Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kebanyakan para pembaca ini maunya Dimas di kasih main apa nggak? Survey aja, ending sudah ada.


  • Total voters
    247
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part - 7

Hotel - Day 2

Pagi-pagi kulihat tidak ada aktivitas yang gila dari rumah. Ibu dan Adit cuma duduk santai di ruang tengah, sambil bermain HP masing-masing. Sesekali keduanya saling mengucapkan satu dua kata saja. Selain itu, keduanya sudah berpakain lengkap untuk olahraga. Ibu memakai sports bra dan legging ketat, keduanya senada berwarna pink. Lalu Adi hanya kaosan dan celana pendekan saja. Kukira keduanya akan melakukan ‘sesuatu’ hari ini. Tapi malah seperti mau olahraga biasa saja. Terus apa yang dimaksud ibu dengan 'biasa' ya?

*Ting Tong Ting Tong.

Suara bell dari rumah berbunyi, tepat disaat aku yang sedang bingung. 'Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?' tanyaku dalam hati. Karena tidak ada kamera di depan rumah, aku jadi tidak bisa mengetahui siapa yang datang untuk bertamu. Buat apa juga memasang kamera di depan rumah, kan aku bukan security. Tujuan kamera ini adalah menyiarkan dan merekam segala aktivitas di rumah, bukan untuk menjaga rumah agar tidak kemalingan.

Lantas Adit pergi ke pintu depan, untuk menyambut tamu yang tidak kuketahui siapa.

Tak lama muncul sosok perempuan seksi montok, yang tak lain adalah Tante Ernie. Mataku hampir saja melompat keluar saat melihat wanita berdada besar itu. Seperti kemarin, waktu pertama kali melihat wanita itu, dada besarnya gondal-gandul kemana-kemana waktu sedang bergerak atau berjalan. Ia nafas biasa saja sudah bikin puyeng. Mataku hampir copot di buatnya. Sport bra yang dipakainya terlalu kekecilan, hingga buah dada menonjol begitu indah. Bahkan lemak payudaranya juga ikutan menyembul keluar dari kedua lubang lengan tangannya. Seksi sekali wanita itu pikirku. Ingin sekali aku mendorong kepalaku ke belahan toket itu dan berdiam di sana selama mungkin.

Tante Ernie menghampiri ibu, kemudian bercipika cipiki. Sepertinya ibu akan mengajar dulu baru ngentot dengan adik ku. Atau jangan-jangan mereka akan melakukan threesome lagi?! Kalau iya, si Adit beruntung sekali! Otak ku yang mesum jadi berpikiran kemana-mana.

"Halo mbak Uli" sapa tante Ernie.

"Hai mbak, mari-mari masuk sini" balas ibu.

“Memangnya anak kamu yang satu lagi kemana jeng?” tanya tante Ernie.

“Ke puncak mbak, dia nginep 4 hari disana” jawab ibu.

"Ohhh… pantes aja. Aku pikir, kok aneh banget, masa jeng Uli tiba-tiba ngajak aku sama Farah kesini". ‘Farah?’ Ustadzah yang kemarin berbaju ketat itu, ternyata di ajak oleh ibu untuk ke rumah juga. Tadi aku sempat berpikir, kalau ibu akan melakukan threesome dengan Adit dan tante Ernie. Tapi menurutku hal itu tidak mungkin terjadi, karena ada tante Farah yang merupakan seseorang ustadzah. Kan tidak mungkin ia melakukan hal yang dilarang agamanya. Mana mungkin seorang ustadzah berbuat zinah. Apalagi ia juga istri orang seorang ustad.

Jadi kemungkinan yang dimaksud ‘biasa’ oleh ibu itu cuma olahraga biasa. Kalau iya, buat apa ibu membatalkan kelas di fitness xxx? Lalu mengapa memanggil tante Ernie dan Tante Farah di saat aku tidak ada rumah.

“Hihihihi… iya mbak, jadinya kita bisa kayak ‘biasa’ sepuasnya mbak” ujar ibu sambil mengedipkan mata ke Tante Ernie.

“Hah?! Sepuasnya?!” Apa sih yang dimaksud dengan kata ‘biasa’ oleh ibu. Lalu untuk apa ibu mengundang mereka ketika aku tidak ada di rumah. Kalau tidak salah, terakhir kali mereka ke rumah juga, pas aku pergi dari pagi dan pulangnya sore. “Hmmmm….”. Aku jadi curiga dengan gelagat mereka itu.

Tapi masa iya sih tante Farah bagian dari kegilaan mama. Kalau benar pun, beruntung kali si Adit bisa merasakan tante Ernie dan Tante Farah. “Aghhhhh!” geramku frustasi yang semakin bingung.

Sekarang Ibu dan tante Ernie hanya mengerumpi di ruang tengah. Mereka membahas hal-hal yang tidak penting. Sesekali tante Ernie menggoda Adit. Adik ku cuma tersenyum. Sudah biasa aku melihatnya. Teman-temanku saja genit terhadap kepada adik ku, tapi tidak kepadaku. Lantas aku putuskan untuk bermain hp saja di kasur, sembari menunggu aktivitas yang mereka maksud dengan 'biasa' itu di rumah.

Sekitar 20 menit kemudian, bel rumah kembali berbunyi. Berarti kali ini yang datang harusnya adalah Ustazah Farah. Adit dengan sigap langsung pergi pintu depan. Dan benar sajanya memang wanita yang jilbab muncul di ruang tengah.

“Assalamualaikum, halloooo…. Aduh maaf-maaf mbak Ernie, mbal Uli, saya telat datangnya. Tadi saya nganterin suami dulu untuk ngisi acara di pesantren” ujar tante Farah meminta maaf dengan hebohnya. Aku kembali terperangah dengan penampilan tante Farah. Seperti kemarin pakaiannya sangatlah ketat mampus. Bokongnya yang besar itu terlihat sangat menggairahkan. Begitu juga dengan buah dada yang lumayan besar membentuk dengan menggiurkan karena kaos sporty yang ia gunakan sangatlah ketat. Kok ada sih ustadzah modelan gini? Apa suaminya tidak marah ya, kalau istrinya berpenampilan seperti ini.

“Nggak apa-apa kok mbak Farah. Mbak Ernie juga belum lama datangnya kok” ucap ibu kepada tante Farah.

“He-eh jeng, santai aja lohhhh….. Toh kita punya banyak waktu kok, hihihih” ujar Tante Ernie yang lalu disertai dengan tersenyum penuh arti. Temannya berjilbab itu pun merasa tenang, tidak ada lagi lagi rasa bersalah di raut wajahnya. Kemudian tante Farah membalas senyuman penuh arti itu juga dengan seringain misterius.

Kenapa keduanya saling tersenyum penuh arti? Masa iya sih ibu akan melakukan hal gila bersama-sama temannya. Aku masih menolak percaya, tidak mungkin mereka melakukan hal yang tidak-tidak dengan melibatkan seorang ustadzah.

“Yuk, kita mulai sekarang” ajak ibu kepada mereka. ‘Hmmmm….Mau ngapain ya mereka?’ tanyaku dalam hati, yang masih tidak tahu mereka mau melakukan apa.

Mereka bertiga masuk ke ruangan fitness milik ibu. Sedangkan Adit masih bersantai-santai sendiri di ruang tengah, sambil bermain hp. Lantas aku segera mengganti ke kamera yang merekam ruangan fitness. Ruangan fitness itu berbentuk persegi panjang. Aku telah memasang kamera di segala sisi. Jadi aku bisa melihat dari segala arah. Bahkan aku bisa melihat ke-empatnya sekaligus di saat bersamaan.

Di dalam ketiganya melakukan peregangan. aku bisa melihat tubuh para MILF itu. Ibu ku yang cantik bertubuh ramping, Tante Ernie yang montok toge dan Tante yang berbokong besar montok. Sesekali mereka membungkuk, menonjolkan bokong masing-masing. Dari kamera lain aku bisa melihat payudara mereka yang menggantung indah di saat sedang membungkuk.

Sambil mengobrol, Ibu dan yang lainnya hanya melakukan peregangan saja. Nggak ada yang aneh dengan kegiatan mereka ini. Sial, seperti bakal membosankan sekali hari ini. Kukira bakal ada apa. Ternyata cuma olahraga biasa saja. Lantas apa yang dimaksud dengan kata-kata ‘biasa’ ya? Olahraga biasa kah? Entah lah, aku harus bersabar.

Selesai pemanasan bersama, ibu beranjak keluar dari ruangan fitness. Ia hampiri Adit yang masih di sofa. Dari belakang, ibu merangkul leher Adit. Ia cium kepala Adit dengan lembut. Lalu menempelkan pipinya kepada pipi Adit.

“Adit anak ibu, yuk sayang. Yang lain sudah pada nungguin tuh” ajak ibu. Adit pun mengangguk, lalu ikut beranjak masuk ke ruangan fitness bersama ibu.

“Ehhhh… si ganteng, yuk kita mulai sayang” ajak tante Ernie dengan centilnya ketika Adit masuk ke ruangan fitness. Sekarang sudah ada empat orang yang berada di ruang fitness itu.

“Aku sudah nggak sabar deh, sudah gatel banget iniiii…. minta di garukin sama cah ganteng” timpal tante Farah dengan genit juga. ‘Gatal minta di garuk’? Mengapa kata-kata ustadzah terdengar ambigu sekali di telingaku Masa dugaan gilaku benar sih?! Ah nggak mungkin lah!

Tapi kalau kuperhatikan lebih jauh, ketiga wanita itu termasuk ibu, menatap Adit dengan tatapan nafsu. Lalu saling tersenyum satu sama lain. Senyuman penuh arti yang sering aku lihat di antara ibu dan Adit. Adikku itu tersenyum sombong kepada mereka.

Lalu…..

“Lho-lho?! Haaaaaah?!” teriak aku kaget tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Mau ngapain mereka?!

Ibu dan yang lain, mulai menanggalkan semua pakaian sporty yang mereka pakai. Termasuk tante Farah! Dia kan seorang ustadzah, kok bisa? Dengan tenangnya ia tanggalkan satu persatu yang melekat pada tubuhnya. Berarti benar dugaanku. Semuanya memang selama ini terlibat sesuatu di belakangku. Kini tante Farah sudah bugil. Tapi hanya menyisakan jilbab di kepalanya. Kenapa? Ia lepas semua pakaiannya, tapi tidak jilbabnya. Aku terheran dibuatnya.

Dan juga, tidak ada kecanggungan diantara mereka. Padahal semuanya sudah biask untuk telanjang dengan polosnya di depan satu sama lain. Sepertinya mereka sudah sering melakukan ini.

Sebagai lelaki tulen, tentu pasti punya rasa penasaran dengan tubuh wanita. Siapa pun itu. Tak terkecuali ibu ku sendiri. Dan sekarang aku tak hanya melihat tubuh polos ibu kandungku, tapi juga teman-temannya yang montok. Tante Ernie si dada besar dan Tante Farah si Ustadzah berbokong besar. Payudara tante Ernie yang besar sangat menggiurkan, ingin rasanya aku membekap kepalaku di belahannya. Meski sudah berumur, tapi masih terlihat masih kencang. Dan aku ingin menampar gemas bokong montok tante Farah.

Aku takjub dengan kemaluan yang ustadzah yang dicukur habis, memperlihatkan gundukan yang sangat tembem. Kalau punya tante Ernie hanya dicukur rapih, tapi tidak tebal. Tapi bibir memeknya terlihat cukup tebal. “Ughhhh…. Tuh dua memek pasti enak banget buat jepit kontol” ucapku mengomentari bentuk dari kemaluan teman-teman ibu. Kalau punya ibu dicukur tipis dan rapih. Miliknya tidak kalah tembem dari yang lain. "Ngentot, aku pengen ngentotin tiga memek ituuuu!" teriak aku gemas melihat tiga lubang cinta itu.

Sekarang yang kurasakan adalah horny dan kagum melihat 3 wanita berbugil ria di rumah ku sendiri. Dan yang pasti nantinya akan terjadi kegilaan. Aku sudah menebaknya, mereka pasti akan melakukan sex beramai-ramai. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, sejak kapan tante Ernie dan tante Farah terlibat dengan hubungan gila antara ibu dan Adit. Tapi yang pasti akan aku gunakan video ini untuk memakai tubuh mereka. Senyum mesum tersungging di wajahku. Aku tidak sabar mencicipi tubuh para wanita itu, terutama ibu kandung aku sendiri.

Kembali ke live streaming, kini di dalam ruangan khusus milik ibu itu, 3 orang wanita sudah telanjang. Termasuk ibu ku sendiri. Tapi Adit masih berpakain lengkap. Kenapa dia nggak ikutan telanjang juga? Apa dia cuma memonton saja? Apa berarti dia belum pernah ngentot dengan mereka? Banyak pertanyaan timbul dalam otakku.

Ibu mengambil 3 alas untuk yoga, dan meng gelarnya. Kemudian ibu, tante Ernie dan tante Farah, duduk bersila di atas alas tersebut. Jarak satu sama lain cukup berjarak, sekitar 2 meteran.

Ketiga memejamkan mata, mengatur nafas dengan pelan dan teratur. Mereka beneran seperti sedang melakukan yoga sesungguhnya. Suasana di sana menjadi sangat tenang dan hening.


“Lah?!”. Aku mengernyitkan dahiku.

Kok malah seperti yoga beneran? Terus kenapa harus bugil coba? Ohhhh…. Aku tahu! Ini namanya naked yoga. Aku pernah iseng meng-googlenya. Tidak kusangka ibu dan temannya, mau melakukan naked yoga. Berarti tidak ada persetubuhan. Terus Adit ngapain coba, masa iya nontonin mereka nge-yoga doang. Buat apa dia dipanggil masuk kesana.

Aku cuma terdiam di kursi melihat apa apa yang terjadi rumahnya. Sebenarnya apa yang akan mereka lakukan? Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi. Akankah mereka ngeseks bareng? Kalau iya kenapa malah cuma naked yoga.

‘Tidak-tidak! Pasti tetap ada sesuatu di antara mereka semua. Buat apa mereka bugil semua di depan Adit’ batinku yang masih berharap akan terjadi sesuatu.

Dari sini aku bisa melihat tatapan lapar penuh birahi adik ku kepada mereka bertiga yang sedang duduk bersila. Sudah pasti aku juga akan sama dengan dia. Adit mulai memutari ketiganya.

‘Mau ngapain dia?’.

Ibu dan yang lain terus diam dan fokus dengan terduduk tanpa sehelai benang apapun. Ketiga pasang buah dada naik turun dengan seiringnya pernafasan yang mereka melakukan. Aku bernafsu sekali melihatnya, benda-benda kenyal dan empuk itu mengundang sekali.

Adit membuka celananya, kontol yang sudah setengah ereksi terpampang dengan bebas.

‘Nahkan, benar dugaanku! Pasti mereka ada ‘sesuatu’. Mana mungkin coba

Walau masih setengah tegang, ukuran penis adik ku mengalahkan kepunyaanku kalau sudah dalam keadaan maksimal. Ia mulai mengurut batangnya pelan. Ia juga tambahkan ludahnya sendiri untuk memperlancar kocokannya. Semakin cepat gerakan tangannya sendiri. Suara gesekannya pun juga bertambah nyaring.

*Clek Clek Clek Clek

Tatkala nafas ibu, dan juga yang lainnya terlihat lebih cepat daripada sebelumnya. Walau masih terdengar pelan, tapi ada perbedaannya. Nampaknya suara kocokan batang penis membangkitkan gairah para wanita itu. Adit kembali berjalan memutari ketiganya, sambil tetap mengocok kontolnya yang sudah basah karena ludahnya sendiri. Ia seperti orang yang sedang yang memilih mangsanya.

Kontol Adit sudah tegang maksimal. Ia tadahkan telapak tangannya, dan memukulnya dengan batang kontolnya yang sudah keras.

*Puk Puk Puk Puk Puk. Suaranya tamparan batang kontol Adit di telapak tangannya sendiri begitu nyaring. Menunjukan betapa kerasnya benda itu. Berkali-kali ia memukul telapak tangannya dengan kontolnya sendiri.

*Puk Puk Puk Puk Puk.

Mendengar suara itu, ada perubahan lagi dari ibu dan yang lain. Nafas mereka mulai kembali lebih cepat. Suara pukulan kontol Adit itu memancing hasrat para wanita itu. Kulihat kedua puting milik mereka bereaksi dengan indahnya, mulai mengacung tegak menantang.

Toked beserta putingnya kepunyaan tante Ernie adalah adalah yang paling besar ketimbang milik ibu dan Tante Farah. Jadi ketika tegang, terlihat menonjol sekali. Belum ditambah areola kecoklatan miliknya yang cukup lebar. Ku yakin benda itu sangat sensitif. Ingin aku jilat-jilat rasanya. ‘Huh?! Si Adit pasti pernah’ omel ku iri kepada adik ku dalam hati.

Sementara kepunyaan tante Farah lumayan besar walau masih kalah dengan milik tante Ernie. Tetapi tetap saja menggiurkan. Dibandingkan dengan yang lain, payudara ibu memang paling kecil. Tapi tidaklah rata, ukurannya sedang. Menurutku pas di tangannya pokoknya. Tapi kalau disuruh pilih, aku pasti memilih ibu. Ya… karena dia ibuku sendiri. Selain cinta kepadanya, aku turut nafsu kepadanya. Apapun dari tubuhnya pasti akan aku sukai dan ingin memiliki selamanya.

Ibu dan teman-temannya terangsang dengan sangat gampang, cuma karena mendengar suara tepukan kontol besar yang keras. Aku tak habis pikir, mengetahui ibu begitu gampangnya terangsang. Apakah ia seorang hiperseks? Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku.

Adit kini berdiri di samping ibu yang masih duduk bersila. Ia sejajarkan selangkangannya dengan kepala ibu. Karena tinggi badannya, Adit agak kesusahan untuk melakukannya. Ketika sudah pas posisinya, Adit memajukan pinggulnya hingga kepala kontolnya menabrak pipi mulus ibu.

"Astaga?!" pekikku kaget melihat perbuatan Adit.

Ibu pun tersentak kaget, namun tetap pada posisinya seraya terus memejamkan matanya. Yang pasti nafasnya mulai berat.

Saat Adit menarik diri, sebuah jembatan pre-cum tercipta dari ujung kepala kontolnya hingga pipi ibu, yang lalu terputus ketika Adit sudah menjauh. Adegan tersebut kepalang seksi. Kemudian secara pelan ia maju mundurkan pinggulnya, menusuk pipi ibu. Ibu tidak bergeming, aku bisa melihat dia berusaha tenang menahan diri. Dan mencoba mengatur nafasnya yang mulai memburu. Kedua puting ibu sudah mengeras. Ia sudah terangsang maksimal. Tapi mengapa ibu cuma terdiam ketika di lecehkan sama kontol Adit? Kenapa ia tidak menarik kontol itu dan memasukan kedalam mulutnya? Diriku terheran dengan kegiatan mereka.

Tidak berhenti disitu, Adit turut menggesek wajah ibu dengan kontolnya. Tidak ada bagian dari wajah ibu yang luput dari pelecehan kontol anaknya sendiri. Kening ibu menjadi sasaran gesekan kontolnya. Hidung pun juga kena imbasnya. Alhasil sebagian wajah ibu basah karena ludah yang terbalur di batang kontol Adit. Kemudian dari samping, ia gesek bibir mungil ibu dengan batang kontol yang besar itu. Kubayangkan urat-urat di sekujur batang kontol Adit bergesekan dengan bibir ibu yang lembut. Lalu kubayangkan kontolku sendiri yang menyentuh bibir ibu. Berharap ibu menciumi batangku, seperti yang ia lakukan kepada kontol Adit.

"Ohhhhh…Pasti rasanya enak sekali! Fuck!" ujarku tidak tahan dengan imajinasi liarku. Ku keluarkan senjataku yang sudah keras, lalu mengurutnya pelan.

Puas menggesekan, Adit sekarang memukul-mukul tongkat pusaka ke wajah ibu. Dengan tidak sopan nya ia memukul kening ibu dengan benda keras miliknya itu. Pukulannya itu meninggalkan bekas cairan yang sangat lengket. Yang tak lain adalah cairan pre-cum. Adit menodai wajah ibu dengan ludah serta pre-cum.

Adit menarik diri, dan meludahi kembali kontolnya lalu mengocoknya dengan nikmat. Ia senang dengan keadaan wajah ibu.

Puas melecehkan ibunya sendiri, adik ku berpindah ke tante Ernie yang berada di tengah. Sama seperti tadi, ia juga melecehkan wajah tante Ernie dengan kontol besarnya. Tanpa permisi, ia langsung memukul-memukul wajah tante Ernie dengan penisnya. Tubuh montok Tante Ernie seketika menegang di pukulan pertama. Senyum juga langsung tersungging di wajah tante Ernie. Ia menyukai dirinya diperlakukan seperti itu. Kedua puting yang berada di ujung payudara besarnya itu menegang lebih keras. Seperti ibu tadi di saat dilecehkan oleh Adit, nafas tante Ernie menjadi lebih cepat.

Adit menampar-nampar kecil pipi Ernie, meninggalkan bekas pre-cum di sana. Selain wajah, toket besar tante Ernie menjadi sasaran cabul kontol besar Adit. Tante Ernie mendesah tertahan di saat aset berharganya di serang oleh benda yang keras. Puting yang sudah keras itu dipukul dengan pentungan dagingnya. Akibatnya putingnya menjadi basah dengan cairan lengket yang berwarna bening itu. Dengan adilnya, Adit peperkan cairannya di kedua puting tante Ernie. Ia juga menusuk bongkahan kenyal itu dengan perkakasnya. Saat diperlakukan seperti itu, desahan manja keluar dari mulut tante Ernie.

Kemudian Adit berpindah ke tante Farah. Ini adalah momen sangat langka, dimana aku bisa melihat seorang ustadzah secara sukarela di lecehkan oleh sebuah kontol besar milik adikku sendiri. Adit juga memperlakukan tante Farah, sama seperti dengan ibu dan tante Ernie. Ia gesek kontolnya di seluruh wajah orang yang seharusnya menjaga martabatat sebagai orang yang suci. Sudah pasti wajah tante Farah juga menjadi basah karena air ludah dan pre-cum Adit. Jilbab yang masih terpasang pun sudah berantakan tidak karuan-karuan karena gesekan kontol Adit yang besar. Akibatnya aku bisa melihat rambut yang seharus tidak boleh terlihat oleh bukan orang yang tidak memiliki hak atas tubuhnya ustadzah tersebut. Itu kan aurat yang harus dijaga. Seharusnya hanya suaminya berhak.

Di saat Adit mencabuli tante Farah, nafas ibu dan tante Ernie berangsur kembali normal. Tapi raut wajahnya kedua nya tidak bisa menutupi betapa terangsangnya mereka. Selama kegiatan gila itu terjadi, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mereka. Hanya suara deru nafas dan suara kontol yang sedang menggesek dan menampar wajah para perempuan itu.

Selesai mencabuli tante Farah, Adit kembali beranjak ke arah ibu untuk ronde ke dua. Dan ia kembali menodai wajah ibu dengan kontolnya. Setelahnya ulangi lagi perlakuannya ke tante Farah dan tante Ernie. Sekarang wajah ketiganya sudah basah dan lengket dengan ludah dan pre-cum. Pemandangan yang sangat menggairahkan. Aku sangat iri melihatnya, aku juga ingin melakukannya. Apalagi Adit tidaknya hanya melakukan hal mesum kepada ibu saja, tapi juga kepada tante Ernie dan tante Farah.

“Ibu, tante-tante, kita ganti posisi ya” ujar Adit memberikan aba-aba kepada mereka semua. Ketiganya membuka matanya, lalu saling memandangi satu sama lain.

“Hihihihi… sudah pada belopotan aja nih” celetuk tante Ernie. Yang di sambut gelak tawa oleh yang lain.

“Iya nih, kontol anak ku kalau sudah bocor pasti banjir deh hihihihi…” tawa ibu. Yang lain pun semakin terbahak-bahak. Ini juga yang masih ku heran, mengapa buah zakar adik ku bisa berukuran abnormal alias besar sekali. Sehingga volume pre-cum dan sperma yang ia hasilkan tidak masuk akal.

Tante Farah mengusap wajahnya yang basah, ia menyeka cairan yang berada di sana. Lalu ia arahkan jari-jari ke mulutnya dan menghisapnya dengan nikmat. Sangat erotis sekali pemandang yang aku lihat sekarang, dimana seorang ustadzah menelan cairan yang merupakan percampuran ludah dan pre-cum Adit. Tak hanya wanita yang berjilbab itu, ibu dan tante Ernie juga ikutan. Masing-masing menyeka wajah mereka, dan memasukan hasil sekaannya ke dalam mulutnya. Tak lupa mereka juga menyeka puting mereka yang basah. Lalu menelan hasil sekaan mereka.

“Duh jeng Uliii…. Cairan anak mu enak banget sihhhh, aku nagihhhhhh!” seru tante Farah sambil terus mengemut jari-jarinya yang habis menyeka wajahnya.

Ibu tersenyum senang mendengar pujian tante Farah kepada Adit. Orang tua mana sih yang tidak bahagia ketika anaknya di puji dan di banggakan oleh orang lain. Dengan merasa bangganya, Adit mengocok kontolnya yang masih keras dan basah itu. Memamerkan kepada wanita yang berada di ruangan itu. Alhasi semua wanita memandangi kontol besar Adit, layaknya predator sedang melihat mangsanya. Tante Ernie menjilat bibirnya dan tante Farah menggigit bibirnya gemas, tidak tahan dengan kontol besar Adit.

Gila! Mereka memang maniak semua! Ibu yang ku kenal selama ini sebagai wanita yang ayu dan kalem, berani melakukan gila di depan orang lain. Tanpa malu ia menelan ludah campur pre-cum anaknya sendiri di depan orang lain. Kegilaan apa lagi yang akan ku kuak nantinya.

“Yuk ah lanjut, kita sekarang gaya Tadasana ya” ujar ibu membuyarkan tatapan memangsa dari tante Ernie dan tante Farah.


Tetap berada di alas yoga, sekarang mereka berdiri dengan kembali terpejam lagi. Dan mulai bernafas seperti saat yoga. Telapak tangan mereka juga terbuka lebar. Dari sini aku melihat kalau mereka semua sudah sangat terangsang. Puting mereka semua sudah tegak menantang, mengundangkan ku untuk mengulum dan menggigitnya.

Memeknya mereka juga sudah basah. Bahkan saking terangsangnya cairan ibu memek menetes di alas yoga, tempat dia berdiri. Paha bagian dalam ibu juga basah. Yang lain juga begitu.

Ketiga wanita itu sudah terpejam sambil berdiri. Dengan kontol yang mengacung tegang, Adit mengelilingi ketiganya. Adik ku melihat para wanita cantik itu layaknya orang yang sedang memilih pelacur untuk di bawa ke kamar. Ia berhenti tepat di depan tante Ernie. Ia melihat wanita itu dari bawah hingga ke atas.

Kemudian Adit berjalan ke belakang tante Ernie. Dari belakang, ia meremas kedua bongkahan kenyal milik tante Ernie. Tatkala sang pemilik benda empuk itu pun melenguh manja. Adit meremas sambil mengendus tengkuk. Ia juga menggesekan menggesekan di bongkahan pusakanya di belahan pantat tante Ernie yang sekel itu. Muka tante Ernie memerah, tapi ia tetap terpejam. Terlihat dirinya sudah sangat terangsang. Adikku benar-benar mempermainkan Tante Ernie semaunya dia. Tapi anehnya, tante Ernie terus terdiam berdiri seperti patung, tidak ada pergerakan untuk mencapai kontol Adit. Sama seperti sebelumnya, hanya Adit yang bekerja. Lantas otak ku berpikir mencari alasannya.

“Oalahhhh…. Begitu toh!”. Sekarang aku mengerti apa yang mereka lakukan. Dugaku mereka melakukan yoga, tapi sambil dicabuli oleh Adit. Sembari itu mereka harus menahan rasa nikmat yang diberikan Adit. Kegiatan seksual yang sangat unik pikirku. Seperti di film-film JAV saja. Kurasa mereka memang terinspirasi dari film porno asal Jepang.

Sepertinya Adit sudah sering melakukan yoga versi nyeleneh ini bersama ibu. Dia sudah tahu harus ngapain. Berarti selama aku tidak ada di Jakarta, ibu dan Adit sering melakukan sesi yang mereka sebut 'biasa' ini.

Masih di belakang tante Ernie, Adit agak menurunkan badannya.

“Hmphhhh!”. Tante Ernie menahan desahan saat kontol Adit melesak masuk ke antara kakinya, bergesekan dengan bibir kemaluannya yang merekah basah. Adit merapatkan kedua kakinya tante Ernie, agar batang kontolnya terjepit disana. Saking panjangnya kontolnya Adit, batang nya melewati selangkangan tante Ernie. Jadinya tante Ernie seperti punya penis saja.

“Ughhhh….”. Tante Ernie melenguh seksi saat Adit menggesekan batang beruratnya di selangkangannya. Memek tante Ernie membanjiri kontol Adit dengan cairan kewanitaannya. Adit goyangkan pinggulnya sambil meremas terus kedua payudara tante Ernie, putingnya tidak luput dari permainan. Ia jepit dan tarik-tarik, hingga semakin mancung.

'Enak banget si Adit, bisa mainin si tante toge' ujarku penuh rasa iri dalam hati.

Adit terus memaju mundurkan batang penisnya di belahan vagia tante Ernie. Dan kulihat kontol Adit semakin basah dan lengket. Raut muka tante Ernie tidak karu-karuan, ia mencoba untuk menahan birahi yang menerpanya. Tante Ernie tidak lagi dapat menahan desahannya. Mulutnya terus mengeluarkan suara-suara merdu nan seksi.

Aku melihat ketidak tenangan ibu dan tante Farah. Mereka tampaknya terpancing oleh suara-suara eksotis yang dikeluarkan oleh temannya yang sedang dikerjai oleh Adit.

Kemudian Adit posisikan kontolnya agar bisa menggesek clitoris. Alhasil tante Ernie semakin blingsatan dalam dekapan teman anaknya. Pasti urat-urat yang bertonjolan itu mengulas-ulas itil tante Ernie. Di artikel yang pernah kubaca, biji kecil yang berada di atas mulut vagina adalah titik paling sensitif perempuan. Jika dimainkan akan memberikan kenikmatan ke si perempuan. Inilah yang terjadi di rumah ku sekarang, kontol Adit menggasak itil tante Ernie. Alhasil teman ibu semakin menjadi-jadi.

Dan akhirnya, tante Ernie Orgasme “A-aditttttt…ngnhhhh…ahhhh!”. Kemaluan tante Ernie menyemburkan cairannya, alias dia squirt. Batang Adit yang sudah basah kini bertambah basah. Adit menahan tubuh tante Ernie agar tidak terjatuh. Setelah selesai orgasme, barulah Adit melepaskan dekapannya. Tante Ernie merosot jatuh, ia terbaring di alas yoga. Ia memejamkan matanya. Nafasnya tersengal-sengal.

Sudah mengerjai tante Ernie hingga orgasme, Adit berpindah ke tante Farah. Ia mengendus leher tante Farah yang masih tertutup jilbab.

“Ishhh…”. Tante Farah mendesis-desis dibuatnya. Sentuhan Adit memanjakan tante Farah. Jari-jari Adit yang besar sangat lihai memainkan pucuk payudara milik wanita berjilbab itu. Ia mengitari jarinya di areola yang kecoklatan gelap. Ia menggoda ustadzah dengan permainan jarinya.

Dari perlakuannya, Adit tampak sudah sangat mahir dalam memanjakan wanita. Ia mulai menggerayangi tubuh polos ustadzah Farah. Aku begitu geram kepada Adit, tidak bisa kubayangkan dia bisa menggauli seorang ustadzah. Sosok wanita yang harusnya mengayomi, mengajarkan, mendidik sekaligus membina dan menanamkan ajaran agamanya kepada umatnya, malah mendesah-desah keenakan dalam dekapan seorang brondong yang tidak lain adalah anak dari temannya sendiri.

Kurasa karena itu sentuhan yang memabukan dari Adit, sang ustadzah bisa terlena dengan kenikmatan duniawi. Sampai-sampai dosa berzinah pun ia lupakan. Suaminya saja di khianati. Apa yang akan dirasakan oleh suami dan anaknya, kalau mengetahui kelakuan ustadzah Farah yang sebenarnya di belakang mereka. Seperti mereka, aku juga dikhianati oleh orang yang paling kucintai, ibu dan adik ku. Hati terasa sakit, tapi tidak bisa kupungkiri aku nafsu melihat mereka kala mengayuh kenikmatan seksual tanpa diriku ini. Seperti sekarang aku sedang mengurut kemaluanku dengan pelan, sambil melihat adik ku menaklukan ibu dan teman-temanya. Aku memang menyedihkan. Tapi tak apa, aku yakin nantinya aku juga akan merasakan apa yang Adit rasakan. Pasti!

Adit menyelipkan batang kerasnya ke antara kaki-kaki tante Farah. Batangnya membelah bibir memek tante Farah yang tembem itu. Diawali dengan gesekan yang pelan menggoda, yang kemudian Adit naikan temponya. Tante Farah dengan sekuat tenaga mencoba menahan desahan.

Adit pegang kedua sisi pinggul tante Farah, dan mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Tak ayal tante Farah mulai mengerang-ngerang kuat, tak lagi berusaha menahan diri. Wajahnya sudah merah bak kepiting rebus. Suara kecipak terdengar begitu nyaring. Lendir memek tante Farah banjir membasahi batang kontol Adit yang terselip di belahannya. Sampai-sampai menetes membasahi alas yoga di bawahnya.

"Ishhhh…ahhhh…Ahhhh…kontol kamu enakkkk…oooo!" desahnya. Kemudian bibirnya terbuka membentuk huruf O. Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Matanya terpejam rapat-rapat. Tubuh montoknya terlonjak-lonjak dengan hebatnya. Tante Farah si Ustadazah, mendapatkan orgasme yang sangat dahsyat. Vaginanya berkedut-kedut melontarkan cairan-cairan kewanitaan dengan dahsyatnya. Dia nge-squirt! Seorang ustadzah bisa Squirt! Wanita berjilbab itu sedang squirting dengan hebatnya. Suara air menerpa lantai dan alas yoga jelas terdengar.

Aku terperangah, begitu juga dengan tante Ernie yang terbaring dan ibu yang sedang 'yoga' berdiri sampai menoleh ke arah tante Fara. Mereka takjub melihat kedahsyatan orgasme yang diraih temannya. Kurusa mereka merasakan iri, terutama ibu yang belum dapet orgasme.

Dilepas Adit, Ustazah Farah ambruk ke lantai. Ia berbaring di kubangan air orgasmenya sendiri. Dadanya kembang kempis, mengais udara kedalam paru-parunya.

Adit sudah memberikan 2 wanita yang lebih tua darinya orgasme yang hebat. Dan itu ia lakukan dengan tanpa penetrasi sama sekali. Aku terus dibuat kagum oleh adik ku sendiri. Namun di saat bersamaan aku takut dengan kemampuanku sendiri. Kupandangi kontolku. Tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan milik adik ku. Apakan nanti bisa memuaskan ibu? Apa nanti malah di tertawakan oleh ibu? Sejenak nafsu aku menurun. Aku buang pikiran itu, kembali menatap layar laptop. Kupikir kita lihat saja nanti. Kalau memang aku tidak bisa memuaskan seperti Adit, setidaknya ibu memberikan tubuhnya kepada ku juga. Ya begitulah, harapanku.

Adiku berjalan ke arah ibu. Mengetahui itu, ibu kembali menghadap depan dan terpejam lagi. Inilah saatnya aku akan melihat ibu orgasme di depan teman-temannya sendiri. Sekarang giliran ibu untuk dicabuli. Adit merangkul tubuh ibu yang ramping itu, lalu mengendusi dengan tengkuk nya mesra. Ia daratkan kecupan-kecupan di leher jenjang ibu. Ibu menggeliat kegelian. Entah karena geli atau keenakan. Tapi yang pasti ibu menyukai apa yang dilakukan Aditnya terhadap tubuhnya.

Adit main kedua aset kenyal ibu. Puting ibu dimainkan. Adit tarik, cubit, tekan dan pelintir sumber susu aku dan dia dulu itu. Dengan lihai nya ia berikan ibu kenikmatan.

"Hmphhh….." desah ibu tertahan.

Tante Ernie dan tante Farah cuma bisa melihat ibu dan Adit. Tante Ernni, mulai mengusap pelan memeknya yang basah lagi.

"Jeng Uli kita udahan aja yuk, langsung ngentot aja. Memek aku sudah gatel banget jeng" ujar tante Farah dengan vulgarnya.

"Iya nih, aku sudah pengen kontol berotot Adit" ujar melas tante Ernie. Keduanya sudah tidak sabar untuk di tusuk oleh kontol Adikku.

Tapi ibu dan Adit tidak bergeming dengan permintaan tante Ernie dan tante Farah. Mereka masih saling menggesekan kelamin mereka dengan nikmat

Tante Ernie terlihat jengah, saat dicuekin oleh mereka. Ia hampiri keduanya, lalu bersimpuh di depan ibu.

Di depannya, ada kontol besar yang sedang maju mundur di selangkangan ibu.

'Tante toge itu mau ngapain?'.

Tante Ernie, menangkap kepala kontol Adit dengan mulutnya dan menyedotnya kuat. "Happ…".

"Ohhhh…" erang Adit saat barang masuk ke dalam mulut wanita berumur itu. Sekarang aku melihat adik ku sedang di sepong oleh orang lain selain ibu. Selagi di sepong oleh tante Ernie, Adit tidak menghentikan ayunan pinggulnya, tatkala memek ibu terus digerus dengan batang berurat.

Tidak mau ketinggalan, tante Farah menghampiri mereka yang sedang asyik.

"Hah?!" kejutku melihat apa yang dilakukan oleh tante Farah.

“Enhhhh…Farahhhhh!” teriak ibu. Yang tadinya terpejam, sekarang matanya membuka lebar untuk melihat serangan yang di lancarkan temannya kepada tubuhnya.

Kukira tante Farah akan membantu tante Ernie untuk mem-blowjob Adit. Tapi ia malah meremas kedua payudara ibu dengan kuat. Wanita yang seharusnya suci mengajarkan agamanya itu juga menghisap puting wanita lain yang tak lain adalah ibuku sendiri. Ibu menengadah keenakan karena serangan di buah dada yang berukuran sedang miliknya.

Tante Ernie yang masih mengulum kontol Adit, ia arahkan satu tangannya ke atas menggapai toket ibu yang nganggur. Toket ibu yang sebelah kiri di hisap oleh tante Farah, sedangkan yang kanan di remas oleh Tante Farah. Jadilah ibu di keroyok 3 orang sekaligus. Aku yakin kenikmatan yang yang dirasakan ibu sangat tinggi. Gila juga mereka semua! Tidak pernah aku melihat adegan seks sehebat ini seperti ini. Diriku sudah sangat terangsang, lantas aku mengocok kontol dengan cepat.

Kepala ibu lalu di tarik oleh tante Farah, mengarahkannya ke kepalanya sendiri. Mataku terbelalak kala melihat mulut ibu dicium dalam-dalam oleh tante Farah. Lidah wanita yang masih berjilbab itu menyelinap masuk ke dalam mulut ibu. Alhasil lidah ibu dan lidah teman nya saling bertautan. Saling menghisap lidah satu sama lain.

Ibu terlihat tidak risih sama sekali, bahkan nampak menikmati cumbuan teman wanitanya. Ibu juga mulai membalas keganasan serangan tante Farah. Ini menimbulkan banyak pertanyaan dalam benakku. Apakah ibu pernah bermain dengan sesama perempuan? Atau bahkan sering? Apakah ibu seorang lesbi atau biseks? Sejak kapan?! Dan sekarangnya ia melakukanya dengan seorang ustadzah. Aku sebagai anak kandung, benar-benar tidak tau tabiat ibuku sendiri. Entah antara mau marah atau terkagum. Melihat ibu berlesbian ria membuat aku yang sedari tadi mengocok kontol sendiri, tak tahan lagi untuk muncrat.

Tangan tante Farah turun mengarah ke memek ibu. Jarinya menyentuh clitoris ibu, merabanya dan mencubit nya juga. Karena mulutnya masih terkunci oleh mulut tante Farah, ibu hanya bisa mendesah tertahan. Wajahnya sudah sangat merah. Dugaku pasti sebentar lagi ibu akan klimaks. Di serang di banyak titik, pasti ibu tidak mungkin bertahan lama.

“Fuckkkk! Ahhhh!”. Teriakan keluar dari mulutku. Aku sudah nggak kuat lagi untuk menahan sensasi gila dan nikmat. Melihat ibu dikerjai 3 orang sekaligus terlalu hebat buat birahiku.

Dan benar saja, dalam waktu singkat tubuh ibu bergetar dalam pelukan Adit. Matanya memutih. Cairan bening muncrat dari memeknya, membanjiri batang kontol Adit yang masih setia membelah bibir memeknya. Wajah tante Ernie yang masih di depan selangkangan ibu juga kena imbasnya. Serta jari-jari tante Farah yang masih setia mengucek-ngucek klitoris ibu. Alas yoga di bawah ibu pun jadinya becek.

"Bangsattttt! Oghhhh!" teriakku saat ejakulasi. Penisku mengeluarkan isinya dengan kuat. Berkali-kali keluar cairan putih dari ujung penisku.

"hh...hh...hh…". Aku ngos-ngosan. Dengan hanya mengocok sambil menonton mereka, aku sudah klimaks puas. Sedangkan Adit yang tidak terlihat ada tanda-tanda akan selesai. Padahal dia sudah mengerjai 3 orang wanita sekaligus. Aku kalah lagi, dan lagi.

Adikku berdiam diri menghentikan gerakan pinggulnya, sambil terus memeluk ibu yang sudah lemas. Ibu terpejam, sesekali tubuhnya tersentak kecil.

Kontol Adit yang menonjol di antara kaki ibu masih di hisap rakus oleh Tante Ernie. Kini tante Farah turut memanjakan batang Adit. Padahal belum lama mereka meraih orgasme pertama, keduanya sangat terlihat semangat memanjakan batang kontol Adit.

“Le-lepas nak, ibu mau rebahan dulu”.

“Iya bu, capek ya? Hehehehe…”.

“He-eh”.

“Tapi enak kan?” goda Adit.

“Enak banget sayang” ujar ibu.

Tante Ernie dan tante Farah menjauh sebentar, agar ibu bisa menyingkir diri dari sana. Ibu berbaring di lantai, sambil menutup kedua matanya dengan lengan. Tanpa ada komentar, tante Ernie dan tante Ernie kembali melanjutkan kegiatan nya menyedot nikmatnya. Adit mengelus kepala mereka yang sedang memanjakan batang kontolnya.

Sudah ada tenaga, ibu pun ikutan dengan teman nya untuk menghisap kontol Adit. Karena besar dan panjang, setiap wanita paruh baya itu dapat bagian untuk menikmati kontolnya Adit. Ibu di kepala kontolnya, sedang tante Ernie dan Tante Farah mendapatkan bagian batangnya. Buah zakar Adit tidak lupa juga di service.

“Yeahhh… sepong kontol Adit terusssss!”. Adikku mengerang keenakan. Tiga wanita dewasa memanjakan dirinya dengan mulut mereka, sudah pasti dia keenakan.

Tante Ernie menggesek bibirnya di batang berurat. Tante Farah juga ikutan. Sedangkan ibu memaju mundurkan kepalanya, mengocok kontol anaknya dengan mulut mungil. Melumat nya rakus layaknya dot bayi.

*Slurph Slurph Slupr Slurph. Suara menghisap mereka yang terdengar basah mengusik birahiku lagi. Tapi aku sudah lelah, cuma bisa menyimak mereka yang masih berusaha membuat Adit muncrat.

Akhirnya usaha mereka membuahkan hasil, Adit terlihat sedang mengernyitkan dahinya seolah sedang menahan sesuatu. Serta tubuh gagahnya seperti tegang sekali.

“Akuuuu…. mau keluarrrrrr! Ohhhh….” seru Adit. Mendengar ketiga wanita itu meningkatkan intensitas service mulut mereka.

"Oghhhhhh!" erang Adit. Ia ambil alih kontolnya dari mereka, lalu mengocoknya cepat dan kuat. Ibu dan yang lain bersimpuh bersebelahan lalu mendongakan kepalanya, menganga sambil mengeluarkan lidah mereka. Bersiap menerima sperma adikku itu.

*Clek Clek Clek. Adik ku menggerakan tangannya sangat cepat. Tak lama, Adit muncrat dengan dahsyat.

“Nghhhh..Oghhh! Yeshhhh! Telannnn peju akuuuu…” geram Adit saat kontolnya memuntahkan cairan kental berwarna putih itu. Tembakan pertama mendarat di wajah ibu. Adit memompa spermanya untuk di keluarkan di wajah ibu sendiri. Sekaligus mengisi mulut ibu dengan benihnya yang muda dan subur itu.

Lalu Adit mengarahkan ke Tante Farah, menembakan ke mukanya serta jilbabnya dengan peju kentalnya. Kini ustadzah itu ternodai sperma dari seorang berondong.

Baru kemudian, giliran tante Ernie yang mendapat jatah. Tante Ernie membuka lebar-lebar mulutnya, siap menampung sperma subur adik ku. Namun karena kuatnya tembakan sperma adik ku, tidak hanya mulutnya yang terisi tapi belahan dadanya juga terkena cipratannya. Lalu Adit kembali mengarahkan moncong yang masih muncrat ke ibu. Hingga ibu kembali dihujani cairan kental berwarna putih. Kemudian ia berpindah ke tante Farah, lalu tante Ernie lagi. Dan seterusnya, Adit bergantian menyemprotkan pejunya ke wajah mereka.

Cukup lama Adit mengosongkan isi pelernya, seperti tidak ada habis-habisnya. Saking banyaknya, wajah para wanita itu penuh dengan cairan putih yang kental. Semuanya mendapat rata sperma Adikku. Beberapa menit kemudian barulah Adit, selesai menyetor spermanya kepada para wanita yang bersimpuh di depannya. Wajah ibu, tante Ernie dan tante Farah penuh dengan cairan kental yang berwarna putih pekat itu, sampai mereka tidak bisa kukenali Peju yang dikeluarkan oleh Adit sangatlah kental. Tidak bisa kujelaskan kenapa bisa begitu. Kurasa seandainya Adit mau menghamili, pasti sudah hamil dalam sekali tembak.

Tak cukup sampai di situ, adik ku meratakan sperma di wajah mereka dengan penisnya. Ibu dan yang lainya terlihat senang-senang saja, kala menjadikan wajahnya sebagai wadah peju Adit. Masing-masing dari mereka menelan peju yang berhasil mereka tampung di mulut. Aku bisa melihat bagaimana leher mereka bergerak, dimana ketiganya sedang berupaya menelan sperma Adit. Tampaknya agak kesusahan. Selainnya volume berlimpah banyak, kental banget lagi. Dari sini saja aku bisa melihat betapa pekatnya. Heran sekali aku di buatnya.

Lalu ketiganya membuka mata. Mereka tersenyum melihat keadaan satu sama lain. Tanpa disangka, tante Ernie menyergap mulut ibu dan melumatnya rakus.

“Gilaaa!!! Ibu ngelesbi lagiiiii!” teriakku lagi. Kontolku yang masih belepotan menggeliat lagi.

Tante Farah juga ikut, ia dekap ibu dari belakang. Lalu ia menjilat sisi wajah kiri ibu yang penuh dengan sperma itu, lalu menelan yang berhasil ia ambil. Tante Ernie melepaskan diri, lalu ia menjilat sisi wajah ibu yang kanan. Ibu hanya menikmati kala wajah di jilat-jilat. Sesekali ibu membalasnya dengan mengais peju di wajah temannya dengan lidah mungilnya. Ketiganya saling berbagi peju kental adik ku itu. Membersihkan wajah satu sama lain satu sama lain. Bahkan peju yang tumpah di dada tante Ernie juga dijilati habis tanpa sisa oleh ibu dan tante Farah.

Sambil melipat tangan di dada, Adit memperhatikan mereka yang sedang saling menggerayangi. Jelas ia terlihat bangga, melihat para wanita yang tampak seperti budak seks saling berebutan cairan pembuat bayi miliknya. Mukanya begitu sombong, seolah dirinya adalah raja.

Kontolku sudah mulai menegang lagi, padahal baru keluar tadi. Mau bagaimana lagi? Kapan lagi aku bisa melihat ibu berbagi peju dengan sesama wanita. Terbesit saja tidak pernah. Tidak ingin aku melewati momen langka dan gila ini.

Tanpa di komando, kontol Adit yang masih setengah ereksi langsung dibersihkan mereka semua dengan menggunakan mulut. Mereka bekerja sama, membersihkan lendir yang merupakan percampuran antara peju Adit, cairan orgasme mereka serta ludah mereka bertiga. Mereka memang maniak peju! Apa yang mereka lakukan benar-benar mengalahkan imajinasi tergilaku.

"Uhhhh…Dimasssss…..pejuuuu… kamu enakkkk!" seru tante Farah seraya membersihkan jari-jarinya yang lengket dengan mulutnya. Ia rakus mengemuti jarinya, sekaligus membersihkan cincin perkawinannya yang belepotan dengan pejuh Adit.

"Dari semua peju yang pernah aku coba, cuma punya kamu sama Erick, anakku yang paling enak. Nggak ada yang bisa ngalahin pokoknya”. Giliran tante Ernie yang memuji kualitas sperm Adit. Dan ternyata tante Ernie juga melakukan incest sama anaknya sendiri, yang bernama Erick itu. Jadi tidak hanya ibu kandung ku yang melakukan seks dengan anak kandung sendiri, tapi ada tante Ernie juga. Dunia ini sudah edan ternyata.

"Sudah gitu buanyakkk…lagi muncratnya, kentalnya juga kelewatan sih, nih lihat" timpal lagi tante Farah sambil menunjukan betapa kentalnya sperma adik ku. Ia tunjukan dengan cara memainkan peju yang terbalut di jari-jarinya. Aku terperangah melihatnya. Kemudian tante Farah beranjak mengambilkan tisu basah untuk mereka.

Ibu tersenyum lebar mendengarkan teman-temanya kembali memuji anaknya lagi. Kali ini yang dipuji adalah lahar putih kental milik adik ku.

"Iya mbak Far. Kalau aku sendiri yang nelen, bisa sampe kekenyangan. Jadi nggak perlu makan lagi hihihi…" ujar ibu. ‘Sampai kenyang’? Aku ingat ketika ibu memberikan Adit blow job kemarin malam, ia menelan semua peju Adit sampai habis tanpa sisa. Dan ia berkomentar kalau dirinya kenyang. Berarti waktu habis dari bioskop kemarin, ibu kenyang karena meneguk sperma Adit. Sama juga, waktu sarapan dengan mie rebus kemarin. Ibu tidak menghabiskan mienya, karena ternyata ia sudah menelan sperma adikku. Sialan, aku ditipu lagi oleh ibu dan Adit.

"Memang hebat kamu, Dit. Yukkk… kita lanjut" ajak tante Ernie dengan semangat menggebu.

“Kamu masih kuat kan sayang?” tanya ibu kepada adik ku.

"Masih lah bu. Bukan Adit namanya kalau cuma bisa muncrat sekali. Nih Lihat kontol Adit" ujar Adit dengan sombongnya sambil nunjukin kontolnya yang sudah tegang dan keras lagi. Mata ibu, tante Ernie dan tante Farah berbinar penuh cahaya lagi mengetahui fakta kalau adikku masih siap tempur lagi.

Ibu menggapai kontol Adit, dan mengusapkannya di pipinya sambil berkata "Ibu sayang kontol kamu nak". Ibu menggosokkan benda besar penuh urat itu di pipinya. Ia juga mengecupnya mesra.

"Aduhhh mesra banget sih, sama kontol anak sendiri" ledek tante Ernie melihat ibu.

"Tau nih, saya jadi iri sama mbak Uli dan mbak Ernie deh. Coba ajah anak saya kayak Adit atau Erick yang perkasa dan ganteng. Ehhh… saya apes banget, anak saya malah kayak bapaknya, jelek terus cuma pecundang yang hobi cari wanita lain buat poligami" jelas ustadzah Farah dengan nada sedikit tinggi. Aku terkejut ketika dia secara gamblang menghina suami dan anaknya sendiri. Ternyata ia mengkhianati mereka karena keduanya ingin poligami. Makanya ia balas dendam dengan berzina dengan berondong, yang merupakan adik ku sendiri.

"Hihihi…, makanya kamu cari brondong buat di rumah kamu, mbak Farah. Biar sekalian ngelonin anak sama menantu kamu juga" saran tante Ernie.

"Bener mbak Er, kayaknya aku memang harus cari brondong dari club nih. Nanti aku jadikan pembantu buat di rumah, biar sekalian muasin aku sama anak dan mantuku nanti”.

Gila sekali pembicaraan mereka, masa ada ustadzah mau cari simpanan. Terus buat di rumah lagi. Aku juga tidak habis pikir dengan ucapannya, kalau dia mau cari brondong juga untuk dipakai anaknya dan menantunya. Berarti secara diam-diam, wanita-wanita di keluarga Farah suka nyeleweng. Dan mereka melakukanya bersama-sama. Sudah nggak waras sih ini, pikirku.

Dan apa yang dimaksud 'club' oleh mereka. Apakah ‘club’ itu sama dengan arisan yang dimaksud dengan ibu minggu lalu. Aku teringat kalau ibu tidak mau gabung dengan arisan itu, dengan alasan karena arisan itu terlalu elit untuk dirinya. Aku benar-benar pusing dengan informasi baru dan super duper gila ini. Selama aku hidup, baru tahu ada yang beginian. Aku terlalu naif dan polos.

"Terus anak kamu yang pertama gimana mbak? tanya tante Ernie.

*Degh. Jantungku berdetak keras saat diriku di bawa-bawa.

“Kenapa sama Dimas?” balik ibu bertanya.

“Nggak kamu ajak juga?”.

"Entahlah mbak Er. Aku sama sekali nggak ada niatan untuk ngajak dia. Aku cukup sama Adit aja" jawab ibu yang kemudian memasukan kepala kontol Adit dan menghisap dengan sangat lembut, menikmati. Tangannya mulai mengurut pelan batang yang tidak masuk ke mulutnya. Aku tertunduk lesu mendengar jawaban ibu, nyatanya ia memang tidak mau mengajak aku. Dan terus ingin melakukan semuanya di belakang ku. Kenapa? Apa alasannya? Aku tidak mengerti.

"Lho memangnya kenapa mbak? Kan dia anak kamu juga" tanya lagi si tante toge itu. Ibu tidak menjawab, dan terus menyedot kepala kontol Adit dengan lembut.

"Apaaaa…. mungkin si Dimas itu…. Kayak anaknya mbak Farah? Pecundang tidak berguna?” tanya tante Ernie. Aku sakit hati dituduh pecundang olehnya.

*Plop. Seketika ibu melepaskan jepitan bibirnya di kontol Adit, namun tetap menggenggamnya. Ibu melotot tante Ernie dalam-dalam. Ia marah dengan ucapan tante Ernie.

“Mbak Er!” sergah ibu.

“Eh…i-iya?” singkat tante Ernie yang ketakutan. Suasana di ruangan fitness menjadi tegang. Adit tampat kaget juga, tersirat ada rasa takut dari wajahnya. Begitu juga tante Farah yang sedang merapikan jilbabnya.

“Sudah aku bilang berulang kali, jangan pernah bawa-bawa Dimas” ujar ibu dengan nada tinggi.

“Ma-maaf mbak. Saya cuma penasaran dengan alasan mbak Uli nggak mau ngajak Dimas kayak begini”.

“Alasannya cukup aku yang tahu aja, dan mbak Er…..” ucap ibu menggantung.

“Y-ya?”.

“Dimas, anak ku bukan pecundang. Camkan itu mbak” jawab ibu tegas.

Aku tersenyum mendengar ucapan ibu. Sayang sekali ibu tidak membeberkan alasan mengapa aku tidak di ajak, tapi walau begitu aku cukup senang ibu sudah mau membela diriku. Ada secercah harapan untuk diriku.

Tante Ernie terlihat berbalik marah. Raut wajahnya penuh amarah. Tante Ernie tidak terima dimarahi oleh ibu, lalu ia berkata “Mbak Uli, mbak inget kan sama…..”.

“Sudahlah mbak Er, kita nikmati kontol yang ada saja. Lagipula perjanjian kita kan cuma sama Adit aja, mbak Er. Nggak usah banyak minta lagi, syukurilah apa yang ada” potong tante Farah layaknya ustadzah, ia mencoba menenangkan keadaan.

“Hah?! Pernjanjian? Apa lagi ini?!”.

‘Perjanjian apa?’. Nampaknya Ibu ada perjanjian dengan mereka, tapi apa? Huh, misteri demi misteri bermunculan. Kepalaku hampir pecah saja/

“Tuh lihat kontolnya Adit, sudah ngeces lagi tuh hihihihi….” lanjut wanita berjilbab itu, mencoba mencairkan suasana dengan memancing nafsu. Tante Ernie menoleh ke kontol Adit yang sudah mengeluarkan lendir pelumas. Raut wajahnya berubah, dari marah menjadi mupeng lagi.

Ibu memasukan lagi kontol Adit, dan menghisapnya kuat sampai pipinya mengempot.

Lalu ia melepaskannya. Ia menghela nafas panjang dan berucap “Sudahlah lupakan saja mbar Er, mendingan sekarang kita enak-enakan” ujar ibu centil, sambil mengedipkan mata kepada temannya bertoket besar itu. Ajakan ibu di jawab dengan anggukan oleh tante Ernie.

Kurasa kontol Adit dan nafsu mereka mampu mengalahkan segala amarah yang timbul tadi. Tante Farah dan tante Ernie mendekat, lalu ikut menikmati kontol besar yang disuguhkan.

Sambil terus melayani dengan mulut, masing-masing mereka merangsang diri sendiri dengan cara memainkan memek masing. Tidak butuh waktu lama untuk mereka agar becek lagi. Lendir memek mereka saja sudah menetes-netes.

“Ahhh! Memek sudah gatel ini, pengen di garukin sama si berotot inihhh…” ujar tante Farah sambil menjilat-menjilat urat-urat kontol Adit yang berseliweran.

“Sama mbak. Ngomong-ngomong siapa dulu nih?” tanya tante Ernie.

“Aku dulu ya mbak, memek ku sudah pengen kontol” ujar tante Farah.

“Ehhhhh….. Aku dong, sudah gatel banget nih memek” ucap tante Ernie tidak mau kalah.

“Harusnya aku dulu yang pertama. Kan aku ibu kandungnya, sudah seharusnya aku dapat giliran pertama dong” potong ibu juga tidak mau kalah.

“Lah kita kan tamu kamu mbak, harusnya tuan rumah ngalah dong” seru tante Ernie.

“Ehhhhhh… enak aja. Adit, anak saya. Ya kontolnya punya saya dong”.

Lah?! Bukannya ngentot malah berantem. Aku menggelengkan kepala saat melihat tingkah mereka semua. Kayak anak kecil rebutan mainan saja. Tadi saja mereka berbagi peju, ehh.. Sekarang malah rebutan siapa yang akan di entot dulu. Ada-ada saja mereka ini.

“Sudah-sudah, kok ini malah rebutan siapa yang aku kontolin duluan sih” ujar Adit sambil mengurut kontolnya. Para wanita itu terdiam, mata mereka tidak bisa lepas dari kemaluan Adit.

“Biar Adil, bagaimana kalau…….”.

Bersambung…

Pesan Penulis
  1. Sudah update ya.​
  2. Seharus masih ada bagian lagi yang belum di upload. Tapi karena penulis ada urusan ke luar kota, maka di tunda sampe update selanjutnya​
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Mungkin akan lebih seru lg kalo tiba" Dimas kirim foto" Adegan ibunya ma adit yg lg " Pesta " Saat itu juga ke ibunya. Itu akan memberikan efek kejut dan shock yang sangat keras. Gimana kira" Suhu @gravekeeper76 ? Setelah "pesta " Langsung di beri efek kejut...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd