Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kebanyakan para pembaca ini maunya Dimas di kasih main apa nggak? Survey aja, ending sudah ada.


  • Total voters
    247
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part 2

Rumah di suatu kompleks.

PoV Dimas


*Tok Tok Tok

"Buuu, Dimas Buuu…..” teriakku dari luar seraya mengetuk pintu.

Dari dalam rumah terdengar "Iyaaa… tungguu… nakkk…" balas ibu teriak dari dalam rumah.

*Cleck. Pintu terbuka. Seorang wanita dengan dasternya khas ibu-ibu muncul dari balik pintu, yang tak lain adalah ibuku. Senyuman Ibu menyambut kedatanganku.

“Bu….”.

“Dimas…..”

Kami berdua langsung berpelukan hangat, sangat erat. Ibu berkali-kali mencium kedua pipiku dengan gemas. Di tengah dekapan ibu, aku bisa mencium tubuhnya yang berkeringat asem tapi entah kenapa aku suka.

“Aduhhh…anak ibu akhirnya pulang juga” ucapnya gemas.

“Hehehe… ya bu. Sudah 1 tahun Dimas baru balik” ujarku.

“Maaf ya nak, ibu tadi nggak bisa jemput di bandara” ucapnya.

“Oh nggak apa-apa kok bu, ngomong-ngomong ibu bau acem nih” ledekku.

“Ealahhhh…., kan ibu habis ngajar tadi, jadi belum sempat mandi toh nak, cuma ganti ke daster aja. Tapi acem-acem gini tetep cantik kan….” guyon ibu balik.

“Cantik nggak ya……” godaku. ‘Baru selesai mengajar?” tanyaku dalam hati.

“Eh tapi bukannya pas Dimas telpon di bandara tadi, ibu sudah selesai ngajar ya?” tanyaku.

“Ehmm…”. Ibu menggeleng. “Nggak Dim, tadi para pesertanya pada minta tambahan waktu. terus yaaaa… ibu sanggupin deh”.

“Ohhh… begitu. Pantas saja ibu kelihatan kayaknya capek banget” ujarku.

“Sudah biasa kok nak, yuk masuk Dim. Oh iya, tadi pagi ibu sudah masakin makanan kesukaan kamu loh”.

“Wahhhh… berarti dendeng balado crispy dong?” seruku penuh harap.

Ibu mengangguk.

“Yeshhh…makasih ya bu. Ibu jadi cantik deh” rayuku.

“Dih gombal, yuk ah masuk” ledek ibu.

Lantas kami berdua masuk ke dalam rumah. Begitu aku masuk kedalam rumah, aku langsung melihat Adit yang sedang main stationplay di ruang tamu. Ia tidak sadar dengan kedatanganku, karena ia membelakangiku dan juga sedang memakai headset.

Adit begitu serius dengan gamenya, lalu rasa isengku muncul. Kepada ibu aku beri tanda untuk diam saja. Ibu tertawa kecil, tahu aku hendak mengerjai Adit. Dengan pelan aku mengendap-endap. Lalu sekira pas, aku langsung menutup kedua matanya dari belakang.

Sontak dia kaget dan teriak “Ehhhh… siape nihhhh…, wooooiiii!”. Aku menahan tawa, sambil terus menutupi kedua matanya.

“Woiiii…anyinggg!” lagi dia berteriak, berusaha melepaskan diri. Karena dia berbadan lebih besar serta lebih kuat ia mampu melepaskan pegangan dariku. Ia memutar tubuhnya ke belakang. Matanya penuh dengan amarah.

“Ah elo! Bangsat loe Dim! Jadi mati gw nih tot!” marah Dimas kepadaku. Aku cuma bisa tertawa.

“Habis seriusnya banget mainnya, hahaha…” jawabku sambil tertawa terus, melihat Adit yang mengomel.

“Sialan loe, gw bales loe” ancam dia. Adit langsung berdiri mengejar diriku, aku pun lari menghindari tangkapannya. Kamu lari memutari meja makan.

Ibuku hanya menggeleng yang berada di tengah-tengah aku dan Adit. “Sudah-sudah ah! kalian ini sudah gede tapi kayak masih anak kecil aja, lari-lari di rumah. Awas nanti ada barang yang pecah”. Lantas kami berhenti berlari, kemudian menertawai tingkah kami sendiri.

Aku melihat setumpuk daging berbumbu merah di hidangkan di atas meja. Makanan kesukaanku, dendeng balado crispy. Aku yang baru sampai dan lapar, ingin memakannya sekarang.

“Eits…” *Plak. Ibu menampar kecil tanganku yang hendak mengambil dendeng balado

“Ehhh.. buu….Dimas laperrrr…” protesku.

“Dimas, kamu baru pulang dari bandara, kotor dekil gitu, sanah mandi dulu!” omel ibu.

“Yah ibuuu….” melasku.

“Sudah ah! Sana mandi dulu. Kamu kalau mau dendeng balado crispy-nya entar aja sekalian makan malam” perintah ibu galak.

“Iya-iya, deh bu” jawabku lesu.

Mau tak mau mandi dulu deh. Aku bawa barang-barang bawaanku ke kamarku. Senyum tersungging di wajahku melihat keadaan kamar yang sudah ditinggal selama satu lamanya, tak ada yang berubah. Hanya sedikit debu. Ah! Tak lupa dengan kasur yang jauh lebih empuk, dari yang ada di kosku. Ingin saja aku berbaring di atas sana, tapi karena badanku terasa lepek dan keringatan, aku memutuskan untuk segera mandi.



Rumahku, hanya ada 1 lantai tapi cukup besar dan luas, maklum pemberian dari ayah ibu yang kaya raya. Si Wawan mana bisa beliin rumah. Siapa lagi kalau bukan kakek yang mengeluarkan uang.

Kami bertiga punya kamar–kamar masing, juga ada beberapa kamar kosong buat tamu. Kamar Adit dan kamar Ibu bersebelahan, sedangkan aku berseberangan di mereka. Di tengah-tengah antara kamar kami ada ruang keluarga yang berisikan sofa panjang yang empuk sekali dan juga Smart TV.

Untuk mengajar kelas online ibu punya ruangan sendiri yang terbilang cukup luas, bisa menampung 10 orang di dalamnya. Di dalam sana juga ada beberapa peralatan gym dan fitnes. Aku tidak pernah menggunakannya sih, toh tubuhku sudah kurus jadi tak perlu lagi pakai gituan. Ada taman juga di bagian belakang rumah, tidak luas sih tapi cukup membuat rumah tidak terlihat gersang. Gudang juga ada.



Kami bercengkrama seraya makan malam bersama. Melepas kerinduan, saling berbagi cerita. Aku menceritakan berbagai kegiatanku selama menjadi mahasiswa kemarin. Adit bercerita tentang masa sekolahnya di SMA yang sama denganku. Sedangkan ibu hanya menyimak dengan seksama, sesekali menimpali.

“Gimana dendeng buatan ibu? Enak nggak?” tanya ibu.

“Enak banget bu, makasih sudah buatin masakan kesukaan Dimas bu” ucapku berterima kasih.

“Sama-sama sayang, habisin ya sayang” balas Ibu.

“Hehe tenang aja bu, kurus-kurus gini tukang makan kok" ujarku.

"Terus libur sampai kapan loe?” tanya Adit di tengah mengunyah.

“Sebulan lebih dikit aja sih, habis itu gw balik ke Surabaya” jawabku.

“Hmmm… lama juga ya ternyata” jawab Adit dengan nada sedikit berbeda sebelumnya. Aku sampai mengernyit dahi ketika mendengarnya.

“Kenapa memangnya?” tanyaku lagi.

“Oh, nggak apa-apa kok, cuma nanya aja gw” jawabnya, lalu meneruskan makan. Hmmmm…ada yang aneh, aku menangkap sesuatu dari Adit. Sepertinya ada rasa ketidaksukaan dari dia kalau aku libur lama. Sudahlah, lagipula untuk apa dia tidak suka kalau aku lama di Jakarta.

Aku lihat ibu memandangi Adit. Lalu ia tersenyum kepadaku ketika tersadar kalau aku memperhatikannya. Ada gerangan apa ini?

Seperti ada sesuatu ya, tapi apa. Ah masa mereka merahasiakan sesuatu dari aku. Suasana di meja makan menjadi aneh, canggung. Aku diam, Adit dan ibu meneruskan makannya. Tapi apa mungkin cuma perasaanku saja ya. Sudahlah aku lupakan saja.

"Kenapa Dim?" tanya ibu tahu aku yang masih benggong.

“Nggak apa-apa bu, terus lo mau kuliah dimana Dit?” tanyaku mencoba melupakan kejadian canggung tadi.

“Di universitas kuning yang Depok itu Dim, gw sudah diterima” jawab Adit.

“Ah serius loe? Gokil, keren banget loe. Terus ambil jurusan apa Dit?”.

“Gw ambil sospol Dim”.

“Wuidihhhhh…..” ujarku sambil geleng-geleng terkagum.

“Ibu bangga banget deh, punya anak pinter-pinter kayak kalian” timpal ibu memuji kami berdua.

“Ya dong, kan anaknya ibu” ucapku, yang langsung disambut dengan gelak tawa kita bertiga. Lalu kami bertiga terus melanjutkan makan sambil terus bercanda gurau.


Malam Hari

Saat hendak mengambil minum di dapur, aku mendengar suara Adit dan ibu di sana. Ngapain ibu dan Adit malam-malam gini di dapur.

“Ayooo dong buuuu…. Adit masih pengen nih….”.

“Sayang kan tadi siang sudah, masa kamu mau la…?”

“Mau apa bu?” tanya ku memotong. Adit dan Ibu, tersentak kaget. Eh?! Kenapa ekspresi keduanya seperti melihat hantu saja sih. Memangnya aku sejelek itu apa, hingga mereka ketakutan

“Kamu bikin kaget ibu tahu gak sih!” omel ibu.

“Hehehe… maaf bu, memangnya si Adit minta apa bu?” tanyaku.

“Ehhh…ohh…i-ni si Adit minta dibuatkan kopi sama ibu” jawab Ibu.

“Hahhhh?! kopi? elah Dit bikin aja sendiri napa, masa minta di buatin ibu sih?”.

“Tuh dengerin kata kakakmu, bikin sendiri gih sana” ucap ibu ngedumel sambil bertolak pinggang.
“Beda dong Dimmm…, kopi buatan ibu itu enak banget, legit loh rasanya”.

Aku hanya bisa mengernyit bingung mendengar alasannya Adit. “Ada-ada aja lu ah. Emang lu mau ngapain ngopi-ngopi malem-malem gini? Begadang?” tanyaku seraya mengisi botol minum dengan air dingin.

“Iya lahhhh…., mumpung gw belum masuk kuliah, mau puas-puasin dulu main-mainnya”.

“Halahhhhh….” singkatku.

“Eh, Dim mau mabar gak?” tanyanya.

“Nggak deh, gw masih capek pengen tidur aja sekarang. Dimas mau tidur dulu ya bu” pamitku kepada ibu, hendak tidur.

“Iya nak, yang nyenyak ya sayang. Sampai ketemu besok pagi lagi”.

“Iya bu”. Kutinggalkan mereka berdua di dapur. Mereka masih berbincang di sana, tapi karena sudah lelah aku lebih memilih untuk tidur. Aku sudah tidak sabar untuk membaringkan diri, tertelap menuju dunia imajinasi yang indah.


Besok Pagi

Sinar matahari tembus menyinari kamarku melalui sela-sela jendela yang tidak tertutup gorden. “Hoahhhhmmmm…..”. Aku terbangun cukup pagi, jam 6 pagi sudah melek, ya lumayan lahhhh…. Tak sabar melewati hari ini bersama ibu dan Adit, lalu aku segera keluar kamar untuk sarapan.

Langkahku terhenti di depan pintu kamar ketika melihat sesuatu yang mengguncang duniaku. Tak lain pemandangan ibu yang sedang menungging di depan rak sepatu yang ada di depan pintu rumah. Ia memakai celana legging ungu yang ketat, sampai bentuk pantatnya menonjol begitu seksi. Baru kusadari ternyata ibu selain cantik ayu keibuan, tapi juga seksi.

Eh! *Plak. Tampar di kepala sendiri. Dia kan ibuku! Masa aku berpikiran yang nggak-nggak ke ibu sendiri sih. Aku menggelengkan kepala demi membuyarkan lamunan yang jorokku. Sialan, kayaknya aku kelamaan jomblo, harus cari pacar nih.

“Loh Dim, kamu kenapa?” tanya ibu yang mengagetkanku. Ternyata Ia tersadar dengan bunyi tamparan di kepalaku sendiri tadi. Ia sudah berdiri menghadap ke arahku. Mataku membulat. Untuk atasannya ia memakai sports bra berwarna pink dengan model rendah bagian di dadanya. Oh tidak! tadi pantat ibu, sekarang mataku malah menangkap belahan dada ibu. Buru-buru aku alihkan mataku.

“Ng-nggak apa-apa kok, Pagi Bu” sapaku dengan gelagat tidak biasa, terlihat gugup.

“Pagi juga sayang. Tumben kamu bangun pagi, biasanya susah banget kalau bangun pagi” sindir ibu mengenai kebiasaanku dulu yang suka bangun siang.

“Hehehe… iya dong bu, sejak kuliah aku suka bangun pagi kok, kan harus sering-sering aktif. Biar gak kupu-kupu, kuliah pulang kuliah pulang”.

“Syukur deh kalau begitu, kamu harus bener kuliahnya ya sayang” ujar ibu.

“Iya bu. Ibu mau ngajar ya?” lanjut ku bertanya.

“Iya nih, ibu ada kelas pilates dan kelas workout juga, di gym xxx” jelas ibu yang kini sedang jongkok mengikat tali sepatunya.

Aku menelan ludah. Buah dada kanan ibu tergencet pahanya kanan. Bagian atas dada ibu menggelembung mencuat keluar dari jepitan sport bra. Meskipun tidak besar, tapi tetaplah terlihat mulus, kenyal dan indah. Kenyal-kenyal menggiurkan. Ingin rasanya memegangnya, dan meremasnya lembut. Penisku terasa berkedut di dalam celana. Ohhhhh…… kenapa pagi-pagi begini, sudah seindah ini pemandangannya. Dan ibuku sendiri yang memberikannya.

Aku tersadar terlalu menatap lama, ku kembalikan arah melihatku ke wajah ibu. *Degh. Ibu tersenyum kepadaku, ia sadar kalau aku sedari tadi memperhatikan buah dadanya. Seketika aku langsung membuang muka. Mampus aku ke gap sama ibu. Jantungku berdetak cepat, takut dimarahi oleh ibu.

Selesai mengikat tali sepatunya, Ibu berdiri. Ia tak berkomentar apa-apa tentang kejadian barusan. Hanya tersenyum kepadaku. Aku jadi kikuk dibuatnya.

“Owhhhhh… sampai jam berapa bu kira-kira?” ucapku gugup mencoba mengalihkan insiden tadi dengan mengajaknya berbicara mengenai kelasnya .

“Belum tahu sih, ada kemungkinan nambah kelas offline lagi”.

“Lagi banyak kelas bu ya bu?”.

Ibu mengangguk. “Iya soalnya hari ini kan hari sabtu, weekend, jadi banyak ibu-ibu yang bisa ikutan”.

“yahhh….padahal aku baru pulang dari Surabaya, pengennya ngajak jalan-jalan ibu dan Adit, mumpung lagi libur” ucap dengan lesu.

“Tapi ibu sudah ada janji sama ibu-ibu. Kan nggak enak kalau ibu batalin tiba-tiba, mereka juga sudah bayar juga soalnya. Lagipula masih ada 1 bulan lebih kan Dim?” ujur Ibu.

“Iya sihhhhh….yauda, deh nggak apa-apa Bu, aku bisa main sama si Adit”.

“Ehmmm… si Adit juga ikut sama ibu. Tuh dia di depan lagi manasin mobil”.

“Dia mau ikutan kelas offline ibu juga?” tanyaku kaget.

“Iya, kan kamu tahu kalau dari kelas 6 SD dia suka ikutan kelas ibu. Kamu tau gak sih, karena sering ikutan, badan si Adit jadi bagus banget, gagah. Terus nggak gampang sakit dan staminanya juga jadi kuat lho, tahan lama banget deh pokoknya” jelas ibu.

Hah?! Tahan lama? Tunggu sebentar, ‘Tahan lama’ kan istilah buat ketahanan pria di ranjang. Penggunaan kata-kata ibu aneh sekali sih. Lantas ku bertanya “Tahan lama bu? Maksudnya apaan bu? Si Adit tahan lama bagaimana?”.

“Duhhhh… Dimas, masak kamu gak ngerti maksud ibu sih. Sejak yoga, pilates dan workout sama ibu, dia jadi nggak gampang capek lho. Kan kamu bisa lihat sendiri, kalau dia olahraga, sepedaan, atau yang lain pasti kuat dan tahan lama banget kan? Sampe-sampe kamu kalah, nggak bisa ngimbangin Adit” jelas ibu panjang lebar.

Benar juga kata ibu, kalau diingat-ingat si Adit jago banget kalau urusan olahraga. Dia juga sering ikut tanding mewakili sekolah. Malah menjadi andalan sekolah, sekaligus favorit cewek-cewek. Berbanding terbalik dengan diriku yang biasa-biasa saja.

“Oalah…. Iya juga sih, memang si Adit memang tahan banting banget kalau sudah olahraga. Atau aku ikut aja ya Bu?” tanyaku yang tidak tahu mau ngapain dirumah.

Ibu kaget, saat mendengarkan ideku “Ehhhh…. Kamu yakin mau ikut? Kamu kan nggak ikutan sesi-nya, bosen loh nanti disana. Apalagi ibu bisa lama kelasnya, sampe sore. Mending kamu di rumah aja, atau kamu bisa pergi sama temen-temen kamu atau ngapain gitu Dim” anjur ibu.

Ucapan ibu ada benarnya juga, pasti bakal bosan sekali di gym tempat ibu ngelatih. Masa main hp doang disana. Pernah sekali waktu aku coba ikut kesana, dan aku menyesal dibuatnya. Huh! aku ingat waktu itu selain berjam-jam disana main hp, juga cuma bolak-balik memperhatikan orang-orang lalu lalang keluar masuk. Buang-buang waktu saja pikirku.

“Iya juga sih yaudah deh bu, nggak apa-apa. Dimas dirumah aja deh atau gampanglah nanti,” jawabku setuju dengan anjuran ibu.

“Nah ok Dim. Kalau begitu Ibu jalan dulu ya Dim, jaga rumah ya. Kalau kamu pergi, pasti-in rumah sudah di kunci ya sayang” wanti-wanti ibu.

“Iya bu, nanti aku kabari ibu kalau aku pergi, hati-hati di jalan ya bu, semangat ya ngajarnya” jawabku.

“Iya sayang, makasih, love you honey” ucap ibu.

Lalu aku salim tangan ke Ibu. Lantas ia keluar dan naik mobil Ibuku pergi dengan Adit meninggalkan aku dirumah. Agak sedih ditinggal sendiri di rumah. Ya sudahlah aku tidak boleh egois, masih ada hari lain untuk pergi bersama.



Saat sarapan, aku masih terngiang-ngiang dengan pemandangan panas tadi. Aku jadi malah penasaran dengan tubuh ibu. Sebelumnya, aku tak pernah melihat ibu secara seksual. Itu kan salah dan juga dosa, jelas karena ia ibu kandungku. Sekarang aku tak bisa mengeluarkan pikiran payudara dan bokong ibu dari benakku. Ada apa dengan diriku, bisa-bisanya terangsang dengan ibu sendiri.

Otakku tidak bisa membuang pikiran kotor itu, hingga membuat penisku menggeliat di dalam celana. Iseng, aku membuka akun medsos ibu. Sambil makan, aku scroll postingan di medsos ibu. Akibatnya makanku jadi tidak tenang. Sebenarnya aku sering lihat postingan ibu di medsos, tapi dulu biasa saja. Namun sekarang aku mulai suka dan terangsang melihat postingan ibu. Ada rasa bersalah di benakku, tapi aku terlalu tertarik dengan tubuh ibu, sampai-sampai terangsang hingga rasa bersalah pudar sedikit.

Banyak gambar ibu yang sedang memakai legging dan sport-bra. Semuanya sangat ketat, menampilkan keseksian tubuh ibu. Tubuhnya yang ramping, meski ada sedikit lemak di perutnya. Itu tidak memudarkan keseksian ibu.
Tidak hanya pakaiannya, tapi posenya ibu juga terkadang bisa memancing nafsu. Ibu sering berpose dengan nungging, memperlihat bongkahan pantatnya. Ada beberapa gambar yang menampilkan garis celana dalamnya, membuat terkesan seksi dan menggoda birahi.

Tak kuat lagi menahan nafsu, aku sudahi sarapanku lalu ke kamar. Aku mengunci pintu. Segara aku tiduran sambil membuka medsos ibu lagi. ‘Ughhhh….Ibuuuu..’ racauku melihat gambar ibu yang berkeringat. Seksi, ibu seksi banget kalau berkeringat. Aku terus mengusap selangkanganku dari luar celana.

Kemaluanku sudah mengeras, terasa sesak di dalam celana. Lantas keluarkan penisku, lalu mulai mengurutnya pelan. ‘Maaf bu, maafin dimas bu, tapi ibu sangatlah cantik dan seksi’ ucapku dalam hati.

Aku menemukan video yang menampilkan ibu sedang jongkok, membelakangi kamera. Ia sedang mempraktekan posisi squat, dari berdiri lalu jongkok lagi dan seterusnya. Gilaaaaa! Kala jongkok, pantat ibu yang terbalut celana yoga ketat itu menonjol indah menggugah birahi. “Ufff…gila!” racaku. Aku pengen sekali menampar pantat ibu yang seksi itu. Meskipun pantat ibu kecil tetapkah seksi dan sekel.

Dari mengurut, kini aku mengocok kemaluanku. “Aghhhh….ibu seksi banget!” erangku sambil mengocok penisku. Aku terus melihat postingan ibu yang panas. Masih pakai legging dan tanktop aja sudah bikin mabok birahi, apalagi kalau tidak pakai apa-apa. Waduh, sekarang aku malah membayangkan ibu telanjang sepenuhnya. Penasaran dengan isinya di balik pakaian olahraga yang ketat itu. Imajinasiku menjadi liar. Seandainya aku bisa menjamah tubuh ibu. Atau bahkan menyetubuhi nya. Gila, aku mau menyetubuhi orang yang telah melahirkan aku ke dunia ini, ibu ku.

Aku membabi buta mengocok kontolku, hingga keras maksimal. Precum sudah keluar dari lubang kencingku, membasahi sekujur batang kontolku.

Kedua Mataku terbuka lebar, ketika mendapat postingan gambar ibu yang tidak masuk akal. Ia hanya berdiri tapi terlihat cetakan vaginanya di balik celana legging yang sangat ketat. “Tembem banget buuuu….” erangku, saat memperlihatkan gundukan di selangkangannya. Begitu gemuk dan tebal camaltoe-nya ibu. Aku bayangkan kemaluanku menyelip masuk ke daging kemaluan ibu yang temben itu. Pasti rasanya enak sekali! Fuck!

Aku tidak tahan lagi. “Oughhhh….ma-maaf buuuu…Ohhhh….Ibuuuu!” erangku saat ejakulasi. *Crot *Crot *Crot. Ujung penisku menyemburkan cairan kental putih dan panas, membasahi jari-jariku dan celanaku.

“Hosh…Hosh…Hosh…Hosh…” berat nafasku. Baru kali aku coli senikmat ini. Mungkin karena yang menjadi bahan fantasiku adalah orang yang aku kenal secara dekat. Yang tak lain adalah ibu kandungku sendiri.

Setelah rasa nikmat orgasme berlalu, aku tersadar dengan apa yang telah aku lakukan. Astaga! Aku baru saja masturbasi membayangkan ibu. Aku merasa berdosa sama ibu. ‘Maaf bu, Dimas kurang ajar sama ibu’ ucapku dalam hati.



Sore Hari

Hari sudah sore, namun batang hidung ibu dan Adit belum terlihat. Hatiku terasa tidak tenang gara-gara tadi pagi masturbasi sambil membayangkan ibu. Rasa bersalah menyelimuti diriku. Tapi diriku tak bisa mengeluarkan pikiran kotor terhadap ibu.

*Cleck

Ah ibu dan Adit pulang.

“Dimas, Ibuuu… pulangggg…” teriak ibu. Aku sambut ibu di ruang tamu.

Mataku lagi-lagi tertuju ke aset-asetnya yang menggiurkan itu. Ketika ibu berjalan mendekat, buah dadanya sedikit bergetar di balik tank-top yang sudah berbeda dari yang pagi tadi ia pakai. Tapi tetap rendah di bagian juga. Aku kira dengan masturbasi tadi pagi bisa menghilangkan nafsu kepada ibu, ternyata tidak. Sepertinya aku benar-benar mulai ada perasaan ke ibu. Tidak hanya perasaan cinta seorang anak ke ibu tapi rasa nafsu ke ibu.

“Lama juga ibu perginya” ucapku mencoba tenang. Namun terkadang aku mencuri-curi pandangan ke dada ibu. Benda kenyal itu bagai magnet yang kuat. Hingga mataku tak bisa menjauh dari situ.

“Iya nak, tadi pesertanya lumayan banyak yang daftar, jadi harus di bagi menjadi beberapa sesi sampai sore”.

Aku melihat gumpalan putih di bawah dagu ibu. “Nggg…Itu di leher ibu ada apaan?” tanyaku.

“Eh?! Mana-mana?” tanya ibu. Ia terlihat panik sekali.

“Disini bu” aku tunjuk sendiri leherku agar ia mengerti dimana letak gumpalan putih yang berada di lehernya sendiri.

“Nah disitu bu”.

Ibu menyeka gumpalan putih, “Ohhh… ini cream otot biar gak sakit leher ibu, maklum sudah berumur Dim hihihihi”.

“Ah nggak kok bu, ibu masih muda kok. Tapi masa sampai kesisa banyak gitu di leher ibu?”.

“Iya ibu nggak sadar Dim. Habisnya tadi cream nya keluar banyak banget” ucap ibu seraya menyeka lehernya hingga bersih dengan tisu. Waduh, dada ibu bergetar-getar kala menyeka lehernya. Aku terpancing lagi.

Dalam ujung mataku muncul sosok yang besar, yang tak lain adalah Adit.

“Widih…. Anak yoga banget nih” candaku ku ke Adit yang baru masuk ke rumah setelah memarkirkan mobil di garasi. Ia tidak bergeming. Ia menatap aneh kepadaku. ‘Kenapa dia?’ tanyaku dalam hati.

“Ibu mau mandi dulu ya. Kita pesan makanan online aja. Terserah kalian mau apa, ibu ngikut aja”.

“Ok deh bu, elu kenapa Dit? Kayaknya lagi bete banget, biasanya lu nyaut candaan gw” tanyaku yang merasakan ada yang tidak beres dengan Adit.

“Capek” singkat Adit. Iya juga sih, olahraga dari pagi sampai sore pasti capek, lantas aku memaklumi.

“Owhhhh…yauda elu mau makan apa?” tanyaku.

“Kentaki aja lah, simple. Tapi lo yang pesen ya Dim, gw mau mandi juga”.

“Hmmm boleh juga tuh, yauda kentaki aja ya”. Langsung kubuka aplikasi si hijau, kemudian memesan ayam cepat saji dari negara paman sam.


Malam Hari

Berbeda dengan kemarin malam, suasana makan bersama kali ini tidak ramai. Cenderung hanya diam-diaman. Hanya suara dari tv yang menguasai ruangan. Aku sadar Ibu dan Adit capek habis seharian di gym center, makanya aku memahaminya.

Di tengah-tengah makan, aku curi-curi pandang ke arah ibu. Wajahnya memang terlihat letih, tapi tidak memudarkan ke ayuan-nya. Ibu sangatlah cantik.

“Kenapa kamu ngeliatin ibu kayak gitu?” tanyanya. Kembali aku terlalu lama mengagumi kecantikan ibu, hingga tertangkap basah lagi.

“Eh nggak bu, cuma kasian ibu aja kelihatan capek banget. Memangnya sampai kapan ibu mau ngajar terus?” tanyaku.

“Nggak tahu nak, ibu memang juga hobi sih. Lagipula itu semua kan buat tubuh ibu menjadi sehat bugar dan fit, terus bikin ibu keenakan juga”.

“Keenakan gimana bu?” tanyaku lagi tidak mengerti.

“Ya gitu lah nak, melepas penat dan ada sensasinya gitu deh, susah jelasinnya Dim” jawab ibu sekenanya.

“Begitu ya bu, kalau memang sudah nggak kuat jangan di paksain ya bu” ucapku menasehati ibu.

“Iya nak, makasih sudah khawatir sama ibu” jawab ibu. Ia memberikan senyuman yang hangat kepadaku. Hatiku pun berbunga-bunga.



Tengah Malam

Nekad, aku ke tempat cucian di belakang rumah. Aku mencari sesuatu. Ketika menemukannya mataku berbinar, nafasku memburu memandangi. Tanpa buang waktu, lekas aku aku kembali ke kamar. Dengan berhati-hati aku berjalan, tak ingin diketahui orang lain.

Kembali aku masturbasi membayangkan ibu. Namun kali aku di bantu dengan sports-bra milik ibu yang basah karena keringat. Aku tidak jijik, yang ada malah terangsang. Aku menghirup dalam-dalam bendai itu. Baunya membuat diriku terangsang begitu hebat. Benda ini baru saja tadi siang menjaga kedua bongkahan kenyal ibu.

Malam ini ku akhiri dengan masturbasi lagi. Jadilah 2 kali aku coli hari ini. Dan semuanya membayangkan ibu. Aku tahu salah, tapi tidak bisa berhenti.​

Bersambung….

Pesan Penulis

  1. Kentang-tang-kentang.
  2. Karena kesibukan di RL, update tidak menentu ya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd