licin meluncur di atasnya, seperti penggesek pada senar biola.
"Oh Jason, ia berbisik," Rasanya begitu nikmat."
Tangan Sam meraih ke bawah, mencari miliknya. Tangan hangat Sam menemukan apa yang ia cari, dan sekarang giliran Jason yang terkesiap saat jari-jarinya melingkari miliknya yang keras dan meremasnya. Jason tak pernah merasa sebaik ini. Sam mulai membelai dengan gerakan lembut saat jari-jarinya dengan lembut menggenggamnya. Jason memejamkan mata dan fokus pada kenikmatan yang ia berikan.
Setelah beberapa saat, dia kembali fokus pada diri Sam, jarinya mengelilingi benjolan kecilnya. Kaki Sam dibuka lebih lebar dan ia memutar pinggulnya sedikit, menekan dirinya ke dalam sentuhannya. Tubuhnya benar-benar terbuka baginya untuk menerima kesenangan dia memberi padanya, dan Jason tahu sekarang sudah saatnya.
Jason berpindah di atasnya, menetap tubuhnya di antara kedua kakinya dan menahan berat badan dengan lengannya, sehingga ia bisa melihat ke bawah diatas wajahnya. Sam membuka mata dan menatapnya. Tak ada ketidakpastian dalam ekspresinya.
Jason tersenyum padanya. "Aku sangat mencintaimu."
Sam menyentuh sisi wajah Jason dan membelainya.
"Aku juga mencintaimu. Aku selalu menjadi milikmu."
Jason bergeser sedikit dan sekarang ia ada di pintu masuknya, kepalanya menyentuh bibir dalamnya. Sam melebarkan kakinya lebih luas, wajahnya penuh dengan antisipasi.
Dia menekan dan basahnya melapisi miliknya, mempersiapkan dirinya untuk masuk. Tangan Sam pindah ke bahunya, memegang kedua sisi lehernya. Dia meregangkan pinggul, dan kepalanya di dalam dirinya, mulai menyebarkan hingga terbuka. Sam tersentak nikmat dan pikirannya berenang, tak percaya bisa merasakan senikmat ini.
Menarik kebelakang sedikit dan menekan ke depan lagi, ia mendorong lebih dalam, tapi ia merasakan sesuatu menghentikannya. Jason menatap wajahnya ketika dia menekan lebih keras, dan melihat Sam meringis.
"Sam? kau ok?"
Matanya tertutup tapi ia membukanya dan berkata, "Teruskan."
Dia mendesak maju lagi dan bisa melihat dia menggigit bibir bawahnya. Ketika ia menyadari usahanya untuk melakukan dengan lembut malah memperpanjang rasa sakitnya, ia menekuk pinggulnya dengan keras.
Penghalangnya memberi jalan dan ia mendorong melewatinya, sesak basah licinnya menyebar di sekitar miliknya saat ia mengubur seluruhnya dalam dirinya dalam satu langkah yang panjang.
Sam menjerit kecil karena rasa sakitnya, dan dia berhenti.
"Sam?"
"Nggak apa-apa. pelan-pelan."
Dia menahan sejenak, dan perlahan-lahan mundur, merasakan dinding bagian dalamnya meremas seolah-olah mencoba untuk menahannya tetap di dalam.
Sam mendesah. "Ya."
Ketika ia hampir keluar semuanya, dia berhenti dan berbalik arah, memulai kembali langkah yang panjang dan lambat ke dalam dirinya. Setelah beberapa saat, Sam membuka matanya dan tersenyum padanya.
"Oh Jason, aku nggak pernah tahu kalau rasanya seperti ini."
Ia membungkuk dan menciumnya, mulut mereka membuka saat lidah mereka menari dan bermain satu sama lain. Dia melanjutkan dengan ritme stabil, kedalam dan keluar dari dirinya, mengisi dan meluncur keluar dimana kemaluannya mencium ujung miliknya.
Kakinya datang di sekelilingnya, dengan lututnya berada di sisi tubuhnya, pergelangan kakinya mengkunci di sekitar punggungnya. Dia benar-benar terbuka baginya, menyambut dorongan ke dalam intinya yang ketat, sudut yang sempurna untuk menjangkau lebih dalam.
Secara insting, kecepatannya meningkat, dan Sam mengerang setuju ke telinganya. Tangannya mencengkeram bahunya dengan erat, kukunya menekan ke dalam kulitnya. Pinggulnya tertekuk dalam irama yang stabil, nafsu mereka berdua mendaki bersamaan dengan setiap dorong ke dalam dirinya.
Wajahnya tenggelam di sisi lehernya, dan ia mengisap dan menggigit kulitnya. Ia bisa merasakan puting kerasnya menekan ke dadanya, saat pinggulnya mulai berputar melawan dia, menyambut dorongan darinya.
Mereka berdua mengerang, kenikmatan mereka mendekati puncak bersama-sama. Dorongannya keras dan cepat, membawa mereka makin dekat ke tepian. Sam datang lebih dulu, jeritan keluar dari bibirnya saat tubuhnya mengejang dalam kenikmatan, gelombang orgasme melanda dirinya. Jason mengikuti tak jauh di belakang, dan dengan satu dorongan terakhir dia mengerang dan mengubur dirinya dengan dalam, otot-ototnya terkunci saat kejang dari kenikmatan berdenyut pada dirinya.
Mereka seperti itu sejenak, terkunci dalam ekstasi pertama yang mereka bagi, dan kemudian mereka mulai rileks, Sam ke tempat tidur dan dia ke pelukannya.
***
Mereka tergeletak di tempat tidur bersama, bercanda dengan puas. Mereka berbaring telungkup, dengan tangan mereka saling terkait. Tak satu pun dari mereka yang tahu bahwa mereka menciptakan kembali posisi ini seperti waktu dulu saat membuat tenda di tempat tidurnya.
Sam merasakan sesuatu di bawah tubuhnya dan menariknya keluar. Itu adalah amulet, terlupakan karena gairah mereka. Dia melihat pusaran warna dalam cahaya redup. Jason menontonnya saat Sam mempelajarinya, ia masih kagum dengan kecantikannya.
"Aku akan menyingkirkan itu," katanya.
Sam tidak bertanya mengapa. Dia sudah tahu.
"Tahu apa yang akan kau lakukan dengan benda itu?"
"Aku sudah memikirkannya, dan kurasa aku tahu orang yang bisa menggunakannya."