Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Decision of Heart (No SARA)

Part 44: Ultimatum Tasya




Marisa




Tasya Anggaeni


Pov Bram Kusuma

“Jeng bangun udah pagi lho sholat subuh dulu” kataku membangunkan Tasya untuk sholat shubuh berjemaah

“Eh mas kok udah bangun jam berapa” kata Tasya

“Udah pagi jeng ayo madi terus sholat dulu” katakusambil mencium kening nya

Dengan malas Tasya menggeliat merenggang otot otot nya lalu turun dari tempat tidur masih dalam keadan telanjang menuju kamar mandi besar hanya 10 menit Tasya di dalam kamar mandi dengan masih keadaan telanjang mengambil handuk dan mengeringkan tubuh nya dan mengambil mukena dari dalam almari dan mengenagkan nya

“Ayo mas aku siap” kata Tasya

Aku pum berdiri beranjak dari tempat duduk ku dan memasang sajadah untuk sholat berjemaah setelahnya aku kembali duduk di ruang tamu dan Tasya melepas mukenanya dan mengambil baju yang kemarin sore dipakainaya yang tercecer di bawah tempat tidur dan langsung ke dapur dan mambuat kopi untuk aku dan coklat untuk nya kemudian duduk di pangkuanku

“Capai ya jeng” kataku sambil tersenyum

“Ia capek sekali mas kemarin dari pulang sekolah menjemput mbak Tasya dan muter muter cari baju dan sesampainya di rumah hajar oleh mas Bram hingga tengah malam, mas ngak capek to semalam pulang dari Solo langsung hajar Tasya samai dua ronde” kata Tasya

“Kalau capek ya capek lah tapi mas sempat tidur 2 jam di kamtor Larsati kan juga ada kamar di samping ruang kerja mas Bram” kata ku

“Pastas sampai di sini segar bugar kalau gitu tadi malam mas ingin ML lagi ya” kata Tasya seperti biasanya aku dan Tasya melakukan ML minimal 3 ronde setelah 5 hari gak ketemu

“He he he ia tapi aku kasiahan dengan jeng Tasya yang semalam langsung tertidur” kata ku

“Kalau yang satu ronde kita mainkan sekarang aja mas sebab nanti jam 8 nan aku dan mbak Marisa ingim megadakan pesta kecil kecilan dalam meresmikan persodaraan dan kita akan saling mengangkat saudara mas” kata Tasya

“Ok mas setuju” langsung aku cium bibir Tasya yang ranum dan masih menggairahkan

Aku angkat Tasya supaya berdiri dan kami berciuman di ruang keluarga dalam apartemen Tasya dan pagi itu aku sergap Tasya dan melepas sarung yang aku pakai sengan tariakan halus langsung kontol aku terpampang sempurna masih dalam keadan tidur, Tasya segera duduk di tempat duduk dan kini aku berdiri di sampngnya Tasya membelai kontol aku dan mencium kepala kontol aku yang masih pulas dalam tidur

“Ayo bangun kopralku, aku ada pekerjaan untuk mu” kata Tasya menciumi kontol aku sehingga dedikit sedikit berkembang menjadi burung garuda yang siap menyantap buronannya

“Hix hix hix sang kopral siap tomas Bram” kata Tasya sambil membelai kontol ku tapi mata indahnya melirik ke wajah ayunya sambil tertawa tawa manja

Aku angkat tubuh Tasya yang masih memekai pakaian lengkap aku cium bibir Tasya dan membalas ciuman aku dan tangan aku langsung meremas bongkahan pantat Tasya yang semakin sexsi tangan ku yang satu langsung meremasi buah dada Tasya yang masih terbalut kaos yang di pakainau dan tangan Tasya masih setia di kontol aku

Tak lama kemudian aku berhasil melepas kaus yang di pakainya dan membuka celana pendek Tasya dan kini aku rebahkan di sofa yang tadi aku duduki dan selakangan Tasya aku buka lebar lebar tapi sebelum bibir aku mencapai titik serangan di kelentit Tasya tangan Tasya menarik kaos aku sehingga terpepas dari tubuhku

Tasya menyiapkan dirinya dengan menata tubuhnya di tempat yang nyaman sebuah bantal kecil di tempat duduk di tarinya untuk menyangga kepalanya sehingga dapat melihat pertunjukan yang segera aku mulai

Aku tersenyum dulu sambil mencium bibir nya kembali kedua tanganku merabai pucuk pucuk buah dadanya yang mulai mengeras membentuk tempurung kelapa yang tengkurap tak lama kemudian bibir aku bergeser ke bawah menyentuk putting pada buah dadanya dan tangan yang satu langsung langsung menyerang di kelentitnya yang masih tertutup labia mayoranya sedikit pelen jari jari tanganku mebuka labia mayora Tasya dan aku merasa ada sedikit lendir pada permukaan vaginanya

Aku berjongkok di sekitar pinggulnya dan mulai membuka vagina Tasya dengan mulutku sehingga terasa rongga vaginanya sudah mulai membanjir setelah lima menit berlalu suara erangan Tasya mulai terdengar

“Maassss geeelliiiii” kata Tasya

Jari tengah tangan aku masuk ke rongga senggamanya dan memaju mundurkan dengan lembut sementara bibir aku masih konsisten ke kelentit Tasya dengan selalu menjilat dan menyedot nyedot kelentitnya dan tangan yang satu lagi selalu mengusap usap putting Tasya bergantian kiri dan kanan dan kadang juga memutar lembut putting tersebut kadang kala juga meremasi tempurung kelapa tengkurap di atas dadanya

Erangan Tasya sudah tak berhanti dengan desisan desissan nya sambil seluruh badannya menggeliat kekiri dan kanan mungkin marasakan sensasi sensasi menuju klimak suatu permaian sex yang sunggung menggairahkan

“Massss akuu oorrrrggaaaa” teriak Tasya di barengi oleh sembutan cairan yang keluar dari vaginanya setelah 60 detik nafas Tasya sudah mulai teratur aku berdiri sebentar dan setelahnya berjongkok di samping kepala Tasya dan Tasya mengerti apa yang aku inginkan mula mula kepala penis aku di jilatinya lama kelaman Tasya menelan kontol aku yang sudah memberas dengan maksut membuat penis aku basah sehingga memudahkan penetrasi ke dalam memeknya

Aku berdiri disamping sofa Tasya rebahan dan meneriknya untuk berdiri kini berganti aku menggantikan Tasya rebahan terlentang dengan penis nenantang langit dan memberi kode supaya memasukkan penis aku kedalam vaginanya dengan pelan tubuh Tasya melangkahi tubuh aku dan mengarahkan vagina mungilnya ke kontolaku tampak besar dan Tasya duduk menekan pinggulnya sehingga kontolaku ditelan sempurna oleh memek Tasya

Blleeesssss … Tasya dengan tekanan sedikit kontol aku dengan pelan di telan dalam vagina Tasya aku sempat melihat detik detik yang sangat krusial ketika vagina merah Tasya diterobos masuk ke penis besar dengan menehan nafas sampai mentok dan setelahnya mengambil udara yang cukup banyak untuk mengisi rongga dadanya

Aku sempat tersenyum dan mendekatkan tubuh ke tubuh Tasya hanya ingin mencium bibirnya tanda terima kasih

Sebentar diam dan kini pinggul Tasya mulai bergerak memutar ke samping kiri dan ke samping kanan kadang maju mundur atau vagina Tasya di tusuk tusuk dari bawah dengan sangat pelan sambil mata terpejam sehingga bisa meresapi kenikmatan yang di timbulkan oleh pergesekan ke dua kelamin kita

Goyangan pantat Tasya semakin lama semakun cepat dan desahan dari mulit Tasya terdengar sampai telinga Bram yang kini berjaga jaga kalau tubuh Tasya sewaktu waktu roboh sunggu benar perkiraan Bram tak lama kemudian tubuh Tasya limbung dan jatuh kea rah belakang sedang dalam posisi menegang yang di timbulkan oleh orgasme yang berkepanjangan

Setelah reda dan Tasya bisa tersenyum Bram mengangkat tubuh Tasya dalam boponganya dan di bawanya tubuh Tasya masuk kedalam kamar dengan penis masih bersarang di vagina Tasya yang hanya bisa menggelantung lemas dan Bram merasakan penisnya yang masih tegang sempurna bergeseran dengan dinding liang senggama Tasya

Bram meletakkan tubuh Tasya di atas kasur tempat tidur dan langsung menggenjotnya dengan sangat cepat dan dalam waktu dekat Tasya mendapatkan orgasme yang ketiga dalam persetubuhan pagi ini Bram pun berhenti genjotan pinggulnya dan menanti Tasya menikati orgasmrnya yang di berikan oleh Bram dan setelah agak reda Bram mulai menggenjot pinggulnya kembali yang sama cepatnya seperti tadi dan 5 menit kemudian Tasya mengejang lagi dan penis Bram di tancapkan sedalam dalamnya ke vagina Tasya sehingga menyentuh rahim Tasya

“Maaaassss aakkuuuuu oorrrggaaa…” teriak Tasya

“Akuuuu juugggaaa jjeeeenngg” jawab Bram sambil mengelepar di atas tubuh Tasya yang lemas karena kehabisan tenaga dan Bram bergulir di samping Tasya sambil menciumi bibir Tasya dengan lembut

“Aku semakin sayang ke kamu jeng” kata Bram

“Aku jugak mas I love yau too” jawab Tasya

“Selang beberapa menit HP Tasya bordering

“Mas tolong HP aku” kata Tasya masih nafas yang belum teratur

Bram pun berdiri mengambil HP tasya dan memberikannya

“Mas dari mbak Marisa aku speker ya” kata Tasya

Bram duduk di tepi tempat tidur sedang memendang Tasya yang telanjang bulat sedang memegang HP dan dari vaginanya Tasya mengalir cairan putih

“Assalamualikum mbak” kata Tasya dengan suara tersedat sendat

”Wallaikunsalam adik ku yang cantik” kata Marisa, lanjutnya “Baru bangun tidur yak kok suaranya gemetar gitu”

“Udah dari tadi mbak, lalu mas Bram ajak olah raga pagi sampai nafas hampir putus” jawab Tasya

“Oh mas Bram udah pulang ya kapan” kata Marisa

“Tadi malam mbak beriringan dengan aku sepulangnya dari rumah mbak Tasya” kata Tasya

“Olah raga atau olah raga hix hix hix” kata Marisa

“Ya tu mas Bram tambah nakal mbak” kata Tasya

Sementara Bram mendengar obrolan Tasya dan Marisa Bram ikut berbaring di sampng Tasya dan Tasya segera memiringkan tubuhnya membelakangi Bram tangan Bram mulai membelai pantat Tasya yang polos tanpa di tutup apa apa dan semakin lama semakin keatas sehingga sampai buah dada Tasya dan di remasnya dari belakang Tasya pum berusaha menyingkirkan tangan Bram yang membelai halus buah dada Tasya begitu tangan Bram disingkirkan telinga Tasya menjadi sasaran Bram tapi kembali Tanggan Bram menyusyp lagi di atas buah dada Tasya dan memainkan putting Tasya sampai Tasya melotot ke arah Bram tapi di balasnya dengan tersenyum mengejek

“Oh ia dik mbak mau kepasar sama ibu untuk kita masak bersama nanti sesuai rencana kemarin” kata Marisa

“Mau mask apa sih” kata Tasya

“Yang mudah saja, sop, goreng ayam dan goreng gurami nanti” jawanb Tasya

“Ya betul tu mbak gurami mas Bram paling suka apa lagi di bumbu rujak mbak bisa habis satu bakul nasi” kata Tasya sambil tersenyam mengejek Bram yang baru menciumi pundak Tasya dari belakang

“Nanti mau kesini jam berapa dik” kata Marisa

“Pagi lah jam 8/9 nan mbak kan kita mau masak bareng” kata Tasya

“Ya udah mbak kepasar dulu ya, Assalamalikum” kata Marisa

“Mas aku baru telpon kok di ganggu sih” kata Tasya

“Mas ganggu saat jeng Tasya telpon ke siapa dan kapasitas apa” kata Bram

“Awas kalau nanti aku balas” kata Tasya

“Siapa takut” kata Bram sambil tersenyum gembira bisa membuat Tasya jengkel

“Mas aku mau tanya mas yang serius nih” kata Tasya setelah mengejar Bram yang masih sama sama telanjang

“Ok deh mas nyerah dan terima hukumannya” kata Bram sambil duduk di di dalam kamar apartemen dan masih dalam keadaan sama sama telanjang setelah menyadari keadaan mereka sama sama telanjag Bram dab Tasya sama sama tertawa

“Mas coba mas berjan kearah aku” kata Tasya

Dan Bram pun berdiri dan melangkag le arah Tasya duduk diatas ranjang dan Tasya pun tertawa melibat penis Bram bergoyang ke kiri dan kanan seperti jam ding dong

“Kok ketawa sih” kata Bram penasaran

“Tu penis mas kalau berjalan goyang kiri dan kanan seperti jam ding dong di pendopo rumah Solo” kata Tasya Bram pun cemberut

“Sekarang gentian jeng yang berjalan ke sini” kata Bram

Tasya pun berdiri dan melangkah ke arah Bram tapi Bram malah kagum dan memuji demgan mengacungkan ke dua gempol nya keatas

“Apa nya sih yang hebat” kata Tasya

“Aku terinat peragawati yang baru jalan di catwalk” kata Bram

“Peragawati dari HongKong” kata Tasya sambil medekati Bram langsung mereka berciuman denga sangat lembut tampa nafsu setelah ciumam nya terlepas “Mas aku mau minta syaran aja, kemarin kan mbak Marisa memberi aku leontin ini” sambil menunjukan leontin yang dipakainya berbentuk hati dengan intan berwarna merah menyala

“Lalu” kata Bram

“Kan aku sedah mengangkat saudara dengan mbak Marisa dan ini bentuk ikatan yang di berikan mbak Marisa ke aku dan aku belum memberi bentuk ikatan untuk mbak Marisa” kata Tasya, lanjutnya “Waktu aku lulus SD dan di ambil mama dan tinggal di Semarang kan eyang putri memberi kalung yang hampir sama dengan ini tapi intannya bercahaya biru, apa itu aja yang aku berikan sebagai tanda ikatan ke mbak Marisa”

“Kalau pendapatku barang yang di beri langsung ke kamu dari eyang putri Neken itu sungung lebih berharga dari pada ikatan persaudaraan kamu dan Marisa kalau boleh dikatan kalung yang di beri eyang putri itu sebagai ikatan supaya kamu terikat sama aku jeng jadi menurut aku belikan saja kalung lainnya aku ngak setuju ikatan sebahai mahar untuk mengikat kamu malah akan di berikan ke orang lain” kata Bram

“Jadi itu tanda ikatan aku ke mas Bram ya, aku baru tahu sekarang dan benda itu yang mengikat aku supaya aku menjadi istri mas Bram ya” kata Tasya tersenyum senang, lanjutnya “Jadi rencana eyang putri menjodohkan aku dengan mas Bram itu jauh sebelum eyang putri meninggal ya mengapa mas Bram baru cerita sekarang”

“Ya jeng ngak bertanya sih” kata Bram santai

“Maasss” teriak Tasya manja, lanjutnya “Jadi mas Bram sudah setuju kalau aku ini menjadi istri mas Bram ya dan mas Bram pura pura ngak setuju ketika aku menembah mas Bram banyak lah alasannya”

“Ia jeng kan aku juga perlu tau isi hati jeng Tasya dengan berbagai dalih untuk menolak isi surat wasiat eyang putri tapi jeng malah berjuang untuk tetap pada pendirian jeng karena janji yang di ucapkan ke eyang putri Niken” kata Bram, lanjutnya “Dan akhirnya aku mendapat perawanmu iyakan” sambil mencium bibir Tasya dengan lembut

“Terima kasih jeng selalu ada di samping mas dan aku sangat menyayangi mu lebih dari apapun di dunia ini akupun akan menolak Marisa kalau jeng tidak berkenan sebab aku seorang laki laki dan jeng Tasya adalah preoritas ku yang utama dan pertama” kata Bram

Tasya memandang Bram dengan linagan air mata dan Brampun menciumi air mata Tasya dan di telannya

“Jeng Tasya jangan bersedih ya aku akan lebih bersedih lagi apa aku batalkan saja untuk menolong calon suami mamamu karena aku ngak maumelihat jeng Tasya sedih aku ingin melihat jeng Tasya selalu ceria dan manja manja selalu ke aku” kata Bram

“Mas ini bulan air mata sedih tapi air mata terharu atas sikap mas Bram terhadap diriku ini anak yatim yang sudah tidak di akui oleh mamaku sendiri tapi malah mendapat kasih sayang dari eyang putri dan mas Bram sendiri sunggung aku sangat terharu dan aku tak kuasa menahan air mata ini, maaf ya mas” kata Tasya

“Tidak ada yang perlu di maaf kan jeng sebab jeng juga tidak salah dan sekali lagi mas tandaskan kalau jeng Tasya ngak setuju aku menolong calon istri mamamu aku pun akan mengundurkan diri sekarang juga” kata Bram

“Mas bukan itu maksud aku, aku sunggung sangat setuju kalau mas akam menolong calon suami mama untu mendapat kebebasan nya dan aku juga sunggung setuju kalau mbak Marisa menjadi pendamping mas selain aku tentunya setelah kemarin aku mendengar sendiri atas perjuangan mbak Marisa untuk mendapatkan hati mas Bram tapi alasan ku yang utama justru memikirkan mas Bram yang telah berjanji untuk menjadikan mbak Marisa seperti diri aku sebab eyang putri selalu mengingatkan sebuah janji harus di tepati dan kalau tidak akan di tagih saat skaratul maut dan aku ngak bisa menerima atas mas Bram itu mas”

Bram pun menciumi wajah Tasya dengan penuh kasih sayang dan mereka berpelukan lagi

====Skip====



Pov 3rd



Jam 8 lewat Tasya dan Bram sudah berada di dalam mobil Bram dan mengarahkam mobilnya ke galeri panjualan intan permata di dalam mall CL dan setelah keliling akhirnya menemukan toko perhiasam yang sudah buka dan Tasya memilih sebuah loeontin dari emas putih berbentuk hati yang bertahtakan intan putih di sekitarnya bersama juga tali juga sama dari emas putih setelah membeli Bram mengajak makan dulu di sebuah soto bangkong setelah itu Bram baru meluncur ke rumah Marisa di daerah Ngalian

“Maaf mbak aku terlambat datang” kata Tasya

“Ngak papa dik aku juga belum mulai” kata Marisa, lanjut “Apa kabar mas Bram” sambil menciun tangan Bram

“Baik dik” jawab Mas Bram

“Pak bu” kata Tasya sambil menyalmi tangan bapak dan ibu Kusnendar

“Assalamualaikum mas mbak” kata Bram sambil menyalami pak dan ibu Kusnendar

“Wallaikunsalam mas” jawan bapak dan ibu Kusnndar serentak

“Mari selahkan duduk mas” kata bu Kusnendar mempersilahkan mantan komandan suaminya itu

Setelah mereka duduk Tasya dan Marisa ambil tempat dudu yang lebar sedang Bram bu Kusnendar dan suaminya ambil tempat duduk untuk seorang

Tasya menggandeng tangan Marisa dan mengeluarkan bingkisan yang baru di belinya dan di serahkan ke Marisa

“Cantik sekali dik, aku suka tolong di pasangkan di leherku” kata Marisa dengan manja dan Tasya segera memasangkan kalung dan liontin yang tadi di belinya di mall CL

“Ini special untuk mbak ku yang cantik” kata Tasya sambil mencubit ke dua pipi Marisa dengan gemas

“Bapak, ibu Kusnendar, mas Bram dan mbak Marisa pagi hari ini aku akan memberi suatu keputusa yang ada hubungannya untuk aku, mbak Marisa dan mas Bram ini mengenai hati aku ambil dari kata mbak Marisa sebelum bercerita tentang mas Bram ku, memang benar kata mbak Marisa ini masalah hati yang akan berdampak pada peri kehidupan kami bertiga aku sudah menerima mbak Marisa sebagai saudara aku demikian juga mbak Marisa sudah menerima aku sebagai saudara yang mungkin lebih kental dari saudara kandung sebab ikhar kami berdua akan menjadi saudara kandung sampai lepasnya nyawa betul begitu mbak Marisa” kata Tasya

Marisa hanya merespon dengan anggukan saja

“Dengan demikian bapak dan ibu Kusnendar kini sudah menjadi orang tua aku juga, maukah bapak menjadi orang tua aku” kata Tasya

“Mau sekali nak Tasya aku dan bapak selalu setuju nak Tasya menjadi anak bontot kami dan sekarang anak aku ada 4 pas genap 2 laki laki dan 2 perempuan jadi keluarga ini menjadi keluarga yang komplit” kata ibu Kusnendar

“Terima kasih bapak dan ibu sudah sudi mengangkat aku sebagai putri bapak ibu sekalian” jawab Tasya, selanjutnya “Mas Bram ku, kemarin aku sudah mendengar sendiri perjuangan mbak Marisa untuk mendapatkan cinta sejati nya persis atau hampir sama dengan perjuangaku untuk mendapatkan cinta sejatiku walau badai mengacam dan lautan api membentang bukan suatu rintangan ini adalah ungkapan hati mbak Marisa seperti ketetapan hati saya untuk mendapatkan cinta sejatiku, sorenya aku juga medengar keingian mas Bram untuk menepati janji kepada mbak Marisa yang akan menjadikan mbak Marisa seperi aku dan aku ngak mau mas Bram ku menjadi seorang pengecut yang lari dari sebuah janji yang terucapkan dan aku meyadari sepenuhnya kalau mas Bram juga menginginkan mas Marisa sebagai pendamping tentu saja bersama sama dengan aku juga, begitu mas Bramku” kata Tasya

“Ia jeng, belahan jiwa mas, belahan hati mas seperti yang kita bicarakan pagi tadi mas mengakui mas juga menginginkan dik Marisa sebagai pendamping mas selain yang utama dan pertama tentunya untuk jeng Tasya dan mas berjanji akan selalu adil tehadap jeng Tasya dan dik Marisa kalau itu pun di setujui oleh bapak dan ibu Kusnendar aku juga ingin mendengar pendapat dari sahabat aku di kala dinas, teman seperjuangan dan mungkin juga anak buah yang selalu mengutamakan peritah komadan tapi di sini aku sebagai calon mantu terhadap pak dan ibu Kusnendar apapun keputusan bapak dan ibu pasti akan aku hormati Pak Kusnendar lupakan kalau aku dulu mantan komandan pak Kusnendar dalam hal ini pak Kusnendar dalam mengambil keputusan pandang aku sebagai calon mantu bukan mantan komandan” kata Bram

“Nak Bram … kelihanan aneh di telinga aku” kata pak Kusnendar sambil tersenyum geli, lanjutnya “Biasanya sih Siap dan” Seru pak Kusnendar sambil mengakat tangan di tempat di pelipis sebelah kanan, lanjutnya “Dan perintah komandan dalam militer adalah undang undang yang tak bisa di bantah mau tidak mau suka tidak suka harus di jalankan dan melapor hasil petintah tersebut secara rinci ada hambatan atau berhasil, tapi sekarang tebalik nak Bram, jujur aku bingung dengan keadan ku saat ini banyak hal yang di luar nalarku, kalau di lihat dari hukum adalah sah sah saja nak Bram akan mengambil putri bungsuku sebagai istri bahkan menjadikan istri yang ke dua juga sah sah saja menurut hukum Negara seorang priya diperbolehkan menikahi wanita sampai 4 nak Bram jadi ya sah sah saja dan saya tidak menemukan alasan untuk menolak keinginan nak Bram untuk mempersunting Marisa anak gadis ku”

“Terima kasih Bapak dan ibu Mertuaku sekarang dan juga ke pada istriku Tasya untuk segala dukungannya dan aku kini juga ingin dengar pendapat dari dik Marisa atas lamaranku ke pada adik Marisa” kata Bram

“Terima kasih buat adikku yang cantik sudah mau membagi kebagianan nya dengan aku dan juga buat bapak ibu yang sudah membesarkan aku dengan penuh kasih sayang dan selalu mendukung atas semua cita cita ku dan terutama pada mas Bram Kusuma yang kini sudah menjadi tunanganku atas segala dukungannya dan motivasinya sehingga aku menjadi seperti ini semenjak 10 tahun terakhir ini” jawab Marisa sambil neneteskan air mata tanda haru dan syukur kepada semesta atas segaka anugrah yang di berikan

“Lho kok malah nangis si kan harusnya bahagia” kata Tasya yang ada di sebelahnya dan mencubit pipi Marisa dengan gemas, lanjutnya “Cantiknya hilang lho di gondol mas Bram” Marisa tambah merah pipinya dan merasa tersanjung

“Aku ada usul” kata bu Kusnendar, lanjutnya “Bagaimana kalau Marisa dan nak Bram sebelum pulang ke Jakarta harus resmi dulu sebagai suami istri walau mungkin sirri dulu ini untuk menjaga segala fitnah yang di timbulkan”

“Aku juga sangat setuju kalau mas Bram dan mbak Marisa di resmikan dulu biar syah dan menjaga fitnah, dan ini akan menjadi tantangan untuk mas Bram dan mbak Marisa dan kalau belum syah aku ngak akan mengijinkan pulang pulang ke Jakarta biar urusan keluarga baru mama adalah urusan aku” kata Tasya

“Waduh padahal besok sore aku dan dik Marisa harus berangkat sebeb Senin di tunggu pesawat jam 2 siang menuju Singapura, betul kan dik Marisa pesawatnya take off jam 2 ya” kata Bram

“Betul tu mas Bram pesawat dari Jakarta ke bandara changi jam 3 kurang 10 menit dan kita sudah ada di bandara minimal 1 jam sebelum nya melalu bandara internasional Soekarno Hatta” kata Marisa

“Terus gimana ini solosinya mas” kata Bram ke pak Kusnendar

“Ya kalau ngak bisa nikah sirri ya di batalin dulu ke Singapuranya ha ha ha” kata pak Kusnendar

Bram menjadi sangat panik atas semua usul bu Kusnendar dan istri ku Tasya

“Tenang nak Bram berpikir dulu langsung bertidak menyusun strategi” kata pak Kusnendar menyindir Bram ketika menjadi komandan pasukan di lapangan dan memberi motifasi ke pasukannya

“Asem ….“ kata Bram

“Hahaha kenak batunya tu Marisa calon suamimu” kata pak Kusnendar

“Maaf saya bapak mertua” kata Bram sambil nyengir kuda

Setelah Bram berpikir sejenak dan berkata “Ayo bapak Mertua temenni aku cari wangsit di bergota”

“Hai cari pengulu mas Bram bukan cari wangsit” kata Tasya sebel

“Kalau cari pengulu ya di KUA gitu ya sekarang hari sabtu pastilah libur dan urusannya ngak mukin selesai dalam 1 minggu jeng” kata Bram

“Mangkanya tadi aku bilang ini tantangan buat mas Bram dan mbak Marisa” kata Tasya

“Ya udah mas eh … bapak Mertua kita temani aku keluar dulu nanti sampai jam 2 atau jam 3 kita kembali dan jeng Tasya sama dik Marisa mau masak yang enak nanti setelah pulang kita pasta” ayo mas eh … bapak merua”

Sebentar aku ganti baju dulu biar tambah ganteng bisa nyaingi nak Bram ha ha ha” kata pak Kusnendar

===skip===



Pov Bram Kusuma

Huh panik juga nih di ultimatum sama ibunya Marisa ya ibu Kusnendar dan juga Tasya dan aku dan Marisa tidak boleh berangkat ke Jakarta kalau belum resmi menjadi suami istri walau hanya kawin sirri tapi sudah syah resmi menjadi suami istri huh siwalan eh salah sialan kemana aku harus pergi coba di samping itu juga Kusnendar tambah siwalan juga tu orang pakai ketawa tawa yang jelsa aku baru panik sih

“Ayo pak lita keluar saja cari wangsid di berggota jawabku sekenanya (Bergota adalah kuburan terbesar di Semarang)

“Ei kok cari wangsit di bergoto, cari pengulu bukan wangsit” jawab Tasya sewot

“Ya ya aku tahu mau kemana, ayo mas eh bapak mertua kita pergi cari pengulu” kataku sambil nyengir kuda

Hari macam begini cari pegulu dimana coba mungkin reader bisa bantu aku dong?

Sebentar nak Bram (Hu apes deh Kusnendar dulunya selalu siap menjalankan tugas sekarang aku harus menghormati bekas ajudanku ini apes ngak reader, apes kan tapi imbalannya sesuai kan dapat Marisa yang cantik dewasa dan keibuan dan yang penting masih perawan sih ha ha ha tu reader pada mupeng) aku ganti pakaian dulu” jawab Kusnendar sambil berdiri dari korsi dan masuk ke dalam kamar

Sebentar kemudian Kusnendar selesai berpakaian dan aku pamit dengan 2 istriku

“Jeng mas pamit dulu doain ya semoga lancar” kata Bram sambil mencium kening Tasya

“Ya mas semoga sukses” kata Tasya sambil mencium bilu bilu tanganku

Dik mas pergi dulu cari pengulu mudah mudahan ada pertolongan dari atas” kata Bram sambil mencium kening Marisa

“Ya mas adik selalu memohon dan petunjuk di beri kemudahan” kata Marisa sambil mencium tangan aku

“Bu aku pamit mita doa sertu” kata ku sambil menjabai tangannya dan mencium biku biku tangannya tadinya bu Kusnendar terkejut aku akan mencium tangannya ketika mau narik tangannya tapi aku pegang sangat kuat ngak bisa lepas tapi setelah aku cium biku biku tangannya malah menepuk pundakku sambil berujar “Semoga behasil nak Bram”

“Jeng, dik katanya mau masak yang enak ya buat aku” kataku

“Ya ya pasti enak” kata Tasya dan Marisa, lanjutnya “Sana pergi udah di tunggu bapak juga tu” kata Marisa

“Assalamualaikum” kata Bram sambil meninggalkan mereka

“Bu ne aku berangkat dulu ya Assalamualaikum” kata Kusnendar

“Ya yang hati hati mas, Wallaikunsalam” jawab mereka bertiga

Setelah aku dan Kusnendar di dalam mobil dan aku jalankan keluar dari mobil di depan kecamatan aku melihat masjid dan aku kepingin sholat dulu

“Pak kita ke masjid dulu ya mohon petunjuk sekalian sholat duhur juga” kata ku

“Ya mas Bram” kata Kusnendar, lanjutnya” Kalua ngak ada mereka kita kembali penggilan biasa aja ya Mas”

“Oke jadi hubungan tidak kaku seperti tadi ya mas” kata ku

“Ha ha ha” kata Kusnendar

“Ngapa ketawa” tanya ku

“Ingat tadi mas kelihatan mupeng banget terus bingung gitu seumur umur baru lihat komandan bisa bingung gitu setelah dapat oltimatum dari nak Tasya” kata Kusnendar

“Ngedek ya” kata Bram sambil tesenym kecut

“Siapa suruh mau jadi mantu aku” kata Kusnendar

“Sebenarnya aku sudah mempredisi akan tejadi kejanggalan dalam hubungan ku dengan Mas Bram tapi apa daya ini sudah piliham mas sendiri” kata Kusnendar

“Ia ia kalau dipikir pikir lucu juga ya ha ha ha” kata Bram sambil keluar dari moil setelah memarkir mobilnya di dalam halaman masjid itu di ikuti oleh Kusnendar

Bram langsung menuju tempat air wudhu dan setelahnya sholat mohon petunjuk dari Semesta untuk medaptkan jalan yang terbaik untuk aku dan Marisa dan di ikuti oleh Kusnendar dan setelah selesai aku tunggu sebentar sambil di kir untuk menati datangnya waktu duhur

Sepuluh menit kemudian terdengar suara adhan berkumandang dan setelahnya menjaankan sholat duhur berhemah dengan orang yang ada di masjid itu

Setengah jam kemudian Bram dan Kusnendar sudah ada di dalam mobil

“Kita ke tempat adik ku dulu mungkin dia punya solosi untuk kamu dan Marisa” kata Kusnendar

“Oke atrahin jalannya” kata Bram

Dari masjid mengarah ke selatan melalui hutan karet dan masuk akhirnya sampai di rumahnya adik dari Kusnendar di dalam perjalaan itu Kusnendar juga bercerita kalau Jarwo adik bungsu dari pak Kusnendar pernah mondok di pesanten di jawa timur dan ada salah satu temannya yang kini pengasuh dari ponpes di daerah Kaliwungu kita kesama dulu mudah mudahan ada jalan keluarnya

Setengah jam kemudiam aku dan Kusnendar sudah sampai di rumah Jarwo adik bungsu pak Kusnendar rumah cukup besar juga halaman luas banyak di tumbuh buah buah han sayang belum pada bunga

“Assalamualaikun dik Jarwo” kata pak Kusnendar setelah sampai di pintu rumah Jarwo

“Wallaikumsalam” terdengar suara jawaban dari dalam rumah dan pintu depan egera di buka

“Oh mas Kus to, monggo monggo silahkan masuk” kata seorang priya yang membukaan pintu seorang laki laki kira kira berusia 35 tahunan

“Kenalkan ini mantan komandan ku dulu di kodam Brawijaya” kata Kusnendar

“Oh pak Bram Kusuma ya calonnya Marisa ya mas” kata adik Kusnanto sambil menyalami aku dan menyebutkan namanga “Jarwo”

“Bram” kata ku sambil menerima tangannya

“Dik Jarwo gimana kemarin urusannya dengan temanmu pengelola ponpes itu” kata Kusnaendar

“Lha kemari katanya mas Kus suruh ngesel dulu waktunya kurang pas, ya udah tak kensel lagi mas” kata Jarwo

“Gimana to ini aku kok malah binggung sih” kata Bram

“Begini mas Bram, kemarin itu setelah kamu pulang pamin mau ke Solo aku menghubuni adik ku ini supaya mencarikan orang yang bisa mengawinkan segera secara agama dulu setelah aku mendengar dari Marisa dan dari kamu aku langsung menghubui dik Jarwo mas Bram dan sorenya dik Jarwo menghubungi aku dan hubunganmu dengan Marisa jadi ngak menentu setelah malamnya nak Tasya dengan tegas menolah Marisa sebagai istrimu dan aku kengsel lah, mangkanya tadi pagi setelah mendapat jawaban dari nak Tasya mau menerima Marisa sebagai madunya maka ibunya Marisa mengusulkan supaya di resmikan sekalian dan itu membuat kamu panik kan setelah nak Tasya mengulimatum kamu sipaya berusaha agar sebelum berangkat ke Jakarta berdua sudah syah dulu” jelas Kusnendar

“Oh Allah baru dong saya, tau kaya gitu ya aku ngak sepanik gitu pikiran jadi kacau dalam waktu semalam harus cari pengulu dimana aku mencarinya ha ha ha plong aku sekarang, terima kasih mas Jarwo mas atau om ya” kata Bram

“Ya om lah, kalau Marisa itu ponakan dari dik Jarwo dan mas Bram ini jadi suami Marisa” kata Kusnendar sambil cengengesan

“Ngak usah seformil gitu to mas Kus ini ada ada saja” kata Jarwo

“Ha ha ha apasih makna sebutan” kata Kusnendar

“Bu ne bikin minum 3 ya ada tamu mas Kus dan calon mantunya” kata Jarwo

“Ya mas sebentar” teriak seorang wanita dari dalam rumah

Sebentar kemudian muncul istri Jarwo dari dalam rumah sambil membawa 3 cangkir teh hangat

“Begini mas Jarwo” kata Bram, lanjutnya “Kalau kita kesana sekarang sambil memastikan waktu nya sekalian kalau bisa sih Minggu pagi besok soalnya minggu sore aku dan dik Marisa harus berangkat ke Jakarta bisa ngak ya”

“Oh sangat sangat bisa mas ajo di minum dulu dari pada mubadir” kata Jarwo

“Bu ne aku pergi dulu ya ke tempat kyai Markum untuk nganter mas Jarwo dan mas Bram” kata Jarwo pamit pada istrinya

Dan segera mereka bertiga langsung pergi ke pondok pesanten kyai Markum dan per jalanan hampir setengah jam melalui jalan toll Semarang Jakarta yang baru di resmikan sebulan yang lalu

====skip===



Pov Marisa

Aku sunggu tak menyangka kalau dik Tasya begitu gampang mengatakan persetujuannya padahal kemarim membuat aku stress berat sih penolakan dik Tasya tapi aku ubah cara pendekatan dengan dik Tasya dengan mengankat sebagai saudara dan ternyata sunggung efektif hanya dalam waktu semalam dik Tasya menyatakan pesetujuannya dan membuat oltimatum untuk mas Bram dan aku dalam waktu semalam harus bisa aku dan mas Bram menjadi suami istri yang syah wakau hanya sirri dulu

Aku hanya tersenyum melihat mas Bram ku panic kayak gitu tapi mulutku tetap diam ngak mengeluarkan pendapat sedikit pun hanya tersenym senyum sendiri melihat perubahan mimic mas Bram yang begitu mengharukan itu tandanya mas Bram juga benar benar sayang ke aku walau kemarin kemarin mas Bram kelihatan acuh tak acuh dalam persoalan ini dan tambah mupeng setelah mendengar ledekan ledekan bapak dan bapak juga ngak bisa menahan ketawanya

Aku melirik ke dik Tasya juga tersenyum senyum sendiri kalau sebenarnya mas Bram sangat tunduk sama dik Tasya ini dan aku kagum dengan dik Tasya begitu mudanya bisa merebut hati mas Bram yang terkenal sangar tak megenal kompromi di luaran sana apa lagi di kalangan militer sunggung menakutkan karena disiplin matinya, kalau seorang benar di mata mas Bram maka tak segan untuk memujinya dan memberi hadiah tapi jangan bilang kalau salah pasti akan mendapat hukuman plus bunganya sekalian

Selelah mas Bram dan Bapak meninggalkan rumah aku, dik Tasya dan ibu segera ke dapur untuk masak untuk makan siang kami dan tadi sudah di pesan oleh mas Bram sendiri supaya masak makan yang enak enak sekitar jam 2 atau jam 3 nan mereka akan pulang

“Dik ayo kita mulai masak” kata ku

“Mau masak apa nih” kata ibu setelah sampai di dapur

“Paling goreng tahu, tempe, ayam, sayur nya sayur sop dan itu ada ikan gurame diapakan ya” kata Marisa

“Guramenya di masak bumbu rujak aja mas Bram paling suka” kata Tasya

“Bu bisa masak guramenya dengan bumbu rujak aku belum tau bumbunya” kata Marisa

“Ya udah gurame nya ibu yang masak” kata ibu

Hampir 1½ jam mereka berada di dapur untuk masak selama itu banyak obrolan yang terlontarkan yang penuh canda tawa dan aku merasa sangat cocok dengan dik Tasya walau umurku lebih tua 5 atau 6 tahun di banding dik Tasya tapi statusku sebagai istri ke dua tapi aku tidak mempermasalahkan itu yang penting bagi kami adalah kebersamaan dan aku pecaya pada mas Bram akan bersifat adil kepada istri istrinya demikian juga dengan dik Tasya

Kira kira jam 2.30 mas Bram, bapak dan lek Jarwo kembali ke rumah dengan membawa berita berhasil dan besok aku jam 10 pagi resmi menjadi istri syah mas Bram dan menyandang nyoya Bram Kusuma sebuah gelar yang menjadi cita citaku selama 10 tahun terakhir dan sorenya aku dan mas Bram akan pulang ke Jakerta langsung paginya ke Singapura untuk membebaskan pak Hartono direktur utama MMC group dari segala tuduhan

Pada sore itu juga mas Bram minta lotong pada bapak untuk mencarikan supir yang akan menghantarkan aku dan mas Bram ke Jakarta biar ngak terlalu capek.

Bersambung
Part 45
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd