Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kebanyakan para pembaca ini maunya Dimas di kasih main apa nggak? Survey aja, ending sudah ada.


  • Total voters
    247
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part - 6a

Di Hari Yang Sama - Tengah Malam


Sudah jam 3 pagi, tapi aku tetap tidak bisa tertidur. Berkali-kali aku mengubah posisi tidurku di kasur yang empuk ini. Akan tetapi tetap saja tidak menemukan posisi pas untuk tidur. Sebenarnya bukan karena tidak menemukan posisi yang nyaman. Melainkan karena pikiran ku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kebohongan ibu dan Adit. Baru beberapa jam yang lalu saja, aku mengetahui kalau ibu dan Adit berbohong kepadaku. Mereka bersekongkol di belakangku. Apa yang mereka sembunyikan dariku? Apa yang mereka di lakukan di belakangku? Mengapa mereka berbohong kepadaku? Tapi apa dan kenapa? Itu yang belum aku tahu. Diriku tidak menyangka bakal ada rahasia di antara aku dan mereka.

Tidak kunjung bisa terlelap, aku ke dapur untuk minum air yang dingin, mendinginkan otak yang panas penuh curiga dan pertanyaan yang tidak bisa kujawab. Lampu dalam rumah sudah mati semua, langit di luar pun masih gelap. Dengan sedikit pencahayaan dari bulan yang masih tinggi di atas langit, aku melangkah ke dapur. Ku ambil gelas, lalu mengisinya dengan air dingin. Sedikit demi sedikit, rasa haus surut menghilang. Tapi tak menghilangkan rasa penasaranku.

*Cleck. ‘Hmm?! ada suara pintu terbuka tapi jam segini, siapa?’. Aku langsung sudahi meneguk air dingin. Dalam kegelapan, aku melihat sosok besar dan tinggi keluar dari kamar ibu. Yang tak lain adalah adik ku, Adit. Loh? Kenapa dia bertelanjang dada? Disinari sedikit cahaya dari luar, aku tahu kalau tubuh mengkilap berkeringat basah.

“…….”. Astaga, habis ngapain dia dari kamar ibu?

Adit masuk ke kamarnya sendiri, tidak menyadari keberadaan kakaknya ini di dapur. Aku terdiam, menggenggam erat-erat gelas beling di tanganku, karena emosi yang semakin tidak menentu.

Kenapa……Kenapa Adit tengah malam menjelang pagi begini keluar dari ibu dengan bertelanjang dada, untuk apa? Lama otakku berputar rumit, menebak apa yang telah terjadi di kamar ibu.

Pikiranku semakin kacau. Dengan langkah yang gontai aku kembali kamar, kemudian termenung seperti orang bodoh di kasur. Melihat Adit tadi, kecurigaanku mengarah ke hal yang paling terburuk pun semakin melambung tinggi melangit. Ya hanya 'itu' kemungkinanya.

Tapi….masa mereka…..tidak mungkin lah…….

Diriku masih menolak kemungkinan ‘itu’. Aku semakin kalut. Dugaanku dalam benak ku mengarah kalau ibu dan Adit memiliki hubungan istimewa. Hubungan yang lebih dari hubungan semestinya seorang anak dengan ibunya.

Tidak, tidak! Kuharap asumsi gilaku salah, tidak mungkin mereka melakukanya. Tidak mungkin! Ibu yang seorang wanita ayu yang baik-baik, tidak mungkin melakukan hal-hal yang gila seperti melakukan seks dengan anak kandungnya sendiri.

Tunggu sebentar…..

Aku baru sadar akan sesuatu….

Jangan-jangan, gelagat aneh dari ibu dan Adit selama ini…..

Awalnya ku pikir biasa saja, tidak ada yang aneh dari tingkah mereka. Tapi setelah mengetahui ada yang mereka sembunyikan dariku, kusadari kedekatan Adit dan ibu berbeda dengan kedekatan ibu dan aku. Terkadang aku menangkap mereka saling memberi tatapan yang aneh. Aku juga menerawang beberapa kejadian aneh beberapa hari lalu. Terutama masalah memijat. Apakah ibu benar di pijat oleh Adit, dan juga sebaliknya. Berarti serangan kram mereka hanya bualan belaka? Apalagi aku tidak pernah melihat langsung pijatan keduanya. Lalu suara yang mereka keluarkan seperti orang keenakan akan kegiatan seksual. Berarti aku telah dikelabui oleh orang-orang yang kusayangi! Harus aku buktikan!

Tapi jika kalau memang mereka memilih hubungan spesial, berarti Adit telah mendahuluiku. Tidak bisa di lawan, darahku berdesir panas di saat membayang kemungkinan kalau Adit benar-benar menyetubuhi ibu. Ada apa dengan aku ini? Selain rasa amarah, jauh dalam benak tersulut api birahi kala ada kemungkinan ibu di setubuhi oleh anaknya sendiri, yang tidak lain adalah adikku juga. Sial! Aku tidak hanya marah karena ia menyetubuhi ibu, tapi juga sekaligus cemburu kepada adikku.

Kalau memang benar mereka ada hubungan, siapakah yang memulai? Apa ibu yang mengajak Adit untuk melakukan seks dengan dirinya. Atau Adit yang merayu ibu dengan kegantengan dan kegagahannya, hingga bisa mengajak bersenggama orang yang melahirkannya.

Aku harus mengkonfroti ibu dan Adit. Tidak ingin gegabah seperti orang bodoh, Aku tidak bisa menuduh mereka langsung. Alangkah baiknya aku harus mendapatkan bukti konkret terlebih dahulu. Mulai sekarang aku harus mengawasi gerak-gerik keduanya. Duhhhh….. Pusing kepalaku dibuatnya! Rasa kantuk pun akhir bisa menjebol pertahananku, meski begitu tidurku tidak nyenyak. Tunggulah ibu, Adit, Dimas akan membongkar semuanya! Aku harus menguak kebenaran!​


Pagi

Aku sarapan pagi bersama dengan ibu. Sedangkan Adit tidak ada di rumah, karena harus ia pergi mengurus kuliahnya di Depok sana. Begitu malas rasanya untuk makan. Nggak ada selera sama sekali. Bagaimana tidak selera, aku sedang pusing dengan apa yang terjadi di belakangku.

“Dimas, kamu kenapa? Kok kelihatan lemas banget sih, kamu lagi ada masalah ya?” tanya ibu yang khawatir melihat diriku yang lesu. Senang mendengarnya kalau aku diperhatikan. Meski ibu melukai perasaanku, ia tetap khalayaknya sebagai ibu yang baik dan perhatian sama kedua anaknya. Akan tetapi…. Baru kusadari kalau Adikku mendapatkan lebih. Yaitu tidak hanya kasih sayang sebagai ibu yang diberikan kepada Adit, tapi kehangatan tubuhnya juga. Dan aku ingin juga. Diriku ku terbakar api marah dan cemburu.

“Aku cuma kurang tidur saja buk". Ya, jawaban ku memang jujur, aku beneran kurang tidur.

"Kurang tidur? Hayooo…. begadang yaaaa…." ujar ibu dengan nada jahil.

"Hehehehe….." tawaku yang dibuat-buat. Padahal aku kurang tidur karena ibu dan Adit. Apalagi tadi pagi aku memergoki Adit keluar dari kamar ibu dengan bertelanjang dada, semakin tidak bisa tidurlah diriku ini. Untuk apa coba si Adit kamar ibu jam 3 pagi?! Masa iya sih mijet? Halah, bohong!

“Dimas, kamu harus ngurang-ngurangin begadang sayang, nggak sehat buat kamu. Tubuh itu butuh istirahat yang cukup, terus…bla….bla…bla”. Sekarang malah diceramahi sama ibu. Harusnya aku yang menceramahinya, mengapa ia berbohong kepadaku, lalu bertanya kenapa Adit keluar dari kamarnya di pagi buta.

"Ya, nak ya?".

"Iya bu" jawabku malas. Padahal aku tidak memperhatikan ucapannya dari tadi, terlanjur malas mendengar apa yang keluar dari mulutnya.

"Iya apa?".

"Dimas nanti kurangi begadangnya" jawabku seala kadarnya.

"Sippppp…., demi kamu juga sayang".

Aku mengangguk kepadanya, lalu bertanya “Hari ini ada kelas bu?”.

“Ada sayang, ibu mau ngajar di luar”.

“Dimana bu?”.

“Biasa lah sayang, masih pake nanya lagi. Duhhhh… kok anak ibu pelupa banget sih” ucapnya.

“Eh iya iya, hehehe…Dimas lupa bu. Siapa tahu ngajar di tempat lain”. Aku harus terus bersandiwara, berlagak bodoh di depan ibu.

“Ohhhhh….. Sama Adit dong ya?”

“Iyahhhh…, nanti dia nyusul, habis selesai urusannya di Depok”.

“Kamu sendiri mau ngapain hari ini?” tanyanya balik.

“Palingan di rumah aja bu, Dimas juga lagi males mau kemana-kemana”.

“Kamu ini mentang-mentang lagi liburan semester, males-malesan di rumah. Sana coba kamu olahraga atau apa gitu sayang” ujar ibu menasehatiku. Sebal mendengarnya.

“Iyaaaaa…ibu ku yang cantik dan baik” membalas. Ibu terkekeh tersipu malu mendengar gombalanku.

“Hihihihi…..ya nggak Adit, nggak kamu, sama aja tukang gombalin ibu sendiri. Tapi ibu suka kok, hihihihi….” tawanya penuh senang. Ibu bisa tertawa seperti itu seolah tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan olehnya dan Adit.

‘Tapi Ibu lebih senang digombalin sama yang Adit yang ganteng dan gagah itu kan, sampai-sampai mau diajak naik keranjang” ucapku dalam hati yang penuh amarah dan cemburu. Seandainya aku bisa berbicara itu sekarang juga. Kubayangkan selama aku di Surabaya, ibu dan Adit merengkuh nikmat di rumah ini. Rumah yang seharusnya jadi tempat tinggal bersama, malah di gunakan mereka untuk bersetubuh ria. Meski belum ada bukti pasti, tapi aku sudah sangat yakin kalau di antara mereka ada sesuatu.

“Dim, Dim, Dimas!”.

“Eh iya bu?” sentakku kaget dipanggil-panggil ibu

“Kamu malah bengong deh”.

“Hehehehe… nggak apa-apa bu kok”.

“Oh iya, itu sudah ibu masakin buat kamu makan siang. ibu sama Adit sudah pasti makan di luar”.

Aku mengiyakan, lalu melanjutkan makan dengan ogah-ogahan.

Ingin kutanya kepada ibu mengenai Adit yang keluar dari kamarnya pukul 3 pagi tadi. Ku urungkan niat tersebut. Aku tidak mau ibu dan Adit tahu kalau mereka telah melakukan kesalahan, hingga kebohongan mereka telah terendus olehku. Dari yang mereka berbohong soal kelas mengajar dan keluarnya Adit dari kamar ibu.

Setelah ibu pergi untuk mengajar. Rumah menjadi berada di penguasaan untuk diriku sendiri. Biar lah ibu dan Adit bersenang-senang dulu di luar sana. Aku langsung memikirkan cara untuk mendapatkan bukti.


Besok

Seharian di rumah kemarin, aku telah menyusun rencana dengan begitu matang, yang pasti akan berhasil. Karena ibu dan Adit bermain begitu rapi dalam bermain panas di belakangku. Maka setelah dipikir matang-matang kuputuskan untuk menggunakan kamera kecil yang akan kupasang di seluruh penjuru rumah. Hanya dengan menggunakan benda perekam itu aku bisa memergoki dan sekalian merekam keduanya sebagai bukti. Selama di rumah, aku akan susah mendapatkan bukti. Mereka berdua pasti lebih memilih untuk ‘bermain’ di luar, dengan dalih mengajar.

Rencanaku adalah memasang kamera kecil di segala penjuru ruangan di rumah ini. Semua ruangan akan kupasangi. Lalu selama 4 hari aku akan pergi dari rumah dengan alasan menginap dengan teman di Puncak. Padahal aku akan menginap di sebuah hotel dekat sini. Lalu kenapa harus 4 hari? Agar keduanya yakin kalau aku pergi lama. Kalau cuma sehari, pasti mereka tidak akan ambil resiko. Maka aku memilih untuk pergi selama 4 hari. Dengan begitu ibu dan Adit bebas melakukan apa yang mereka mau selama aku tidak ada di rumah. Dan aku bisa merekam semuanya.

Dari pagi kuhabiskan waktu di kamar untuk mencari kamera pengintai yang sesuai dengan kemauanku. Ku habiskan seluruh uang di tabunganku untuk membeli kamera yang kubutuhkan sekaligus membayar hotel. Setelah mendapatkan kamera yang kumau, aku langsung membelinya. Nanti ketika sudah sampai, langsung kupasang di waktu ibu dan Adit pergi dari rumah untuk ‘kelas’. Tidak lupa kucari penginapan yang cocok dengan sisa uangku, yang penting harus ada wifi. Agar aku bisa menonton keadaan di rumah dari hotel nanti.


Lusa Pagi

Butuh dua hari aku memasang kamera kecil yang tersebar di penjuru rumah ini. Nantinya tidak ada yang akan luput dari penglihatanku. Pagi ini aku sudah coba kualitasnya, dan hasil cukup memuaskan. Bisa di tonton langsung sekaligus di rekam sebagai bukti.

Aku hampiri ibu dan Adit, yang sedang berduaan dengan di ruang tengah. Kulihat mereka sedang menonton bersama. Tanpa ada rasa dosa, Adit tidurkan kepalanya di paha ibu. Kalau aku tidak tahu ada sesuatu dengan mereka, sudah pasti akan ku anggap angin lalu saja. Tapi sekarang beda. Bikin marah saja mereka berdua ini.

“Bu, Dimas mau nginep di puncak”.

“Hmmm….Puncak? Mau nginep sama siapa sayang?” tanyanya tanpa menoleh kepadaku, ia sedang mengelus kepala Adit yang berada di pahanya. Sialan, mereka mesra sekali.

“Sama temen-teman SMA bu, mereka dapet villa lagi murah banget. Makanya dadakan ngajaknya” ujarku berbohong. Sebenarnya aku akan menginap di hotel yang tidak jauh dari sini.

“Berapa lama Dim?” tanya adikku yang masih tiduran di paha ibu.

“4 hari 3 malam, sorenya sudah pulang gw. Mumpung masih pada bisa nih” jawabku. Lagi, terjadi lagi! Sekilas Adit menatap ibu yang sedang memangkunya. Berkali-kali saling tatap-tatapan seperti itu terjadi. Seakan itu sebuah kode.

“Kamu mau berangkat kapan Dim?” tanya ibu. Ia terlihat tidak sabar dengan kepergianku.

“Sekarang bu, ini Dimas lagi siap-siap”. Ya, senyuman ibu semakin lebar setelah mendengar kata-kataku. Sakit hati melihatnya. Keduanya menunjukan mata yang berbinar. Mereka tidak bisa menutupinya. Mereka senang kalau aku pergi dari rumah. Ya tentu saja, mereka jadi bebas di rumah. Tidak ada lagi yang menghalangi mereka untuk ‘olahraga’.

“Ohhh… ya sudah, kamu ada duit buat di sana nanti?"

Anehkan? Ia tidak berkomentar apa-apa. Padahal aku meminta izin dengan begitu mendadak. Biasanya dia akan ngomel dulu, tapi ini tidak. Wajahnya saja terlihat senang sekali. Pada dasarnya Ibu memang ingin juga aku untuk pergi.

"Kalau ibu mau nambahin, seperti biasaaaa….. Dimas nggak nolak kok hehehehe…..”.

"Hihihihi… sudah ibu duga. Gih sana, ambil duitnya di dompet ibu. Kalau semisal kamu kurang duitnya nanti telpon ibu aja, biar nanti di transfer ya".

"Iya, makasih ya bu. Dimas langsung jalan ya bu, temen-temen Dimas sudah pada ngumpul" ucapku berbohong. Padahal pengen buru-buru untuk pergi dari rumah ini. Pasti mereka juga tidak sabar untuk aku pergi.

"Iya nak, hati-hati di sana. Jangan lupa makan ya sayang, jaga kesehatan disana” ucap ibu mengingatkan diriku. Huh! Perhatian sekali ibu ini. Padahal dari gelagatnya ia sudah tidak sabar untuk berduaan dengan Adit.

"Iya bu. Dit, gw cabut dulu" ujarku basa-basi.

"Iye, ati-ati bro. Jangan lupa balik ya" candaku. Adik ku juga terlihat senang. Pasti kedua langsung ‘melakukannya’. Lantas aku langsung bergegas ke kamar mengambil barang-barang kuperlukan buat di hotel nanti. Setelah siap aku langsung pergi ke hotel dengan ojek online yang telah dipesan.

Bersambung....

Part 6b di up sore ini atau malam ini

 
Part - 6b

Hotel - Day 1

Dalam perjalanan ke hotel aku berpikir jika kalau aku tidak nafsu kepada ibu sendiri, reaksiku terhadap hubungan terselubung yang dimiliki oleh ibu dan Adit sudah pasti akan membuat diriku murka. Sekaligus mengutuk perbuatan mereka. Namun sekarang beda cerita, dimana aku memang nafsu kepada ibu sendiri. Akan aku gunakan rekaman video nanti sebagai alat untuk meminta kepada ibu, apa yang ia berikan kepada adikku itu. Aku sebagai anak ibu, sejatinya harus juga menerima apa yang Adit terimanya. Hati dan tubuhnya.

Pantas saja waktu aku di Surabaya, kita semua jarang berkomunikasi. Mereka selalu berasalan karena takut mengganggu kegiatanku. Awalnya kupikir lebay tapi masuk akal, jadi tidak dipermasalahkan lebih jauh. Namun kenyataannya mereka terlalu sibuk mereguk kenikmatan duniawi, malas berhubungan atau bahkan lupa denganku.

Setibanya di hotel, aku ke resepsionis mengurus kamar yang kutinggali selama 4 hari berturut-turut nantinya. Selesai administrasi, aku bergegas naik ke lantai atas dimana kamarku berada.

*Deg Deg Deg Deg. Itulah suara jantungku. Selama naik ke lantai atas detak jantungku begitu kuat dan cepat.

Masuk kamar, tanpa membuang waktu lagi, aku langsung mempersiapkan laptop di meja kamar. Kutarik kursi, kemudian kubuka aplikasi penghubung dengan kamera di laptop. Dengan aplikasi ini aku bisa memilih kamera yang mana saja. Tangan milikku begitu gemetar, karena sesaat lagi aku akan mengetahui secara langsung apa yang terjadi di rumah. Dengan tangan gemetar, secara perlahan aku memilih kamera yang sedang merekam secara live atau langsung di area ruang tengah.

Setelah tampil di layar laptop, aku bisa melihat ruang tengah di rumahku. Namun tidak ada siapa-siapa di ruang tengah, hanya tv yang masih menyala menampilkan acara talk show yang penuh dengan gimmick-gimmick. 'Kemana perginya ibu dan Adit?'. Ku perhatikan dengan seksama layar laptopku. *Degh. Aku melihat pakaian berserakan di sofa rumah. Aku melihat daster ibu sudah tergeletak di sofa yang empuk itu. Serta baju dan celana boxer Adit juga tercecer disana. Itu semua adalah pakaian yang mereka pakai saat aku pamit dari rumah. Melihat itu dugaanku semakin benar mengarah ke sana. Apakah ibu dan Adit benar-benar melakukanya? Apakah mereka benar bersetubuh di belakangku? Pertanyaan-pertanyaan itu lah yang terngiang-ngiang dalam diriku. Sekarang yang harus aku lakukan adalah membuktikan itu semua.

Untuk mencari keberadaan mereka, segera aku ganti kamera ke kamar Adit. Rapi dan kosong, tidak ada siapa-siapa di sana. Beralih ke ruang fitness ibu. Kosong juga ternyata. Berarti tinggal kamar ibu.

Diiringi detakan jantung yang cepat dan nafas yang memburu berat, aku arahkan kursor mouse ke kamera yang kupasang di kamar ibu. Inilah momen nya, momen untuk membongkar kebohongan ibu dan Adit. Apakah kecurigaan ku benar? Aku menarik nafas panjang lalu memilih opsi untuk menampilkan layaran di kamar ibu.

*Click.

*DEGH.

Mereka….

Mereka… benar-benar melakukanya! Di belakangku!

Diriku tercekat, nafas seperti berhenti sesaat ketika melihat 2 insan sudah hampir bugil, menyisakan pakain dalam yang masih melekat di tubuh mereka. Hatiku memanas terbakar mendapati dua orang yang kusayangi sedang bercumbu dengan panasnya di atas ranjang. Yang seharusnya mereka tidak lakukan. Seorang wanita bertubuh ramping berada di atas tubuh seorang pria, yang tak lain adalah….

Ibu….

ibu ku…. wanita yang melahirkanku ke dunia ini, memberikan cinta dan kasih sayangnya kepadaku. Kini ia sedang menindih, sambil menciumi ganas seorang pria.

Sudah jelas siapa laki-laki yang sedang di tindih ibu, yang lain tak lain adalah adalah Adit, anaknya, yang juga adik ku. Tangan-tangan kekar Adit memeluk ibu erat-erat. Pelukan mereka bukan layaknya seperti pelukan antara orang anak dengan ibunya. Melainkan antara sepasang kekasih yang sedang mabuk cinta. Dalam dekapan Adit, tubuh ibu terlihat sangat mungil.

Aku pause live streamingnya, menyandarkan diriku di kursi. Aku berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, dan mempersiapkan diri apa yang akan terjadi. Dugaanku terbukti benar, ibu dan Adit ada main di belakangku….. di belakangku! Mereka melakukan seks! Ibu dan Anak! Dan aku tidak ikut!

Sudah menguasai diri dan tenang. Kusiapkan diriku. Mengambil nafas panjang, lalu ku mulai lagi streamingnya. Mataku terpaku kepada layar laptop. Keduanya masih saling menempelkan tubuh mereka dengan eratnya. Aku melihat mulut ibu beserta bibirnya tipisnya itu terkunci rapat dengan bibir Adit. Keduanya bercumbu dengan gairah yang menggebu-gebu. Saling menghisap dan mengait lidah satu sama lain. Saling menggerayangi tubuh satu sama lain. Menggairahkan, bagai api yang membara panas. Aku benar-benar marah melihat Adit yang menggumuli ibu layaknya kekasihnya sendiri. Eh?! Marah? Bukan hanya marah, tapi juga cemburu. Aku harusnya juga bisa seperti dia. Apa yang ingin kulakukan kepada ibu hanya sebatas angan-angan, tapi Adit benar-benar melakukanya. Dan ibu menerimanya dengan senang hati, berarti mereka suka sama suka. Tidak ada paksaan di antara keduanya.

“Ehmmmmm!!” desah ibu tertahan saat telapak tangan Adit yang lebar itu menangkup bongkahan kenyal pantatnya dan meremasnya gemas. Salah satu aset ibu yang kudambakan, sekarang dimainkan oleh adikku. Aku didahului olehnya. Ibu terlihat seksi dengan balutan bh dan celana dalam berwarna putih.

Ibu melepaskan ciumannya di anak kandung nya sendiri. Saking buas dan panasnya mereka saling melumat, sekitar mulut mereka basah dengan air liur. Ibu yang berada di atas, ia tumpukan kedua tangannya di kedua sisi kepala Adit. Ia pandangi Adit yang ada di bawahnya.

*Cuph. Ibu mengecup mesra bibir Adit yang tebal itu, lalu tersenyum manis kepada adik ku itu. Keduanya sangat terlewat mesra. Kemesraan yang tidak wajar di antara ibu dan anak.

Aku jadi teringat waktu menyusul mereka ke restoran ramen di mal xxx, keduanya terlihat saling merangkul, cekikikan bersama. Keduanya terlihat bagai orang sedang pacaran. Kala itu aku sempat berpikir aneh, tapi tak kupedulikan lebih jauh. Mana ada waktu itu aku berpikiran buruk kepada mereka berdua.

*Plak. "Akhhh!" pekik ibu yang terdengar manja di telingaku. Adit baru saja melayangkan tamparan kecil di bokong ibu yang mungil tapi kencang itu.

"Nakal ihhhh…. ” rengek ibu kepada Adit. Ia bergelayut manja, layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Tak habis pikir diriku, melihat ibu yang bertingkah seperti itu. Seluruh tubuhku terasa panas melihatnya.

"Habisnyaaaa…. Aku gemes banget sama pantat ibu yang seksi ini" ujar Adit seraya meremas-remas aset yang indah nan seksi milik ibu tersebut. Ibu mengeluh manja lagi di buatnya.

Ibu membalas dengan mencubit hidungnya Adit sampai kesakitan. Lalu keduanya tertawa bersama. Kesal sekali melihatnya, seakan aku tidak ada sama sekali. Melupakan aku sebagai anak sulung ibu, dan kakak bagi Adit. Dunia hanya milik mereka berdua, dan aku tidak ada di dalam dunia mereka.

Melihat mereka saling menggerayangi, membuat birahi ku terusik. Kini tak hanya rasa marah dan cemburu yang timbul, nafsu dan terangsang juga hadir. Pelan aku mengusap bagian depan celana jeansku. Terasa barangku mulai menggeliat.

"Buuuuu….." manja Adit. Badan sebesar itu tapi manja seperti anak kecil, kesal sekali melihatnya.

"Apa sih, anakku sayang" balas ibu mesra. Ibu membelai rambut Adit dengan begitu lembut. Satu tangan lainnya meraba dada bidang adikku. Aku meringis cemburu melihatnya, kapan terakhir kali diriku menerima usapan lembut di kepalaku.

"Isepin dong bu…" pinta Adit. *Glek. Aku menelan ludah, saat mendengar permintaan Adit kepada ibu. Akankah aku melihat ibu menghisap kemaluan seorang pria. Bahkan gilanya yang akan di hisap adalah milik adikku, anaknya sendiri yang berbadan besar itu. Badannya saja besar, apalagi penisnya. Meski aku tidak pernah melihat langsung, tapi mengingat cetakan besar di celana yang kulihat di dapur tempo hari, sudah pasti miliknya gede sekali.

Dan ibu tersenyum mendengar permintaan Adit, ia juga menginginkannya! Ohhhh sial! Ibu akan mem-BJ Adit, anaknya sendiri. Aku yang juga anaknya akan melihatnya, bagaimana ia akan memanjakan kemaluan adikku dengan mulutnya. Menjilatinya, menghisapnya, menelannya, Mengulumnya dan menyedotnya dengan nikmat. Aghhhhh! Bangsat, aku seharusnya aku juga merasakanya. Aku harus juga diperbolehkan merasakan hangatnya mulut ibu.

Ibu kecup singkat bibir Adit lagi. Lalu tubuh ibu berangsur turun ke bawah. Selama bergeser turun, bibir tipisnya terus melayangkan ciuman ke sekujur tubuh Adit yang gagah itu. Dari dada yang bidang Adit, turun ke perut sixpacknya. Terus selama ibu berikan kecupan kecil namun terasa begitu dalam dan penuh khayat. Seolah ibu memuja Adit sebagai kekasihnya sekaligus pejantannya, tidak lagi hanya sebagai anak saja.

Akhirnya kecupan ibu hinggap di gundukan besar di celana dalam Adit. Ia kecup ujungnya. Dari layar aku bisa melihat ujung penis Adit sudah mengeluarkan cairan pelumas alaminya. Dengan kualitas gambar yang high definition ini, aku bisa melihat cairan bening Adit terus keluar membasahi celana dalamnya. Saking melimpahnya yang merembes keluar dari celana dalamnya, celana dalamnya seperti sedang bocor.
Puas mencium, ibu menjulurkan lidahnya. Yang tidak kusangka adalah ibu menjilat sumber rembesan itu. Terus ibu mengusap bagian yang basah itu dengan lidah mungilnya. Berulang kali, cairan precum Adit yang merembes keluar, ibu langsung menjilatinya hingga bersih. Seolah tak rela cairan bening itu terbuang sia-sia. Apa yang dilakukan ibu sangatlah membuat birahi terbakar.

“Ohhhh…ibuuuuu….” lenguh Adit, merasakan lidah ibu yang membelai kemaluannya. Masih terhalang celana dalam saja sudah begitu reaksi yang diberikan si Adit. Apalagi kalau di langsung. Aku merinding membayangkannya. Seandainya….

Tidak cukup hanya dengan dengan lidah, kini ia gesekan bibir indahnya di di batang kontol Adit. Membaluri bibirnya dengan cairan precum yang merembes keluar. Ia terlihat seksi dengan bibir yang basah dengan lengket. Ibu kombinasikan antara jilatan lidahnya dan gesekan bibirnya di celana Adit. Kemudian mulutnya mengecapi cairan pre-cum Adit yang berhasil ia kais.

"Ehmmmm….." gumam ibu, seolah sedang merasakan sesuatu yang enak.

“Enakkkk…hihihi…” ujar ibu centil. Ia terlihat begitu bahagia saat merasakan cairan bening milik Adit. Sejak kapan ibu jadi begini, bisa-bisanya ibu yang baik itu terlihat menyukai cairan itu. Apa sejak bersetubuh dengan Adit berubah? Entahlah, nanti aku juga akan tahu sendiri.

Harus diakui, tidak pernah diriku melihat adegan se-erotis ini. Dari semua film porno yang aku tonton, tidak ada yang sehebat dan memabukan birahi seperti yang lihat sekarang. Apalagi yang melakukanya ibu kandungku sendiri, jadi berlipat-lipat kegilaannya. Jujur sekarang celanaku terasa begitu sempitku. Penisku memberontak, ingin segera keluar dari kurungan celana ini. Di setiap adegan yang di perlihatkan, aku semakin cemburu dan terangsang. Terasa kemaluanku sudah menegak keras. Kurasa cairan pelumas ku sudah merembes keluar dari celana dalamku. Namun kutahan diriku dulu. Aku masih ingin menonton dulu.

"Bau kamu jantan banget sih sayang, sangat jantan….ehghhh!" ucap ibu yang kini sedang mengendus celana dalam Adit. Puas menjilati, ibu kini mencium bau selangkangan Adit. Terlihat ia menghirup dalam-dalam, memenuhi paru-parunya dengan bau selangkangan Adit. Aku terheran melihat kelakuan ibu yang tidak terlihat jijik sama sekali, malahan ia terlihat seperti orang yang sakau.

“Kamu sangat jantan dan perkasa sayang” puji ibu. Orang tua mana yang memuji anaknya sendiri seperti itu.

"Kalau dibandingkan sama si Wawan bu?". Ibu menghentikan apa yang ia lakukan ke kemaluan Adit. Ia tatap Adit dalam-dalam. Waduh, kayaknya ibu marah karena si Adit mengungkit-ngungkit si keparat itu.

"Si bajingan laknat itu tidak ada apa-apa kalau di bandingkan sama kamu! Ia pecundang lemah yang cuma bisa menggauli perek murahan tidak berkelas" ucap ibu. Nada bicaranya terlihat begitu penuh dengan amarah. Tapi aku setuju dengan kata-kata ibu, si wawan cuma pecundang yang telah mengecewakan kami semua.

"Tapi ibu harus berterima kasih sama dia. Gara-gara dia, ibu bisa merasakan keperkasaan anak ibu yang ganteng ini" ucap ibu dengan membara, sekaligus kini menggesekan hidungnya di batang kemaluan Adit yang masih terlindungi celana dalamnya. Ibu sangat begitu memujanya, layak seorang maniak seks.

Ibu tegakan tubuhnya, pindah posisi dari di atas tubuh Adit menjadi terduduk di samping Adit. Ia membelai halus cetakan kemaluan Adit yang sudah basah karena cairan pelumas. Jarinya menekan dan menelusuri cetakan kemaluan Adit yang menonjol kentara, ia menggoda Adit. Memancing nafsu untuk melambung lebih tinggi. Aku yang menonton dari hotel pun juga kena imbasnya. Apa kata dunia seorang anak akan menonton live show ibunya bersenggam dengan adiknya sendiri. Dan ia sendiri tidak di ajak. Harusnya iya!

“Buuuu…. Ayooooo…donggg…” rengek Adit.

“Hihihihi….ayo apa sih nak?” goda ibu. Ia masih saja dengan sengaja hanya mengelusi kontol Adit dari luar celana dalam.

“Sepong kontol Adit dong, sudah nggak tahan nih” melas adikku.

“Hihihihi… sama dong sayang, ibu dari tadi malam juga sudah pengen ngisep kontol kamu…uhhh… seperti biasa, pasti enak rasanya kalau kontol kamu di mulut ibu”. Astaga! Barusan ibu menyebut kontol. Baru kali ini aku mendengar ibu mengucapkan kata sevulgar itu. Biasanya bertutur kata yang baik layaknya wanita yang baik-baik dan anggun keayuan. Namun di belakangku, ibu berbeda sekali. Di apakan sama si Adit sih?

“Huh! Enakan pas si Dimas nggak ada ya bu, kita bisa kapan aja ngentotnya” ujar Adit yang terlihat sebal.

“Sabar ya sayang, bentar lagi kakak kamu juga pulang ke Surabaya. Baru deh kita bisa puas-puasin lagi ya sayang, bebas di rumah hihihihihi….”. Aku terdiam mendengar mereka. Tidak tahu harus berkomentar apa. Yang pasti sakit hati mendengarnya.

Ibu menggapai karet celana dalem Adit, lalu menariknya turun dengan pelan sekali. Bulu kemaluan Adit terlihat, tercukur rapih tidak gondrong. Dia merawat tubuhnya dengan baik. Setelahnya, pangkal kemaluan Adit timbul terlihat. Dari sini aku bisa menerka kalau lingkaran kontol Adit sangat lebar, jauh melebihi apa yang kupunya. Ibu terus menarik turun celana dalam Adit ke bawah. Sedikit demi sedikit, batang kemaluan adikku itu mulai terpampang di layar laptopku. Selama melakukan itu nafas ibu semakin memburu cepat seiringnya kemaluan Adit terlihat. Ia tidak sabar untuk menarik keluar kemaluan Adit.

Turun dan semakin turun, tapi terhenti ketika kepala kontol Adit membuat celana itu tersangkut. Moncong yang besar itu menahan celana dalam itu untuk terlepas sepenuhnya dari selangkangan Adit.

“Ayo lah bu! Tunggu apa lagi, buka celana Adit, sepongin Adit sekarang” rengek Adit yang sudah tidak sabar.

Ibu tersenyum lebar menggoda kepada Adit, mempermainkan birahi anaknya sendiri. Adit menjadi tambah blingsatan disana. Apa lagi aku yang bisa menyaksikan tanpa merasakan. Aku menggeleng kepala melihatnya.

Dengan sekuat tenaga ibu tarik celana dalam itu, mau tak mau kemaluan Adit terlontar dengan kuatnya, mengangguk-ngangguk naik turun dengan hebatnya. Bangsat! Besar sekali! Panjangnya juga tidak masuk akal. Nggak kalah sama pemain-pemain bintang bokep barat! Dan sudah banjir lendir di ujungnya! Gila! Kusadari, ternyata tidak cuma badannya yang kekar berotot, tapi kontolnya juga sama. Di batangnya penuh urat-urat besar yang berdenyut-denyut kuat.

Sedari tadi mulutku masih saja terbuka karena tidak percaya, mataku membesar kagum, melihat kemaluan adikku itu. Aku benar-benar iri terhadapnya. Kutaksir perbedaan kepunyaanku dengan Adit hampir 3 kali lipat! Bayangkan 3 kali lipat! Dia apakan sampai sebesar itu. Lalu ukuran buah zakar Adit, terlihat abnormal. Besar sekali! Aku kalah jauh, sangat jauh! Dari segi fisik maupun dari segi ‘perkakas’. Pantas saja ibu tergoda untuk mau memberikan tubuhnya kepada Adit. Pastilah ibu merasa terpuaskan dengan batang sebesar itu. Dengan begini apa ibu puas dengan aku nantinya? Aku jadi takut, takut ibu kecewa denganku nantinya.

Ibu mendesah "Ohhhhhh…ini dia kontol kesayangan ibu". Ia menjilat pelan bibir bawahnya, bagai predator melihat mangsanya. Kedua matanya terlihat begitu penuh dengan nafsu membara, memandangi kemaluan anaknya sendiri yang terpampang dengan gagahnya. Kurasa ia sudah tidak bersabar untuk melumat habis kemaluan anaknya. Sebentar lagi kontol besar milik adik ku akan masuk ke dalam mulut yang mungil ibu. Memikirkannya aku semakin blingsatan di kursi. Cemburu dan marah, semua rasa terasa campur aduk.

"Padahal sudah nggak bisa dihitung lagi, berapa kali kontol kamu ini sudah muasin ibuuu…shhhhh….tapi… ibu selalu terangsang melihat kontol besar sayang" lirih ibu, tatapan sudah sangat sayu. Tidak pernah aku melihat menampilkan wajah seperti itu. Benar-benar beda wajahnya yang ia tampilkan di kesehariannya.

Kalau kuperhatikan dari ucapannya, sepertinya mereka sudah berhubungan seks sejak lama. Yang menjadi pertanyaan adalah, sejak kapan mereka melakukannya? Sejak aku kuliah di Surabaya kah? Atau bahkan sebelum aku pergi merantau untuk kuliah. Kalau memang sebelum aku kuliah, berarti bisa saja sejak Adit masih SMP atau SMA. Tapi itu sangatlah mustahil, karena aku pasti akan tahu. Lebih baik aku harus perhatikan setiap percakapan mereka di live streaming ini, agar aku tahu sejak kapan sebenarnya mereka memiliki hubungan panas dan terlarang ini di belakangku. Bisa-bisanya mereka tidak menyertakan aku.

“Bahkan kemarin kamu seharian sudah ngentotin ibu, tapi ibu masih terasa kurang tahuuuu…. Pengen di entot lagihhhh…” ujar ibu. Benar saja kan, selagi aku sibuk masang kamera di rumah, mereka asyik bersetubuh ria di luar sana, entah dimana.

“Aku juga sama, pokoknya Adit nggak ada puas-puasnya sama tubuh ibu” balas Adit.

"Seandainya Dimas nggak ada di rumah, sudah tiap hari ibu, Adit entotin deh”.

“Hihihihi….mau dong di entotin tiap hari. Ayo sayang, ibu mau nyepong dulu ”.

"Nih kontol Adit buat ibu". Adit menyodorkan dan menggoyang-goyangkan kontolnya, memancing ibu untuk menggenggamnya.

Ibu meraih batang kontol Adit, menggantikan tangan Adit yang sedang menggenggamnya. Tangan ibu menjadi terlihat sangat mungil. Karena lingkar kontolnya yang lebar ujung jari-jari tidak bertemu sama sekali saat melingkari batang kontol Adit. Panjang kontolnya Adit juga membuat Kurasa di genggam dua tangan ibu pun tidak bisa mengcover panjangnya. Adit ini keturunan siapa sih?! Mengapa dia bisa punya penis sehebat itu.

“Gede bangetttt… Sihhhh...!” gemas ibu. Ia genggam batang keras itu dengan perasaan gemas tidak tertahankan.

“Hehehehe…. Apa yang gede bu?”. Adit cengengesan seperti orang mesum.

“Kontol kamu yang gede dong sayang”.

“Memang kenapa kalau kontol aku gede bu?”.

“Ibu suka banget sayang…shhhh…”. Sedari tadi ibu masih mengelus perlahan kontol Adit. Ia lakukan seperti sedang menyayangi sesuatu yang berharga. Ibu juga memandangi benda besar itu dengan sayu.

“Kok ibu bisa suka sama kontol yang gede sih?”. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Adit terlihat bertujuan memancing birahi ibu lebih jauh.

“Soalnya kontol yang gede berotot kayak punya kamu ini enak buat di emut, enak buat di pake ngentotin memek, pokoknya kontol kamu hebat deh, nggak ada bisa nandingin!” ujar ibu dengan menggebu-gebu. Tanpa melepaskan pandang ke mata Adit, ia menunduk ke arah kemaluan yang sedang mengacung tegak itu. Lalu mencium mesra tepat di lubang kencingnya Adit. Beberapa detik ibu diamkan bibir tipisnya itu di moncong yang basah. Terkadang ia usapkan bibirnya dengan kepala kontol itu. Ibu terlihat sensual sekali, membuat diriku semakin nafsu kepadanya.

Ketika ibu menarik kepalanya menjauh, juntain pre-cum Adit tercipta dari bibir ke kepala kontol Adit. Yang lalu putus karena ibu sudah semakin menjauh dari batang kontol Adit.

Kemudian Adit dengan tanpa dosanya, meminta ibu untuk memuaskan kontolnya. Ia meminta ibu kandungnya untuk memasukan kemaluan besar ke mulutnya. Tidak mau dibilang munafik aku juga pasti mau di isep oleh ibu.

*Cuh Cuh Cuh. Ibu meludahi kontol Adit. Lalu ia mengurut lembut dengan satu tangan, meratakan ludahnya sendiri di sekujur batang kemaluan anaknya. Jempol ibu usapkan di ujung moncong penis itu. Adit pun melenguh enak di buat ibu.

“Ssshhhh….enak nggak, sayang?” tanya ibu tanpa menghentikan gerakan tangannya.

“Enak bu, tangan ibu lembut banget. Terusss…. Buuuu…terusss… kocokin kontol Adit…ohhhh!” jawab Adit yang disertai dengan desahan. Ia begitu menikmati perbuatan ibu di kemaluannya. Dia sedang enak-enakkan bersama ibu. Sedangkan aku di hotel sendiri meratapi nasib menanti jawaban sesungguhnya, dan berharap nantinya akan mendapat hal itu juga dari ibu.

Ibu dengan lihainya terus membelai kemaluan anaknya sendiri yang sudah menegak keras bagaikan baja. Dengan penuh penghayatan, ia mengelus perkakas anaknya dengan lembut. Telapak tangannya terus bergesekan dengan urat-urat besar di kontol Adit. Sulit ku bayangkan rasanya jikalau aku di menerima servis tangan ibu yang mulus tanpa cela itu. Apakah nanti aku akan kuat.

Adegan yang kulihat sekarang sangatlah panas menggairahkan, mengalahkan film-film bokep yang pernah kutonton selama ini. Apalagi karena ini dilakukan oleh ibu kandung dan Adik kandung. Jadi tambah gila sensasinya, semakin membuatku terangsang dengan hebatnya. Dan seharusnya aku yang masih sedarah sama mereka, juga berada disana, Arghhh! Sialaaaaannnn!

Ibu dekatkan kepalanya ke ujung kontol Adit. Sambil terus menatap mata Adit dengan penuh nafsu, lalu dengan penuh perasaan ia mencium kecil tepat di bawah kepala kontolnya. Bibir mungilnya menempel dengan kulit kemaluan Adit. Bibir yang sering

“Ohhhh…ibuuuuu” erang Adit. Siapa sih yang kuat di gituin. Aku juga pasti akan kewalahan ditatap ibu seperti itu.

Ibu tersenyum senang karena melihat reaksi yang diberikan Adit. Seperti tadi ia kembali ia cium kepala kontol dengan penuh penghayatan. Puas menciumi, sekarang ibu menjulurkan lidahnya. Ia mulai menjilat dari buah zakar yang besar itu, naik melewati batang yang berurat itu. Jilatan itu berakhir di moncong kontol Adit yang terus mengeluarkan pre-cumnya. Ibu tanpa jijik ngilik lubang kencing Adit dengan lidahnya. Ujung lidah ibu bergoyang tepat di lubang kencingnya. Kontras sekali lidah pink ibu yang menempel di kontol Adit yang hitam menyeramkan.

Adit terus mendesah hebat karena perbuatan ibu di kemaluannya yang besar itu. Diriku semakin iri dibuatnya. Dengan lincahnya lidah ibu terus menari di kepala Kontol Adit, bermain di sekitar kepala. Sesekali lidah ibu menelusuri urat-urat kontol Adit yang besar-besar itu. Ibu sangat totalitas.

“Bu plissss… isep kontol Aditttt….ahhhhh…Adit sudah enggak kuat lagi!” mohon Adit. Ibu tersenyum lagi, kemudian mencium dalam-dalam kepala kontol Adit “Mmmuachhhhhh…..hihihihi…”.

Kemudian Ibu membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung kontol Adit. Kepala kontol Adit yang besar itu, hilang masuk ke dalam mulut mungil ibu. Karena terlalu besar, hanya seperempat bagian yang bisa masuk ke dalam mulut ibu. Dulu hanya sebatas fantasi, tidak pernah kusangka kalau aku bisa melihat secara langsung mulut mungil ibu penuh dengan kontol. Namun yang bersarang adalah kontol adikku, bukan milikku. ‘Sabarlah Dimas, nanti kamu juga merasakanya’ ucapku kepada diriku sendiri dengan penuh harap.

“Ohhhh…yeahhhhh…buuuu….nghhhh!”. Adik terpejam seraya mengerang panjang.

*Degh. Kalau diingat-ingat, suara desahan seperti….. jangan-jangan…. Benar dugaanku kalau mereka bukan kena serangan kram adalah benar.

Betapa bodohnya diriku. Aku terlalu naif. Desahan yang dikeluarkan oleh Adit, sama dengan suara yang ia keluarkan kala kram di beberapa pagi hari yang lalu. Berarti waktu itu ibu bukan benar-benar memijatnya, melainkan memainkan kemaluannya. Ibu melakukan di depan aku, anak kandung pertamanya. Dengan kata lain kedua melakukan hal mesum dengan hanya beberapa jarak meter.

Lalu jangan-jangan waktu sekembalinya aku dari mencuci di belakang rumah, ibu lagi nyepong Adit. Berarti Ia melakukan di bawah meja yang tertutup dengan taplak yang hampir menyentuh lantai. Pantas saja aku tidak bisa melihatnya. Aku tidak habis pikir dengan ibu, bisa-bisa dia berani berbuat seperti itu. Dan begitu juga ibu yang kram di mobil, berarti waktu ia sebenarnya sedang ‘dimainkan’ oleh Adit. Aku benar-benar polos dan bodoh. Bukan-bukan, aku cuma seorang anak yang baik, tidak berprasangka buruk terhadap orang-orang kusayangi. Ya itulah, pembelaan atas kebodohanku.

Kembali ke layar laptop. Ibu dengan semangat yang berapi-api melumat kontol Adit. Kepalanya naik turun, mengocok kontol anaknya dengan mulutnya. Bibir tipis bergesekan dengan kulit kontol dan urat-urat besar yang bertonjolan. Adit terus mengerang keenakan di buat ibu. Aku penasaran dengan rasanya di blowjob-in. Apalagi kalau sama ibu, pasti rasanya enak. Beruntungnya Adik ku itu. Iri dan iri kepadanya yang bisa kurasakan sekarang.

Cukup lama ibu memberikan service mulutnya pada penis Adit. Stamina Adit begitu kuat, sama sekali belum terlihat akan ejakulasi. Sepertinya dia bisa begitu karena rajin olahraga, terbantu juga dengan yoga bersama ibu. Eh, tapi kalau di beneran yoga sama ibu! Pasti yang ‘lain’. Tapi yang pasti sekarang aku merasa minder. Sedari tadi aku semakin takut kalau aku tidak ada apa-apanya dengan adik ku sendiri.

Ibu melepaskan jepitan mulutnya lalu bertanya “Gimana sepongan ibu?”. Terlihat juntaian saliva yang terhubung dari bibir ibu dengan pucuk kemaluan Adit. Ibu sangat seksi dan menggairahkan dengan keadaan seperti itu. Dan Ia tidak menghentikan gerakan tangannya yang mengelus pelan batang keras itu. Seakan itu adalah benda kesayangannya, tidak rela melepaskannya begitu saja.

“Mulut ibu enakkkk! Bisa aja Adit seharian di sepong ibu terus hehehe” puji Adit atas kemampuan ibu dalam menservice kemaluannya.

“Hihihihi… maunya kamu ah! Mulut ibu pegel tahu!”.

“Loh tapi ibu suka nyepongin Adit kan?”

“Suka dong, suka banget malahhh!!!!” teriak ibu dengan semangatnya. Aku gelengkan kepala saat mendengarnya.

“Hehehehe…. Adit jadi inget sama kemarin bu. Ibu bela-belain mengusir kakak waktu di bioskop, supaya duduk diatas sendirian” ucap Adit.

“Tapi mahal tau bayarnya! Coba berapa kursi yang ibu booking?” sergah ibu.

“Lupa bu, yang pasti banyak Hehehehe. Tapi makasih ya bu. Aku dari kemarin pengen ngerasain disepong pas di bioskop. Apalagi pas banget ada si Dimas. Pas kemarin ada momennya” ucap ibu.

Aku terdiam. Mendengar percakapan mereka barusan, aku cuma bisa teriak “What The Fuck!”. Jadi waktu itu mereka sudah membooking semua kursi di barisan mereka. Kukira waktu itu karena orang yang beli tiketnya tidak jadi datang untuk menonton. Ternyata sudah dibeli ibu semua. Pantas waktu itu, ibu selalu melemparkan senyum aneh kepada ku. Mereka memang sudah berniat mesum di dalam bioskop. Dan ibu sendiri yang meminta aku untuk mengalah kepada Adit. Lebih tepatnya mengusirku! Ia mengusir aku agar ia bisa menyepong adik ku di bioskop. Berarti juga ibu yang mendongak kesakitan di kursinya kemarin, bukan karena kram, tapi di ‘jahili’ Adit. Betapa tololnya aku diriku.

“Hihihi… kamu juga ih yang mancing duluan, jadinya ibu pengen juga deh”.

“Tapi ibu jadi nggak enak hati sama kakak kamu tahu! Demi nyepongin kontol kamu, kemarin ibu harus usir kakak kamu untuk duduk di atas”.

“Hehehe… tapi ibu suka kan? Lagipula Adit bales ibu sampe muncrat-muncrat kan”.

“Hihihihi…. Iya sihhhh…tapi kasian kakakmu loh” cemberut ibu sambil gesekan kontol Adit yang berurat itu di pipinya. Ternyata ibu kasihan denganku, tapi kenapa aku tidak diajak ke dalam hubungan spesial mereka? Kenapa bu? Kenapaaaa?!

“Sudahlah bu, dia nggak penting!” geram Adit.

“Hush! Dia itu anak ibu juga, yang berarti kakak kamu juga” omel ibu. Adit terdiam. Ia terlihat tidak suka dengan ucapan ibu.

“Tapi ibu mau melakukan apapun demi kontol Adit kan?” tanyanya.

“Iya anakku sayang, apapun akan ibu lakukan untuk kontol kesayangan ibu ini” ucap ibu mesra sereya mengocok pelan naik turun batang yang kokoh itu.

Ibu kembali menyergap mulut Adit, menciumnya dengan buasnya. Keduanya terlibat percumbuan yang panas lagi. Sedangkan aku, sedang mencerna fakta yang baru kuketahui.

“Bu, aku mau memek” ujar Adit dengan santainya.

“Mau Adit apain emangnya?”.

“Mau Adit jilat-jilat sampai muncrat, sini bu".

“Uhhhh… mau dong di jilat-jilat sama kamuhhh…..Tapi sebelum ibu kasih memek, kamu harus isep susu ibu dulu”. Ibu meraih kaitan bh nya yang terdapat di belakang punggungnya.

*Cletek. "Ouhhhhh!" desahku membahana di kamar hotel ini.

Itulah benda yang membuatku nafsu kepada ibu untuk pertama kali. Yang tak lain adalah payudara ibu. Nafsuku timbul karena benda kenyal itu.

Meski tidak sebesar milik tante Ernie. Tapi toket tetaplah toket, apapun bentuknya pasti akan menjadi magnet bagi semua kaum lelaki, bahkan terkadang termasuk perempuan. Kedua puting ibu yang bewarna kecoklatannya telah mengeras tegak menantang. Rasanya pengen aku menghisapnya, dan menggigitnya gemas.

Ibu menunduk, menyodorkan payudaranya ke muka Adit. Dengan penuh semangat adik ku masukan payudara ibu yang bisa masuk ke mulutnya. Ia melumat habis areola ibu, putingnya juga di hisap kuat. Ibu terdongak merasakan hisapan Adit di putingnya. Betapa beruntungnya Adit bisa menyusu kepada ibu lagi, layaknya bayi.

“Shhhhh….ahhhh…Adittttt….ahhhh….isepppp… yang kuatttthhh…ahhh!” desah ibu di saat Adit menyusu kepadanya. Tangan Adit pun tidak tinggal diam, ia meremas payudara ibu yang nganggur. Tangannya yang besarnya meremas lembut, seraya memainkan ujung yang sudah tegak mancung. Ia sentil-sentil, tekan-tekan, pelintir dan tarik-tarik pucuk payudara ibu. Ibu semakin menggila.

“Adittt… yang satunyaaa… Isep jugaaaa…Ahhh! Ahhhh!" erang ibu. Ia minta untuk menghisap payudara yang satu lagi. Lalu ibu menarik kedua payudara, lalu beranjak ke atas kepala Adit.

Adit menatap nanar ke selangkangan ibu yang berada di atasnya. “Memek ibu sudah becek banget nih, sudah pengan ngentot ya? Hehehehe….”

“Pake tanya lagi kamu! Ini kan yang kamu mau kan?! Ini kan?! Ayo jilat memek ibu!” perintah ibu seraya menyibakan celana dalamnya kesamping. Lalu ia turunkan tubuhnya. Ia posisikan selangkangan tepat di di mulut Adit. Walau terhalang, pasti mulut Adit sudah di sumpal dengan memek ibu. Sayangnya, karena dari posisi kamera yang kupasang ini, aku tidak bisa melihat vagina ibu dengan jelas. Karena masih tertutup dengan kakinya.

“Ohhhh….Adittttt!”. Ibu terdongak. Benar saja, pasti mulut si Adit lagi ngerjain lubang memek ibu.Sialan si Adit, aku kalah lagi. Aku dari kemarin cuma bisa mencium bau vagina ibu dari celana dalam bekas. Sedangkan ia bisa menghirup langsung, bahkan menjilatnya. Bunyi jilatan Adit juga terekam dengan jelas. Dari suara jilatannya, memek ibu sudah sangat amat basah. Tak hanya menjilat, Adit juga menyedot.

Selama masih duduk di muka Adit, ibu menggapai kontol Adit yang ada di belakangnya. Ia kocok dengan pelan. Namun karena masih di kerjain Adit, kocokan ibu tidak beraturan. Adit masih saja betah berada di selangkangan ibu. Aku pasti bakal betah juga disana.

Kemudian ibu lepas kontol Adit. Kemudian ia goyangkan pinggulnya, menggilas muka Adit dengan memeknya. Dari gelagat nya, si Adit tampaknya senang-senang saja.

“Ahhh! Ahh… Ahhh… ibu mau dapetttttt, sedot memek ibu…..gigit itil ibuuuuu….. Aditttt…..” erang ibu. Oh shit?! Aku akan menyaksikan Ibu yang akan orgasme oleh mulut Adit. Adit langsung pegang erat kedua sisi pinggul ibu. Ia tancap gas mengerjai memek ibu pakai mulutnya.

“Ahhhh….ngentottttt!” teriak ibu. Tubuhnya bergetar hebat di atas kepala Adit. Ia juga terdongak. Tubuh yang sudah mengkilap basah, sangat terlihat seksi

*Cret Cret Cret. Wow?! Aku tidak menyangka ibu bisa squirt. Selama ini kukira cuma bintang porno yang bisa. Ternyata ibu sendiri juga bisa! Hebat juga si Adit, bisa bikin terkencing-kencing seperti itu. Ibu terus mengeluarkan cairan memeknya dengan begitu deras, membanjiri muka adik ku. Ini pasti menjadi orgasme yang pertama untuk hari ini. Ngentot saja belum, tapi ibu sudah klimaks dengan dahsyatnya. Aku tidak sabar dengan apa yang akan terjadi selanjutnya

Setelah reda orgasme pertamanya, ibu terduduk di bidang dada Adit. Ia usap dengan penuh kasih sayang dada Adit. Ia terlihat bangga dengan adik ku.

“Hihihihi….maaf ya sayang, kamu jadi basah kuyup”.

“Hehehehe… nggak apa-apa bu. Adit senang-senang aja kok. Ibu sendiri gimana, enak gak di jilmekin sama aku?”.

“Wuenak donggggg, sampe ngecrit-ngecrit. Hihihihi… permainan mulut sama lidah kamu makin jago sayang”. Setelah memuji, ibu langsung memeluk dan mencium buas Adit yang berada di bawahnya. Keduanya kembali bercumbu dengan panas.

“Bu, Adit mau ngentotin memek ibu” . Ibu mengiyakan. Dengan tergesa-gesa tidak sabar, ibu lepas celana dalamnya lalu melempar ke sembarang tempat. Kemudian ia posisikan tubuhnya. Ia sejajarkan memeknya dengan kontol Adik yang menghunus ke atas. Ibu paskan lubang memeknya dengan kepala kontol Adit. Sebelum ia masukan, ia gesekan terlebih dahulu. Ia mendesis-desis. Panas dingin rasanya tubuh ini. Aku deg-degan, menanti momen ini. Dimana sesaat lagi ibu akan melakukan seks dengan adik ku.

Ibu turunkan tubuhnya yang ramping fit. “Nghhh….” geram ibu. *Blesh. “Ahhhh…sayangggg…” desah ibu kala kontol Adit berhasil menerobos masuk kedalam memeknya. Adit pun ikutan mengerang.

Dengan kedua mataku sendiri, aku telah melihat persetubuhan ibu dan Adit sesungguhnya. Persetubuhan terlarang antara seorang ibu dengan anak kandungnya sendiri. Adit benar-benar menancapkan kemaluannya yang besar ke kemaluan ibu yang sempit itu. Dan aku hanya bisa menonton mereka.

“Sayangggg! Penuh banget memek ibu…..Kontol kamu bikin ibu penuh! Ahhhh….” racau ibu. Aku merinding mendengar suara yang keluar dari mulut ibu. Seksi menggairahkan.

"Memekkkk…. nghhh…. ibu sempit banget, padahal sudah Adit sering entotinnnnn….oghhh!" balas Adit meracau.

“Kontol kamuhhh…. Yang kegedean!”.

"Iyahhhh….ohhhhh… yaaa… tuhannn…. kontol anak ku enak!”. Ibu menggoyangkan pinggul maju mundur. Aku yakin pasti keduanya merasakan nikmat tiada tara.

“Ohhhh!...Ohhhhh….” desah Adit. Ibu semangat sekali meliuk-liukan pinggulnya.

Ia yang pernah keluar dari lubang peranakan ibu, kembali dengan kontol besarnya. Jika dulu ia memberikan rasa sakit kepada ibu ketika dilahirkan, sekarang ia balas dengan memberikan kenikmatan tiada tara. Kecemburuan kepada adik ku semakin tidak terbendung. Sedari tadi aku ingin menggantikan adik ku itu.

Kemudian ibu menaik turunkan tubuh. Payudara ibu berguncang dengan hebat. Adit menggapai kedua payudara ibu yang berguncang dengan hebatnya. Ia meremasnya dengan kuat. Tak ayal ibu melenguh manja. Tapi ia tak menghentikan gerakan tubuhnya. Keringat pun semakin membasahi tubuh dan adik ku. Ibu menjadi terlihat tambah sensual dan seksi.

*Plok Plok Plok. Suara tumbukan kulit dengan kulit dari mereka sangat menggairahkan. Suara persetubuhan mereka membahana memenuhi kamar ibu, juga kamar hotelku. Sepasang ibu dan anak mendesah bersahutan-sahutan. Yang tak lain ibuku, dan adik ku sendiri, mengayuh kenikmatan duniawi.

"Memek ibu sempitnyaaaa....ahhhhh.....ohhhh".

"Iyahhh.... sayangg".

Tanpa ada jeda, ibu terus menaik turunkan tubuhnya. Pemandangan yang diberikan ibu dan Adit, begitu membuatku terangsang. Meski marah dan cemburu, aku sudah tidak tahan lagi. Kubuka celana, dan langsung mengurut pelan penis ku yang sudah tegang mengeras. Dengan kata lain aku masturbasi sambil menonton bu dan Adit bersetubuh dengan nikmatnya. Beruntungnya adikku di banding aku kakaknya, ia bisa di puaskan ibu. Sedangkan aku hanya bisa dengan tangan sendiri.

"Ahhh….Adit…Adit…remes sayang, remas yang kuat susu ibu sayang." desah ibu dengan merdunya. Ibu meremas tangan Adit yang hinggap di kedua payudara. Ibu yang anggun keayuan terlihat menjadi seperti binal kala bersetubuh dengah Adit. Tatkala aku mulai mengurut kemaluanku lebih cepat dan kuat. Dengan bantuan pelumas alami yang sudah luber, diriku lancar memuaskan hasratku sambil melihat ibu dan Adit bersetubuh.

Ibu terus menaikan turun tubuhnya di selangkangan Adit, mengejar kenikmatan. Aku juga mengejar kenikmatan dengan menaikan turunkan tanganku di kemaluanku yang sudah ereksi maksimal.

"Iyah…iyahhh….ahhhh….dikit lagi sayang, dikittthhhh….ahhhh! Terusssss…." Tubuh ibu mulai bergerak tidak beraturan. Ibu akan orgasme! Adit langsung menggenjot ke atas, membalas tumbukan ibu dengan penuh tenaga dan cepat. Tak ayal ibu semakin meracau di dera kenikmatan yang sangat hebat. Perasaanku sangat campur aduk sekarang, kagum, penasaran, dan cemburu.

Sejati kemudian, ibu melengking “Ibuuuhhhh….dapetttt…ohhhh…kontollll!”. Tubuh ramping melengkung, kepalanya mendongak ke atas. Disusul tubuhnya berguncang dengan hebat. Adit pun meringis terpejam di saat ibu orgasme. Sepertinya kemaluan besarnya di jepit memek ibu dengan kuat. Ibu yang seorang instruktur pasti sering senam kegel. Andaikan aku tahu rasanya.

Selesai serangan orgasme, tubuh ibu ambruk ke bawah. Kepalanya yang bersandar di bahu adikku. Adit langsung mendekap mesra. Ia mengecup lembut kening ibu, lalu bertanya “Enak bu?”

“Enak sayang, kontol kamu selalu bisa buat memek ibu keenakan. Kamu kenapa perkasa banget sih?!” ibu dengan lembut. Ia usap dada bidang Adit. Sekalian menggelitik putingnya. Adit kegelian.

“Lho?! Adit bisa jadi begini karena ibu kan?” balas Adit. Aku tidak mengerti. Berarti Ibu kah yang membantu Adit jadi hebat dan perkasa? Kalau begitu apakah ibu yang memulai skandal antara ibu dan anak ini, kenapa? Aku terduduk bingung di kursiku, sambil memegang kemaluanku yang sudah merah. Precum ku sudah banjir menetes ke karpet hotel kamar ini.

“Hihihihi…. Iya. Sayang, kamu tuh pejantan ibu” ucap ibu.

Ibu beranjak dari tubuh Adit, melepaskan tautan kontol besar dari lerung kenikmatannya yang sempit dan basah itu. Aku bisa melihat kontol Adit yang besar dan keras itu. Benda itu basah dengan cairan putih kental, yang tak lain adalah cairan orgasme ibu kandung ku dan Adit.

Ibu genggam benda itu. Lalu tanpa disangka, ia memasukan kontol Adit yang basah dengan cairan nya sendiri, ke dalam mulutnya. Kemudian menghisapnya dengan rakus, seperti tidak ada hari esok. Aku bergidik antara ngeri dan kagum melihatnya, ibu tidak ada perasaan jijik.

*Slurph…Slurph…Slurph…Slurph…Dengan semangatnya ibu menghisap kontol Adit, membersihkannya dari cairan orgasmenya sendiri. Adit pun mengerang keenakan.

*Plop….Cuph. Ibu sudah menyudahi hisapannya, tak lupa ia cium kontol Adit sebagai tanda sayang. Lalu ia berbaring di sebelah Adit.

“Adit sayang, gantian kamu yang gerak sekarang” ajak ibu.

Adit pun langsung bergerak, ke tengah-tengah kaki ibu yang terbuka sedikit. Adit gapai kedua kaki ibu, lalu melebarkannya lebih jauh agar ia gampang menusukkan senjatanya. Tanpa babibu lagi, adikku menghunuskan kembali kontolnya ke lubang peranakan ibu. Keduanya mengerang saat kontol Adit berhasil menembus gua cinta milik ibu, yang merupak tempat dimana aku dan dia bersemayam selama sembilan bulan lamanya. Ia kembali masuk kesana dengan kontolnya yang besar berurat-urat.

Adik ku menahan dirinya untuk tidak langsung mengenjot ibu.

“Oghhh…besarrrrnyaaa….penuhhhhh….” racau ibu, disaat kontol anak keduanya tenggelam ke lubang vaginanya yang sempit itu. Proses persetubuhan ibu dan Adit benar-benar menggairahkan. Aku kembali mengocok kontolku yang sempat tadi terhenti.

“Memek ibu sempit banget sih” ujar Adit.

“Kontol kamu tahu, yang terlalu besar! Heran ibu padahal memek ibu sering di kontolin kamu, tapi masih aja terasa penuhhhhh!” balas ibu memuji.

“Hehehehe.. Tapi suka kan?” goda Adit

“Iya-iya, ibu suka! Ayo genjot ibu sekarang”.

Lantas Adit mulai memompa keluar masuk kemaluan besarnya ke dalam tubuh ibu. Kini giliran Adit yang memperlihatkan keliahan dirinya dalam bersetubuh. Pinggulnya terus mengayun dengan lancar. Ia sudah ahli dengan urusan ranjang. Dengan perkataan Adit tadi, berarti ibu yang ngajarin.

“Terussss….terussss….ahhh…ahhh…ahhh…gila-gilaaaaa…..kontollll….kamuuu….” Ibu mengerang-ngerang tidak karuan. Adit pun mendengus beras sekaligus ikutan mengerang-mengerang.

Adit jatuhkan tubuh besarnya ke ibu yang terbaring, mengurung tubuh ibu yang lebih kecil ketimbang miliknya. Ia Melumat habis bibir ibu yang tipis itu. Mulutnya terkunci dengan mulutnya anaknya sendiri. Ibu terlihat pasrah menerimanya. Toh dia menikmatinya juga.

“Hmph…Hmph…Hmph…Hmph” desah ibu tertahan. Kenikmatan yang dirasakan membuat ibu lupa daratan.

Tiba-tiba tubuh ibu bergetar dalam dekapan Adit. Gila! Ibu orgasme untuk ketiga kalinya, dan Adit juga belum muncrat juga. Ternyata tak hanya besar dan keras, tapi tahan lama juga. Kuat juga staminanya Adit. Ah iya! Aku teringat dengan kata-kata Adit, alasan ia suka olahraga dan yoga adalah untuk stamina biar tahan lama. ‘Sialan’ hardiku dalam hati karena baru ngeh dengan maksud adik ku. Ternyata ia olahraga semata-mata untuk memuaskan ibu. Alhasil ia berhasil menguasai tubuh ibu untuk dirinya sendiri.

Adit mencabut kontolnya dari dalam tubuh ibu. Seperti tadi, benda besar itu terbalur cairan orgasme ibu lagi. Selama ini sudah berapa kali, kontol itu di siram cairan kewanitaan ibu? Pasti sudah sering sekali, hampir tak bisa hitung kira ku.

“Bu, nungging. Adit mau nge-doggy nih” perintah Adit kepada ibu.

Ibu menurut. Dengan leman Ia nungging di atas kasur, dengan bertumpukan kedua tangannya. Ia sodorkan pantat mungilnya ke Adit. Adikku raih pinggul ibu, lalu menggesekan kemaluan yang keras dan basah itu ke selangkangan ibu.

Kemudian ia posisikan kepalanya sejajar dengan bongkahan kenyal ibu. Oh Shit! Tanpa jijik, Adit menjilat habis lubang anus ibu. Bunyi menyeruput juga terdengar. Ibu mendesis keenakan, sesekali ia melemparkan kepalanya ke atas dan membanting kepalanya ke bantal yang ada di kasur. Ia menyukai perbuatan anaknya di lubang belakangnya. Aku tidak menyangka bakal melihat ibu yang keenakan digituin.

Tidak hanya mulutnya saja menservice ibu, Tangannya Adit juga memberikan kenikmatan pada ibu. Ia gesekan telapak tangan yang lebar dan kasar itu di selangkangan ibu yang sudah basah. Suara kecipak basah terdengar. Ibu semakin menjadi-jadi, ia dorong kepalanya ke bantal sebagai pelampiasan kenikmatan yang dirasakan.

“Adit sayang, ayo entot ibu lagihhhhh…” pinta ibu dengan sangenya. Muka ibu sudah sangat merah. Ibu sudah tidak tahan lagi untuk kembali disetubuhi.

Lantas Adit sudahi memainkan kedua lubang ibu, ia arah moncongnya ke selangkangan ibu. Terbesit pertanyaan dalam benak ku, apakah ibu sudah melakukan anal seks? Apakah Adit akan mengentot lubang anus ibu? Apa muat ya? Kan kontol si Adit besar banget, kayak monster. Kalau iya, aku tak habis pikir, bagaimana bisa coba?! Apa tidak sakit.

Sayangnya dari sini aku tidak bisa melihat secara jelas proses masuknya kontol Adikku ke lubang ibu. Sebelum di dorong masuk, terlebih dahulu Adit menggesekkan di belahan lengket basah ibu. Ibu melenguh di buatnya.

“Adit, ayo masukin kontol kamu ke memek ibu” ujar ibu yang sudah tidak sabar. Oh, ibu tidak mau di masukan ke lubang anusnya. Berarti ibu belum pernah di anal. Hmmm…. Kesempatan buat diriku nanti.

“Ahhhh…..besarnya….enakkkkk! Ahhhh…Ahhhh…Ahhhh…” lenguh ibu, kala Adit kembali masuk ke tubuhnya dengan kontol yang besar berurat.

Mereka mulai bersetubuh dengan posisi doggy style. Adit mengenjot ibu dengan membabi buta. Pinggul bertemu cepat dan kuat dengan pantat ibu, tak ayak bunyi nyaring namun merdu menggairahkan tercipta. *Plok Plok Plok Plok.

“Terus yang kenceng sayanggggg….ahhhhh! Dikit lagi, dikit lagiiiiii! Ahhhh! Ahhhh! Kontol enakkkkk….” racau ibu. Ia akan orgasme lagi.

“Iyahhh! Buuuuu….ohhhh! aku jugaaaa….ngentottttt…memek ibu enakkkk!” erang Adit yang juga akan segera ejakulasi. Tak mau kalah dengan mereka, aku mempercepat gerakan tanganku sendiri di kemaluanku yang sudah juga di ujung tanduk.

“Di-didalam ajah sayangggg….keluarin di dalem memek ibu… angetin rahim ibu sayangggg… Ahhhh! Ahhhh!”. Hah?! Aku kaget mendengarnya. Akankah adik ku membuang sperma dalam rahim ibunya sendiri?

“Ahhh… nghh! Nghh! Ahhh! A-ayo, berikan peju kamu buat ibuuuu! Adittttttttttt!” teriak ibu.

"Iyaaa…iyahhhhh….ahhhhh….ibuuuuu…..dapet! Okhhh….". Ibu meraih orgasmenya lagi. Tubuh langsung berguncang dengan hebat. Mulutnya tidak mengeluarkan suara, hanya membentuk 'o'. Kenikmatan yang dirasakan olehnya membuat dirinya tidak bisa berkata-apa.

“Ibuuuuuu!”. Adit juga orgasme. Ia tancapkan kemaluannya dalam-dalam di lubang memek ibu. Ia menahan pinggul ibu. Pinggulnya benar-benar menempel dengan pantat ibu. Tubuh tersentak-sentak. Pasti di setiap hentakannya, ia memuntahkan sperma ke rahim ibu.

Melihat kedua orang yang kucintai meraih puncak kenikmatan duniawi terlalu hebat, hingga membuat aku tidak kuat lagi. “Ibuuuuuu! Aditttttt” teriak ku memanggil mereka saat muncrat. *Crot Crot Crot Crot. Berkali-kali kontolku melontarkan isinya membasahi meja hotel sekaligus laptop yang masih streaming.

“Hh….hhh…hh…” keduanya ngos-ngosan. Begitu juga dengan diriku. Aku bersandar di kursi hotel ini, sambil memejamkan mata. Kusadari aku baru saja ejakulasi dengan menonton ibu dan Adit bersetubuh. Aku harus mengakui kenyataan itu.

Adit yang sudah tidak lagi tersentak-sentak, langsung tumbang ke tubuh ibu. Ia tindih tubuh mungil ibu.

“Sperma kamu banyak banget sayang, rahim ibu jadi penuh dan hangat” ucap ibu, sambil mengusap perutnya yang agak sedikit membelendung. Kok bisa?! Sebanyak apa yang ditembakkan Adit ke dalam rahim ibu itu?! Memang ukuran buah zakar sangatlah tidak masuk akal.

"Coba aja kalau ibu masih bisa hamil, pasti sudah punya anak sama Adit nih" ucap Adit dengan entengnya. Wah, tak disangka Adit bisa berpikiran seperti itu. Aku saja tidak terpikir untuk menghamili ibu sendiri. Bagiku Hanya sebatas bersetubuh saja sudah cukup.

"Ngaco kamu ah nak, mana ibu mau!". Dari kegilaan yang sudah mereka lakukan, ternyata masih ada sedikit kewarasan dalam diri ibu.

Adit memeluk ibu dari belakang. Kemaluan Adit tetap tertancap dalam memek ibu.

“Aku milik bu” ucap Adik ku, ia mengecup mesra tengkuk ibu.

“Ibu juga milik kamu, sayang” balas ibu mesra. Kemudian ia menoleh ke belakang, berciuman antara seorang ibu dengan anak lagi. Ciuman keduanya terasa lembut, penuh perasaan. Aku yang disini hanya bisa memandangi mereka berdua. Mereka pun terlelap, dengan Adit memeluk ibu dari belakang.

Sesi panas mereka pun berakhir, aku sempoyongan ke kasur hotel. Kami sekeluarga merasakan kenikmatan. Bedanya ibu dan adik merasakan nikmat persetubuhan di rumah, sedangkan aku hanya sebatas nikmat masturbasi sambil melihat mereka di hotel ini.

Bahkan terlalu asik dengan dunia kenikmatan, ibu dan Adit lupa denganku. Ada rasa sedikit sakit hati terhadap keduanya. Aku tidak berbuat salah kepada ibu, tapi kenapa ia tidak memberikan kan kenikmatan yang sama dengan Adit. Kenapa hanya Adit? Kenapa?

Apakah karena Adit adalah anak favoritnya. Ku akui, Adit memang lebih hebat dari segala hal. Dia sudah ganteng, gagah, dan ternyata berkontol besar pula. Itukah alasan ibu jatuh kepelukannya sama anaknya sendiri?

Dan salah satu misteri yang terpendam selama ini telah terpecahkan. Awalnya aku sempat berpikir aneh kepada adik ku, kenapa dia tidak punya pacar juga. Padahal banyak yang terpesona kepadanya. Bahkan termasuk teman-temanku sendiri. Ternyata oh ternyata, ia sudah punya kekasih yang tidak lain adalah ibu kami sendiri. Ia bermain api di belakangku.

Setelah ejakulasi yang cukup hebat selama hidupku ini, mata terasa berat. Aku segera menyusul ibu dan Adit yang sudah tidur di rumah. Senyum bahagia tersungging di kedua wajah mereka. Tapi tidak di wajahku. Kamar hotel yang sangat dingin pun tidak bisa memadamkan api cemburu membara dalam hatiku.



Hari sudah sore menjelang malam. Tubuh kurus ku terbaring lemah di kasur hotel yang empuk ini, ku pandangi langit-langit kamar ini. Pikiran kacau tidak menentu. Bingung dengan apa yang harus aku lakukan sekarang. Dengan bukti ini aku bisa saja langsung pulang ke rumah, dan mengkonfrontir mereka. Satu video yang telah kurekam, sebenarnya sudah lebih dari cukup. Tapi aku ingin melihat lebih jauh kegilaan ibu dan Adit selama aku tidak ada di rumah. Mengingat aku selama setahun kemarin tidak ada di Jakarta.

Baiklah, sudah kuputuskan untuk menunggu beberapa hari lagi untuk pulang ke rumah.



Setelah cukup istirahat, aku kembali terduduk di depan laptopku. Kucari keberadaan ibu dan Adit. Tidak kutemukan mereka di kamar ibu. Lantas aku ganti-ganti chanel kamera yang sedang merekam. Ternyata mereka lagi santai ruang tengah. Ibu sedang telponan, sedangkan Adit sedang bermain hp. Keduanya tidak memakai apapun, alias telanjang.

“Mbak Asty, Maaf ya saya besok nggak bisa ngajar. Mungkin besok bisa digantikan sama yang lain. Saya lagi nggak enak badan malam ini, jadi besok seharian mau istirahat sehari di rumah” ucap ibu yang sedang berbicara melalui telepon. Istirahat seharian? Halah, palingan seharian besok mau di kontolin sama anaknya sendiri.

"Iya-iya mbak, uhuk…uhuk…uhuk…” lanjut ibu berbicara ditambah dengan batuk yang dibuat-buat.

“Nanti saya reschedule saja sama peserta yang tetap mau sama saya" lanjut ibu berkilah.

"Bisa ya? Ok deh, makasih ya Mbak Asty. Nanti saya kalau sudah fit, mengajar lagi kok. Dadah mbak Asty, sampai ketemu lagi" ucap ibu mengakhiri pembicaraan.

"Dah tuh, ibu sudah minta digantikan untuk kelas besok" ucap ibu kepada Adit.

"Hehehe… seharian besok Adit bisa 'olahraga' sama ibu deh" cengengesan Adit.

"Dasar anak ibu yang satu ini, ngentot mulu pikirannya" ledek ibu.

"Tapi ibu suka kaaannnn?" balas Adit menggoda ibu.

Ibu hanya tersenyum, tidak menjawab Adit.

"Hayoooo…. kalau ibu nggak jawab, nggak Adit kasih kontol lagi nih?" ancam Adit sambil menggoyang-goyangkan penisnya yang setengah ereksinya.

Ibu terpancing, lalu menjawab "Iyah-iyahhh…. ibu suka ngentot sama kamu".

“Heheheh… suka kontol Adit nggak bu?”.

“Suka dong" singkat ibu.

“Suka aja nih?” tanya Adit lagi. Ibu menghela nafas, lalu tersenyum kepada adik ku yang masih memainkan kontolnya.

“Ibu nggak cuma suka kok, tapi sayang juga. Ibu sayang kamu sama kontol kamu juga” ucap ibu dengan lembut syahdu. Aku terperangah mendengarkannya.

"Kalau gitu sini dong bu, sayang-sayangi kontol Adit. Manjain lagi pake mulut ibu" pinta Adit tidak ada sopan-sopannya.

Bukannya marah, ibu malah menyeringai penuh arti kepada adikku. Lalu ia turun dari sofa dan merangkak ke tempat Adik ku duduk. Ya, merangkak. Demi kontol Adikku yang besar, ibu yang telanjang tanpa ada rasa malu rela merangkak ke adik ku. Bahkan gerakanya yang pelan itu terkesan seduktif. Yang selama ini hanya sebatas fantasi, sekarang dengan mata di kepalaku sendiri, aku melihat ibu berubah dari wanita yang keibuan menjadi wanita yang haus akan seks. Sangat berbeda dengan sehari-seharinya sebagai ibu rumah tangga yang anggun keayuan. Apa ya yang dirasakan Adit sekarang? Kala ibu bertingkah seperti itu. Kalau aku yang didekati seperti itu pastilah salah tingka

Merangkak sebentar, ibu sudah bersimpuh di antara kaki Adit yang besar dan berotot itu. Ibu membelai kedua paha itu dengan sensual, menggoda birahi empunya. Aku yang menonton dari jarak jauh saja mulai terbawa suasana. Ya, aku kembali nafsu lagi.

“Shhhh……” desis ibu, sambil kedua tangannya naik turun meraba mesra kedua paha Adit. Ia sama sekali tidak menyentuh kontol Adit yang sudah tegak menjulang. Menurutku ibu sengaja melakukannya, sekarang giliran dia yang menjahili birahi Adikku. Dan tampaknya itu berhasil, Adit terlihat gemes blingsatan di buatnya.

Ibu mulai aksinya dengan mencium buah zakar yang besar. Tangannya turut mengurut kantong berkerut itu dengan lembut. Jari-jari lentiknya itu, bergesekan dengan kulit berkerut itu.

“Akhirnya kita ada waktu untuk berduaan ya bu. Si Dimas bisanya ganggu aja, kita jadi nggak bebas” ucap Adit di sela dimanja oleh ibu.

"Ehmmm…." gumam ibu, dengan mulutnya penuh dengan biji kemaluan Adit. Ia emut bola-bola di kantong kulit yang berkerut. Bergantian antara kiri dan yang kanan. Selama itu kontol Adit bersandar di wajah ibu. Terlihat sekali kontasnya. Kontol Adit yang hitam menyeramkan berada di wajah ibu yang ayu. Namun harus diakui pemandangan itu benar-benar sangat seksi. Aku pun mulai terangsang. Kuelus kemaluanku dari luar celana.

“Bu, mending bilang ke Dimas deh. Kalau pulang jangan setiap semester napa, suruh dia pulang pas sudah lulus aja. Biar kita bebas ngapain aja bu” usul Adit. Bajingan! Aku murka mendengar kata-kata Adit. Sialan lu Dit, enak aja mau ngatur-ngatur. Lihat aja nanti kau Dit!

Namun Ibu hanya diam, tidak menanggapi perkataan adikku. Ia sedang mengecupi kontol Adit tanpa menggenggamnya. Tidak ada bagian yang luput dari bibir ibu. Ia benar memuja-muja tongkat sakti si Adit. Akankah ia memuja milikku juga seperti itu?

Adit bersandar di sofa. Sesekali ia elus kepala ibu yang sedang berada di selakangannya. Ibu nampak senang menerima elusan di kepalanya. Bukti kasih sayang dan apresiasi.

Ibu mulai memberikan kecupan yang basah, mengemut batang berurat itu. Terkadang juga menjilat-jilat batangnya yang keras. Dari bawah hingga ke ujung kontol yang sudah berlendir cairan bening. Ibu memanjakan lubang kencing yang terus mengeluarkan cairan pre-cum. Lidah mungilnya juga mengulik-ngulik tempat keluarnya air kencing dan sperma itu.

Ibu membuka mulutnya lebar-lebar, mencoba melahap kontol Adit yang besar dan panjang. Ia berusaha memasukan sebanyak yang ia bisa. Tapi menurutku bakal sia-sia, karena kemaluan Adit terlalu besar dan panjang. Usai memasukan yang bisa ke dalam mulutnya, ibu mulai menaik turunkan kepalanya dengan pelan. Ia menghayati kelakuannya sendiri.

Bibir tipis ibu bergesekan dengan kontol Adit lagi. Meski tadi pagi aku sudah melihatnya, tetap saja memabukan birahiku. Kubuka celananya, lalu mengocok penisku yang sudah keras. Kusadari milikku tidak sekeras tadi pagi, beda sekali dengan kepunyaan Adit yang kualitas kekerasan sangat mantap. Sedikit demi sedikit, semakin terlihat kekalahan ku dengan adik ku sendiri.

Kembali kelayar, selain mulutnya yang menghisap. Tangan ibu juga mengusap-usap bagian batang yang tidak masuk. Adit mendesis keenakan. Lalu sibak rambut ibu, agar ia bisa melihat kemaluannya di manjakan. Terkadang ibu ngemut kepala kontol layaknya dot.

Sesi blowjob ini berbeda dengan tadi pagi, kali ini jauh lebih pelan dan lembut. Ibu memanjakan batang keras itu dengan penuh perasaan. Berbeda dengan ibu, aku mengocok kontolku dengan cepat. Kubayangkan kontolku masuk ke mulut ibu. Lalu lidah ibu memainkan kontol. “Ahhhhhh!” desahku saat membayangkannya. Tak lama aku pun ejakulasi. Jarang-karang aku bisa muncrat dua kali dalam sehari. Melihat mulut mungil ibu tersumpal kontol besar terlalu gila dan hot untukku. Hingga aku tidak mampu menahan lebih lama lagi laju sperma untuk keluar dari zakar.

Mataku terus melekat ke layar laptop. Sudah hampir 30 menit, ibu memanjakan kemaluan Adit. Tapi belum ada tanda-tanda. Padahal aku sudah keluar sekitar 20 menit yang lalu.
Gila sih ini! Ini ibu yang kurang jago atau si Adit yang terlalu monster sih? Kupikir-pikir lagi, yang pasti bukan karena skill ibu. Karena dari sini aku bisa memastikan betapa hebatnya ibu memberikan blowjob. Kalau aku yang digituin pasti sudah muncrat dalam waktu yang singkat. Ku simpulkan, Adit lah yang terlalu kuat!

Mulut ibu sudah basah dengan air liur campur precum Adit. Tapi tidak menyurutkan semangat ibu untuk mem-bj Adit.

“Buuuu….ohhhhh”. Akhirnya, 10 Menit berlalu, Adit mulai tidak tenang. Tanda ia akan segera ejakulasi. Apakah ia akan muncrat di mulut ibu? Pastinya sih, memek ibu aja menerima peju anak sendiri.

“A-akuuuu…. keluarrrrr…. Buuuuu…ohhhhh…telen pejukuuuuu” teriak Adit yang klimaks. Ibu tidak melepaskan jepitan bibirnya di kepala kontol Adit. Malah semakin mengeratkan jepitan bibirnya.

Tubuh Adit terlonjak-lonjak di sofa. Ia pasti sedang mengisi mulut ibu dengan benih-benih suburnya. Mulut ibu semakin menggembung besar, penuh dengan cairan kental milik Adit. Leher ibu terlihat bergerak-gerak seperti sedang menelan sesuatu. Yang tak lain sperma anaknya sendiri. Saking banyaknya, sebagian meleleh keluar dari mulut ibu. Membasahi dagu dan mulutnya. Kuperhatikan dari sini, sperma Adit sangat kental. Punyaku saja tidak sekental milik Adit.

*Plop. Ibu mengeluarkan kontol Adit dari mulutnya.

“Ehemmm….” gumam yang sedang mengemuti jari-jarinya. Dengan jarinya ia seka peju yang berada di sekitar mulutnya, membawa ke mulut untuk dihabiskan. Setelah tidak ada lagi yang tersisa, ibu membersihkan kontol Adit dengan mulutnya. Ibu seperti tidak ingin peju Adit terbuang sia-sia.

“Peju Adit enak bu?”.

“Kayak biasa Dit, peju kamu enak, gurih dan kental banget sayang”.

“Sudah gituh banyak banget lagi, sampe perut ibu penuh kekenyangan” lanjut ibu.

“Hehehehe….” tawa Adit.

Hebat juga stamina si Adit. Padahal baru saja keluar, tapi kontolnya masih setengah ereksi. Pasti habis ini lanjut ngentot lagi. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa coli untuk ketiga kalinya hari ini.

Ibu membersihkan diri seala kadarnya dengan tissue, lalu pergi meninggalkan Adit.

“Mau kemana bu?” tanya Adit.

“Mandi nak”.

"Lho nggak mau lanjut ngentot bu?" tawa Adit.

Ibu menggeleng, "Kamu harus simpan tenaga buat besok".

"Memang besok ada apa bu?".

"Biasaaaa……" jawab ibu.

"Ohhhh ok bu. Yaudah deh, Adit mau main game aja " ujar Adit.

"Hmmmm…'biasa’?". Aku tidak mengerti maksud mereka. Apa yang di maksud dengan ‘biasa‘? Ada gerangan apa besok. Kupikir mereka akan nge-seks di ruang tamu.

Mereka pun masuk ke kamar masing-masing. Ibu mandi, sedangkan Adit bermain game di kamarnya. Nampaknya tidak akan ada lagi aktivitas seksual lagi. “Huh?!” dengusku. Baru hari pertama aku sudah tidak dirumah saja sudah panas dan liar begitu. Bayangkan setahun belakangan yang lalu, dimana aku tidak di rumah. Tapi yang paling terpenting, maukah ibu memberikanku apa yang ia berikan kepada Adit?

Entahlah biar waktu yang menjawab. Kulihat hari esok akan memberikan apa.

Bersambung….

Pesan Penulis:
  1. Akhirnya update juga yah, hehehe.​
  2. Cerita baru sudah up ya ini linknya >>> Corruption (No SARA).​
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd