Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Blackmailed

Bimabet
CHAPTER 8
Sisa sore itu berlalu dengan cepat bagi Maya. Dia masih mendapat beberapa orang datang ke ruangannya seperti di pagi hari: alasan yang sama. Dia bertanya-tanya apakah semua orang di kantor tahu apa yang ada di balik bajunya

Sisa sore itu berlalu tanpa ada telepon darinya. Dia tidak tahu apakah dia senang atau menyesal.

Pada pukul empat tiga puluh, dia berjalan ke tempat parkir dan pulang ke rumah. Di rumah, dia segera berganti pakaian, menonton tv, sebelum akhirnya bersiap untuk tidur.

Dia hampir tertidur ketika telepon berbunyi.”Wah, apa kau belum tidur?”

"Mau apa lagi? Aku mau tidur.”

"Tenanglah. Aku justru hendak mentraktirmu. Bagaimana dengan pizza?

"Terserah kau lah.”

"Oke, aku akan mengirimimu satu dalam waktu sekitar lima belas menit. Oh, dan ngomong-ngomong, saat pengantarnya datang, bukakan pintu tanpa mengenakan pakaian."

“Apa?”tapi kemudian sambungan diputus. Maya tak punya pilihan selain mengikuti perintahnya. Tepat lima belas menit, sebuah suara bel terdengar.

Maya melepaskan piyamanya dan meletakkannya di belakang sofa. Dia berjalan perlahan ke pintu dan melihat melalui lubang kalau ada seorang pengantar pizza di sana.

“Pesanan Untuk mbak….”Suara si pengantar langsung bungkam.

"Maaf. Aku baru selesai mandi.”

Laki-laki itu tetap terpaku kea rah tubuhnya.

"Maaf mbak," kata pria itu dengan canggung. “Baru kali ini saya liat cewek bugil langsung.”

“Gak apa-apa kok mas. Liat aja.”ujar Maya seraya hendak menyerahkan uang.

"Gak usah bayar mbak," akhirnya dia berkata. "Saya udah seneng kok liat mbak.”

Si pengantar itu seketika langsung berbalik dan meninggalkan Maya.

Maya tersenyum pada dirinya sendiri saat dia berjalan kembali ke rumahnya.

Keesokan harinya adalah hari Sabtu dan setidaknya dia tidak harus berangkat kerja, tapi baru menjelang tengah hari dia menelepon. "Apakah kamu menikmati pizzanya?"

"Lumayan. Terima kasih."

"Baguslah. Oh ya, aku punya tugas kecil yang menarik untuk kamu lakukan malam ini.Ada kontes di Club Devil Wing.Aku inginkamu pergi ke sana dan memasukinya, dan aku ingin kau melakukan apa pun yang untuk memenangkannya."

"Kontes macam apa ini?" Maya bertanya.

"Kau akan lihat nanti ketika kamu sampai di sana. Sampai Jumpa.

Maya tidak tahu apa yang terjadi di Devil Wing, tapi menurutnya itu adalah sesuatu yang memalukan.

Dia memutuskan untuk menghabiskan sore harinya dengan berbelanja, hanya untuk mengalihkan pikirannya sejenak. Dia tiba di rumah sore hari, minum kopi, lalu mandi dan berganti pakaian sebelum dia keluar dari mobil dan pergi ke klub yang dimaksud.

Devil Wing tidak sulit ditemukan. Saat dia keluar dari mobil, mau tidak mau dia memperhatikan beberapa pria yang juga sedang parkir memandangnya dan saling berkomentar.

Di dalam, tempat itu penuh sesak, kebanyakan laki-laki dan hanya sedikit perempuan. Dia berjalan ke bar dan memesan minuman. Ketika penjaga bar menaruh minuman di hadapannya, dia bertanya kepadanya tentang kontes tersebut.

"Kau ingin mendaftar?" dia bertanya dengan heran, memandangnya dari atas ke bawah.

Maya mengangguk. "Kemana aku harus mendaftar?"

Dia menunjuk ke seberang ruangan. "Di dekat panggung. Kamu akan melihat seorang pria dengan name tag ‘Joko’. Bilang kau ingin mendaftar. “

Dia menyesap minumannya dan berjalan melintasi ruangan yang penuh sesak itu. Dia menemukan Joko sedang duduk dengan papan jalan dan mencatatkan sesuatu.

"Bolehkah aku mencantumkan namaku untuk kontes ini?"tanya Maya langsung

Pria itu memandangnya dari atas ke bawah, tampak sedikit terkejut. "Ya, tentu saja. Pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya?"

"Memangnya ini kontes apa sih.”

Joko nyengir.”Yah, ini kontes baju basah. Kau akan memperlihat tokedmu pada orang-orang.”

Maya tidak terlalu terkejut.”Begitu? Baiklah. Tulis namaku. Maya.”

Joko mencatatkan sesuatu di kertas dan menyerahkan nomor padanya. "Pintu di belakangku mengarah ke ruang ganti. Kontes dimulai jam delapan tiga puluh."

Maya berjalan kembali ke bar dan menemukan kursi kosong. Kerumunan di ruangan itu sepertinya bertambah. Dia baru saja memesan minuman keduanya ketika dia mendengar suara wanita di sampingnya, "Kamu ikut kontesnya?”

Maya menoleh dan melihat seorang gadis pirang yang cukup menarik berdiri di sampingnya. Dia mengenakan sweter ketat berpotongan rendah yang memperlihatkan payudaranya dan rok mini pendek.

Maya mengangguk. "Ya, aku sudah mencatat namaku. Apakah kau juga ikut?"

Gadis itu mengangguk dan tersenyum. "Namaku Rita. Kau?

"Maya.”

Gadis itu memandangnya. "Kamu sepertinya berasal dari kalangan kelas atas. Kenapa mengikuti kontes ini?”

Maya tersenyum. "Tak boleh?”

Rita mengangkat bahu. "Tidak, menurutku siapa pun bisa masuk. Para lelaki akan menyukaimu."

"Apakah kamu pernah melakukannya sebelumnya?" Maya bertanya.

Rita mengangguk. "Ya, beberapa kali tapi tidak pernah menang. Aku berada di posisi kedua beberapa kali.kamu harus berusaha sekuat tenaga untuk menang.”

“Oh ya bagaimana cara menang.”.”

"Sebaiknya segera ke ruang ganti. Tiga puluh menit lagi dimulai.”

Benar saja. Dari kejauhan, Joko memberi isyarat untuk para peserta agar berkumpul. Joko tersenyum pada mereka saat mereka berjalan melewatinya menuju ruang ganti. Ada sekitar selusin gadis di sana, dengan berbagai bentuk dan ukuran.

"Ambil loker yang berfungsi. Kamu tidak ingin bajumu hilang kan?" perintah Rita.

Joko masuk ke kamar dengan seikat kaos putih di lengannya. Dia berkeliling dan menyerahkan satu kepada masing-masing gadis. Dia menyerahkan satu kepada Rita dan kemudian tersenyum sambil memberikan satu kepada Maya. "Tidak sabar untuk melihat tokedmu.”

Maya memerah,

"Senang melihatmu berteman dengan Rita. Dia sudah profesional; dia akan menunjukkan kepadamu detailnya.”

Ketika dia pergi, gadis-gadis itu mulai membuka seluruh bajumu. Maya melihat sekeliling dengan sedikit gugup.

"Lepaskan bajumu lalu pakai kausnya," perintah Rita.

Maya segera melakukan apa yang diperintahkan.

“Kuharap aku masih punya payudara seperti milikmu,” komentar Rita saat Maya melepas bra-nya. "Punyaku dulu seperti itu, tapi lihat sekarang setelah ada beberapa anak yang menghisapnya." Dia menangkupkan payudaranya yang kendor dengan tangannya dan mengangkatnya.

Dia menyelipkan kaus putih itu ke kepalanya. Di depannya ada gambar sepasang sayap berwarna merah dengan tulisan ‘Devil Wing’

Setelah itu, terlihat Joko kembali datang menemui mereka.

"Baiklah, kalian semua dengarkan," serunya. "Datanglah saat namamu diumumkan. aku akan ngobrol sedikit denganmu, bertanya tentang apa yang kamu lakukan jika menang. Lalu kamu akan basah kuyup dan menari selama lima menit. Oke, itu tidak terlalu sulit. Ada pertanyaan?" Dia melihat sekeliling. "Oke, sampai jumpa di atas panggung."

Gadis-gadis itu duduk-duduk mengobrol sementara Joko, yang sekarang bertindak sebagai MC memulai acara. Maya mendengar sorakan nyaring dari kerumunan. Dia bertanya-tanya bagaimana rasanya memperlihatkan tokednya di depan begitu banyak orang asing.

Saat sebuah nama disebut, terdengar ledakan musik yang keras dan gadis pertama dipanggil ke panggung di tengah tepuk tangan meriah. Maya mendengar musik dimulai dan mendengar sorak-sorai serta teriakan dari penonton.

“Kedengarannya berisik sekali,” katanya sambil menoleh ke arah Rita.

Rita menyeringai. “Ini belum apa-apa dibanding saat final.”

Saat itu gadis pertama kembali dari panggung. Dia basah kuyup, rambut tipisnya menempel di kepalanya. Kaos putih yang sekarang hampir transparan sehingga toked dan putingnya terlihat jelas. Dia mengambil handuk dari atas meja dan mulai mengeringkan dirinya.

Satu demi satu gadis-gadis itu naik ke atas panggung, dan semuanya kembali dengan basah kuyup. Akhirnya dia mendengar namanya dipanggil. Dia merasakan sedikit getaran di perutnya saat dia berjalan ke atas panggung. Dia melihat keluar; lautan wajah sedang menatapnya. "Selamat datang di Devil Wing, Maya," Joko menyapanya. “Berapa umurmu, dan apa pekerjaanmu?” Dia memegang mikrofon di depannya.

"Umurku 28 dan aku bekerja kantoran." Maya merasa dia tidak perlu mengatakan lebih dari itu.

"Dan kamu belum pernah melakukan ini sebelumnya, kan?" Maya menggelengkan kepalanya.

"Jadi, semuanya," kata Joko sambil menoleh ke arah penonton, "kita punya sepasang toked baru malam ini, dan jika Maya lolos ke babak berikutnya, mungkin lebih, jadi mari beri sorakan pada….MAYA!!!!!!”

Ada sorakan nyaring dari kerumunan dan Maya memekik ketika seseorangdi belakangnya menuangkan seember air dingin ke kepalanya. Dia tampak tertegun sejenak dan penonton pun tertawa. Kemudian musik dimulai dengan irama rock yang keras dan dia mulai menari. Dia bisa merasakan putingnya mengeras karena air dingin yang bergesekan dengan kausnya. Maya tahu kalau kedua tokednya tengah menjadi perhatian semua orang. Namun alih-alih merasa malu, Maya justru semakin semangat untuk memamerkan tokednya. Hingga kemudian lagu selesai dan ia dipersilahkan untuk kembali.

Kembali ke ruang ganti, Rita menyambutnya. "Bagus sekali. Sepertinya kau bisa masuk final.”

Setelah babak pertama, seorang bartender datang membawa kaleng minuman untuk semua orang, dan Joko kembali ke panggung untuk mengumumkan enam gadis yang lolos ke babak berikutnya. Maya dan Rita ada di antaranya.

Sementara mereka duduk dan menyesap minuman mereka, Rita pergi dan mengambil beberapa kaos lagi dari tumpukan di atas meja. Dia mengambil gunting dari tas tangannya, dan mulai memotong dan menyayat kaus tersebut.

Dia melihat raut wajah Maya. "Kali ini kau harus memperlihatkan lebih banyak kalau kau ingin menang.”

Setelah selesai, Maya mencobanya. Itu sekitar sepuluh inci lebih pendek dari sebelumnya. Sebelumnya celana dalamnya tertutup kausnya tapi sekarang tidak lagi. Begitu pula dengan leher kausnya yang dipotong sehingga memperlihatkan dengan jelas celah antar kedua gundukan tokednya.

Dia berada di urutan ketiga di panggung setelah Rita. Rita turun dari panggung dengan berlumuran air dan hanya mengenakan celana dalanya. Dia menyeringai pada Maya. "Hati-hati, ada yang mau menggrepe.”

Kali ini Maya melangkah kembali ke panggung dengan sedikit lebih percaya diri. Dia menikmati sorakan dari orang banyak. Dia menari dengan baik karena mengetahui bahwa dia mungkin menunjukkan semuanya kepada mereka, karena dia menduga celana dalamnya hampir transparan karena air. Dia mengikuti jejak Rita dan saat musik berakhir dia merobek kaus itu seluruhnya dan melemparkannya ke kerumunan yang langsung berebut untuk mendapatkannya. Dia berdiri di sana di depan sekitar seratus pria dengan hanya menggunakan celana dalamnya yang transparan karena basah.

Di lantai bawah, Rita menyapanya. "Kedengarannya mereka menyukaimu," dia tersenyum dan memberikan handuk padanya. "Kamu harus masuk ke tiga besar."

Dia benar. Nama Maya dipanggil sebagai salah satu finalis.

Mereka duduk bersama sambil minum. "Sudah siap?" Rita bertanya.”Kau harus menunjukkan segalanya untuk menang.”

Maya mengangkat bahu. "Aku harus menang. Ini bukan soal uang; hanya saja aku harus menang." Dia berpikir sejenak dan kemudian menceritakan kepada Rita tentang pemeras itu.

Rita mendengarkan dengan seksama sampai selesai, lalu dia merangkulnya. "Kasihan sekali."

Maya tersenyum. "Sekarang tidak terlalu buruk. Awalnya mengerikan tapi aku mulai menikmati beberapa hal." Dia menyeringai. “Sebenarnya malam ini cukup menyenangkan.”

Dia menyesap minumannya lalu menoleh ke arah Rita. "Begini, kamu harus menunjukkan padaku bagaimana aku bisa memenangkan kontes ini, dan jika aku berhasil, aku akan membagi hadiah kemenanganku denganmu. Seperti yang sudah kubilang, aku ikut serta bukan demi uang."

Mata Rita berbinar. "Sungguh?”

Maya mengangguk.

Rita berpikir sejenak, lalu menatap Maya. “Begini,untuk menang, kau harus menunjukkan segalanya. Secara harfiah.”

Maya memandang teman barunya dan mengangguk. “Apa yang harus aku lakukan?”

"Yah, menurutku kamu harus mulai dengan melepaskan celana dalammu."

Maya berdiri dan menurunkan celana dalamnya yang basah. Dia berdiri di sana dalam keadaan telanjang di depan Rita.

Rita mengangguk. "Kamu mempunyai tubuh yang bagus.." Dia mengambil kaos baru. “pakai ini."

Maya menyelipkan kaus baru itu ke atas kepalanya. Dia merasa bersemangat pergi ke sana tanpa mengenakan celana dalam. Dia tahu dia harus menunjukkan segalanya kali ini. Dia menggigil kegirangan memikirkan hal itu.

"Oke, setelah berbincang dengan Joko dan setelah kamu basah, mulailah menari. Beri waktu beberapa menit. Tunjukkan pada mereka; beri tahu mereka bahwa kamu tak mengenakan apapun di balik kausmu. Ingat, aku kira sebagian besar dari mereka sudah bisa menebaknya saat itu. Maka kau harus melepas semua pakaianmu.”

Maya sekarang dapat membayangkan dirinya berdiri telanjang bulat di depan semua pria itu. Memikirkan hal itu hampir membuat dia mencapai klimaks. Dia menekan kedua pahanya dengan erat.

"Setelah itu, kau bisa melebarkan kakimu dan membiarkan mereka melihat memekmu dengan jelas, mereka akan menyukainya, tapi meski begitu, beberapa orang ingin kamu melangkah lebih jauh.

“Melangkah lebih jauh dari itu?” Maya bertanya.

"Buka bibir vaginamu sampai memperlihatkan bagian dalamnya yang berwarna pink.”

Maya tertegun sejenak. Apakah dia harus berusaha sejauh itu untuk menang? Tapi si penelpon jelas menyuruhnya untuk menang.

Maya masih memikirkan apa yang diucapkan Rita saat namanya dipanggil. Rita mengguncangnya. "Sekarang giliranmu."

Dia menaiki tangga dengan agak ragu. Begitu dia berada di atas panggung, dengan ratusan pasang mata seakan hendka melahapnya.

Sorakan meriah muncul saat dia muncul diiringi beberapa teriakan, "Buka! Buka! Buka!."

"Nah, Maya, kamu berhasil lolos ke tiga besar," kata Joko ketika dia mencapai tengah panggung. “Lumayan untuk percobaan pertamamu. Bisakah kamu memenangkannya?”

“Pasti dong!”

Salah satu petugas datang membawa seember air dan menuangkannya ke atas kepala Maya. Kemudian musik dimulai dan dia mulai menari. Dia ingat apa yang dikatakan Rita dan melihat sekilas pantatnya, sehingga mereka menyadari bahwa dia tidak mengenakan apa pun di balik kausnya. Dia membalikkan badannya menghadap penonton, berdiri dengan kaki sedikit terbuka, dan memegang bagian bawah kausnya, dia mulai perlahan-lahan membuka bajunya disambut dengan sorakan dari para penonton

Lengannya terangkat dan seluruh tubuhnya terlihat. Dia segera menariknya ke atas kepalanya, dan kemudian memegangnya untuk menyembunyikan memeknya, dia berbalik dan menghadap mereka. Dia tidak percaya apa yang dia rasakan. Dia bisa merasakan jantungnya berdebar kencang. Lalu dengan satu gerakan tiba-tiba, dia mengepalkan kaus basah itu dan melemparkannya ke kerumunan. Sekarang dia tidak punya apa pun untuk melindungi tubuhnya dari mata-mata yang melihat. Semakin banyak mereka berteriak dan bersorak, semakin dia ingin menyenangkan mereka. Dia bahkan bergerak lebih dekat ke tepi panggung dari yang seharusnya, dan beberapa penonton mencengkeram kakinya, hampir menyebabkan dia terjatuh ke dalam kerumunan, namun dia berhasil menarik dirinya kembali dari tepi.

Maya tahu bahwa musiknya hampir berakhir sekarang; dia harus melakukannya jika dia ingin meraih hadiah pertama itu. Dia menjatuhkan diri ke lantai dengan kaki menghadap penonton. Dia mengangkat lututnya dan kemudian merentangkan kakinya; kerumunan semakin menggila. Maya berbaring di sana dengan kaki terbuka lebar, mengetahui bahwa setiap detail intim dirinya terlihat. Dia tetap dalam posisi bersenang-senang itu sampai musik selesai.

Maya tercengang dengan suara penonton yang membahana. Dia melambai dan memberikan ciuman kepada mereka saat dia akhirnya meninggalkan panggung.

Kembali ke ruang ganti, Rita memeluknya. “Kau pasti menang, May

Dengan hanya tersisa satu kontestan, Maya hanya bisa berharap. Saat dia menunggu, dia mengenakan kaus lainnya. Sekali lagi tepuk tangan meriah terdengar di akhir penampilan kontestan ketiga sebelum dia pun turun dan bergabung dengan mereka di ruang ganti.

Salah satu tangan panggung turun dan menyuruh ketiga gadis itu untuk kembali ke panggung bersama. "Joko bilang dia ingin kalian semua telanjang," katanya.

Maya dan kedua lawannya segera melepaskan baju masing-masing dan melangkah menaiki panggung.

Saat mereka bertiga tampil telanjang bersama, terdengar sorak-sorai liar. Joko memperkenalkan masing-masing lagi sebelum meminta penonton untuk memilih pemenangnya. "Jadi, teman-teman," katanya, "sekarang terserah kalian. Pemenangnya adalah yang mendapat sorakan paling keras."

Joko mengangkat tangan setiap gadis satu per satu dan penonton berteriak, bersiul, dan bersorak. Maya berada di urutan kedua, dan dengan mudah menjauhkan gadis pertama. Kemudian Joko mengangkat tangan gadis terakhir. Ada sorak-sorai yang nyaring, disertai beberapa teriakan, tapi tidak sebanyak Maya. Maya menang dengan mudah
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd