Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Brainwash: Perjalanan Menjadi Queen of Sluts

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mulustrasi ane updet untuk karakter Wati.
Silakan dikomen kalo gak cocok. :)
 
Lesson 2: Striptease

Seminggu berlalu setelah kejadian siang itu. Perasaan hati Amel berkecamuk hebat, tapi terus coba dia pendam dalam hati. Dia masih beraktifitas seperti biasa, bersih-bersih rumah, cuci, masak, kuliah pagi sampe malem, pulang, tidur, ulang lagi. Kegiatan harian itu cukup untuk mengalihkan perhatian Amel. Sampai akhirnya akhir pekan tiba.

Amel mengawalipagi seperti biasa, membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Pakaian hari itu menumpuk, buanyak banget. Baru deh menjelang siang, semuanya dah selesai. Tubuhnya penuh dengan keringat karena capek dan udara panas menuju siang hari. Berjalan dia menuju ruang tengah. Didapatinya Wati tiduran di tikar dengan kondisi hamper telanjang. Hanya memakai celana dalam hitam saja. Sementara toketnya yang brutal tak ditutupi sehelai kain pun. Di sampingnya ada kipas angin yang berhembus kencang.
Takut ada orang yang mengintip, segera Amel menutup jendela yang ada di dekat Wati.

“Heh, mo ngapain lu?”
“Nutup jendela…emmm…. Mami.” Amel terkaget.
“Biarin aja napa! Panas gini udaranya!”
“Tapi.. nanti kan ada yang mengintip Mi.”
“Elah.. Mana ada orang tolol panas-panasan keluyuran. Lagipula kek mereka nggak pernah liat toket aja.”
Amel pun membatalkan rencananya.

“Dah kelar cuci bajunya?”
“Sudah Mi.”
“Dah dijemur semua?”
“Sudah Mi.”
“Terus elu mau kemana?”
“Mau ke kamar Mi. Istirahat siang.”
“Kamar udah kayak oven gitu panasnya. Tiduran sini aja napa??”
“Emmm… Ya dah deh.” Amel pun berjongkok bersiap rebahan.
“Eh eh eh. Lepas dulu itu kaos ma celana. Basah keringat begitu. Bego!”
“Emmm…Iya Mi.”

Amel pun kembali berdiri dan ambil posisi membelakangi Wati. Wati sedikit merubah posisi, tangan kanannya kini menopang kepalanya. Sekarang Wati sudah melihat Amel dari sisi samping tanpa dia ketahui. Wati tampak menikmati momen ini. Di mata Wati pemandangan ini berasa begitu pelan. Suara putaran kipas angin dan lagu “Nakal” dari Gigi yang diputar di radio pun seolah memberi nuansa background musik yang bikin suasana tambah erotis.

Oh...
Kuhanya bisa menahan perasaan
Oh...
Semua karena kelakuan nakalmu

Panas panas panas
Panas badan ini
Pusing pusing pusing
Pusing kepala ini

Amel memegang ujung bawah kaos pendek kuningnya dan ditariknya ke atas. Dalam perjalanan sedikit terciprat air keringat di perut, terus naik, lalu tertahan oleh beha pinknya. Amel berada dalam posisi terkuci, kedua tangannya yang memegang kaos tertekuk menutup wajahnya. Nampaknya kaos yang dia pakai terlalu rapat.

Nafsu Wati mulai muncul melihat perut putih mulus Amel yang langsing begitu basah oleh keringat. Puser Amel pun nampak seperti sumber mata air yang menggoda dari kejauhan. Amel yang meronta-ronta berusaha melepaskan kaos membuat keringat di tubuhnya mengalir semakin deras. Banjir air liur mulai membasahi mulut Wati. Ingin rasanya dia menjilati dan menikmati sajian yang ada di di depan matanya.
Ketika Wati siap menerkam, Amel berhasil melewatkan kaos dari halangan behanya. Perlahan kaos itu melangkah menyusuri permukaan beha, ke atas, menyapu ketiaknya, terus naik, melewati leher, menuju dagu, kembali tertahan. Amel kembali kesusahan. Kedua tangannya lurus ke atas, kembali dia meronta-ronta.

Wati semakin terangsang. Di depannya pemandangan itu bertambah. Matanya yang sedari tadi terpaku ke perut mulus Amel kini beranjak atas kea rah beha Amel yang nampak begitu ketat. Wati baru sadar toket Amel kini semakin keras dan berisi. Beha nya lama-lama sudah tidak muat! Toket Amel yang masih tertutup beha seolah seperti kado yang minta dibongkar dan dinikmati. Matanya lalu beralih ke arah ketiak Amel. Aroma yang muncul dari ketiak Amel mulai tercium oleh Wati. Aroma kecut keringat bercampur hormon menjadi parfum yang makin menambah nafsuh Wati. Feromon. Parfum ciptaan Tuhan. Kualitasnya gak bisa dibandingin parfum mahal sekalipun.

Kembali Wati siap menerkam. Amel akhirnya mulai bisa melepaskan kaitan dagunya. Kaos itu kembali bergerak ke atas, menyentuh bibir bawah Amel, ke atas, menyentur bibir atas, dan akhirnya ke dagu, rambut, dan kaos itu pun lepas sepenuhnya.

Setelah menggantung kaos itu, Amel bersiap-siap untuk membuka celana pendeknya. Celana pendek yang dia pakai adalah jeans panjang bekas yang dia potong sendiri karena sudah gak muat ke bawahnya. Biar gak mubazir kan? Jadilah celana pendek yang lumayan ketat. Amel sebenarnya jarang pake yang ini. Terpaksa sih karena yang laen baru dijemur.

Dibukanya pengait celana. Cklek. Jemarinya menelusuri sisi atas celana sebelum berhenti di pinggang. Kedua tangannya kini coba menurunkan celana itu. Susah payah. Amel mulai menggoyangkan pantatnya ke kiri. Ke kanan. Ke kiri. Ke kanan. Melingkar. Tambah nafsu Wati melihat pemandangan ini. Bola matanya bergerak mengikuti gerakan pantat Amel. Seperti terhipnotis. Pengen rasanya Wati bantu menarik celana Amel dan menabok pantatnya sampe merah. Tapi ah terlalu gampang. Tanpa sadar tangan kanan Wati mulai mengelus bongkahan pantatnya sendiri. Sementara tangan kirinya masih menopang kepala.

Akhirnya celana itu berhasil melewati pantat mengarah ke lutut. Sayangnya goyangan pantat Amel tadi bikin tubuhnya terombang ambing, goyang, badannya kebawa mundur ke belakang, terhalang celananya sendiri, Amel pun jatuh terjengkal.

Gubrakk!!!
Pantat mulus Amel yang masih ketutup celana dalam mendarat persis di sebelah muka Wati.

Plakkk!!
Tangan kanan Wati yang sedari tadi dia pakai untuk menopang kepalanya sendiri meluncur menempeleng kepala Amel.
“Bego banget lu. Berani ya elu mantatain muka gua ha!!!”
“Maaf Mi. Maaf.”
“Maaf. Maaf. Elu niat gak sih. Lepas baju celana aja lama bener! ” (Padahal dalam hati, Wati suka juga hahakhak).

Amel mencoba bangkit. Wati membantu. Tangan kanan Wati kini memegang pantat sebelah kanan Amel, sambil meremas-remas dan mendorongnya. Sementara itu tangan kiri Wati coba mendorong pantat Amel yang sebelah kiri. Susah bagi Wati karena posisi Amel yang jatuhnya agak miring. Akhirnya posisi tangan kiri Wati gak gitu nyaman di belahan pantat Amel. Jempol Wati sedikit masuk celana dalam Amel dan parkir persis di bibir lubang anus Amel. Amel merasa risih tapi dia tidak berani komplain. Yang penting bisa berdiri, lepasin ini celana.

1…2….3…. Amel coba berdiri. Kuda-kuda goyah, dan akhirnya
Brukkkk!! Amel kembali jatuh.
“Aduuuhh. Bego lu! Tangan kiri gua elu tindihin!” teriak Wati.
Wati coba gerakin jari-jarinya. Kelingking, jari manis, jari tengah, telunjuk, ketindih. Apes. Coba dia gerakin ibu jarinya. Ketekuk. Tapi ujungnya masih bebas. Coba digerakkin.

“Awww…. Sakit Mi! Sakit!”
“Apaan sih? Jari gua masuk lubang lu?”
“Aduuh. Iya Mi. Sakiiit.”
“Lubang yang mana? Memek apa lubang bool?”
“Lubang…. Belakang.”
“Heh? jari gua nusuk lubang bool elu?!” Kembali Wati gerak-gerakin ibu jarinya.
“Adudududuh. Iya Mi. Ibu jari Mami nusuk lubang belakangku.”
“Dasar bego! Buruan becoba bediri lagi. Awas elu ya kalo nanti jari gua belepotan kotoran elu! Gua suruh lu jilatin sampai bersih!”

Amel ambil kuda-kuda yang lebih kuat.
1…2..3… Amel coba berdiri. Tangan kanan Wati mendorong pantat Amel. Tangan kiri Amel yang tertindih perlahan lepas dan coba ikut mendorong. Ibu jari Wati yang tadi ketekuk akhirnya bisa dilurusin. Dan… justru menusuk lubang pantat Amel jaul lebih dalem. Amel kaget bukan maen! Rasa kagetnya seolah member tenaga ekstra. Plok! Lubang pantat Amel akhirnya bisa lepas dari penetrasi ibu jari Amel.

Amel kini sudah dalam posisi berdiri. Tangan kanannya memegang pinggang coba meluruskan badan. Tangan kirinya membenarkan celana dalamnya yang tadi tersingkap oleh Wati. Sejenak dia mengelus belahan area belahan pantatnya yang tadi ditusuk Wati. Wajah Amel tampak meringis kesakitan. Matanya beberapa kali dipejamkan menahan sakit. Amel coba menggerakkan otot-otot lubang pantatnya agar kembali rileks.

Amel cukup beruntung tadi dia sempat buang air dan yang lewat padat dan lumayan gede, tanda tubuh kurang cairan. Otot-ototnya di area itu sudah ada sedikit pemanasan, kalo enggak? Beuh!!. Area sekitar itu juga dah bersih disabunin jadi gak ada tertinggal sesuatu yang enggak diharapkan. Amel gak bisa bayangin kalo semisal ada sisa di ibu jari Wati.

Amel melirik Wati sebentar, Wati nampak masih merhatiin ibu jarinya. Bersih. Sesekali Wati nyiumin bau ibu jarinya. Gak bau. Sedikit wangi sabun. Beruntung kau Amel! Amel lanjut menurunkan celananya dengan cepat dan digantungnya di sebelah kaosnya yang tadi. Segera dia memposisikan dia tiduran di sebelah Wati. Masih agak merinding, dia memosisikan diri menyamping membelakangi Wati yang tiduran terlentang.

1…2….3….
Amel terbawa ke dunia mimpi.
 
Terakhir diubah:
Mulustrasi ane updet. Karakter Wati sedikit ane ubah ngikutin background karakter mulustrasi yang baru. Nyawa bitchy dan femdom si Wati gua naekin satu level. Semoga Neng Pevita bisa ngimbangin lawan maennya. :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd