JANJI NAGA SHEN LONG
Pada suatu sore hari terlihat sekelompok pasukan berkuda memasuki pintu gerbang kota Xuchang dan pasukan berkuda itu berjalan terus sampai menuju ke sebuah rumah yang diatas pintu gerbangnya terdapat sebuah papan yang bertuliskan Marga Xu (许) dan mereka memasuki rumah itu.
“Suamiku”,ucap suara wanita yang menyambut seorang pria paruh baya yang turun dari kudanya terus pria itu menghampiri wanita itu serta memberi kecupan ke kening wanita itu.
“Bagaimana keadaan di utara?”tanya Chao Min (趙敏) yang berada didalam pelukan suaminya Xǔ Thien San yang hanya bisa menatap istrinya tanpa mengeluarkan kata-kata.
Chao Min
“Sebaiknya kita masuk ke dalam”,ucap Xǔ Thien San sambil menggandeng istrinya untuk masuk ke dalam rumah terus menuju ruang utama.
“A Mei,cepat kamu buatin teh untuk jendral Xǔ”,perintah Chao Min ke pembantunya yang langsung masuk ke dalam rumah menjalankan perintah nyonyanya.
Lalu mereka duduk berhadapan dan tidak lama kemudian A Mei datang membawa nampan yang berisi cangkir yang berisi teh lalu disuguhkan di hadapan Xu Thien San
“Suamiku,tenangkan dirimu dengan meminum teh terlebih dahulu agar kamu bisa menceritakan semuanya dengan tenang”,ucap Chao Min sambil mengangkat cawan teh diberikan ke Xǔ Thien San dan meminumnya setelah itu cawan teh ditaruhnya di meja terus Xǔ Thien San mengambil napas sambil menggelengkan kepalanya sedangkan Chao Min berusaha menenangkan jendral Xǔ dengan memegang tangan suaminya sehingga jendral Xǔ menoleh ke arah istrinya sambil tersenyum.
“Keadaan utara agak kacau sebab bangsa Mongol telah menghancurkan pertahanan kita disana maka Kanselir Jia Sidao memobilisasi prajurit untuk menghadang pasukan Mongol pimpinan jendral Bayan yang terus menerjang kita sampai menuju ibukota kerajaan kita yaitu Lin'an”,ucap jendral Xǔ sambil megegang dagunya.
Xu Thien San
“Suamiku ,apakah kamu ditugaskan untuk berangkat menghadang jendral Bayan?”tanya Chao Min dan langsung dijawab oleh jendral Xǔ dengan anggukan.
“Dimana Shen Long?”tanya jendral Xǔ ketika dia melihat sekeliling tidak ada.
“Dia sedang pergi pergi bersama Zhang YuQi”,jawab Chao Min.
Namun tiba-tiba datanglah ada seorang pemuda bersama seorang wanita memasuki ruang utama menemui Xǔ Thien San dan istrinya.
“Ayah”,ucap anak Xǔ Thien San yang bernama Xǔ Shen Long bersama seorang wanita yang telah menjadi kekasihnya yang bernama Zhang YuQi.
Xu Shen Long
“Paman..Bibi”,sapa Zhang YuQi yang berada dihadapan kedua orang tua Shen Long dan langsung dijawab oleh mereka dengan anggukan.
Zhang YuQi
“Ayah ,bagaimana keadaan di Utara?”tanya Shen Long yang duduk disebelahnya.
“keadaan utara telah dikuasai bangsa Mongol maka kanselir Jia Sidao menyiapkan pasukan untuk menghadang mereka”,ucap jendral Xǔ.
“Apakah ayah juga ditugaskan untuk menghadang mereka?”tanya Shen Long dan langsung dijawab oleh Xǔ Thien San dengan anggukan.
“Apakah ananda juga boleh ikut ayahanda?”tanya Shen Long yang penuh semangat.
“Jangan …kamu tetap disini menjaga ibumu sebab kamu anakku satu- satunya dan aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu”,jawab jendral Xǔ membuat Shen Long kecewa tetapi dia tetap mematuhi perintah ayahnya.
“Paman,apakah ayahku juga ditugaskan bersama Paman?”tanya Zhang YuQi.
“Iya…ayahmu juga ditugaskan bersama denganku didalam satu divisi”,jawab Xǔ Thien San ke Zhang YuQi.
“Kalau begitu saya mohon diri untuk menemui orang tuaku”,pamit Zhang YuQi yang kemudian berdiri dan memberi hormat kepada Xǔ Thien San dan Chao Min.
“Shen Long ,kamu antar Zhang YuQi pulang ke rumahnya”,perintah Xǔ Thien San ke Shen Long yang ikut juga berdiri terus berada di samping Zhang YuQi.
“Ayah..Ibu ananda pamit dulu untuk mengantar Zhang YuQi pulang”,ucap Shen Long yang langsung dijawab Xǔ Thien San dengan anggukan.
“Ya..hati hati”,jawab Chao Min yang melihat Shen Long menghantar Zhang YuQi pulang.
“Suamiku,kapan kamu akan berangkat ke Medan perang?”tanya Chao Min.
“Besok pagi sekali aku berangkat bersama Zhang Wei”,jawab Xǔ Thien San.
“Kalau begitu aku akan siapkan semuanya”,ucap Chao Min dengan bangkit berdiri terus meninggalkan Xǔ Thien San duduk sendirian di ruang itu.
Malam telah tiba,Shen Long baru pulang ke rumah setelah mengantar kekasihnya.
“Shen Long,ayah ingin bicara denganmu”,ucap Xǔ Thien San sambil membawa dua pedang ditangannya.
“ya,Ayah”,ucap Shen Long yang berada di hadapan Xǔ Thien San.
“Ayo ..ikut ayah”,ucap Xǔ Thien San yang berjalan menuju pekarangan di dalam rumah kediaman marga Xǔ dan Shen Long mengikutinya.
Sesampainya ke pekarangan rumah itu,Xǔ Thien San melempar salah satu pedangnya itu ke Shen Long dan ia berhasil menangkapnya.
“Shen Long,ayah mau berangkat ke medan laga tapi sebelumnya ayah mau mengajarimu ilmu pedang marga Xǔ agar kamu bisa melindungi ibumu selama ayah pergi berperang”,ucap Xǔ Thien San yang berdiri di hadapan Shen Long.
Kemudian Xǔ Thien San menghunuskan pedangnya lalu dia mulai menggerakkan pedangnya kekanan terus ke kiri bahkan ada tendangan dan pukulan yang membentuk beberapa jurus pedang agar Shen Long bisa melihatnya.
Setelah Xu Thien San selesai menunjukkan jurus pedang marga Xu ke Shen Long maka ia menyuruh Shen Long untuk mencobanya.
Shen Long pun bisa mengikuti semua gerakan jurus pedang marga Xu walaupun ada sedikit kesalahan tapi tetap bisa diperbaiki atas panduan Xu Thien San.
"Bagus anakku ,kau telah mempelajari jurus pedang marga Xu dan kuharap kau sering berlatih",ucap Xu Thien San.
"Ya,ayah",ucap Xu Shen Long sambil menyarangkan pedangnya.
"Kuharap kamu bisa menjaga ibumu selama aku pergi berperang",ucap Xǔ Thien San sambil memegang pundak Xu Shen Long lalu ia memutar badannya meninggalkan Shen Long untuk masuk ke rumah.
“Ayah,kenapa aku tidak bisa ikut ayahanda dalam perang dengan Mongol?”tanya Shen Long yang menghentikan Xu Thien San lalu ia kembali menghadap anaknya.
“Sebab kamu anakku satu - satunya maka aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu”,ucap Xǔ Thien San.
“Ayah,aku tidak bisa diam apabila negaraku diserang oleh bangsa Mongol maka aku sebagai pemuda Song harus maju membela Negara”,ucap Shen Long dengan penuh semangat dan membuat Xǔ Thien San kagum terus mendekati anaknya.
“Shen Long,Ayah suka semangatmu dalam membela Negara tetapi ayah tetap tidak bisa membiarkanmu untuk ikut ayah dalam perang sebab ayah ingin kamu menjaga ibumu dan Zhang YuQi beserta ibunya”,ucap Xǔ Thien San yang membuat Shen Long kecewa.
“Tapi aku tidak bisa berdiam diri apabila Negaraku diserang bangsa asing”,ucap Shen Long dengan kepala menunduk sambil meremas pedangnya.
“Shen Long,dengarkan Ayah”,ucap Xǔ Thien San yang memegang kedua pundak Shen Long yang menatapnya.
“Ayah bangga padamu sebab kamu mempunyai jiwa cinta tanah airmu tapi waktumu belum tiba sebab kamu mempunyai tugas yang lebih penting dari sekedar berperang yaitu menjaga dan melindungi orang yang kau cintai”,ucap Xǔ Thien San dengan tersenyum dan Shen Long menganggukkan kepala.
“Ya,sudah sekarang kita masuk ke dalam”,ucap Xu Thien San yang merangkul Shen Long untuk masuk ke dalam rumah.
Besok pagi buta ada sekelompok pasukan berkuda berada di depan rumah kediaman marga Xu maka Xu Thien San yang sudah berbaju zirah sudah siap didepan rumah menyambut mereka.
“Pagi,saudaraku Xu”,ucap Zhang Wei yang masih berada diatas kudanya.
Zhang Wei
“Pagi Saudaraku Zhang”,ucap Xǔ Thien San yang berdiri di pelataran rumahnya.
Kemudian Xu Thien San menghampiri Chao Min dan Shen Long untuk berpamitan.
“Jaga dirimu suamiku”,ucap Chao Min yang tersipu di dada Xu Thien San.
Chao Min
“Jangan kuatir ,aku pasti pulang sebab aku sangat mencintaimu”,ucap Xu Thien San sambil mencium kepala Chao Min yang masih tersipu didadanya lalu Chao Min bangkit dari pelukan Xu Thien San.
Xu Thien San
“Shen Long,jaga ibu dan Zhang YuQi beserta ibunya”,ucap Xu Thien San sambil memegang pundak Shen Long.
“Ya,Ayah”,ucap Shen Long
Xu Shen Long
Setelah berpamitan dengan istri dan anaknya maka Xu Thien San menaiki kudanya terus dia mengangguk ke Chao Min dan Shen Long lalu ia memutar kudanya terus bergabung dengan Zhang Wei meninggalkan rumah kediaman marga Xu.
Setelah terjadinya insiden pembunuhan utusan Mongol maka itu menjadi alasan Mongol untuk menyerang kerajaan Song.Kaisar Kublai Khan mengirim jendral Bayan untuk menyerang kerajaan Song hingga terus merangsek sampai kota Pingyang sedangkan kanselir Jia Sidao telah siap menghadangnya dengan mengumpulkan pasukan sebanyak 300.000 orang di kota Kaifeng yang mana Xǔ Thien San dan Zhang Wei juga bertugas disana.
Mereka baru sampai di perkemahan pasukan kerajaan Song sambil menunggu beberapa pasukan kerajaan Song lain yang belum bergabung di Kaifeng.
Setelah mereka sampai ke perkemahan Kerajaan Song maka Xǔ Thien San dan Zhang Wei langsung menuju ke tenda kanselir Jia Sidao.
“Kanselir”,ucap Xǔ Thien San dan Zhang Wei secara bersamaan sambil salam gongshu ke kanselir Jia Sidao yang sedang duduk mengamati peta.
“Bagus ,kalian sudah datang dan bawa berapa prajurit dari Xuchang?”,ucap kanselir Jia Sidao yang kemudian bangkit berdiri.
“kami membawa 10,000 prajurit dari Xuchang”,ucap Xu Thien San sambil salam gongshu.
“Bagus ,semua divisi telah berkumpul disini tinggal kita tunggu mereka menyebrang sungai kuning baru kita hadang mereka di Kaifeng”,ucap Kanselir Jia Sidao
“Kanselir,sekarang posisi jendral Bayan berada dimana?”tanya Xǔ Thien San.
“Pingyang”,suara orang yang berada dibelakang mereka yang membuat Xǔ Thien San dan Zhang Wei menoleh ke belakang.
Wong Kei
“Wong Kei”,ucap Xǔ Thien San yang langsung mereka berpelukan dan begitu juga Zhang Wei berpelukan dengan Wong Kei.
“Selamat datang saudaraku Xu dan saudaraku Zhang”,ucap Wong Kei sambil salam gongshu kepada mereka berdua.
“Mereka sudah mencapai kota Pingyang sedangkan kita disini”,ucap Wong Kei sambil menunjuk kota Kaifeng yang tertera di peta.
“Apakah kita sudah tahu kekuatan mereka?”tanya Zhang Wei yang berdiri di sebelah Xu Thien San.
“Menurut mata-mata kita kekuatan mereka hanya 250.000 orang yang didominasi pasukan berkuda”,suara Wong kei.
“Kekuatan kita sekarang sudah 300,000 prajurit jadi jumlah pasukan kita lebih banyak daripada mereka dan kemungkinan menang itu sudah pasti”,ucap kanselir Jia Sidao.
“Ya,kanselir Jia..kita pasti memenangkan pertempuran ini”,ucap Wong Kei dengan penuh keyakinan.
“Kanselir Jia,kapan kita berangkat menghadang mereka?”tanya Xǔ Thien San.
“Besok pagi kita menyiapkan barisan untuk menghadang mereka ketika mereka menyebrang di jembatan ini”,jawab kanselir Jia Sidao sambil menunjuk suatu tempat di peta
“Kalau begitu hamba mohon diri untuk memeriksa persiapan pasukan untuk pertempuran besok”,ucap Xu Thien San dengan salam gongshu dan diikuti juga Zhang Wei dan Wong Kei.
“Baiklah ,kalian boleh pergi”,ucap Kanselir Jia Sidao lalu mereka bertiga meninggalkan tenda kanselir Jia Sidao.
Besok paginya semua prajurit kerajaan Song keluar dari kota Kaifeng menuju tepi sungai Kuning dan langsung membentuk barisan sambil menunggu datangnya pasukan Mongol di depan jembatan sedangkan Xǔ Thien San,Zhang Wei ,dan Wong Kei berada di belakang Kanselir Jia Sidao yang sedang mengamati tepi sungai yang belum ada tanda – tanda datangnya pasukan Mongol.
“Saudaraku Xu,sekali lagi kita bersama bertempur lagi di tempat ini”,ucap Zhang Wei yang tersenyum melihat pemandangan sungai Kuning.
“Betul sekali,pada saat itu kita bersekutu dengan Mongol mengalahkan kerajaan Jin disini”,ucap Xǔ Thien San yang ada disebelah Zhang Wei.
“Dulu mereka sekutu kita dan sekarang menjadi lawan kita”,ucap Wong Kei dengan tertawa geli.
“Pada saat itu yang memimpin pasukan Mongol yaitu Kublai Khan sekarang Kublai Khan naik tahta menjadi Khan Agung malah mengkhianati sekutunya malah menyerang kita”,ucap Zhang Wei sambil menggelengkan kepalanya.
“Tapi alasan mereka menyerang kita karena utusan mereka telah kita bunuh dan kurasa itu alasan yang mengada –ada sebab bangsa Mongol ini bangsa yang haus darah sebab mereka telah menyerang segala penjuru bumi demi kekuasaan jadi aku tidak percaya mereka kalau mereka menyerang hanya alasan yang konyol”,ucap Wong Kei.
“Apapun yang terjadi kita tidak boleh meremehkan mereka sebab mereka sudah banyak mengalahkan kerajaan besar”,ucap Xǔ Thien San.
“Mereka pasti kalah sebab kita mempunyai jumlah tentara terbanyak diseantero negeri bahkan kita mempunyai bubuk mesiu yang bisa menghancurkan mereka porak poranda”,ucap Wong Kei dengan percaya diri.
Namun tiba – tiba terlihat dari kejauhan siluet pasukan Mongol yang telah datang dengan beriring –iriangan.
“Kalian bersiaplah ke posisi kalian”,ucap Kanselir Jia Sidao yang sedang mengamati datangnya pasukan Mongol yang akan menyebrang sungai Kuning maka Xu Thien San ,Zhang Wei dan Wong Kei langsung meninggalkan kanselir Jia Sidao untuk bersiap ke posisi pasukan mereka.
Lalu pasukan Mongol menghentikan langkahnya setelah tahu kalau mereka akan dihadang oleh pasukan kerajaan Song di sebrang sungai Kuning maka mereka langsung membentuk formasi perang.
“Mereka telah menanti kita disini”,ucap Jendral Bayan sambil tertawa ketika melihat barisan pasukan kerajaan Song yang berada di sebrang sungai.
“Jendral Bayan ,apa yang kita lakukan?”tanya seorang jendral di sebelah jendral Bayan.
“Mereka pikir kita penakut karena tidak berani menyebrangi sungai Kuning”,ucap jendral Bayan yang kemudian dia mengangkat tangannya sebagai tanda untuk menyebrang maka pasukan pemanah Mongol maju terlebih dulu di tepi sungai untuk berjaga-jaga kemudian pasukan jalan kaki Mongol mulai menyebrangi sungai Kuning sedangkan pasukan berkuda mereka berbaris di belakang untuk menunggu giliran menyebrang.
Setelah 2000 pasukan jalan kaki Mongol berhasil menyebrangi sungai Kuning maka mereka langsung membentuk barisan pertahanan kemudian pasukan Mongol juga berbaris di belakang mereka sambil pasukan Mongol lainnya menyebrang.
“Mari kita beri mereka sambutan”,ucap Kanselir yang memberi tanda agar pasukan pemanah kerajaan Song untuk maju.
“PASUKAN PEMANAH”,perintah perwira pasukan pemanah kerajaan Song memerintahkan pasukannya maju ke depan terus membentuk barisan.
“SIAP”,perintah pemimpin pasukan pemanah kerajaan Song yang memberi aba – aba agar semua pasukannya mengambil anak panah terus ditempatkan ke busur mereka lalu direntangkan.
“BIDIK”,perintah pemimpin pasukan kerajaan Song memberi aba- aba pasukannya mengarahkan busurnya ke atas.
“LEPAS”,perintah pemimpin pasukan pemanah kerajaan Song memberi aba- aba pasukannya melepaskan anak panahnya.
“Perang telah dimulai”,ucap Xu Thien San setelah anak panah kerajaan Song telah dilepaskan oleh pasukan pemanah kerajaan Song.
“Awass…ada anak panah …cepat berlindung”,ucap perwira pasukan jalan kaki Mongol maka semua pasukan jalan kaki Mongol mengangkat perisai mereka untuk melindungi mereka dari hujan anak panah kerajaan Song.
“Siiiiiieeettt…siiieeettt…jleb…jleb”,suara anak panah yang menghujani barisan pasukan Mongol.
“Aaaaaaa….”,suara kematian atau kesakitan pasukan Mongol yang terkena anak panah kerajaan Song sedangkan pasukan pemanah Mongol tidak tinggal diam maka mereka juga melepaskan anak panah untuk membalas serangan kerajaan Song.
“Perintahkan pasukan jalan kaki serang posisi tengah mereka”,perintah jendral Bayan yang mengamati jalannya peperangan maka semua pasukan jalan kaki Mongol semua maju terus menyebrang langsung menyerang barisan tengah pasukan kerajaan Song.
“Semua pasukan jalan kaki maju dan sekalian kita libas mereka dengan pasukan berkuda”,ucap kanselir Jia Sidao maka jendral di sebelahnya mengibarkan bendera sebagai tanda majunya semua pasukan jalan kaki dan pasukan berkuda kerajaan Song untuk menyerang semua pasukan Mongol yang baru menyebrang sungai Kuning.
“Itu tanda kita untuk maju”,ucap Wong Kei yang sambil memacu kudanya untuk maju yang diikuti semua pasukan berkudanya.
Sedangkan Xu Thien San merasa kaget melihat majunya pasukan berkuda yang dipimpin Wong Kei maju.
“Kanselir Jia Sidao terlalu gegabah telah memerintahkan pasukan berkuda maju sebab pasukan berkuda tidak tepat untuk bertempur di jembatan”,batin Xu Thien San ketika melihat semua pasukan jalan kaki dan pasukan berkuda kerajaan Song maju menyerang pasukan Mongol yang berada di jembatan.
Maka terjadilah pertarungan hebat di jembatan itu di antara pasukan Mongol dan pasukan kerajaan Song dengan saling desak-desakan didalam jembatan itu.
“Mereka sepertinya putus asa malah mengerahkan semua kekuatannya…hahaha”,ucap jendral Bayan yang mengamati jalannya peperangan sambil tertawa terus memberi tanda untuk mengerahkan pasukan berkudanya juga untuk melawan pasukan berkuda kerajaan Song.
“Ayo kita bantai mereka”,ucap Wong Kei yang menerjang pasukan jalan kaki Mongol yang berusaha menghadangnya sedangkan pasukan pemanah Mongol menghujani pasukan berkuda Wong Kei dengan anak panah tetapi pasukan Wong Kei tetap maju terus sampai pasukan berkuda Mongol menghadangnya.
Terjadilah pertempuran sengit didepan jembatan di antara pasukan jalan kaki Mongol melawan pasukan jalan kaki kerajaan Song sedangkan disisi kiri jembatan pasukan berkuda Mongol bertarung melawan pasukan berkuda yang dipimpin Wong Kei.
“Pasukan berkuda mereka harus musnah”,ucap Kanselir Jia Sidao sambil mengerahkan pasukan jalan kakinya yang tersisa untuk maju membantu Wong Kei.
Pertempuran di jembatan sungai Kuning berlangsung sengit hingga pertahanan Mongol mulai runtuh sehingga pasukan Mongol lari ke sisi jembatan yang dimana mereka masuk sedangkan pasukan jalan kaki dan pasukan berkuda kerajaan Song masuk ke jembatan bahkan mengejar pasukan Mongol yang lagi melarikan diri.
“Ayo ,Kita kejar mereka”,ucap Wong Kei yang memacu kudanya menuju jembatan untuk mengejar pasukan berkuda Mongol yang kalah dan melarikan diri.
“Pertahanan kita telah runtuh”,ucap seorang jendral Mongol yang berada disebelah jendral Bayan tetapi jendral Bayan malah tersenyum ketika ia melihat pasukannya melarikan diri meninggalkan jembatan dan semua pasukan kerajaan Song telah masuk ke jembatan.
“Jendral Bayan tenang ketika pasukannya telah hancur…pasti ada yang salah”,batin Xu Thien San yang mengamati jendral Bayan dari kejauhan.
“Perintahkan semua pasukan kita menyerang langsung ke pasukan inti mereka yang terdapat jendral Bayan”,ucap Kanselir Jia Sidao maka jendral di sebelahnya mengibarkan bendera sebagai pertanda semua pasukan kerajaan Song maju.
“Saudara Xu ,itu tanda kita”,ucap Zhang Wei yang ada disebelah Xu Thien San yang hanya mengangguk saja maka mereka berdua memerintahkan pasukan berkudanya menuju jembatan.
Semua pasukan kerajaan Song merangsek terus jembatan itu sehingga banyaknya korban pasukan Mongol di jembatan itu bahkan ada yang jatuh ke sungai Kuning dan ada yang lari ke pasukan inti Mongol.
“Kerahkan semua pasukan untuk rebut kembali jembatan itu apapun yang terjadi”,perintah Jendral Bayan yang langsung dijalankan jendral di sebelahnya.
“Semua pasukan,ayo kuasai kembali jembatan itu”,perintah jendral Mongol yang disebelah jendral Bayan sambil menghunuskan pedangnya dan diarahkan ke jembatan sambil memacu kudanya menuju disana dan diikuti oleh semua pasukan Mongol yang tersisa.
“Pertahanan mereka telah runtuh”,ucap kanselir Jia Sidao yang tersenyum kemenangan karena melihat semua pasukannya menyerang pasukan inti Mongol.
“Selamat Kanselir Jia ,anda telah memenangkan pertempuran ini”,puji jendral yang ada disebelah kanselir Jia Sidao.
Namun tiba- tiba muncul pasukan berkuda Mongol yang sangat banyak sekali di belakang pasukan kanselir Jia Sidao yang sontak membuat kanselir Jia Sidao kaget karena pasukan yang melindunginya kalah jumlah dengan pasukan Mongol.
“LINDUNGI KANSELIR”,perintah jendral yang ada disebelah kanselir Jia Sidao dengan memutar kudanya sambil menghunuskan pedangnya terus memacu kudanya dan diikuti pasukannya untuk menghadang pasukan berkuda Mongol yang menuju ke arahnya sedangkan Xu Thien San mengetahui posisi kanselir Jia Sidao yang terancam maka ia memutar kudanya untuk berusaha menolong kanselir Jia Sidao.
“AYO,LINDUNGI KANSELIR“,teriak Xu Thien San yang sedang memacu kudanya dan diikuti semua pasukannya untuk menolong pasukan kanselir Jia Sidao.
Pasukan kanselir Jia Sidao tidak berhasil menghadang terjangan pasukan berkuda Mongol yang terus mendesak sampai mendekati jembatan maka pasukan kerajaan Song hingga terjepit dua arah didalam jembatan.
“Hahahaha…akhirnya rencanaku berhasil”,ucap jendral Bayan ketika melihat pasukan kerajaan Song yang terjebak di jembatan dan di gempur dengan dua arah oleh pasukannya.
“Kanselir ,cepat melarikan diri sebab pertahanan kita jebol”,ucap jendral yang ada disebelah kanselir Jia Sidao.
“kenapa kok bisa jadi begini?”ucap kanselir Jia Sidao seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan pasukannya dan ia dilarikan diri keluar dari pertempuran serta berhasil meninggalkan medan perang.
Sedangkan didalam jembatan Zhang Wei dan Wong Kei terjebak di dalam jembatan dan tidak bisa keluar karena terdesak dengan pasukan kerajaan Song lainnya yang juga terjebak karena pasukan Mongol menyerang dua sisi jembatan itu.
“Kalau keadaan kita begini terus bisa gawat dan kita bisa mati disini”,ucap Wong Kei
“Betul,kita bisa mati konyol di sini”,ucap Zhang Wei yang ada disebelahnya.
“Itu saudara Xu yang juga terjebak di dalam jembatan ini dan mendekati kita”,ucap Wong Kei yang menunjuk Xu Thien San yang juga terdesak dan mendekati Zhang Wei dan Wong Kei.
“Kerahkan pasukan kita untuk menghancurkan mereka yang terjebak di jembatan dengan tanpa ampun dan tanpa tahanan”,perintah jendral Bayan yang tersenyum kemenangan ketika dia melihat pasukan kerajaan Song yang terjebak di dalam jembatan dan didesak dua arah oleh pasukannya.
“Hancurkan mereka dengan tanpa ampun dan tanpa tahanan”,perintah jendral di sebelah jendral Bayan maka semua pasukan Mongol semakin mendesak pasukan kerajaan Song dengan tanpa ampun sehingga banyaknya korban yang berjatuhan atau jatuh ke sungai Kuning dari pihak pasukan kerajaan Song.
“Kalau begini caranya sebaiknya aku melawan daripada mati konyol disini”,ucap Xu Thien San yang mengarahkan kudanya untuk maju di sisi jembatan yang lain dengan pedang terhunus.
“Setidaknya kita mati secara terhormat”,ucap Zhang Wei yang juga mengikuti Xu Thien San dan akhirnya Wong Kei juga mengikutinya.
Mereka bertiga tetap maju walaupun berdesakan dengan prajurit kerajaan Song yang terjebak disana dan akhirnya mereka bisa melawan pasukan Mongol dan semua prajurit kerajaan Song yang dibelakangnya juga ikut membantunya menerjang desakan pasukan Mongol.
Tetapi pertahanan pasukan Mongol terlalu kuat maka Xu Thien San dan teman- temannya kembali terdesak ke dalam jembatan sampai mereka berada di tepi jembatan.
“Saudara Xu,sedikit lagi kita akan jatuh ke sungai Kuning”,ucap Wong Kei ketika dia melihat belakangnya sudah di tepi jembatan bahkan ia bisa melihat sungai Kuning.
“Saudara Xu,apa yang harus kita lakukan?”tanya Zhang Wei yang ada disebelah Xu Thien San dan Wong Kei.
“Daripada mati konyol lebih baik aku mati dengan membunuh beberapa prajurit Mongol lagi”,batin Xu Thien San sambil memandang saudara angkatnya terus dia melihat pasukan Mongol yang sedang mendesaknya.
“DEMI KERAJAAN SONG”,teriak Xu Thien San dengan mengangkat pedangnya sambil memacu kudanya untuk maju yang terakhir kalinya.
“YEAAAAAHHH”,teriak Wong Kei dan Zhang Wei beserta semua prajuritnya di sekelilingnya ikut menerjang desakan pasukan Mongol.
Xu Thien San dengan gigihnya menyerang pasukan Mongol sehingga banyak korban berjatuhan dari pihak pasukan Mongol.
Xu Thien San dengan sekuat tenaga berusaha menerobos kepungan pasukan Mongol tetapi dia tetap ia terdorong oleh pasukan Mongol sehingga ia mendekati tepi jembatan dan tanpa dia sadari ada sepasang mata menatapnya.
“Sssseeeeettttt…..jleb…….sssssttt …jleb”,suara dua anak panah yang menembus dada Xu Thien San.
“Aku kena….apakah ini ajalku?”batin Xu Thien San ketika ia melihat dadanya ada dua anak panah menembus dadanya.
“SSsttt jleb…sssttt …jleb”,suara anak panah mengenai dada Xu Thien San di sisi lainnya yang membuatnya lemas dan……
“Byurrrr”,suara air ketika Xu Thien San jatuh ke sungai Kuning.
“SAUDARA XU”,teriak Zhang Wei ketika melihat Xu Thien San terjatuh ke sungai maka dengan secepat kilat dia ikut menjebur ke sungai untuk menolongnya.
“Saudara Zhang”,ucap Wong Kei ketika ia melihat Zhang Wei yang terjun ke sungai untuk menolong Xu Thien San maka ia juga ikut terjun ke sungai untuk menolong Xu Thien San.
Dan tidak tahu bagaimana nasib dari tiga bersaudara yaitu Xu Thien San,Zheng Wei dan Wong kei yang hanyut di sungai Kuning?
Setelah ketiga bersaudara itu terjun ke sungai Kuning maka apa yang terjadi dengan semua pasukan Kerajaan Song yang terjebak di dalam jembatan sungai Kuning malah menjadi pembantaian besar- besaran terhadap pasukan kerajaan Song yang dilakukan oleh bangsa Mongol sehingga membuat sungai Kuning menjadi merah karena darah prajurit kerajaan Song dan dengan banyaknya korban di pihak kerajaan Song maka pertempuran di Kaifeng dimenangkan oleh jendral Bayan.
“Aduh …dadaku terasa sakit sekali”,ucap seorang yang bangkit dari tidurnya yang tak lain Xu Thien San.
Xu Thien San
“Dimana ini?”ucapnya sambil dia melihat sekeliling banyak ornamen dan altar sembahyang seperti yang ada di kuil lalu dia bangkit berdiri dan ia melihat diluar kuil terlihat seperti awan kemudian ia bangkit berdiri terus berjalan menuju pintu gerbang terus sampai di pelataran kuil itu dan ia baru menyadari kalau kuil ini berada di atas awan.
“Xu Thien San”,suara yang menggelegar di sebuah awan yang ada di depan Xu Thien San yang disertai petir yang menyambar di sekeliling tempat itu terus keluarlah seekor naga berwarna biru yang melayang mengelilingi kuil itu.
“Dewa Shen Long”,ucap Xu Thien San yang kemudian berlutut di depan Naga sambil salam gongshu.
Dewa Naga Shen Long
“Xu Thien San anak keturunan dari Xu Fuk Lung penolongku”,ucap Dewa naga Shen Long yang terbang melayang di hadapan Xu Thien San.
“Dewa Shen Long,dimanakah aku berada?”tanya Xu Thien San yang berlutut di hadapan Dewa naga Shen Long.
“kamu berada di istana sang penjaga timurku”,ucap Dewa Shen Long.
“Jadi kalau aku sudah berada disini berarti aku sudah mati?”tanya Xu Thien San.
“Takdir belum menentukan kamu mati sekarang”,ucap Dewa Shen Long.
“Aouch”,rintih Xu Thien San ketika ia bangkit berdiri dan merasakan sakit di dadanya.
Seketika itu juga mata dewa Naga Shen Long menyorotkan sinar ke dada Xu Thien San yang sakit maka seketika itu juga sakit hilang.
“Terima kasih Dewa naga Shen Long”,ucap Xu Thien San dengan salam gongshu.
“Jangan sungkan sebab aku telah berjanji dengan leluhurmu Xu Fuk Lung untuk selalu menjaga anak keturunannya”,ucap Dewa Naga Shen Long.
“Bagaimana dengan pertempuran di Kaifeng dan juga bagaimana kedua saudara angkatku?”batin Xu Thien San yang terdiam dan Dewa Naga Shen Long mengetahui kegusaran hatinya.
“Pertempuran di Kaifeng telah kalah dan juga sebentar lagi kerajaan Song akan tunduk kepada Bangsa Mongol”,ucap Dewa Naga Shen Long yang menjawab kegusaran hatinya.
“Dewa Naga Shen Long berkenan memberitahukan bagaimana keadaan keluarga hamba?”ucap Xu Thien San
“Keluargamu tidak apa-apa tetapi Shen Long…”,ucap Dewa Naga Shen Long yang memutar badannya untuk meninggalkan Xu Thien San.
“Dewa naga Shen Long,Kenapa dengan anakku Shen Long?”tanya Xu Thien San yang berusaha ingin tahu kenapa dengan anaknya.
BERKHIANAT DEMI YANG DICINTAI
ABDI SELAYAKNYA RAJA PEMBEBAS
Setelah mengucapkan dua kalimat itu terus Dewa naga Shen Long meninggalkan Xu Thien San didalam kesendirian di kuil itu.
Seketika itu juga Xu Thien San terperanjat bangun dari tidurnya dan melihat dirinya masih diperban di bagian dadanya.
“Dimana ini?”batin Xu Thien San ketika ia melihat sekelilingnya.
“Saudara Xu”,ucap Zhang Wei yang masuk ke ruangan ketika ia mengetahui Xu Thien San telah siuman.
Zhang Wei
“Saudara Zhang,aku berada dimana?”tanya Xu Thien San ketika Zhang Wei menghampirinya.
“Kamu berada di rumah penduduk kota Jiankang”,ucap Zhang Wei yang berada di sebelah Xu Thien San.
Xu Thien San
“Lalu dimana saudara Wong?”tanya Xu Thien San.
“Aku disini”,ucap Wong Kei yang berdiri di pintu.
“Bagaimana dengan pertempuran di Kaifeng?”tanya Xu Thien San.
“Kita kalah bahkan sekarang mereka telah mencapai kota XiangYang”,ucap Wong Kei yang menghampiri mereka.
“Hah,mereka bisa secepat itu lalu berapa lama aku tidak sadar?”tanya Xu Thien San yang sempat kaget.
“Kamu tidak sadar selama 5 hari karena lukamu sangat dalam”,ucap Zhang Wei.
“Apakah kerajaan Song telah menyerah kalah kepada Mongol?”tanya Xu Thien San.
“Belum sebab ada beberapa kota masih melawan mereka seperti Xiangyang dan Jiangkang”,ucap Wong Kei.
“Kanselir Jia Sidao menyiapkan armada terakhirnya disini untuk menghalau armada mereka sebab mereka akan menyerang ibukota kita Lin’an”,ucap Zhang Wei.
“Apakah kamu mau ikut bergabung?”tanya Wong Kei.
“Pasti aku ikut”,jawab Xu Thien San.
“Kalau begitu kamu cepat berpakaian sebab sebentar lagi kita akan ada pertemuan dengan kanselir Jia Sidao untuk membahas strategi perang laut”,ucap Wong Kei yang langsung dilakukan Xu Thien San dengan bangkit dari ranjang terus memakai pakaian.
Setelah Xu Thien San berpakaian maka mereka pergi menuju markas tentara di Jiankang dan langsung memasuki ruang pertemuan yang telah berkumpul banyak jendral di tempat itu.
“Kanselir Jia Sidao”,ucap seorang pengawal yang baru masuk dan memberitahu kedatangan kanselir Jia Sidao memasuki ruang pertemuan maka semua orang disitu bangkit berdiri sambil memberikan salam gongshu lalu Kanselir Jia Sidao mengangguk sebagai balasan salam gongshu mereka dan setelah itu mereka semua duduk.
“Kita mendapat kabar kalau Mongol akan menyerang kota ini dengan dua arah yaitu dari arah muara sungai kota yang berkekuatan 200 kapal sedangkan yang dari darat dari kota Lu yang berkekuatan 200.000 prajurit maka kita harus membagi pasukan kita menjadi dua untuk menahan mereka”,ucap Kanselir Jia Sidao yang menjelaskan strategi perangnya dan semua orangdisitu mendengarkannya dengan seksama.
“Lalu jendral yang memimpin pasukan kita untuk menahan mereka dari laut adalah jendral Liang”,ucap kanselir Jia Sidao yang memperkenalkan seorang Jendral yang kemudian orang itu berdiri sambil memberi salam gongshu ke semua orang.
“Jendral Liang merupakan jendral angkatan laut yang sangat berpengalaman dengan perang laut dan orang yang tepat yang menghadang mereka dari laut”,ucap kanselir Jia Sidao.
“Sedangkan pasukan yang akan menghadang mereka dari arah kota Lu akan saya pimpin sendiri da nada pertanyaan?”,ucap kanselir Jia Sidao.
“Kapan pasukan kita berangkat menghadang mereka?”tanya Xu Thien San.
“Besok pagi pasukan kita berangkat menghadang mereka dan juga Xu Thien San ,aku senang kau telah kembali bertugas”,ucap kanselir Jia Sidao ketika mengetahui Xu Thien San berada di ruang pertemuan.
“Terima kasih atas perhatian kanselir”,ucap Xu Thien San sambil salam gongshu.
“Apakah yang lain ada pertanyaan?”tanya kanselir Jia Sidao yang langsung dijawab mereka semua dengan gelengan.
“Kalau begitu pertemuan ini saya akhiri”,ucap kanselir Jia Sidao sambil meninggalkan ruangan pertemuan.
“Besok kita sudah berangkat melawan mereka lagi”,ucap Wong Kei
“Tapi siapa yang memimpin pasukan Mongol?”tanya Xu Thien San.
“Jendral Bayan”,ucap jendral Liang yang mendekati mereka.
“jendral Liang”,sapa Xu Thien San dengan salam gongshu dan juga dibalas oleh jendral Liang dengan salam gongshu.
“Ini mungkin pertempuran terakhir kita melawan Mongol karena ini kekuatan terakhir kerajaan Song”,ucap Zhang Wei.
“Apa jadinya negara ini dipimpin dengan bangsa barbar?”ucap Zhang Wei.
“Yang kutakutkan bukan hanya itu melainkan anak kita dijadikan prajurit mereka”,ucap Wong Kei.
“Betul itu”,ucap Xu Thien San.
“Kenapa kalian takut dengan sesuatu yang belum terjadi dan kenapa kalian tidak begitu yakin kalau kita bisa mengusir mereka?”ucap jendral Liang yang mereka bertiga terdiam.
“Sebab mereka telah menghancurkan banyak kerajaan sedangkan kekuatan kita tidak bisa membendung mereka bahkan ada beberapa jendral kita berkhianat dan mengabdi kepada mereka”,ucap Wong Kei.
“Kita semua takut kalau anak kita yang harus berperang bagi mereka”,ucap Zhang Wei.
“Jendral Liang,apakah anda tidak takut kalau anak anda juga harus mengabdi kepada Mongol?”tanya Xu Thien San.
“Anakku telah tiada ketika ia ikut pelatihan berlayar”,jawab jendral Liang dengan wajah sedihnya.
“Maafkan aku apabila terlalu lancang”,ucap Xu Thien San.
“Tidak apa-apa,sebenarnya aku juga punya ketakutan yang sama dengan kalian apabila itu terjadi sebab aku tidak mau anakkku menjadi pengkhianat”,ucap jendral Liang.
“Sebaiknya kita kesampingkan itu dan tetap semangat dan satuakan tujuan kita yaitu mengusir bangsa Mongol dari negeri Song”,ucap Xu Thien San.
“Aku setuju dengan pendapat saudara Xu”,ucap Zhang Wei.
“Mari kita satukan hati untuk melakukan ini semua demi orang kita cintai”,ucap Xu Thien San yang membuat mereka bertiga menganggukkan kepala.
Besok paginya pasukan kerajaan Song bergerak dengan dua arah yaitu pasukan darat menuju kota Lu sedangkan pasukan laut menuju kota Yang dengan menggunakan kapal sedangkan Xu Thien San,Zhang Wei ,dan Wong Kei pergi kota Lu bersama kanselir Jia Sidao.
“Sekali lagi kita menghadapi jendral Bayan”,ucap Zhang Wei.
“Dia memang jendral Mongol yang paling pandai dan kita tidak boleh meremehkan dia”,ucap Xu Thien San.
Tiba- tiba ada prajurit kerajaan Song yang memacu kudanya sangat cepat mendatangi barisan pasukan kerajan Song langsung menuju ke kanselir Jia Sidao dan seketika itu juga kanselir Jia Sidao memerintahkan pasukannya membentuk barisan sebab didepan pasukan Mongol sudah menghadang mereka.
Akhirnya bertemulah pasukan kerajaan Song dan pasukan kekaisaran Mongol di tanah lapang yang luas.
Lalu pasukan berkuda Mongol maju terlebih dahulu terus mendekati barisan mereka sambil melepaskan anak panah di barisan pasukan jalan kaki kerajaan Song yang menyebabkan banyak korban di pasukan jalan kaki kerajaan Song.
Kemudian kanselir Jia Sidao mengeluarkan tanda agar pasukan berkudanya mengejar pasukan berkuda Mongol yang masih melepaskan anak panahnya ke barisan pasukan jalan kaki.
“Itu tanda kita…ayo kita hancurkan mereka”,ucap Wong Kei yang menghentakkan kudanya dan diikuti pasukan berkudanya untuk mengejar pasukan berkuda Mongol yang bergerak membentuk lingkaran sambil melepaskan anak panah.
Ketika pasukan berkuda Wong Kei mengejar pasukan berkuda Mongol yang tadi menghujani pasukan jalan kaki kerajaan Song juga sempat melepaskan anak panahnya ke arah pasukan berkuda Wong Kei yang sedang mengejarnya sambil lari menjauh daripadanya.
“Ayo kita hancurkan mereka sebagai pembalasan kita di Kaifeng”,ucap Wong Kei ketika ia dan pasukannya mengejar pasukan berkuda Mongol tetapi tanpa Wong Kei Sadari ada pasukan berkuda Mongol datang dari arah lain menghadang pasukan berkuda Wong Kei sehingga terjadi pertarungan.
Terus pasukan jalan kaki Mongol menyerang barisan pasukan jalan kaki kerajaan Song yang tadi habis dihujani pasukan berkuda Mongol dan kanselir Jia Sidao mulai gusar karena dia telah terpancing oleh Mongol ketika dia melihat pasukan Wong Kei dihadang pasukan Mongol yang terlihat kewalahan.
“Ayo mundur”,perintah Wong Kei ketika ia melihat pasukan berkudanya kocar kacir untuk meninggalkan pertempuran ternyata ada pasukan berkuda Mongol yang lain yang telah siap menghadangnya.
“Saudara Xu,saudara Wong terjepit dan apa yang harus kita lakukan untuk menolongnya?”ucap Zhang Wei ketika melihat Wong kei dan pasukannya terkepung.
“Kita jangan gegabah sebab kita belum mendapatkan perintah untuk maju”,jawab Xu Thien San sambil melihat jalan pertempuran dan melihat kemungkinan untuk bisa menolong Wong Kei sedangkan barisan pasukan jalan kaki kerajaan Song telah bercerai berai sehingga pasukan jalan kaki Mongol yang didukung pasukan berkuda Mongol terus maju bahkan menyerang pasukan inti yang mana kanselir Jia Sidao berada.
“Saudara Xu,mana yang harus kita dahulukan Wong Kei atau menolong kanselir Jia Sidao?”ucap Zhang Wei yang melihat pasukan inti mereka diserang pasukan Mongol.
“Aku akan menolong saudara Wong sedangkan kamu menolong kanselir Jia Sidao”,ucap Xu Thien San yang sambil menghentakkan kudanya untuk menolong Wong Kei sedangkan Zhang Wei mengikuti kata Xu Thien San untuk menolong kanselir Jia Sidao.
“Aku harus menolong saudaraku Wong Kei”,batin Xu Thien San yang memacu kudanya dan diikuti pasukan berkudanya untuk menolong Wong Kei.
Dari jalannya pertempuran terlihat barisan pasukan kerajaan Song kocar kacir sehingga pasukan inti kanselir Jia Sidao terpojok karena serangan pasukan Mongol tetapi bisa diselamatkan oleh pasukan berkuda Zhang Wei yang berhasil menghalau pasukan Mongol yang menekan pasukan inti kerajaan Song bahkan bisa menolong kanselir Jia Sidao untuk melarikan diri sedangkan Wong Kei yang telah terjatuh dari kudanya ketika ia melawan pasukan Mongol yang mengepungnya.
“SAUDARA WONG”,teriak Xu Thien San yang mendatanginya dengan menyabet beberapa pasukan Mongol yang mengepungnya dan mati.
“Saudara Xu”,ucap Wong Kei ketika ia telah melihat Xu Thien San menolongnya.
Namun tiba- tiba ada pasukan Mongol menyerang kuda Xu Thien San dengan tombak sehingga Xu Thien San jatuh tersungkur.
“Hyattt”,teriak Wong Kei yang menyabet prajurit Mongol yang menyerang kuda Xu Thien San.
Setelah membunuh prajurit Mongol maka Wong Kei menghampiri Xu Thien San yang masih tersungkur di tanah.
“Saudara Xu,apakah kamu tidak apa-apa?tanya Wong Kei yang membantu Xu Thien San untuk berdiri.
“Aku tidak apa- apa”,jawab Xu Thien San yang sedang dibantu Wong Kei untuk berdiri sedangkan banyak prajurit Mongol mengepung mereka.
“Mereka telah mengepung kita”,ucap Wong Kei yang siap siaga dengan punggungnya bersandar dengan punggung Xu Thien San.
“Wong Kei”,mungkin ini akhir dari kita”,ucap Xu Thien San yang ada di belakangnya.
“Kalian sebaiknya menyerah sebab pemimpin kalian telah melarikan diri lagi…hahaha”,ucap perwira Mongol.
“Kami pantang menyerah”,ucap Wong Kei dengan menatap tajam ke perwira Mongol itu.
“Kalau begitu kalian mati”,ucap perwira Mongol sambil tangannya memberi isyarat prajuritnya untuk melawan Wong Kei dan Xu Thien San.
Maka terjadilah pertarungan yang tidak seimbang yaitu dua melawan 30 prajurit Mongol yang mengepungnya tetapi kedua jendral kerajaan Song bisa membabat mereka satu persatu tetapi prajurit Mongol terus berdatangan untuk melawan mereka.
Namun tiba-tiba tombak prajurit Mongol melukai dada Wong Kei hingga tombak itu menembus keluar ke punggungnya sampai membuatnya jatuh tersungkur.
“SAUDARA WONG”,teriak Xu Thien San yang mengetahui Wong Kei yang jatuh tersungkur karena tusukan tombak prajurit Mongol di dadanya maka Xu Thien San dengan bringas membabati prajurit Mongol yang berusaha menghalangi dia yang sedang menolong Wong Kei.
“Hyattt…bangsat aku terluka”,ucap Wong Kei setelah membunuh prajurit Mongol yang menusuknya terus dia berlutut sambil mencabut tombak di dadanya dan terlihat banyak darah yang bercucuran terus dia mulai sempoyongan dan mau jatuh pingsan.
“Saudara Wong,kamu tidak apa-apa”,ucap Xu Thien San yang ada disebelahnya dan membopongnya sambil menghalau serangan para prajurit Mongol.
“SAUDARA XU”,teriak Zhang Wei dari kejauhan dengan naik kuda yang berusaha menghalau semua prajurit Mongol yang sedang mengepung Wong Kei dan Xu Thien San.
Zhang Wei berhasil menembus kepungan prajurit Mongol terhadap Wong Kei dan Xu Thien San terus menghampiri mereka.
“Saudara Zhang,cepat bawa saudara Wong sebab dia terluka parah”,ucap Xu Thien San yang membopong Wong Kei terus dinaikkan ke punggung kuda Zhang Wei.
“Sekarang cepat kalian pergi”,ucap Xu Thien San yang sudah menaikkan Wong Kei ke punggung kuda Zhang Wei lalu ia membalikkan badannya untuk melindungi Zhang Wei dari prajurit Mongol yang mendatangi mereka.
“Sedangkan dirimu?”tanya Zhang Wei yang berada diatas kuda.
“Aku akan lindungi kalian agar kalian bisa meninggalkan tempat ini agar nyawa Saudara Wong bisa selamat”,ucap Xu Thien San yang sedang menghalau serangan prajurit Mongol.
“Tapi..”ucap Zhang Wei yang tidak bisa meninggalkan saudara angkatnya yang sedang bertempur sendirian melawan begitu banyak prajurit Mongol.
“yang penting nyawa saudara Wong terselamatkan…Hyaaa”,ucap Xu Thien San sambil memukul pantat kuda Zhang Wei sehingga kuda itu lari kencang meninggalkan Xu Thien San sendirian.
“Semua saudaraku telah selamat dan sekarang tinggal aku sendirian disini”,batin Xu Thien San ketika melihat Zhang Wei yang berhasil meninggalkan medan perang dan semua prajurit Mongol telah mengepung Xu Thien San maka ia pasang kuda-kuda untuk melawan prajurit Mongol.
“HYAT..”,teriak prajurit Mongol yang serentak menyerang Xu Thien San maka dengan sigap Xu Thien membabat satu per satu prajurit Mongol yang menyerangnya.
Ketika Xu Thien San sedang bertarung dengan prajurit Mongol maka ada sepasang mata yang mengamatinya dari kejauhan.
“Siapa orang itu?”tanya jendral Bayan yang sedang melihat pertarungan Xu Thien San dengan prajuritnya.
“Dia Xu Thien San”,jawab jendral disebelah jendral Bayan.
“Dia begitu mengagumkan”,batin jendral Bayan yang sedang mengarahkan kudanya ke pertarungan Xu Thien San yang tanpa lelah meladeni semua serangan prajurit Mongol yang menyerangnya.
“Hentikan”,perintah jendral Bayan untuk menghentikan prajuritnya menyerang Xu Thien San.
Lalu dia turun dari kudanya terus menghunuskan pedangnya maka semua prajurit Mongol membuat barikade melingkar agar jendral Bayan bisa bertarung dengan Xu Thien San.
Bayan
“Hyaaaa…”,teriak jendral Bayan yang mengarahkan pedangnya ke Xu Thien San tapi ia bisa menghindar serangan jendral Bayan lalu jendral Bayan menyabetkan pedangnya ke Xu Thien San.
“Traaannng”,suara pedang yang bertautan karena Xu Thien San berhasil menahan sabetan pedang jendral Bayan.
Kemudian jendral Bayan memutar pedangnya terus kaki kanannya menendang Xu Thien San hingga ia terjatuh tersungkur.
“Hore Jendral Bayan”,ucap seorang jendral Mongol menyoraki kemenangan jendral Bayan yang bisa menjatuhkan Xu Thien San.
“Jadi dia jendral Bayan”,batin Xu Thien San yang berusaha bangkit dengan pedang sebagai tumpuannya lalu dia membuat kuda kuda jurus pedang marfga Xu.
“Kuda- kuda yang aneh”,batin jendral Bayan ketika melihat kuda kuda Xu Thien San.
“Hyaaaa…”,teriak jendral Bayan sambil berlari dengan mengayunkan pedangnya dengan memutar diatas kepalanya untuk menyabet tangan kiri Xu Thien San tapi malah tangan Xu Thien San ditarik kebelakang terus dia menunduk sambil mengarahkan pedangnya ke perut jendral Bayan sehingga membuatnya kaget maka dia memutar tubuhnya agar pedang Xu Thien San tidak mengenai perutnya tapi sikut jendral Bayan diarahkan ke kepala Xu Thien San yang langsung ditahan oleh tangan Xu Thien San sehingga Xu Thien San terseret beberapa langkah karena tenaga dorong jendral Bayan lewat sikutnya.
“Hyaaa”,teriak Xu Thien San yang langsung maju dengan mengarahkan pedangnya ke jendral Bayan maka terjadilah pertarungan pedang sehingga bunyi pertautan pedang mereka mengiringi pertarungan mereka.
Namun tiba-tiba kepala jendral Bayan kena tendangan Xu Thien San sehingga jatuh tersungkur terus Xu Thien San menghentikan serangannya untuk menunggu jendral Bayan agar bisa bangkit terlebih dahulu sedangkan semua penonton disitu terdiam.
“Ilmu pedang jendral ini memang hebat”,batin jendral Bayan yang meludah darah ke tanah sambil memandang Xu Thien San yang berdiri memandangnya lalu jendral Bayan bangkit berdiri.
“Siapa namamu?”tanya jendral Bayan yang berdiri di hadapan Xu Thien San.
“Aku Xu Thien San dari Xuchang sedangkan anda?”tanya Xu Thien San dengan salam gongshu.
“Aku Bayan dari Barin”,ucap jendral Bayan yang juga melakukan salam gongshu.
“Saya merasa terhormat telah bertarung dengan anda”,ucap Xu Thien San yang tangannya masih salam gongshu.
“Aku juga kagum dengan ilmu pedangmu”,ucap jendral Bayan sambil pasang kuda-kudanya untuk memulai pertarungan untuk babak selanjutnya dan begitu juga Xu Thien San memasang kuda- kuda.
“Hyaaaat”,teriak jendral Bayan yang maju ke Xu Thien San sambil mengayunkan pedangnya.
“Hyaaat”,teriak Xu Thien San yang maju ke jendral Bayan yang juga mengayunkan pedangnya.
“Trang….tranggg..traaann”,suara pedang bertautan didalam pertarungan itu.
Namun tiba-tiba pedang Xu Thien San terpelanting karena sabetan kencang jendral Bayan terus jendral Bayan mengarahkan pedangnya ke Xu Thien San tapi Xu Thien San bisa menundukkan badannya terus tangan kiri Xu Thien San berhasil menahan tangan jendral Bayan yang sedang mengarahkan pedangnya ke dirinya sedangkan tangan kanan Xu Thien San berhasil di leher jendral Bayan yang siap mencekik yang membuat jendral Bayan kaget lalu jendral Bayan membanting dirinya ke kanan hingga jatuh tetapi malah tangan Xu Thien San tidak lepas dari lehernya sebagai tanda berakhirnya pertarungan mereka yang dimenangkan Xu Thien San.
Kemudian Xu Thien San melepaskan cekikannya dari leher jendral Bayan lalu bangkit berdiri untuk mengambil pedangnya terus berdiri di hadapan jendral Bayan yang bangkit dari tidurnya sambil memegangi lehernya.
“Cepat tangkap orang itu”,perintah jendral Mongol maka semua prajurit Mongol maju untuk menangkap Xu Thien San yang langsung melakukan kuda-kuda.
“Hentikan”,perintah jendral Bayan yang bangkit berdiri untuk menghentikan semua prajuritnya uyang sedang menangkap Xu Thien San.
“Beri dia kuda”,perintah jendral Bayan yang langsung dipatuhi salah seorang prajuritnya dengan memberikan kuda kepada Xu Thien San.
“terima kasih”,ucap Xu Thien San yang menyarungkan pedangnya terus memberi salam gongshu ke jendral Bayan yang memunggunginya maka Xu Thien San menaiki kuda yang diberikan oleh jendral Bayan terus meninggalkan medan perang.
Maka pertempuran di kota Lu dimenangkan oleh bangsa Mongol hingga pasukan jendral Bayan terus maju sampai ke ibukota kerajaan Song yaitu Lin’an sedangkan kaisar Zhao Qi pemimpin kerajaan Song telah mangkat digantikan oleh anaknya bernama kaisar Zhao Bing yang masih berumur 7 tahun apalagi banyak kalahnya pertempuran melawan Mongol membuat kerajaan Song menyerah kepada kekaisaran Mongol yang dibawah pimpinan Kublai Khan.
Dengan menyerahnya kerajaan Song ke kekaisaran Mongol maka negeri Song menjadi damai sedangkan Xu Thien San kembali ke keluarganya setelah perang usai dan begitu juga kedua saudaranya yaitu Zhang Wei kembali ke keluarganya yang kebetulan rumahnya selisih beberapa dengan rumah Xue Thien San sedangkan Wong Kei akhirnya selamat dari luka di pertempuran kota Lu dan juga kembali pulang ke keluarganya
Pada suatu hari di kediaman marga Xu terlihat Xu Thien San dan istrinya Chao Min yang sedang duduk di ruang tengah.
“Perang telah usai dan semua kembali seperti semula”,ucap Chao Min yang telah meminum teh.
“Semoga Kublai Khan tidak seambisius kakeknya Jengis Khan yang suka berperang”,ucap Xu Thien San.
“Apakah Kublai Khan seperti itu?”tanya Chao Min.
“Aku tidak tahu pasti sebab kalaupun dia seperti kakeknya bisa kemungkinan anak kita akan dipaksa untuk mengabdi ke kekaisaran Mongol”,ucap Xu Thien San sambil mengelus janggutnya.
Namun Tiba-tiba ada keramaian di pelataran rumah kediaman marga Xu sampai pembantu mereka bernama Kim Sie masuk ke dalam rumah.
“Tuan Xu,ada utusan kaisar Mongol mau masuk ke dalam rumah”,ucap Kim Sie yang membuat Xu Thien San terperanjat kaget langsung berdiri.
“Cepat persilahkan masuk”,perintah Xu Thien San yang langsung Kim Sie mempersilahkan masuk utusan kaisar itu yang berjumlah enam orang.
“Selamat datang di kediaman kami”,ucap Xu Thien San dengan salam gongshu menyambut utusan kaisar.
“Apakah benar anda Xu Thien San?”tanya utusan Mongol itu kepada Xu Thien San.
“Ya,benar itu nama hamba”,jawab Xu Thien San masih dengan salam gongshunya.
Dan apakah benar anda mempunyai anak laki-laki yang bernama Shen Long?”tanya utusan Mongol sekali lagi.
“Betul,Shen Long anak hamba dan apakah anak hamba berbuat yang tidak menyenangkan kepada kekaisaran Mongol?”tanya Xu Thien San dengan hati gusar.
“Saya mau dia berada disini sebab ada titah kaisar untuknya maka anda cepat memanggil anak anda atau seluruh keluarga anda akan kami tahan”,ucap utusan kaisar Mongol itu sambil menunjukkan titah kaisar Yang Mulia Khan.
“Baik,hamba akan panggil dia untuk hadir disini”,ucap Xu Thien San yang tetap salam gongshu sambil badannya dibungkukkan dan begitu juga Chao Min juga melakukan hal yang sama.
“Kim Sie ,cepat panggil Shen Long agar cepat pulang sebab ada masalah genting disini”,perintah Xu Thien San.
“Baik Tuan Xu”,jawab Kim Sie yang kemudian lari keluar rumah untuk mencari anak Xu Thien San yaitu Shen Long.
“Sambil menunggu anak hamba sekiranya tuan sekalian duduk sambil minum teh”,ucap Xu Thien San yang menawarkan utusan kaisar Mongol untuk duduk sambil menunggu kedatangan Shen Long.
Tidak lama kemudian Shen Long datang terus turun dari kuda diikuti kekasihnya YuQi yang ada dibelakangnya terus berjalan menuju ke ruang utama.
Disana terlihat enam prajurit Mongol yang yang lagi duduk bersama ayahnya dengan suguhan teh yang terhidang di meja mereka.
“Ayah ....,”ucap Shen Long setelah masuk ke dalam rumah dan juga menyapa dengan gaya Gongshou menghadap ayah dan para orang mongol yang ikut berdiri karena kedatangannya.
“Jadi kamu ini Shen Long,”Tanya pemimpin prajurit Mongol yang kemudian bangkit berdiri yang membawa gulungan emas yang kemudian dibuka dan dibacakan.
“Iya Hamba Xǔ Shén Lóng”jawab Shén Lóng kepada orang Mongol itu.
“Ini Titah Kaisar Kublai Khan”,ucap perwira Mongol dengan Lantang sambil menunjukkan gulungan emas itu kepada mereka.
Shen Long,YuQi dan keluarganya semuanya berlutut dihadapan utusan kaisar Mongol yang membacakan titah kaisar.
“ Hidup yang mulia Kaisar Kubilai Khan sekarang dan selamanya,”ucap mereka semua bersama sama sambil berlutut dan kepala menunduk.
“Kaisar Kublai Khan bertitah untuk menyatukan segala bangsa menjadi satu naungan dalam kekaisaran Mongol maka setiap warga wajib ikut mengabdi kekaisaran Mongol.Khan yang Agung juga mengetahui bahwa marga Xǔ merupakan keturunan dari para jendral besar bangsa Han dan banyak mengabdi disetiap kerajaan besar maka sebagai pertimbangan pengampunan yang pernah dilakukan Xǔ Thien San ayahnya yang dulu pernah menghadang dan menghalangi perluasan Kekaisaran Mongol di kerajaan Song maka Xǔ Shén Lóng anak dari Xu Thien San diwajibkan mengabdi kepada kekaisaran Mongol dan berharap lapor ke kota Tianjin(天津市).Apabila Xǔ Shén Lóng berusaha membangkang atau lari dari tugas ini maka Kekaisaran Mongol akan menghukum mati semua keluarganya Inilah Titah raja Kublai Khan.
“Hidup yang mulia Kaisar Kublai Khan sekarang dan selamanya”,ucap Shen long dibarengi semua orang dibelakangnya.
“kamu harus membawa gulungan ini untuk sebagai tanda lapor di Tianjin(天津市) apabila kau membangkang atau lari maka kami akan tahan semua keluargamu,”ucap pemimpin pasukan dengan begitu angkuhnya.
NB: Cerpen ini merupakan prequel dari novel epic romansa Dōng Fēng Pò(東風破) yang sebagai tokoh utamanya yaitu Shen Long yang mempunyai kisah epik dan percintaan yang rumit.