Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kebanyakan para pembaca ini maunya Dimas di kasih main apa nggak? Survey aja, ending sudah ada.


  • Total voters
    247
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part 3

Pagi - Minggu

PoV Dimas


Tidak ku sangka, dalam sehari kemarin aku bisa sampai dua kali masturbasi dengan membayangkan ibu. Untuk yang pertama kali nya aku merasa bersalah kepada ibu. Namun sore saat bertemu dengan ibu yang pulang dari kegiatan mengajarnya, aku terpancing nafsu lagi. Dimana untuk coli yang kedua kalinya rasa bersalah perlahan menghilang seiring kocokan nikmat di kontolku. Aku ingat betapa gilanya kemarin aku menghirup bau sports bra bekas pakai ibu. Diriku begitu beringas menggerakan tanganku naik turun di batang kontol ku. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya kalau aku bisa sambil masturbasi dengan menciumi pakaian ibu. Semua bisa ini terjadi cuma gara-gara melihat pantat dan payudara ibu. Aku jadi tergila-gila dengan ibu. Yang pasti dalam lubuk hatiku yang dalam, aku ingin lebih dari ini. Aku ingin lebih dari sekedar masturbasi.



Pagi ini aku hanya sarapan berdua dengan Ibu, sedangkan Adit masih terlelap. Biasa habis begadang semalaman untuk ngegame. Aku duduk depan-depanan dengan ibu yang berdaster. Mataku tak bisa lepas dari ibu. Meski hanya memakai daster, ibu tetap cantik ke ayuan.

Apabila ibu memakai daster maka aura keibuannya begitu terasa. Berbanding terbalik ketika ia memakai baju sporty untuk olahraga. Ia terlihat seksi menggairahkan di mata ku. Tapi bukan berarti aku tidak nafsu dengan ibu yang hanya dasteran. Malahan aku membayangkan apa yang di balik baju lebar itu. Dalam hati aku bertanya-tanya, apa ibu pakai bh atau celana dalam di balik dasternya. Aku bayangkan bagaimana bentuk puting ibu, terakhir aku lihat ketika masih kecil. Puting mungil yang berada di ujung daging kenyal, yang pernah aku hisap demi susu.

Tak lupa dengan vagina ibu, memek ibu, tempat aku dan Adit keluar dulu. Aku ingin kembali kesana, dengan kontolku. Apakah vagina ibu masih sempit? Tembem kah? atau Tebal kah? Berbulu lebat, tipis atau bahkan mulus tidak berbulu sama sekali. Itu sekelebat rasa penasaranku terhadap tubuh ibu.

Apakah salah apabila seorang anak nafsu terhadap ibunya, seperti aku ini? Tentu saja salah, tapi pasti banyak juga yang sama dengan posisi aku sekarang, diam-diam nafsu terhadap ibu kandungnya sendiri. Bagaimana dengan Adit, apa dia juga punya perasaan sama denganku? Dia selalu bersama ibu, ia pasti sering disuguhi keseksian ibu yang terbalut pakaian sporty. Aku yakin dia juga pasti nafsu, namun dia masih bisa menahan dirinya. Berbeda denganku yang sudah tidak bisa menahan lagi.

Sambil sarapan terus kupandangi ibu. Dalam otakku berenang pikiran-pikiran kotor terhadap ibu. Aku perhatikan bibir tipis ibu. Pengen ku lumat bibir tipis itu. Aku ingin bibir tipis itu menjepit kontolku ketat. Lalu menyodok mulut ibu kuat-kuat.

Bisakah aku melakukannya? Menyentuh ibu? menyetubuhi ibu? Harapanku terlalu gila.

"Kamu kenapa ngeliatin ibu kayak gitu sih?" tanya ibu yang membuyarkan lamunan jorok ku di pagi hari. Aku terlalu lama berimajinasi sambil melihat ibu, sampai tidak sadar kalau sudah kelewatan.

"Hehehehe… habisnya ibu cantik sih, jadi bawaan pengen ngeliatin mulu" jawabku dengan jujur.

Kulihat Ibu tersipu dengan pujianku.

"Idihhhh…. Dasar kamu Dim, pagi-pagi sudah ngegombalin ibu aja sih" ledek ibu. Aku pun cengengesan.

“Eh tapi beneran lho, ibu cantik kok” seruku memuiji bu lagi.

Ibu tersenyum lebar. ‘Ahhhh… cantiknya ibu’ batinku. Seandainya aku bisa menemukan wanita secantik dia untuk di jadikan pacar, kemudian istri.

“Mending kamu cari pacar Dim, mau sampai kapan kamu jomblo terus” ledek ibu.

"Gampanglah bu hehehe. Ibu sendiri nggak nikah lagi?" tanyaku. Raut wajah ibu berubah menjadi suram.

Sial, sepertinya aku salah bertanya.

"Ibu sudah ada Adit… dan kamu sayang. Dan ibu nggak mau terluka lagi, kecewa lagi dengan pernikahan" jawabnya.

"Kalau ibu mau nikah lagi, pasti Dimas restuin kok bu" ucapku. Ibu menggangguk pelan saat mendengar penuturanku. Kemudian aku dan ibu saling berdiam lagi.

Tiba-tiba ibu bertanya “Dimas kamu nggak ada acara hari ini kan?”.

“Nggak ada bu, memangnya kenapa?”.

“Jalan ke mall yuk, kita beli baju sekalian makan siang. Mau?” ajak ibu.

“Ayuk Bu” setuju ku dengan semangat. Maklum anak merantau, duit ngirit jadi gak bisa beli barang seenak jidat.

“Sana kamu mandi , biar ibu bangunin adik kamu dulu".

“Iya Bu". Selesai menghabiskan sarapan, aku lekas mandi.

Setelah semuanya siap, Aku, Adit dan Ibu pergi ke mall di selatan jakarta.


Outlet Baju

Tibalah kami bertiga di mall. Langsung bersama-sama menuju toko baju asal Jepang yang cukup terkenal.

“Dimas, Adit, kalian cari yang kalian mau ya. Kalau sudah nanti tinggal telpon Ibu ya. Ibu mau lihat-lihat juga” ucap ibu ke kami berdua.

“Baik bu” jawabku.

“Ok Ibu” jawab Adit.

Lalu kami bertiga berpencar, mencari barang yang mau dibeli. Tak lupa kami masing-masing mengambil keranjang untuk membawa barang-barang yang hendak di beli. Karena hari minggu, outlet baju dari jepang ini ramai sekali dengan pengunjung. Sehingga membuat ku agak susah dan kepusingan untuk mencari pakaian yang kumau.

“Hmmm….”. Dari kejauhan aku bisa melihat ibu sedang berbicara dengan Adit. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi yang pasti Ibu terlihat melotot sekaligus ngomel-ngomel ke Adit. Ah! pasti si Adit minta dibeliin barang yang sangat mahal, terus Ibu nggak kasih. Kulihat Adit seperti memohon-mohon kepada Ibu. Dan ibu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda tidak mau memberikan apa yang Adit mintakan.

Tak ku hiraukan mereka lagi, nanti bisa kutanyakan sendiri. Lantas ku teruskan mencari baju polos yang kumau, ku ambil warna yang sekiranya cocok dengan seleraku. Tapi aku penasaran dengan keadaan ibu dan Adit. Apa ibu masih ngomel-ngomel ke Adit. Namun saat melihat ke arah mereka berada tadi, ibu dan Adit sudah tidak ada di sana. Palingan sudah pisah pikirku.

Setelah baju, giliran celana jeans yang ku incar. Sembari membawa keranjang, ku telusuri lorong yang berisikan barang lain-lain yang ada di toko ini. Berselang bermenit-menit kemudian, keranjang ku sudah penuh saja. Kurasa sudah cukup, saatnya mencoba bebarapa pasang baju dan jeans yang aku pilih. Aku menuju area fitting room untuk mencoba yang sudah kupilih. Aku diarahkan oleh staff toko ini untuk memilih bilik kedua dari ujung. Aku masuk, meletakkan keranjang yang sudah penuh itu.

*Cuph Slurph Cuph Slurph Cuph.

Eh?! Apaan tuh?! Aku yang baru masuk ke bilik, langsung disambut suara-suara aneh. Aku fokuskan indera pendengaranku, melacak asal sumber suara itu. Beberapa saat baru aku tersadar kalau suaranya berasal dari bilik di kanan ku, atau paling pojok mentok. Tapi aku tidak tahu suara apa yang dikeluarkan oleh penghuni bilik sebelah.

*Cuph Slurph Cuph Slurph Cuph.

Lantas tidak kuhiraukan suara yang ganjil itu, sambil ku teruskan mencoba baju dan jeans yang kupilih. Namun lama kelamaan kuping jengah juga mendengarnya. Jadi aku mencoba lagi menerka suara apa itu.

*Cuph Slurph Cuph Slurph Cuph “Ughhh….” Cuph Slurp.

Meski samar-samar, aku kenal dengan suara yang terdengar dari sebelah. Kalau dipikir-pikir, kenapa suaranya sepertinya orang yang sedang…..

Yang sedang……

Astaga! Aku baru ngeh, ternyata orang di sebelah lagi cipokan! Berarti di bilik sebelah tidak cuma satu orang, tapi ada dua orang di dalamnya. Gila juga mereka ya, berani sekali gituan di tempat umum. Apa aku perlu lapor ke yang jaga ya, kalau ada orang mesum di sini. “Hmmm….”. Tapi kalau dipikir-pikir itu kan bukan urusan aku. Buat apa juga aku ganggu kesenangan orang lain. Ya sudahlah kubiarkan mereka, resiko juga ditanggung mereka.

*Cuph Slurph Cuph Slurph Cuph.

Aneh juga rasanya, mencoba baju sambil diiringi orang sedang cipokan. Kalau dipikir-pikir asyik banget ya kalau punya pasangan, biar bisa enak-enak kayak yang di sebelah. Huh! Sepertinya selain kuliah aku juga harus mulai fokus cari belahan hati juga.

“Ahhhhh……”. Mataku terbelalak kala desahan panjang seorang wanita terdengar dari sebelah. Anjir sampai mendesah-desah gitu juga lagi. Kalau kayak gini ceritanya sih, aku malah dengerin live show dong.

*Clek Clek Clek Clek. “Ahhhhh…..Ad…Mphhhh…iiii….ahhhh….oughhhh….ahhhh!”. Bunyi kecipak becek basah terdengar. Jangan-jangan si ceweknya lagi di mainin memeknya, lagi di kobel-kobel sampai banjir gitu.

“Pela….*Cuph Slurph Cuph Slurph Cuph. Nampaknya mulut si cewek di lumat lagi.

“Nghhh…pelannn….Ahhh! *Plok Plok Plok. Ahhhh! Kontolllll…Ahhh! Ahhhh…... *Plok Plok Plok Plok. Buset ternyata sampai ngentot juga. Harus di akui nyali mereka besar sekali, sampai berani ngentot di sini juga.

Baru kali ini aku mendengar suara orang bersetubuh secara langsung, biasanya cuma lewat video porno yang didownload di laptop. Meski tidak bisa melihat hanya mendengar saja, tetap membuat ku terangsang. Desahan si cewek sangatlah menggairahkan.

“Ahhh! Ahhh! Ahhhh….enakkkk sayanggg! Kerasss…..Ahhhh!” *Plok Plok Plok. Kayaknya si cewek menikmati genjotan cowoknya. Mereka sedang ngentot dengan posisi apa ya terka ku penasaran. Aku terus menguping mereka yang semakin larut dalam bercinta. Acara mencoba baju jadi sedikit terhambat, bahkan terhenti total. Karena aku mematung, berkonsentrasi dengan pergumulan di panas di bilik sebelah.

“Ahhh! Ahhh! Ah! Ah! Kontol kamu keras banget sayang” ucap wanita di sebelah dengan lantang. Degh! Saking kagetnya aku baru sadar kalau suara wanita di sebelah mirip dengan suara ibu. Kebetulan yang sangat gila!

*Plok Plok Plok. “Ahhhh! Kamu kuat banget sayang, Ahhhh!” puji wanita itu. Namun si cowok tak terdengar suaranya, hanya dengusan berat.

Duh! Karena suaranya mirip dengan ibu, bayangan ibu kembali di benakku. Kubayangkan wajahnya yang ayu keibuan itu, beserta tubuhnya yang seksi. Dalam pikiran ku terlihat Ibu menampilkan wajah cantiknya di saat didera kenikmatan bersetubuh.

Seandainya aku lah yang berada di sana. Menggumuli seorang wanita, yang tak lain adalah ibuku sendiri, Uli. Dalam imajinasiku, aku mendempet ibu di dinding. Dari belakang aku menghujamkan batang kemaluanku yang keras ke tempat aku dulu berada selama sembilan lamanya. Aku ingin mengunjunginya. “Ughhh…..” erangku karena bayangan aku bersetubuh dengan ibu. Kontolku sudah mengeras di balik celana jeans baru ini.

*Plok Plok Plok Plok

“Ahhh! Ah….ah…ah…Yeshhhh!” desahan begitu seksi, membuat ku bergidik horny.

*Cuph Slurph Cuph Slurph Cuph. Suara ciuman kembali terdengar dari sebelah. Namun suara tumbukan tidak berhenti. Panas juga permainan mereka. Aku usap tonjolan kontolku dari luar celana sambil membayangkan ibu mendesah-desah keenakan karena hujaman kontoku di memeknya. Berharap aku menyetubuhi ibu.

*Plok Plok Plok Plok Ahhhh! Ahhhh! Ahhhh! Enak! Enakkkk….Ahhh!” desah wanita itu lagi.

Gila ini Gila! Sudah ada 15 menit aku berada di bilik ini sambil menguping orang bersetubuh. Aku ingin terus berada disini, tapi dengan keadaan begini tidak mungkin aku berlama-lama disini. Aku takut ibu dan Adit mencari ku. Lantas ku selesaikan acara mencoba baju dan jeans ini dengan cepat. Semuanya kulakukan sambil orang di sebelah tetap bersetubuh.

Setelah aku sudah mencoba dan memilah yang aku mau, aku lekas keluar dari bilik. Tidak kusangka-sangka bakal mendengar orang bersenggama. Jantungku berdetak cepat, nafasku pun memburu. Untuk menenangkan pikiranku, aku berjalan keliling seraya mencari ibu atau Adit. Kuputari toko baju ini, tapi tidak menemukan mereka. Kalau begini sih, harus nelpon. Ku raih smartphone, dan menelpon ibu.

“Halo, Ibu dimana? Dimas sudah selesai pilih bajunya nih”

“Ehhh… i-iya nak sebentar ya, ibu masih nyoba-nyoba baju nih, sebentar ya sayang” jawab ibu. Kuperhatikan ibu sedikit terburu-buru dari bicaranya.

“Ok deh bu, Dimas tunggu di depan ya”.

*Cleck. Ibu langsung menutupnya tanpa berbicara lagi kepadaku. Mau tak mau aku harus bersabar menunggu ibu selesai. Paling males kalau nungguin orang di toko baju, pasti lama. Apalagi kalau perempuan, bisa berjam-jam ini sih. Tapi aku melihat sesuatu yang berharga di outlet baju ini. Kursi. Yes! ada kursi nganggur. Kursi ini bagai oasis di padang pasar yang kering. Ku dudukan pantatku di kursi yang empuk itu. Lalu mataku menerawang toko ini, jelalatan melihat yang bening-bening. Namun tidak ada yang semenarik ibu. Hanya ibu yang ada di benakku sekarang.

Aku penasaran dengan pasangan yang bersetubuh tadi. Kebetulan aku bisa melihat ke arah area fitting room, jadi aku bisa menebak pasangan yang ngentot tadi. Namun setelah kutunggu lama, tidak ada yang mencurigakan dari orang-orang keluar dari area fitting room. Palingan pasangan suami istri, tapi itu juga mereka terlihat masuk dan keluar ke area fitting room di waktu yang berbeda. Jadi tidak mungkin mereka. Atau jangan-jangan mereka masih ‘main’ disana. Harus di acungi jempol kalau iya.

Sudah 20 menit berlalu, tapi ibu belum keluar juga dari area fitting room. Aku sudah lapar. Si Adit juga kemana lagi, nggak nongol-nongol dari tadi. Di chat ataupun di telpon juga nggak di angkat. Kemana dia sih, gusarku dalam hati.

Nah ini dia, kulihat keluar Adit dari area fitting room.

“Adit, Dit sini!” panggilku seraya melambaikan tangan. Ia menoleh ke arahku. Lalu menghampiriku.

“Elu kemana dah Dit? Gw chat sama telpon dari tadi nggak di bales” tanyaku kesal.

“Hp tadi gw silent mode” jawabnya datar. a pun ikut duduk di sebelahku seraya main hp.

“Ohhh…. lama juga loe di fitting room nya” ujar ku lagi.

Tanpa melepaskan matanya dari hp, ia menjawab "bentar kali ah, elu aja yang nggak ngeliat gw masuk ke area fitting room".

"Bisa jadi sih. Oh iya tadi gw liat lu di omelin ibu kenapa?" tanyaku.

Adit menatapku, sambil tersenyum penuh maksud. Ia berucap "Ada dehhhh......".

"Elah lu, pake rahasia-rahasian lagi. Ayo apaan Dit? Kasih tahu gw dong Dit" sergahku.

"Kepo amat sih lu hahahah...." tawanya.

"Serah lu deh" pasrahku.

Tak lama sesudah Adit, ibu juga keluar dari area fitting room. Ia berjalan ke arah kami yang sedang menunggu. Ada yang aneh dengan penampilannya. Rambut Ibu terlihat sedikit acak-acakan, tidak serapi pas berangkat dari rumah. Make-up nya juga sedikit berantakan. Ibu kayak habis lari maraton saja pikirku. Masa nyoba baju bisa heboh sih, hahahaha tawaku dalam hati. Tapi yang pasti ia terlihat senang, wajahnya begitu bahagia. Ya namanya juga perempuan, senang kalau belanja pikirku.

“Kamu sudah dapet yang kamu mau?” tanya ibu.

“Sudah bu. Nggg… Ibu kenapa kusut kayak habis lari aja sih?” tanyaku.

“Hihihi… soalnya tadi ibu nyoba baju sama celana banyak banget. Nahhhh… karena gak enak sama orang-orang, takut kelamaan, jadi ibu cepet-cepet nyobanya” imbuhnya.

“Ohh.. gitu, lah tapi kenapa yang ibu bawa kok cuma sedikit?” tanyaku lagi heran dengan keranjang ibu terisi sedikit dibandingkan dengan milikku yang hampir penuh.

“Yang nggak jadi ibu ambil, langsung ibu kasih ke mas-masnya yang disana. Nih Dimas, tolong bayarin di kasir ya. Ibu mau ke toilet dulu, kebelet pipis. Terus nanti kalau sudah nanti kita ketemuan di resto xxx” perintah ibu seraya menyerahkan kartu kreditnya beserta keranjang berisikan pakaian yang mau dibelinya.

“Ok deh bu, Dimas ke kasir sekarang ya” nurutku.

“Eh Dim, Gw juga mau ke toilet dulu Dim, nih sekalian ya” pinta Adit. Ia juga menyerahkan barang-barang yang ia pilih kepadaku.

“Eh ogah nyet, berat tau, sini bantuin gw napa” galakku ke Adit yang hendak pergi bersama ibu.

“Sudahlah Dimas, masa kamu nggak mau bantu adik kamu sendiri sih. Kan si Adit mau ke toilet, nggak bagus loh kalau kencing ditahan-tahan” bela ibu ke Adit. Sedangkan Adik ku tersenyum menyebalkan.

“Iye-iye sini deh” jawabku malas tak mau membantah perintah ibu.

Keduanya meninggalkan aku di toko baju. Aku hanya menghela nafas seraya kesal. Ya sudahlah cuma masalah sepele kayak gini, buat apa aku juga marah-marah. Itung-itung berbakti kepada orang tua. Aku pun langsung mengantri untuk membayarkan barang-barang kami bertiga. Sial! Antriannya panjang amat sih. Bakal lama nih, mana di tinggal lagi sama yang lain lagi.



Restoran XXX

Lama juga aku tadi ngantri, ada kali 30 menit lebih. Susah payah aku membawa barang belanja aku, Adit dan Ibu. Seenaknya saja si Adit ninggalan aku tanpa kembali lagi ke toko baju tadi. Dengan perasaan kesal aku langkahkan kaki ku ke restoran yang di maksud ibu. Ketika aku sampai di depan restoran, aku langsung cari keberadaan mereka. Mataku menerawang beberapa meja disana. Aku menemukan mereka sudah terduduk manis bersebelahan. Dari jauh aku bisa melihat mereka sedang saling bercanda. Adit merangkul ibu.

Aku terperangah dengan apa yang kulihat. Adit mencium-ciumi gemas pipi ibu. Tapi ibu tadi marah, hanya cekikan geli saja. Kemudian ibu juga membalas Adit dengan perbuatan yang sama. Adit terlihat di manja sekali sama ibu. Ah mereka ada-ada saja, kayak orang lagi pacaran aja. Sebenarnya aku iri sih, si Adit bisa mencium ibu. Dan sebalik ibu mecium gemas Adit.

Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pasrah. Kuhampiri keduanya.

“Eh nak, sudah bayarnya?” tanya ibu yang sadar dengan kedatanganku. Ia langsung melepaskan diri dari rangkulan tangan Adit. Adikku pun itu hanya memandangi ku.

“Sudah” singkatku. Raut muka ku pasti terlihat jutek.

Ibu menyadari aku yang sedang kesal, lalu ia berucap "Kamu jangan ngambek gitu dong sayang, masa gitu doang kamu marah sih Dim”.

“Habisnya si Adit bukannya balik bantuin aku bawain belanjaan, malah nggak balik-balik” ucapku sebal

“Ya elah Dim. Gitu doang, santai aja kali” ucap Adit dengan enteng. Aku menatap geram ke Adit.

"Sudah-sudah ah, jangan berantem. Kalian sudah gede, malu ah diliat orang-orang" omel ibu.

"Dimas, sudah ya. Kamu jangan marah-marah lagi ya” ucap ibu pelan sambil menggengam tanganku. Aura keibuan ibu begitu terasa menyejukan. Mendengar suara lembut ibu juga cukup dapat meredakan emosiku. Aku pun mengangguk.

“Kamu pesen makan dulu gih, ibu sama Adit sudah pesen” perintah ibu.

“Iya bu, mungkin karena laper banget jadi bawaanya gampang marah-marah” ucapku bercanda, ingin mencairkan makanan.

"Hihihi… makanya cepet pesen sana, kesiangan banget kita makannya lho".

Lantas aku memesan makanan dan minuman yang aku mau. Aku nimbrung dengan obrolan mereka, melupakan rasa amarahku yang cuma muncul karena hal sepele aja. Aku teringat dengan kejadian panas tadi. Iseng aku menanyakan mereka, ingin tahu reaksi mereka.

“Bu, Adit” panggilku ke mereka yang sedang makan.

“Hmmm?” jawab ibu dengan mengangkat alis.

“Tahu gak sih, tadi pas di fitting room ada yang gituan lho” seruku kepada ibu. Ibu dan Adit menghentikan makan mereka dan menatapku dengan ekspresi kaget. Sama seperti kemarin saat aku memergoki mereka berdua di dapur.

“Gi-gituan gimana maksud kamu?” tanya ibu yang terlihat tidak tenang. Waduh, aku jadi malah bingung mau ngejelasinnya gimana.

“Ya anu… gituan bu…..” jawabku malu, aku sungkan mengatakannya pada ibu.

“Gituan ngapain sih memangnya? Ibu nggak ngerti Dim” tanyanya lagi, kali ini ia menuntut aku untuk menjelaskannya.

“Ngent…. Eh seks bu, iya nge-seks bu. Tadi ada orang lagi melakukan seks di fitting room tadi, persis di sebelah bilik aku lho. Gila kan bu?” jelasku dengan semangat, menanti respons mereka. Ibu dan Adit terkejut mendengar penuturan ku. Ya wajar saja sih, siapa sangka orang bisa ngentot di fitting room.

“Seriusan kamu ah?”. Ibu tidak percaya dengan ucapanku.

“Eh sumpah bu, Dimas juga tadi kaget banget” seruku.

“Terus kok kamu bisa tahu mereka lagi ngent…eh…yang nggak-nggak di sana?” tanyanya lagi.

“Kalau dari pendengaran Dimas sih, awalnya cuma dengar suara ciuman sama desahan doang sih, terus tau-tau sampe gituan juga” ucapku menjelaskan kejadian tadi.

“Sampe ngentot maksud loe?” tanya Adit vulgar tanpa malu di depan ibu. Anehnya Ibu tidak marah, padahal ia paling nggak suka kalau aku dan Adit ngomong kasar. Dari kecil aku dan Adit selalu dimarahi kalau ngomong kasar atau jorok. Ibu selalu mengajari kalau kita harus bertutur kata baik.

“I-iya Dit, sampe gituan” jawabku. Berbeda dengan Adit, aku sungkan mengatakan ‘ngentot’ di depan ibu. Takut dimarahi sama ibu.

“Sampe ‘itu’ apa sih?” tanya Adit lagi.

“Sampe ngentot! Ah elah elu masa gak ngerti” ucapku galak. Adit tertawa mendengar ucapanku. Ia benar-benar ingin menjahiliku.

“Terus kamu lihat orangnya nggak Dim?” tanya ibu lagi. Dia tidak menghiraukan kata-kata kasar yang saja barusan keluar dari mulutku.

“Nggak bu, Dimas keburu selesai nyobain baju. Lagian nggak enak juga dengarnya lama-lama, geli” jawabku bohong. Sebenarnya betah aja sih disana. ‘Bahkan, tahu nggak sih bu? aku sampai-sampai ngebayangin bersetubuh disana sama ibu kok’ ucapku dalam hati.

“Ohhh… baguslah kalau begitu” ucap ibu lega.

Hah?! ‘Bagus’ ? “Kok malah bagus sih bu?” tanyaku heran

“Ehhh… ya maksud ibu, kalau ketahuan kan jadi rame nanti. Kan kasian mereka, di arak lho keliling mall lho” jelas ibu. Maksud akal juga sih.

“Ya kan Dit?” tanya ibu ke Adit, sambil menyenggol siku Adit. Aku mengernyitkan dahi ku tidak mengerti dengan perilaku ibu. Adit pun hanya nyengir.

“Bisa jadi sih bu, tapi ini kan mall di jakarta, paling cuma di bawa ke kantor security ajah. Beda cerita kalau di kampung-kampung, baru deh tuh diarak keliling kampung” ucapku bercanda.

“Iya juga sih” setuju ibu.

“Tapi ada-ada saja kelakuan orang-orang ya bu, nggak mikir sama resikonya” ujarku.

“Ya mungkin menurut mereka setimpal dengan resikonya” pendek ibu menjawab. Aku termenung mendengar penuturan ibu. Iya juga sih, aku pernah baca kalau ada orang yang suka ngentot di tempat umum.

“Orang mah kalau sudah suka, ya mau di apain lagi. Yang penting nikmat sih buat mereka, ya kan bu?” ucap Adit.

“Iya bisa jadi Dit” jawab ibu sekenanya. Ibu kembali memandangi Adit dengan tatapan yang tidak biasa. Tapi Aku menyadari perubahan ibu dan Adit, tadi mereka berdua terlihat sangat kaget dengan informasi gila yang kuberikan. Entah kenapa kemudian keduanya merasa lega ketika pasangan itu tidak kenapa-kenapa. Lalu melanjutkan makannya lagi dengan biasa. Ah sudahlah paling perasaanku lagi. Aku bersyukur juga kalau orang-orang yang di sebelah biliku itu tidak kenapa-kenapa.

Ketika aku masih mengunyah, aku lihat ibu sudah selesai makan. Padahal masih tersisa banyak. Lantas aku bertanya “Ibu kok makannya dikit banget, kenyang ya?”.

“Iya nak, ibu masih kenyang nih”.

“Kok kenyang bu?” tanyaku heran.

“Ehmmm….” gumam ibu tidak jelas.

“Tadi pagi ibu makan roti isi cream yang biasa di beli, jadi ibu cepat kenyang kan?” Timpal Adit.

“He-eh” jawab ibu singkat.

“Lho Dimas nggak lihat kapan ibu makan rotinya nya?”. Aku tidak melihat ibu makan roti saat sarapan bareng tadi pagi.

“Ibu makan rotinya pas kamu lagi mandi sayang, bareng Adit juga kok”.

“Ohhh… tapi masa cuman makan roti, ibu sampai kekenyangan gitu sih”.

“Isi nya bukan cream biasa Dim, cream rasa vanilla”.

“Cream rasa vanilla? Terus nggak biasanya dimana bu?” tanyaku lagi penasaran dengan roti yang ibu makan sampai-sampai ia sedikit makannya.

“Ehmmm…. Jadi….”. Ibu terlihat bingung menjawabnya.

“Jadi cream vanilla nya kental banget Dim, terus isinya royal alias buanyakkkkk polll” timpal Adit menjelaskan

“Memangnya ibu beli rotinya dari mana?” tanyaku.

“Ngggg… dari teman ibu, ya dari temen yoga ibu”.

“Ohhh begitu, tapi enak bu?”.

“Enak dong Dim, ibu suka banget, pake banget-banget. Sehat juga makan roti nya, cream-nya kaya dengan protein gitu deh. Kan memang biasa buat ibu yang mengajar juga, biar tambah tenaga dan kuat juga”. Mendengar penjelasan ibu dan Adit membuatku jadi ngiler. Seenak itu kah rotinya? Minta juga ahhhhh….

“Dimas jadi pengen juga ibu” ucapku.

“Hihihihi… ya sudah nanti ibu mintain sama temen ibu. Pokoknya enak deh. Dah kalian selsein makan nya, terus kita pulang”.

“Iya bu” jawab aku dan Adit bersamaan.​


Rumah

Pulang dari mall, ibu langsung istirahat di kamarnya. Ia terlihat begitu capek saat pulang dari mall. Mungkin pengaruh umur, jadi wajar saja. Sedangkan Aku dan Adit menghabiskan sisa hari minggu dengan bermain console di ruang tengah.

Karena kejadian tadi di mal, malam ini pasti aku akan coli lagi. Tentu saja ibu sebagai bahanku. Hmmm… tapi sayang ibu tidak ada kegiatan olahraga hari ini, jadi tidak ada pakaian ibu yang menemani coliku. Eh! kan ada bh dan cd ibu.......

Bersambung….

Pesan Penulis

  1. Sorry guys kentang lagi kayaknya.
  2. Build-upnya memang agak lama.
  3. Makanya penulis tambahkan tag 'hiddensex'.
  4. Setidaknya, semoga menghibur pembaca.

 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd