Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Bidadari Badung

Status
Please reply by conversation.

PART 2 - NAUGHTY ME

Happy Reading

"Kamu siapa?"

Aku menoleh. Terperangah. Ada seorang cowok menegurku. Dia memakai kacamata. Tidak terlalu tinggi, sepundakku. Wajahnya ganteng, kulitnya putih bersih, rambutnya pendek. Matanya mendelik curiga waktu melihatku ada di dapur bersih.

"Chi-Chika. Pembantu baru," jawabku tergagap. Grogi.

"Kok ngga pake baju maid?"

"Kata Ibu bebas Mas?"

"Hari pertama pake, selanjutnya terserah. Oh iya tolong bikinin mie goreng ya? Anterin ke atas."

"I-iya, Mas."

Aku lekas membuka lemari di bawah meja, tapi semua hanya piring, sendok, garpu, gelas. Tidak ada mie instant. Anak laki itu terkekeh melihatku bingung.

"Mie nya ada di dapur sono!" Ia menunjuk arah dapur kotor, "...buruan ya, Mbak. Ge pe el!" ucapnya keras sambil berlalu.

"Ge pe el?" tanyaku pada diri sendiri. Makin ga ngerti. Aku menggaruk kepalaku.

"GA PAKE LAMA!!" Ia melirik dari balik pintu lalu naik ke lantai dua.

"Ooh, iya, Mas, iya."

Aku buru - buru ke kamar mengganti oakaian mengikuti perintahnya memakai baju maid.

"Astaga!!" Aku terkejut karena baju maid ini agak ketat dan mini. Bagian rok bawa saja memperlihatkan jenjang pahaku yang mulus. Malah dari selangkangan ke tepi rok tidak sampai sejengkal. Sudah pasti kalau aku menungging dan duduk, celana dalamku terlihat jelas. Belum lagi bagian dadanya, puting susuku tercetak jelas. Tapi ya sudahlah. Aku pakai saja.

Aku melangkah ke dapur satunya. Mencari - cari stok mie instant di beberapa rak. Ketemu. Segera mengambil panci dan isi air lalu menyalakan kompor sampai maksimal dan masak sampai mendidih. Kira - kira lima menit, mie sudah jadi. Aku segera mengantarkannya dengan nampan, tidak lupa air mineral botol yang tadi tersedia banyak di lemari es.

"Astaga, lupa pakai celana dalam. Haduuuh gimana nih." Aku baru teringat, menghentikan langkah beberapa langkah depan pintu kamar. "Ah bodo ah..." gumamku.

Tok tok tok

"Iyaa, masuk," sahut suara anak itu dari dalam. Pintu pun terbuka lebar. Segera meletakkan mangkuk mie dan air mineral di meja. "Nah gitu pake baju maid."

Aku tersenyum saja mendengar reaksinya, "Ada lagi, Mas?"

Dia bergumam, "Itu tolong pakaian kotor di bawa ke bawah."

"Iya, Mas." Aku balik badan lalu merunduk mengambil pakaiannya dari keranjang. Tiba - tiba....

Klontang. Suara sendok dan garpu jatuh. Aku menoleh, dia sedang menatap tajam ke arahku. Waduh, pasti dia lihat vaginaku yang terlihat saat aku menunduk karena rok maid ini pendek sekali. Biarlah, beruntung dia cowok ganteng. Dan bisa liat vaginaku yang masih perawan. Awas lain kali gantian aku kerjain.

"Apa lagi, Mas?" aku lekas menegakkan tubuh dan balik badan, ia pun juga terlihat cepat menoleh dan lanjut makan mie gorengnya. Puas dia memandangi vaginaku.

"Ya udah. Nanti gue panggil lagi. Tutup pintunya!"

"Iya, Mas."

Cowok itu aku perhatikan sedang bermain game di laptop. Kamarnya bagus, membuatku takjub. Sekilas aku melihat televisi, komputer, printer. Dan entah apalagi. Kamarnya cukup luas. Baru saja hendak turun, aku berpapasan dengan seorang perempuan berkacamata berambut sebahu. Wajahnya terlihat letih.

"Kamu siapa?"

"Chika, Mbak. Pembantu baru." Aku juga menunduk, menatap matanya nanti dikira menantang.

"Kok kamu pake baju maid?" tanyanya bingung. Apalagi aku.

"Disuruh Mas itu..." Aku menunjuk kamar Mas ganteng tadi. Aku tidak tahu namanya.

"Hmmmm..." Ia bergumam, "Ya udah, tolong bikinin es teh manis ya? Pake gelas yang gede. Anterin ke kamar," perintahnya, ia berlalu masuk ke dalam kamarnya.

Aku melangkah cepat lagi turun kembali ke dapur. Berjuang lagi mencari letak teh di dua dapur itu. Entah teh celup atau teh bubuk. Pokoknya teh. Yang penting duluan ketemu.

"Duh, gimana sih mata?"

Aku menepuk jidat tatkala ternyata teh celupnya berada di dapur bersih, di atas meja saji bareng mentega, selai, meses, gula, dan lainnya. Sedari tadi mata melihat tapi tidak ngeh. Dan kelupaan lagi bertanya detail. Manis banget atau sedang? Ah tau lah. Aku mengambil sebuah gelas paling besar di rak. Asal ngambil aja yang penting cepat jadi. Aku mengantarkannya ke kamarnya. Ia langsung membuka begitu aku mengetuk. Aku letakkan gelasnya di atas meja belajarnya. Dia sendiri sedang tiduran di atas tempat tidur.

"Astaga! Ngga salah gelasnya tuh??!" sanggahnya kesal. Kedua alisnya menyatu. "Itu kan gelas bir, punya Papa."

"Maaf, Mbak. Saya ngga tau."

"Aku kasih tau ya? Gelasku itu di dapur bawah. Warnanya putih ada logo St*rB*cks ijo."

"Iya, Mbak. Maaf." Aku balik badan hendak keluar.

"Eh, tunggu," cegahnya. "Kamu bisa pijetin aku ngga?"

"Bisa, Mbak."

"Ya udah. Pijetin. Pegel banget nih. Itu di atas meja rias ada baby oil."

"Ooh, iya."

Soal pijat memijat, aku sudah biasa. Sering menolong Ibu dan Bapak pijat urut setiap pulang beraktivitas, lalu diberi uang yang tak seberapa besar itu sebagai hadiah. Aku selalu berikan ke adik untuk jajan makanan. Ah, aku jadi teringat memori itu. Sedih.

"Tadi nama kamu siapa?" tanyanya lalu duduk bersila memunggungiku.

"Chi-Chika, Mbak." Aku gugup, menelan ludah. Karena perempuan itu membuka baju dan beha warna hitamnya. Ia segera tengkurap di atas tempat tidur. Memamerkan punggungnya yang putih mulus. Ia hanya memakai celana gemes yang pendek. Posisi lututku bertumpu pada tempat tidur.

Aku meneteskan dan melumuri punggungnya dengan baby oil secara merata ke seluruh bagian belakang tubuhnya. Aku mulai memijat perlahan dari bahu, punggung dan pinggang. Aku juga bisa melihat payudaranya terjepit diantara dada dan tempat tidur. Rasanya aku ingin menggapai dan meremasnya juga.

"Aaah, enak banget, Mbak Chika..." desisnya. Senyumnya mengembang di bibirnya. "Umurnya berapa? Kayak masih muda."

"Jalan sembilan belas, Mbak."

"Hah? Sembilan belas?" Kepalanya menoleh hendak menatapku, tapi hanya ekor matanya melirik.

"Iya, Mbak." Aku pijat bagian tangan kirinya yang kurus, jemari lentiknya. Ia meringis saat aku memijat agak keras. Ototnya kaku. Mukanya lalu berubah tenang. Aku yakin sudah terasa enak badannya.

"Aku panggilnya nama aja ya? Chika."

"Boleh, Mbak...."

"Namaku Viona. Panggil aja Vivi. Baru kerja hari ini ya?"

"Iya," ucapku sembari terus memijati punggungnya. Beberapa kali terdengar suara kretek kretek dan Vivi terus mendesiskan hmmmm keenakan karena pijatanku. "Kakinya juga, Mbak?"

"Boleh..."

Duh, ingin sekali rasanya melepas celana gemesnya dan menelanjanginya. Memijati kedua bongkahan besar itu. Tapi aku tidak berani. Lain kali aku coba. Bahkan aku pijat sekalian bagian tubuh depannya. Aku yakin dia akan ketagihan. Walau aku belum pernah coba sih. Tetapi aku penasaran. Hehehe.

Tanganku pindah melumasi pahanya yang kecil dengan baby oil. Aku ratakan ke seluruh jenjang kakinya. Pijatan lembutku dimulai dari bagian atas, turun ke persendian belakang lutut. Begitu sampai betis, terasa aneh.

"Jarang olahraga ya, Mbak?" tanyaku.

"Kok kamu tau?"

"Uratnya kenceng."

"Ooh. Gitu ya?"

Aku lanjut melumuri baby oil lagi betisnya, menekannya sampai ia mendesis dan mengurut pergelangan sampai area telapak kakinya. Sesekali kakinya bergerak kegelian karena aku memijati telapaknya. Bukan hanya dia yang geli. Aku juga merasakan geli di bagian tubuhku. Ada sebuah rasa yang harus aku tuntaskan gara - gara melakukan pijatan ini dan imajinasi liarku. Kepala Vivi dibenamkan di bantal empuknya. Beberapa kali aku melihat senyumnya tersungging, mungkin otot tubuhnya sudah rileks dan nyaman. Walau demikian, aku terus saja memijit sampai dia bilang berhenti. Kadang begitu sampai dekat dadanya, ujung jariku sengaja turun dan menyentuh sisi payudara dan ketiaknya. Bibir bawahnya ia gigit. Aku benar - benar ingin tau reaksinya. Ternyata diam saja dan merasakan kenikmatan.

"Udah, Chik. Enak banget badanku. Kamu cuci tangan di kamar mandi gih."

"Iya, Mbak."

Kamar mandi Vivi pun sama bagusnya seperti kamarnya. Ada bathub, shower, kloset. Lantainya kering. Tidak ada gayung dan bak mandi. Ceboknya gimana ya? Pikirku. Aku cepat - cepat mencuci tangan di wastafel mewah disitu. Ada cermin besar hampir menutupi satu sisi tembok. Ketika aku keluar, dada Vivi ditutupi belitan sarung. Duh, padahal aku ingin melihat bentuk payudaranya.

"Ini buat kamu, Chik." Vivi memegang dompet lalu mengeluarkan satu lembar uang berwarna biru dan menyerahkannya padaku.

Aku sedikit membungkuk, "Makasih ya, Mbak. Permisi." Lalu keluar dari kamarnya. Mencium rejeki yang barusan di dapat. Aku kembali ke kamar.

°°°​

Pukul 21.00, aku sudah sudah mandi ketiga kali hari ini dan disuruh istirahat. Rasanya tinggal di sini seperti memiliki kebebasan yang aku tidak pernah punya di rumah dan sudah aku pendam lama. Tidur telanjang. Aku selalu penasaran melakukan ini tapi tidak mungkin. Karena aku tidur dengan adik lelakiku di sebelah. Semua berawal dari mimpi basah enam tahun lalu. Rasa keingintahuanku tentang itu menjadi tinggi.

Lalu aku pergi ke balai desa setiap pulang sekolah. Karena hanya di sana ada akses internet gratis dan cepat. Aku googling mengenai mimpi basah, lalu merembet masturbasi, ciuman, dan seks. Tentu saja makin besar keingintahuanku mengenai urusan biologis. Aku tidak berani membuka situs web porno di balai desa untuk mencari materi pornografi. Di sekolah lalu aku pernah meminjam hape temanku yang paling nakal. Alasanku ingin mencoba game mobile legend dengan imbalan uang untuk bayar kuotanya. Ku yakin hapenya banyak video porno. Ternyata benar. Banyak sekali. Aku kirimkan saja ke hapeku, lalu aku hapus semua history chat. Hehehe.

Orang tuaku, teman - teman, guru taunya aku adalah anak yang baik, pendiam, penurut, pintar. Tapi sejak mimpi itu dan selanjutnya, aku sadar memiliki libido tinggi yang aku tahan karena tidak mendapat ruang untuk melampiaskannya. Sampai setiap hari aku sempatkan mencuri tempat dan waktu menonton video porno. Hanya sebatas itu yang bisa aku lakukan, menahan nafsu seksku yang minta dipuaskan. Belum berani aku melakukannya meski ingin. Rasa takut begitu besar menerpaku. Masturbasi saja aku sebatas khayalan rasanya seperti apa.

Jadi malam ini, aku ingin merasakan masturbasi yang pernah aku lihat di video. Aku sudah menanggalkan semua pakaian. Lantas aku duduk di atas guling. Pelan - pelan aku maju mundur menggesekkan bibir vaginaku dengan permukaan guling.

"Aaah..." Rasanya enak banget. Gatal. Dan nagih.

Aku peluk guling besar dan empuk itu, aku gigit bibir bawahku. Aku coba remas payudaraku, jemari lentikku memainkan puting susu merah muda yang belum mencuat sama sekali. Aku beranikan diri memuntir, memelintirnya. Aku mendesah dibuatnya. Kulihat ke bawah, gulingku basah kuyup oleh cairan lengket. Aku tak tahu namanya. Kuteruskan saja menggesek makin cepat. Ingin kutuntaskan segera. Perpaduan meremas payudara dan menggesek di guling rasanya cukup puas bagiku saat ini. Mungkin lain waktu, aku bisa menemukan hal yang lebih daripada ini.

Aku sambil membayangkan duduk di atas penis besar cowok ganteng dan sedang menggoyang kemaluanku diatasnya. Rasa geli, gatal, enak. Aku terus mengerang dengan volume suara perlahan. Dan kumerasa vaginaku berkedut - kedut seperti akan ada sesuatu. Tiba - tiba tubuhku mengejang dan menggelinjang hebat, disertai keluarnya cairan kental meleleh keluar bahkan muncrat dari vaginaku. Banyak sekali. Seketika tubuhku lemas dan yang aku rasakan kenikmatan yang tiada tara saat cairan tadi keluar. Apakah itu yang namanya orgasme? Entahlah. Aku capek sekali.

Tubuhku rebah ke sisi lain tempat tidur. Membiarkan gulingku penuh dengan cairan lengket dan basah kuyup. Aku nekat mencicipi rasanya. Asin dan anyir. Lidahku belum terbiasa. Aku muntahkan lagi. Sekalian memakai sarung guling, aku bersihkan cairan yang masih menetes di kemaluanku sampai kering. Besok saja aku rendam dan cuci, aku masih susah payah mengatur ritme nafasku.

°°°

Tbc
NB : Maaf suhu kalau update berikutnya agak lama. Mudah-mudah suka sama part ini. 🙏
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd