Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Brainwash: Perjalanan Menjadi Queen of Sluts

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Lesson 4

Amel dan Wati jarang bertemu pada hari - hari biasa. Amel berangkat pagi untuk kuliah dan menyelesaikan tugas dan baru pulang di malam harinya. Sementara Wati sebaliknya. Berangkat malam untuk bekerja dan baru pulang keesokan harinya. Amel bergerak dalam cahaya terang dan Wati di kegelapan. Hanya di akhir pekan lah keduanya bisa bertemu.

Brukkkk….
Amel ambruk di tempat tidurnya. Terlentang. Di sebelahnya tas yang cukup berat sesak penuh buku. Dia nampak kelelahan. Sejenak dia hampir tidak bergerak, menikmati empuknya kasur. Berusaha memberi waktu istirahat untuk tubuh dan pikirannya. Dirasakannya tubuhnya seperti naik kapal, terombang-ambing kesana kemari. Jantungnya masih berdegup kencang. Amel terusaha berusaha mengatur napas sampai akhirnya semuanya terasa rileks. Dia memincingkan mata. Jam 08.35 malam. Ditariknya napas panjang, ditahannya sebentar, dan dihembuskannya pelan. “Kok sudah malem aja ya,” batin Amel.

Segera dia mencoba meraih resleting di bagian belakang dress yang dia pakai. Srrrrtttt….. Dengan satu tarikan pakaian itu sudah terlucuti dari tubuhnya. Amel melihat dirinya di cermin. Cermin badan setinggi 2 meter dimana dia besi melihat dirinya sendiri dari ujung kaki sampai ujung kepala. Cuma beha dan celana dalam putih yang menutupi tubuhnya. Tubuhnya yang putih tampak lecek, kotor, diselimuti oleh keringkat yang mulai mengering.

Sambil terus menatap cermin, Amel berusaha melepasan kaitan behanya. Cklek. Beha itu pun lepas, dilemparnya ke pojokan. Payudaranya kini terpampang cermin. Bekas garis behanya tampak jelas. Payudaranya kini memang semakin membesar, kencang menonjol ke depan. Belum terjamah oleh siapapun, termasuk juga ibu tirinya, Wati. Sebelumnya Amel tidak pernah memberi perhatian khusus ke arah payudara, sampai akhirnya hubungan yang makin dekat dengan Wati belakangan ini membuka matanya.

Payudara. Sebelumnya bagi Amel organ ini berfungsi memberi ASI bagi bayi. Tidak ada yang sensual ketika dia melihat seorang ibu mengeluarkan payudaranya untuk memberi ASI ke anakanya. “Umum dilakukan. Bukan sesuatu yang illegal, bahkan ketika dilakukan di depan umum. Tapi, bagaimana bila ada wanita mengeluarkan payudaranya, tapi gak ada bayi yang disusui? Ah, langsung heboh!” Amel bergumam sendiri di depan cermin. Pikiran Amel melayang kemana-mana.

Belakangan ini Amel lebih senang menyebutnya toket. Bukan lagi hanya sebagai penghasil ASI, tapi juga sebagai senjata wanita paling ampuh. Yang bikin cowok-cowok klepek-klepek, haus mendadak, bahkan ketika masih ketutup pakaian berlapis-lapis sekalipun. Pada usianya yang masih 17 tahun, toket Amel memang terkesan besar. Sangat menonjol bila dibandingkan dengan teman-temannya di kampus. Awalnya dia merasa risih, tapi sekarang malah timbul kebahagiaan ngeliat orang lain cuman bisa ngelihat bungkusnya, tanpa bisa ngapa-ngapain. Amel tersenyum sendiri.

Amel meraih celana dalamnya. Srrrtttt…. Diturunkannya ke bawah, dan dilemparnya ke pojokan. Amel ngeliatin bagian bawahnya. Tidak seperti punya Wati. Jembut, rambut kemaluan Amel begitu lebat. Sudah kek hutan Amazon. Panjang, tumbuh gak beraturan. Amel belum pernah mencukur jembutnya sekalipun. Memeknya samar-samar terlihat, tertutup oleh jembutnya.

Amel melihat kembali dirinya di cermin. Dari ujung kaki ke ujung kepala. Dia telanjang bulat. Seperti manusia yang baru dilahirkan. Ah, mikir macem-macem malah membuat Amel jadi haus. Di ambilnya handuk di kamar mandi dan dililit menutupi tubuhnya. Amel memang punya kamar mandi sendiri nyatu ama kamar tidurnya. Di bukanya pintu kamar dan dia berjalan kea rah dapur. Sepi. Tidak ada orang di rumah. Tetangga juga sudah pada tidur. Beberapa langkah kemudian…. Srrrtttt…. Handuknya lepas, ikatannya gak gitu kencang. Refleks dia jongkok sambil menutupi toketnya sementara tangan yang satunya meraih handuk yang jatuh.

Gak tahu kenapa Amel teringat Wati yang biasa mondar-mandir telanjang bulat di dalam rumah. Pemandangan yang sebenarnya bikin Amel risih itu justru buat dia penasaran. Dilepasnya pegangan tangannya dari handuk, dibiarkannya di lantai. Dia mulai bangkit berdiri. Dan seketika… sssshhhh… sssshhhh…. Hembusan udara luar membelai toketnya, pantatnya, pinggangnya, bagian-bagian tubuhnya yang selama ini dia tutup rapat. Begitu halus. Gak kek hembusan kipas angin.

“Ahhhh…” Amel merasakan kenikmatan. Bibirnya tersenyum kecil. Dia pun berjalan pelan ke dapur dengan belaian udara menyapu tubuhnya. Lampu dapur sengaja tidak dia hidupin, takut ada yang ngintip dari luar. Di lihatnya jendela dapur berukuran kecil masih terbuka. “Hmmmm…, dari sini ya anginnya,” gumam Amel.

Dalam kegelapan dia buka pintu kulkas, ambil satu gelas susu putih dan meminumnya. Karena terburu-buru saking hausnya, dia kesedak, tersembur keluar mulutnya. Terciprat ke toketnya, perutnya. Sementara susu di gelas yang dipegangnya tumpah di antara belahan toketnya, ngalir ke bawah, terus, sampai ke pusarnya, terus, ke memeknya, terus,,,, sampai ke pahanya.

Amel bergegas ke kamar, ambil handuk yang tercecer tadi, cuman disamperin di pundak kiri. Dalam perjalanan dia melirik sebentar di cermin. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Amel melihat tubuhnya penuh noda. Tumpahan susu yang bercampur keringat kering dan ludahnya sendiri membekas di sana-sini. Air mata keluar dari pipinya membentuk garis lurus sampai ke pipi. Tubuh Amel kini seperti lukisan.

“Mel, mel, kotor banget kamu, Mel. Kek orang gila di perempatan hahaha,”

Amel berkata kepada dirinya sendiri di cermin sambil tertawa kecil. Tak sengaja air liurnya keluar dari mulut membentuk seperti benang dan mendarat di antara belahan toketnya. Disapunya belahan toketnya itu dengan telunjuk kanan. Diperhatiin sebentar sama Amel. Timbul rasa penasaran.

“Gimana rasanya ya?”

Amel membuka mulut, lidahnya dijulurkan. Dan cleppp… telunjuknya mendarat di lidah. Dijilatinya jarinya kek njilatin es krim. Hmmmmm…..

Air liur mulai membanjiri mulut Amel, pasukan bakteri di mulut seolah berebut ingin merasakan noda di tubuh Amel. Tak tertahan, banjir air liur itu mengumpul, dan clepppp…. Mendarat lagi di belahan toket Amel. Di ratakannya itu ke toket kanan dan kiri. Mengelus, sambil seperti sedikit memijat. Dari belakang ke depan, toketnya berasa mengencang. Jari telunjuk dan jari tengahnya kini memegang kedua puting toketnya, coba dia menekan, putingnya keras, coba dia belai-belai malah kek membengkak. Tubuhnya merasa kek sedikit kesetrum..

“Loh kok gini, Mel?”

Amel bergumam. Matanya kembali mengarah ke cermin. Kaget dia melihat dirinya sendiri. Ekspresi dirinya di cermin persis kek pas Wati lagi nafsu berat. Amel kini mendapati dirinya sendiri sudah diambil alih oleh nafsu.

“Udah Mel, cukup! Jangan diterusin! Nafsu itu bisikan setan! Jangan kalah!”

Suara kecil terdengar di otak Amel. Tapi tubuhnya seperti sudah diambil alih. Tangannya seperti dirasuki lidah setan dan mempermainkan putingnya, mengelus, memintir, membetot, meremas-remas susunya, seperti berusaha keras mengeluarkan tetesan pertama air susu dari toket Amel.

Terasa mulutnya mulai panas, Amel buka mulut. Lidahnya menjulur. Amel merapatkan wajahnya dan mulai menjilati cermin itu, seolah menjilati sosok yang ada dalam cermin. Tubuh Amel semakin bergetar gak karuan, kaki-kakinya serasa mulai lemas menopang tubuhnya. Amel pun pelan-pelan terduduk. Terdorong sedikit ke belakang sekitar setengah meter dari cermin. Kakinya ngangkang. Lidah Amel terus menjulur. Ujungnya naik turun. Seperti ada sesuatu yang tak nampak tidak ingin terpisah dari jilatan lidah Amel.

Tanpa kaki yang menopang, gelombang nafsu itu serasa mengumpul di pantat dan memek Amel. Serasa mengumpul di sana semua. Tangan kanan Amel pun mulai turun menyusuri perutnya, pusar, dan sampai di itilnya. Perlahan Amel memberi sedikit sentuhan ke itilnya.

“Ahhhh!”

Getaran hebat menjalar di seluruh tubuh amel. Pinggang Amel kini serasa tak kuat menahan tubuhnya. Perlahan punggungnya turun. Kini dia sudah telentang. Matanya melihat langit-langit. Persis di atasnya ada bekas noda hitam bekas bocoran hujan. Lidahnya masih menjulur dengan ujung lidah naek turun. Tangan kirinya meremas-meras toket kiri, tangan kanan menyentuh itil. Perlahan itilnya dibelai.

“Ahhhh!!” Srrrttt....Srrrttt… Srrrtt…..

Setiap belaian ke itilnya seolah memberikan gelombang kenikmatan ke seluruh tubuh Amel. Perut Amel kembang kempis. Pantatnya serasa gerah. Amel menaikkan kedua kakinya ke atas. Dia nampak seperti duduk bersila menghadap langit-langit. Sementara pantatnya menghadap ke cermin.

Hembusan angin dari seperti membelai mesra lubang anusnya. Tangan kirinya seperti tergoda. Lepas dari puting susu yang keras mengacung, tangan kirinya seperti dituntun mengarah ke mulut Amel. Telapak tangan kirinya dijilati dengan penuh nafsu. Setelah penuh dengan air liur, tangan kirinya seperti dituntun mendarat di lubang anusnya. Bibir lubang anus Amel sekarang sudah becek dengan air liurnya sendiri. Jari tengahnya kini mulai mengelus bibir lubang anusnya.

Hmmmmmmhhhhh….

Amel kini merasakan seperti Wati sedang merasuki tangan kirinya. Wati yang suka menggoda mengelus lubang anusnya malah membuat Amel jadi ketagihan. Nafsu Amel semakin naik.

Mmmmmmhhhh…… MMmmmmmmhhhhhh……

Tubuh Amel meronta-ronta kanan kiri. Terkadang perutnya naik turun.

“Please… Tuhan Yesus… Please…”

Amel berdoa lirih, merasa seperti setan mulai berusaha mengambil alih tubuhnya. Tapi tubuhnya seperti berkata lain. Tangan kanannya mulai mengelus itilnya lebih kencang. Nafsu Amel semaki tambah naik. Badannya makin meronta-ronta. Perutnya naik turun. Pantatnya terdongkrak. Jari tengahnya serasa berusaha menerobos lubang pantat Amel.

“Please… Tuhan Yesus… Please…”

Amel terus berdoa, sembari dilihatnya di langit-langit. Bercak noda hujan di langit-langit seolah membentuk sesosok wajah tersenyum, dengantonjolan di kepala, seperti tanduk. Tubuh Amel semakin gemetaran. Jari tengahnya perlahan mulai bergerak menerobos lubang anus Amel.

Srrrtttt….

Jari tengah Amel menerobos masuk lubang anus sekuku. Amel menahan perih. Tubuhnya makin meronta-ronta. Tangan kirinya memainkan itil lebih kencang. Nafsu dan sakit jadi makin tercampur baur. Tak cukup waktu bagi Amel untuk mengatur nafas.

Srrrtttt…. Jlebbb….

Jari tengahnya masuk sepenuhnya ke lubang anus. Rasa sakit, dan nafsu beradu makin gak karuan. Selama beberapa saat, tubuh Amel seperti mematung. Matanya terbelalak. Mulutnya menganga. Hanya air mata yang keluar.

“Fuck!!!!!”
Amel mulai bersuara.

“Ya Tuhan. Mmmmmmhhhh…. Enaknya ditusuk-tusuk di situ. MMmmmhhhh…..”
Jari tengah Amel mulai menerobos pantatnya keluar masuk.

Nafsu Amel sudah mencapai ubun-ubun. Itilnya makin membesar. Tangan kanan Amel mengusapnya makin kencang. Badan Amel bergelinjang gak karuan. Nafasnya makin memburu. Amel ingin keluar. Tubuhnya meronta-ronta. Perut dan pantatnya terangkat ke atas. Dan….

Tidak terjadi apa-apa.

Tubuh Amel kembali turun ke bawah. Makin gak karuan dia. Tubuhnya masih meronta-ronta. Terus dia bermain dengan itil dan lubang anusnya. Matanya merem melek. Keringat di tubuhnya semakin membanjir. Nafasnya semakin susah. Kembali perut dan pantatnya terangkat ke atas.

“MMMMhhhhh……MMMMMhhhhhh….Amel mau keluar!!!”

Croooottttt!! Crottttt!!!!

Dua semprotan muncrat dari memek Amel. terlontar jauh. Tubuh Amel ambruk ke bawah. Belum sempat atur nafas, tubuh Amel terdongkrak ke atas lagi.

Srrrrrtttt…. Crotttttt!!!!!! Croooottttt….

Cairan kenikmatan yang selama ini disimpan keluar dari memek Amel. Kembali tubuhnya seperti mematung. Mulutnya nganga. Matanya memutar ke atas. Amel baru saja merasakan kenikmatan yang begitu dahsyat. Nyawanya seperti Hilang dibawa ke nirwana.

Sesaat kemudian, tubuh Amel kembali turun. Tenaganya sudah habis tak bersisa. Tidak lagi mampu duduk, apalagi berdiri. Amel tidak kuasa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dengan tubuh penuh noda, Amel mulai tertidur.
 
Pengen masukin karakter baru selain Wati ma Amel.
Tapi yang kek gimana ya...? Hmmmm....
Cowok seumuran? Mudaan? Lebuh tua? Lebih tua banget?
Gendut? Kurus? Berotot? Baik? Jahat?
Hmmmm.....
 
Pengen masukin karakter baru selain Wati ma Amel.
Tapi yang kek gimana ya...? Hmmmm....
Cowok seumuran? Mudaan? Lebuh tua? Lebih tua banget?
Gendut? Kurus? Berotot? Baik? Jahat?
Hmmmm.....


Tua trus jahat hu, jgn sndiri atau sama wati terus
 
tua agak gemuk suhu, yang umur 40an gitu, jelek tapi berkharisma kebapakan padahal licik biar amel nya luluh lalu nurut.
 
Pelanggan Wati tua kurus tapi tongkolnya jumbo yg mampir ke rumah ternyata ketemu Amel. Akhirnya mereka petting sebelum akhirnya wati datang
 
cowo, seumuran, baek, tapi jadi membuat si amel tertantang untuk menaklukan si cowo
 
Bimabet
Persiapan casting karakter baru.
Cari mulustrasi yang cocok untuk ditaruh di page 1.
Ada yg mau nyumbang?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd