Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

-Breathless-

"Wah.. Jadi Tom sekolah disini?" Ucap seorang wanita cantik yang terlihat sangat ceria.

"Ya.." Jawab sang supir.

"Kalau begitu, aku akan masuk disini juga!" Ucap si wanita berambut coklat terang itu penuh semangat. "Aaaaaaakkk, aku tidak sabar memberi kejutan padamu, Tom." Lanjutnya.


"Gimme gimme that love, I'll be waitin' for, ya
Catch my hand, I'll be fightin' for, ya
Let me in, yeah. Let me get closer
Got me runnin' wild like I feel it all over
Catch my hand, I'll be fightin' for, ya...."



[size=+2]#4 CERIA[/size]


Siang itu matahari tampak sangat terik menyelimuti kota Jakarta. Macet terjadi dimana-mana, membuat siang itu terlihat tidak berdamai dengan bumi. Sangat panas. Itu juga yang dirasakan oleh Tom yang sedang berjalan menaiki tangga menuju atap sekolah.

"Huuh, hari ini panas sekali." Keluh Tom seraya menarik-narik kerah bajunya. "Hoooooooohhh!!"

Sementara itu, di siang yang panas ini, Risa berada di pinggir kolam renang, menyendiri untuk menghindari gangguan dari Mei dan Viena. Dia merogoh kantongnya dan mengambil selembar kertas yang ia temukan di mejanya kemarin. Risa kembali membaca apa yang tertulis di kertas itu. Dia tidak tau siapa yang memberi kertas itu, namun ada sedikit kecurigaan kepada Tom.

"Apa ini dari Tom. Apa maksudnya?" Risa bertanya dalam hatinya.

Sedangkan di tempat lain, Sena sedang duduk menyendiri di bawah pohon. Dia menundukan wajahnya seperti orang yang sedang kelelahan. Membiarkan angin-angin kecil menyibakkan rambutnya. Tiba-tiba handphonenya bergetar, ia ambil handphone yang berada di saku seragamnya itu.

Tidak Dikenal said:
"Heeeh, kau tidak di atap sekolah?"

"Kzzzzzzzz.. Darimana anak itu tau nomor handphoneku!" Keluh Sena yang terkejut setelah membaca pesan sms itu, dan mengetahui siapa orang yang mengirimkan pesan itu.


Sebuah mobil baru saja tiba di area parkir sekolah. Turun seorang pria berjas hitam, membukakan pintu belakang, lalu turunlah sesosok gadis berambut coklat itu. Wajahnya terlihat sedang cemberut.

"Huuuuh, kenapa kota ini panas sekali!" Keluh Gadis itu sambil berjalan memasuki area sekolah.


Jam pelajaran tiba kembali, Di dalam kelas Sena sang guru datang bersama seorang gadis berambut coklat itu, lalu guru itu mulai memperkenalkan siapa gadis itu.

"Hmm.. Baiklah, perkenalkan murid baru di kelas kita. Luv Milania." Ucap guru itu. Para murid pria begitu terkejut setelah melihat Luv yang nampak cantik di siang yang panas itu.

"Salam kenal." Ucap Luv seraya membungkukkan badannya.


###04###



Waktunya pulang sekolah tiba. Luv yang belum bertemu dengan Tom sedang mencari-cari keberadaan Tom. Namun yang dicari tak kunjung datang, maka itu Luv memutuskan untuk menunggu di depan gerbang sekolah, berharap Tom belum pulang lebih dulu.

"Huuuuh, Tom dimana, ya?" Luv mengeluh dalam hatinya. "Panasnya.... Huh!! Harusnya tadi aku langsung menunggu disini. Tidak menghabiskan waktu untuk mencarinya tadi. Aaaaaakkk!! Jangan-jangan benar, Tom sudah pulang duluan." Luv berbicara sendiri dan wajahnya terlihat panik. Itu cukup membuat murid-murid lain yang melewatinya menganggap Luv sedikit gila.

"Krrrrrruuccuuuuukkk..." Perut Luv berbunyi. "Huh, lapaaarrr.." Ucap Luv lemah. "Hhpppp.. Hhpppp.." Tiba-tiba hidungnya mengendus sesuatu. "Bau makanan!!" Serunya. Dan saat Luv membalikkan badan, Dia sangat terkejut sekali melihat Tom yang sedang membawa dua Kue kering di tangannya.

"Leeeeeepp.. Leeeeppp!!" Seketika kue kering di tangan Tom lenyap.

"Aaaaahh.. Masih belum berubah." Ucap Tom pelan diiringi dengan senyuman kecil.

"Aaaakkk.. Lumayan kenyang.." Ucap Luv. Kini mereka bertatapan dengan sebuah senyuman dan tiba-tiba Luv melompat memeluk Tom. "Tooooooommmmm!!" Sambil berteriak.

"Bakaaa.. Kau ini.." Protes Tom yang melihat anak-anak lain menatapnya penuh kemesuman.

"Hehehehehehe..." Luv tertawa menanggapi protes Tom.

"Jjjaaaa.. Ayo pulang. Aku tau..." Tom mengajak Luv pulang. Belum selesai Tom berbicara, tangannya sudah ditarik oleh Luv yang sudah mulai berjalan.

"Hmm.. Sangat Ceria."

"Semua orang ingin bahagia menjalani hidup ini, bukalah jawaban sang misteri dan raihlah kesenangan yang sejati.
Berlarilah dan terus tersenyum mengikuti irama sang mentari, tertawalah dan selalu ceria untuk memberikan arti hidup ini."



###04###
###04###



Di sebuah rumah yang besar. Rumah Kael tepatnya, di dalam kamarnya yang luas itu. Kael sedang berciuman dengan Viena, Ciuman yang begitu ganas membuat Viena gelagapan membalas Ciuman Kael yang terlalu bernafsu itu.

"Hhhhhmmppp.. Hhhhmmmmpp.. Aaaaaahhhhh.." Viena mendesah membalas ciuman Kael.

Tangan Kael mulai turun ke dada Viena yang masih berpakaian lengkap itu. Tangannya mulai meremas-remas payudara besar Viena yang masih terbungkus itu. Ciuman panas mereka telah berlangsung sekitar 5 menit.

Setelah tangan Kael puas bermain di area dada Viena, kini tangannya. Mulai turun meremas bokong Viena dan mulai mengangkat rok mini yang dipakai Viena membuat celana dalam berwarna putih milik Viena itu terpampang.

Ditariknya sedikit kebawah celana dalam Viena, tampak bulu-bulu lepat mulai terlihat. Tangan Kael mulai beroperasi di Vagina Viena. Desahan Viena mulai meninggi. Dua jari Kael mulai terlihat masuk ke Vagina Viena, menusuk-nusuk Vagina Viena dengan kencangnya dan kembali membuat Viena penuh kenikmatan. Wajah Viena terangkat ke atas, melepas ciuman panas mereka.

Ditariknya kedua jari Kael dan diarahkan ke bibir Viena. Viena yang mengerti maksud Kael mulai menjilati kedua jari Kael yang penuh dengan cairan Vaginanya sendiri. "Hhhhmmmpp.. Hhhhmmmmmpp.." Viena sangat menikmati cara pemanasan Kael itu.

Kael mendorong Viena ke ranjangnya. "Kau sangat menggairahkan Viena." Ucap Kael setelah melihat Viena terlempar ke ranjangnya. Viena membalasnya dengan tatapan yang begitu menggoda.

"Aku atau Mei?" Tanya Viena

"Hmm.. Jangan membandingkan keindahan dirimu dengan yang lain sayang. Saat ini kau adalah ratunya." Jawab Kael seraya melepas semua kain yang melekat di tubuhnya. Kini Kael sudah telanjang dihadapan Viena yang langsung mendekati Kael.

Dipeluknya badan Kael, dan mulai kembali mencium bibir Kael sesaat lalu memainkan lidahnya di sekitaran dada Kael. Puas bermain disana, lidahnya turun dengan jilatan menuju ke penis Kael. Tangannya memegang Penis yang sudah tegang itu, di kocoknya sebentar, lalu memasukkan mulutnya ke penis Kael dan membuat Kael mendesah penuh kepuasan. "Aaaaaaahhhhh,, aku suka itu. Aaaaaaaaooouugghh.."

"Kau suka?" Tanya Viena kembali dengan tatapan yang lagi-lagi sangat menggoda.

"Sssssangat." Jawab Kael.

"Jadi mari kita bersenang-senang." Balas Viena girang dengan senyuman yang menggoda.


###04###



Malam itu Risa sedang berjalan sendirian, tak jelas kemana arahnya. Itu juga yang sedang dilakukan Sena. Saat Risa melihat sebuah taman di pinggir sungai, Risa menuju kesana dan duduk di bawah pohon besar di taman itu. Wajahnya terkejut saat melihat Sena yang baru saja tiba.

Sena pun terkejut melihat keberadaan Risa tapi dia tidak pergi. Dia berjalan dan melewati Risa.

"Pulanglah, ini bukan waktunya untuk seorang perempuan." Ucap Sena pelan, tanpa melihat Risa.

"Eeeeeehhhh.." Mata Risa mendelik mendengar Sena berbicara padanya. Setelah beberapa tahun tak mendengar suara Sena. Tapi saat Risa hendak menjawab ucapan Sena. Dia terkejut setelah melihat Sena sudah jauh dari pandangannya.

"Sena... Kau.." Hanya ucapan yang parau yang terdengar dari bibir Risa.


Di tempat lain, Tom sedang bersama Luv di sebuah Kafe. Mereka berdua terlihat senang disana. Setelah hampir 3 tahun tak bertemu, kini Tom dan Luv kembali bertemu. Luv sedang menyantap makanannya dan Luv mendapati Tom hanya melihat Luv yang sedang makan itu. Sementara Tom hanya mendiamkan saja makanannya. Tom bahagia melihat Luv kini tumbuh jadi sosok yang periang.

"Jangan meminta makananku." Tiba-tiba Luv berbicara seraya menjauhkan makanannya dari pandangan Tom.

"Hehehehe..." Tom hanya tertawa kecil melihat tingkah Luv yang masih seperti dulu.

"Hmm.. Kau tau aku datang? Pasti..." Tanya Luv.

"Hahahaha.. Kau tau aku kan." Jawab Tom.

Setelah mereka berdua menghabiskan makanannya. Luv kembali melanjutkan perbincangannya dengan Tom.

"Hmm.. Jadi bagaimana, sudah ada perkembangan?" Tanya Luv.

"Aku tidak melakukan apa-apa, jadi sepertinya tidak." Jawab Tom.

"Kau ini.. Kenapa tidak melakukan operasi lagi!!" Tanya Luv kembali.

"Hmm.. Aku tidak mau." Balas Tom santai.

"Tom.. Ayolah, aku datang untuk melihatmu bahagia. Aku tidak ingin jauh darimu lagi." Luv mulai kesal melihat Tom

"Sudahlah.. Jangan bicarakan ini. Bagaimana kalau pesan makanan lagi?" Tom masih tetap santai menanggapi ucapan Luv.

"TIDAAAAKKK!!" Teriak Luv yang membuat para pengunjung lainnya menatap ke tempat mereka berdua.

"Heeeeyyy.. Heeeyyyy.."

"Berapa lama lagi?" Luv kembali bertanya.

"Tak tau.." Tom masih tetap santai, tapi wajahnya mulai menghindari tatapan Luv yang mulai kesal.

"Kzzzzzz.. Tom!!"

"Hehehehehe.." Tom tertawa melihat Luv, tapi dia terkejut setelah itu melihat wajah Luv yang begitu mengerikan. "Eeeeeerrrrrrr.."

"Apa penglihatan itu masih ada?" Tanya Luv masih dengan wajah yang mengerikan.

"Masih.. Dan itu sangat mengganggu."

"Lalu kenapa, kenapa kau tidak melakukan.." Nada suara Luv mulai kembali meninggi.

"Aku hanya ingin menikmati hidup ini Luv, jadi jika memang sudah waktunya, ya.. Biarlah.. Bukankah semua manusia akan kembali pada waktunya." Tom menjelaskan sesuatu dengan suara yang pelan memotong ucapan Luv.

"Tapi bukankah masih ada.." Luv kembali berbicara.

"Memang. Tapi hanya sanggup memperpanjang. Dan pada saatnya semua akan tetap sama." Tom kembali memotong ucapan Luv.

"Hhhmmppp.. Sudahlah, sudah malam. Lebih baik kita pulang." Tom mulai berdiri dan pergi meninggalkan Luv. Luv terbingung melihat tingkah Tom itu, dan berlari mengejar Tom.


Bersambung



>>>
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantap suhu, cerita baru lagi yang bikin variasi di halaman semprot! :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd