Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dunia baru di kota perantauan (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Selamat malam suhu2 semuaa....

Gak usah nunggu sampe besok, update part 3 udah ane selesaiin dan siap di upload. Pas banget kan sambil nunggu bola tayang bisa coli dulu bentaar:tegang:

Gak bosen2nya ane berterimakasih buat kalian yang udah sabar menunggu dan terus mendukung kelanjutan cerita ini. Jangan lupa buat memberi saran serta komentar juga likenya ya huu...

Akhir kata,
Selamat membaca dan Spanyol pasti bisa!!




PART 3

191046056-309837560666476-8947937200031313103-n.jpg

SALWA

118539146-188418409359938-6845284734569044173-n.jpg

FITRI

123255847-269464544508239-7097434658377689783-n.jpg

MAYA

Pagi ini aku bangun sekitar pukul 9. Belakangan ini aku jadi suka kesiangan untuk melaksanakan solat subuh. Tidak hanya aku, Fitri pun jadi suka kelewatan solat subuh akhir2 ini. Saat aku keluar kamar belum ada satupun dari kedua temanku yang sudah bangun. Karena lapar aku pun membuka lemari persediaan makanan. Di kontrakanku memang selalu menyediakan roti tawar dan mesis untuk sarapan, jadilah sarapanku kali ini dengan memakan roti. Sambil sarapan aku duduk santai di ruang tengah sambil bermain HP. Ketika rotiku sudah hampir habis akhirnya Fitri bangun tidur. Kami berdua menghabiskan pagi ini dengan membicarakan series yang semalam kami tonton. Saat hari menjelang siang, Maya akhirnya terbangun dari tidur nyenyaknya.

Maya: "gilaa masih pusing kepala gue." Ucapnya sambil berjalan ke arah kami dengan tangan memegang kepalanya. Dia pun ikut duduk bersamaku dan Fitri.

Aku: "salah sendiri semalem lu minum2." Ujarku bercanda sambil memberikannya segelas air putih.

Maya: "ah lu belum cobain sih rasanya Sal, sekali nyobain gak bisa lepas lu." ucapnya lalu meminum air putih yang kuberikan

Aku: "hih ngapainn, sorry yaa gue gak demen mabok2an." Tolakku dengan bercanda

Fitri: "tapi lu suka tuh dimabuk asmara sama Faza hahaha..." ledek Fitri padaku. Aku pun mempelototi Fitri karena menyebut nama Faza depan Maya

Maya: "Faza? Faza temen kelompok kita Sal? Kapan lu jadiannya?" Tanya Maya yang tiba2 menjadi segar.

Fitri: "oohh.... jadi lu cinlok di kelompok Sal? Berarti dari kemaren2 yang sering nganterin lu itu dia? Gue kira taxi online." Ucap Fitri lagi sedikit meledek.

Aku: "baru seminggu siihh gue pacaran sama dia hehe...." jawabku sambil tersenyum malu.

Maya: "ohh masih baru... tapi lu udah ngapain aja sama dia?" Tanyanya yang membuatku jadi panik.

Aku: "kagakk, gak ngapa2in kokk. Baru seminggu masa udah ngapa2in. Eh...." ujarku salah jawab.

Fitri: "ohh gitu, emg kalo udah lewat seminggu mau ngapain Sal?" Tanyanya meledekku.

Aku: "bukaann, maksud gue tuh.." belum usai aku berbicara langsung dipotong oleh Fitri.

Fitri: "baru pertama kali pacaran udah mikirin yang kagak2 lu. Gue bilangin Pak Santoso baru tau lu." ancamnya bercanda.

Aku: "apaansiih Fit jangan dong. Beneran kok gue gak ngapa2in sama dia. Paling pegangan tangan doang pas di bioskop." Ucapku berbohong, padahal berciuman sampai ia menghisap payudaraku sudah pernah dilakukan

Maya: "ah gak seru masa pacaran pegangan tangan doang. Ciuman kekk, grepe2 gituu, atau sekalian lu kocokin tititnya tuh di bioskop hahahaha...." kali ini Maya yang meledekku dengan candaan yang vulgar.

Maya memang orangnya suka melontarkan canda2an yang vulgar. Saat pertama kali mengenalnya kami agak kaget, namun lama kelamaan aku dan Fitri terbiasa dengan candaannya itu. Bahkan aku dan Fitri juga ikut tertawa meski ia menyisipkan candaan yang vulgar. Pengaruh darinya itu membuat kami yang tadinya enggan mengucapkan kata2 kotor dan vulgar seperti itu jadi terbiasa karenanya.

Fitri: "emang kenapa tititnya dikocokin?" Tanya Fitri polos, jujur aku juga tidak tau alasannya.

Maya: "yaampun polos banget sih lu Fit. Jangan2 lu juga gak tau lagi Sal?" Tanyanya dan kubalas dengan anggukan kecil.

Maya: "huffttt... jadi gini, cowok kan tititnya bisa ngaceng, kalo bahasa ilmiahnya kan ereksi. Nah kalo udah ngaceng itu harus dikocokin tititnya biar keluar tuh spermanya, kalo bahasa gaulnya itu peju." Jelasnya yang membuat aku dan Fitri mengangguk angguk.

Aku: "bukannya sperma cowo cuma bisa keluar kalo mimpi basah sama bersetubuh doang ya May?" Tanyaku bagaikan murid di kelas biologi.

Maya: "gak cuma itu wahai domba yang tersesat. Dikocokin pake tangan orang lain atau sendiri juga bisa. Nah kalo pake tangan sendiri biasa disebut dengan masturbasi atau bahasa kerennya coli." Jelasnya seperti seorang guru.

Aku: "emangnya kalo cowo ereksi harus dikocokin sampe keluar spermanya gitu?" Tanyaku lagi makin penasaran.

Maya: "iyalaahh sayang, kesian kalo gak dikeluarin pejunya . Ibaratnya ngaceng itu orang laper. Kalo orang laper harus makan biar kenyang. Nah sama kayak cowo juga, kalo dia ngaceng itu harus coli atau dikocokin biar pejunya keluar dan dia merasa puas." Jelasnya lagi dan kini aku mengangguk paham

Fitri: "hah? Gak ngerti...." tanya Fitri begitu polosnya.

Maya: "lu ini polos atau emg bego sih Fit?" Tanyanya pada Fitri. Kugelengkan kepalaku agar Maya tidak meladeni Fitri.

Maya: "pokoknya kalo suatu kalian punya pacar trus lagi horny dan dia ngaceng, kocokin pake tangan kalian biar pejunya keluar dan dia puas. Atau lu sepong kalo udah jago." jelasnya lagi menyimpulkan penjelasannya tadi.

Fitri: "sepong apaan lagi tuh?" Tanya Fitri kembali yang membuat Maya menarik napas panjang

Maya: "tauah capek gue, cari sendiri sono di google. Eh btw gue laper nih, mau pizza gak? Gue teraktir deh kalian." Dengan kompak aku dan Fitri mengiyakannya.

Akhirnya Maya segera memesan pizza dari HP nya. Sambil menunggu pizza datang Fitri dan Maya kembali bertanya tentang hubunganku dengan Faza. Kuceritakan bagaimana awalnya aku bisa dekat dengannya sampai ia menembakku di bioskop. Semuanya kuceritakan dengan detail kecuali bagian aku berciuman dan ketika Faza memainkan payudaraku. Aku juga bercerita kenapa aku suka dengannya. Fitri yang belum pernah pacaran hanya bisa tersenyum senyum membayangkan betapa indahnya berpacaran. Dipikirannya cerita romantisku hampir setara dengan drama romance yang sering kami tonton. Sedangkan Maya tidak seheboh Fitri, ekspresinya datar namun tetap senang dengan hubunganku. Sepertinya Maya sudah berpengalaman dalam dunia percintaan. Akhirnya pizza yang dipesan telah datang dan kami mulai makan siang bersama.

Kami bertiga menghabiskan hari Minggu ini hanya bermalas malasan di rumah. Canda dan tawa menghiasi kontrakan ini sepanjang hari. Inilah salah satu hal yang kusukai, menghabiskan waktu bersama kedua sahabat dengan riang gembira. Kegiatan seperti ini jarang kami lakukan akhir2 ini karena kesibukan masing2. Saat sore tiba muncul ide dari Maya yang mengajak aku dan Fitri untuk nonton series kesukaannya. Karena aku dan Fitri tidak pernah nonton series ini, mau tidak mau Maya mengalah dan menonton lagi dari episode 1.

Sepanjang episode 1 aku sangat kaget dengan adegan2 dewasa yang ditampilkan. Tidak hanya berciuman, tapi adegan bersetubuh pun ditampilkan pada series ini. Baru pertama kali aku dan Fitri menonton film sevulgar ini. Maya bilang kami tidak usah kaget dengan episode 1, episode 2 nya lebih parah dari yang pertama. Ketika episode 2 dimulai ternyata perkataannya itu benar adanya, adegan2 dewasa yang ditampilkan lebih banyak dari episode 1. Aku dan Fitri hanya dapat terpaku menonton film dari Maya. Akhirnya kami hanya dapat menyelesaikan 3 episode pada sore ini dan masih banyak episode yang belum kami tonton. Seperti biasa, Fitri sangat larut dalam konflik drama yang disajikan. Padahal konflik ranjang yang ada juga tidak kalah banyak, tapi itu semua seakan akan tidak mempengaruhi Fitri dari fokusnya dalam menonton series tadi. Sedangkan selama menonton aku tidak bisa sefokus Fitri dan ketika sudah selesai nonton aku masih terngiang ngiang adegan dewasa yang disajikan barusan. Saat aku ke toilet terdapat bercak cairan di celana dalamku, cairan yang sama dikala aku bermesraan dengan Faza.

Di malam harinya setelah makan, Maya kembali mengajakku dan Fitri untuk nonton series tadi. Fitri pun dengan semangat mengiyakan ajakannya. Berbeda denganku, aku menolaknya dengan alasan harus mempelajari materi karena besok akan ada presentasi tugas kelompok. Aku mengingatkan Maya agar ia juga mempersiapkan diri untuk esok hari. Setelahnya mereka berdua pun pergi ke kamar Maya untuk melanjutkan series yang tadi. Sebenarnya alasanku itu hanya bualan semata karena aku sudah berjanji akan telponan dengan Faza malam ini. Sepanjang malam aku telponan dengannya berbagi kisah yang terjadi hari ini. Aku juga kangen2an layaknya sepasang kekasih LDR yang sudah lama tidak berjumpa.

Kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan aku mulai mengantuk. Aku pun menyudahi telponan dengan Faza malam ini. Sebelum tidur aku pergi ke toilet untuk sikat gigi dan pipis. Saat melewati kamar Maya dengan sekilas dapat kudengar suara desahan wanita dan kecupan dari series yang mereka masih tonton. Ternyata episode2 berikutnya masih menampilkan adegan yang sama seperti episode sebelumnya. Bahkan menurutku ini lebih parah lagi adegannya karena suara si wanita sangat terdengar jelas. Aku pun tidak begitu mempedulikannya dan segera ke toilet menyelasaikan urusanku.


Keesokan harinya...


Paginya aku terbangun sesaat setelah azan subuh berkumandang. Aku segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat subuh. Saat keluar kamar kulihat kamar Fitri terbuka dan tidak orang di dalamnya, mungkin ia tertidur di kamar Maya. aku pun mengetuk kamar Maya untuk membangunkan Fitri disana. Pintunya dibukakan oleh Maya dan kulihat Fitri masih terpaku menonton series tersebut dengan earphone ditelinganya.

Aku: "Fit solat dulu ayo, udah azan nih." Ajakku padanya.

Fitri: "sabar bentar lagi kelar nih." Ucapnya dengan tatapan matanya masih ke arah laptop.

Aku: "solat dulu Fit, bentar kok kan cuma 2 rakaat." Ajakku lagi.

Fitri: "nanggung ini bentar lagi kelar. Lu duluan aja sana." Lagi2 ia menolak ajakanku.

Akhirnya aku menuju toilet untuk berwudhu. Seusai solat subuh aku kembali ke kamar Maya yang kini sudah tertutup lagi. Tanpa kuketuk aku langsung membuka pintunya dan melihat mereka berdua kini masih asik menonton.

Aku: "yaallah Fit, solat dulu sana lu." Ucapku lagi mengingatkannya untuk solat.

Fitri: "iyaa iyaa gue solat dulu. Pause dulu May, tunggu gue kelar solat bentar." Ucapnya pada Maya.

Maya: "gue udahan deh ngantuk, lu lanjutin sendiri aja ya nanti nontonnya. Gue udah nonton juga kok yang ini." Balasnya sambil menutup laptopnya.

Akhirnya Fitri pun solat di kamarnya. Seusai dia solat kuajak ia untuk membaca al quran bersama. Selesai baca al quran, aku segera menuju pasar untuk membeli bahan makanan untuk sarapan, sedangkan Fitri tidak ikut sebab ia mengantuk dan ingin tidur. Akhirnya aku pun sendirian ke pasar untuk membeli bahan masakan, jadwalnya hari senin adalah memasak nasi goreng.

Setibanya aku ke kontrakan terasa sepi sekali isinya karena Fitri dan Maya masih tertidur. Mau tidak mau aku pun memasak sendirian. Memasak sudah, sarapan sudah, mandi sudah, tinggal berangkat kuliah saja belum. Kuliah hari ini dimulai jam 8 pagi, sedangkan sekarang masih jam 7 pagi. Kubangunkan Maya yang masih tertidur. Ketika kubangunkan ternyata ia berkata masih mengantuk dan tidak enak badan sehingga izin tidak masuk kuliah hari ini. Aku pun menyayangkannya karena hari ini ada presentasi kelompok. Mau tidak mau aku harus berangkat sendirian ke kampus. Sebelum berangkat aku masuk ke kamar Fitri untuk mengabarinya kalo aku akan berangkat ke kampus. Saat aku ke kamarnya aku terkejut karena ia ternyata tidak tidur, melainkan masih menonton series yang tadi belum usai. Dia masih duduk selonjoran diatas kasur dengan laptop di atas pahanya dengan tatapan yang sangat serius menatap laptop Maya.

Aku: "daritadi lu gak tidur Fit?" Tanyaku yang membuatnya sedikit terkejut, diapun reflek menutup laptopnya karena kehadiranku.

Fitri: "eh sorry Sal, abis filmnya nanggung banget hehehe.... eh lu mau berangkat kuliah ya? Hati2 yaa Sal di jalan." Ucapnya padaku.

Aku: "lu hari ini gak ada kuliah Fit?" Tanyaku lagi.

Fitri: "ada kok nanti siang. Masih lama jadi santai aja hehe..." balasnya padaku.

Aku: "yaudah gue cabut dulu ya, gue udah masak nasi goreng tuh. Assalamualaikum..." ucapku sambil menutup pintu kamarnya.

Fitri: "waalaikumsalam, jangan lupa tutup lagi gerbang depannya." Ucapnya mengingatkanku

Singkat cerita aku telah sampai di kampus dengan selamat. Satu persatu kelompok mulai disuruh presentasi di depan. Ketika giliran kelompok kami yang maju ternyata waktu kuliah telah usai dan presentasi kelompok kami pun ditunda jadi minggu depan. Sungguh beruntung Maya tidak hadir hari ini.

Sore pun tiba dan kini waktunya aku pulang ke kontrakan. Seperti biasa, aku selalu diantar Faza untuk pulang ke kontrakan. Saat kami berdua sudah di mobil aku sudah tersenyum senyum membayangkan kegiatan rutin kami berikutnya. Saat akan berciuman tiba2 HP Faza berbunyi. Duuhh... lagi2 sebuah telpon mengganggu aktivitas kami. Faza pun langsung mengangkat telponnya

Faza: "halo iya pah.... ke bandara sekarang? Bukannya nanti malem?.... ohh gitu.... yaudah aku otw rumah sekarang.... waalaikumsalam." Kemudian ia menutup telponnya.

Aku: "kamu harus ke bandara yang? Kalo kamu buru2 aku bisa kok naik ojek nanti." Ucapku mengalah untuk tidak diantarnya hari ini.

Faza: "gapapa kok aku anter kamu dulu sempet." Ucapnya kemudian ia langsung menyalakan mobilnya.

Aku: "hmm... kalo aku ikut ke bandara boleh gak?" Ucapku lagi yang membuatnya kaget.

Faza: "kamu beneran mau? Emangnya kamu siap ketemu orangtua aku?" Tanyanya meyakinkanku.

Aku: "dari hari pertama juga aku udah siap kok ketemu mereka." Balasku yang membuatnya tersenyum.

Jadilah aku soren ini akan diajaknya untuk mengantar orangtua Faza ke bandara. Diperjalanan ia bercerita kalau hari ini orangtuanya akan berangkat keluar kota karena urusan pekerjaan. Katanya mereka pergi sekalian menuju tempat saudaranya dan diperkirakan akan pulang sekitar 2 minggu lagi. Dia mulai ditinggal seperti ini sejak dia SMP, ketika kedua orangtuanya naik jabatan di salah satu perusahaan negara. Hingga saat ini kedua orangtuanya masih sangat sibuk. Untung saja saudara2 Faza di sini masih banyak, sehingga ia sering dirawat oleh mereka selama ditinggal orangtuanya.

Singkat cerita kami sudah sampai di rumah Faza yang terletak di perumahan cluster. Kedua orangtuanya sudah menunggu Faza di depan pagar dengan 2 buah koper yang siap dibawa. Ketika Faza turun untuk mengangkat koper mereka, aku pun ikut turun bersamanya.

Faza: "mah, pah. Kenalin ini pacar Faza, namanya Salwa" Ucapnya memperkenalku pada mereka.

Aku: "assalamualaikum om, tante. Seneng rasanya saya bisa ketemu om dan tante." Ucapku sambil mencium kedua tangan mereka bergantian.

Papa Faza: "waalaikumsalam, oh jadi ini Salwa yang sering diceritain Faza. Pinter juga kamu cari pacar Za." Puji Papanya pada Faza.

Mama Faza: "waalaikumsalam, aduuh cantik banget sih calon istri anak mama..." pujinya sambil mengelus kedua tanganku.

Aku merasa sangat senang disambut baik oleh kedua orangtua Faza. Apalagi ketika disebut 'calon istri' oleh Mamanya, pasti pipiku memerah disebutnya begitu. Setelah koper2nya sudah masuk kami segera menuju bandara. Sepanjang perjalanan orangtua Faza selalu memberiku berbagai pertanyaan. Mulai dari keluargaku hingga rencanaku setelah lulus kuliah nanti. Meski sering ditanya aku merasa senang karena dengan begini mereka dapat mengenalku lebih dalam. Mereka juga sangat humoris seperti Faza. Eratnya kekeluargaan mereka terasa begitu hangat walaupun sering meninggalkan Faza sendirian di rumah. Singkat cerita kami telah sampai di tujuan. Setelah mendapatkan parkir aku dan Faza ikut mengantar kedua orangtuanya. Aku pun menyalami keduanya dan mendapat pesan dari mereka.

Mama Faza: "Om dan Tante pergi dulu ya Salwa. Jaga baik2 Faza yaa..." Ucap Mamanya sebelum pergi.

Papa Faza: "kalian baik2 ya disini, jangan macem2 yaa selama om tinggal." Ucapnya berpesan padaku.

Setelah mengantar mereka, aku dan Faza kembali ke mobil. Aku sangat senang dengan keramahan kedua orangtuanya. Kupikir bertemu mereka akan sangat canggung, ternyata mereka menerima baik kehadiranku sebagai pacar anaknya.

Faza: "kamu kenapa daritadi senyum2 mulu?" Tanyanya ketika kami baru sampai mobil.

Aku: "aku seneng banget tau bisa ketemu orangtua kamu, gak nyangka aja bisa secepet ini. Aku pikir mereka galak, eh ternyata baik banget sama aku." Jawabku memuji kebaikan orangtuanya.

Faza: "mereka emang baik kok, aku juga seneng kalo kamu udah ketemu mereka. Mereka tuh udah dari dulu mau ketemu sama kamu, penasaran sama pacar anaknya." Ucapnga yanh membuatku terkejut.

Aku: "wah serius? Aku jadi malu deh hehe.... Apalagi pas mama kamu bilang 'calon istri anak mama', aku kaget banget sekaligus seneng." Ujarku pada Faza.

Faza: "hahaha.... Eh btw, kamu laper gak? Kita makan di rumah aku aja yuk, aku yang masak nanti." Ajak Faza untuk makan malam di rumahnya.

Aku: "emang kamu bisa masak? Palingan masak mie sama telor doang bisanya." Ucapku meledek kemampuannya.

Faza: "liat aja nanti Chef Faza beraksi." Balasnya lagi tidak ingin diremehkan

Kami langsung menuju rumah Faza dari bandara. Untungnya jalanan tidak terlalu ramai jadinya tidak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah Faza, tidak seperti saat mengantar orangtua Faza. Singkat cerita kami telah sampai di rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, ia mengajakku untuk masuk ke dalam. Rumahnya cukup luas dan bernuansa modern. Di rumah yang luas ini dia sering hidup sendirian, walau tiap pagi ada pembantunya yang bersih2 rumah dan pulang ketika tugasnya selesai.

Aku: "jadi mau masak apa hari ini, Chef?" Ledekku memanggilnya dengan sebutan chef.

Faza: "kalo fettucini carbonara kamu mau?" Tawarnya padaku.

Aku: "hmm bolehh, selama Chef Faza yang masak aku mau kok hehe..." ujarku menyetujui sarannya.

Sambil menunggu dia masak aku duduk di ruang keluarga sambil bermain HP. Dari sini aku dapat mencium wangi sedap dari arah dapur yang membuat perutku lapar. Aku berjalan ke arah dapur dan melihat ia masih sibuk masak. Keterampilan memasaknya lumayan bagus, bisa dibilang kemampuannya itu melebihiku hehe.... Dia pun menyadari kehadiranku di dapur dan memberiku senyuman. Kubalas senyumannya itu dengan senyuman juga. Sudah hampir 10 menit lebih aku melihanya memasak akhirnya masakannya pun sudah jadi. Seusai makanan disajikan kami berdua makan di ruang makan.
Saat menyantapnya aku tidak menyangka bahwa rasanya enak juga.

Faza: "gimana rasanya? Enak gak?" Tanyanya padaku.

Aku: "enak kok, kamu belajar darimana?" Tanyaku sambil menyuap lagi.

Faza: "otodidak dari internet, karena orangtua aku sering pergi jadinya aku belajar masak sendiri." Jelasnya sambil memakan masakannya.

Aku sangat bangga padanya karena meski tinggal sendirian tapi dia sangat mandiri dan tidak manja. Kami pun menghabiskan makan malam ini dengan lahap. Setelah makan aku mengambil piringnya untuk aku cuci. Faza sempat menolaknya namun aku bilang giliran aku yang bekerja. Sambil mencuci piring aku senyum2 sendiri membayangkan aku dan Faza merupakan pasangan suami istri yang sedang membangun rumah tangga. Saat sedang melamun tiba2 Faza mengejutkanku.

Faza: "kamu kenapa senyum2 mulu daritadi?" Tanyanya sambil mengambil air di dispenser.

Aku: "ih kepo dehh...." jawabku tidak ingin menceritakan imajinasiku.

Kemudian Faza menghampiriku yang sedang membilas cucian kotor yang sudah kusabuni. Dengan lembut dia melingkarkan tangannya di perutku dari belakang. Dirapatkannya badan dia dengan badanku dan diciuminya kepalaku yang masih terbalut hijab. Perlakuannya itu membuatku jadi merasa nyaman.

Faza: "jadi ini ya rasanya punya istri." Ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di atas kepalaku.

Aku: "ihh kamu gombal mulu... Aku masih nyuci jangan diganggu dulu." Ujarku jadi malu dengan perkataannya.

Dia lalu menciumi pipiku dengan lembut. Selesai mencuci piring dan mengelap tanganku, badanku diputar olehnya sehingga kami berhadapan. Tangannya memegang daguku dan mengangkatnya ke arah mukanya. Dia majukan kepalanya hingga bibir kami bertemu.

Cuppp... Cuupp... Cuupppp...

Sambil berciuman tanganku kulingkarkan ke lehernya. Kedua tangannya kini memelukku sehingga badan kami jadi semakin rapat. Lama kelamaan ciuman ini jadi memanas. Lidah kami saling bertaut dan bermain2 di dalam mulut. Dia lalu mengangkat tubuhku membuatku terduduk di meja dapur. Dirapatkan tubuhnya sehingga kemaluannya yang keras terasa tepat di kemaluanku. Tangannya secara perlahan mengelus bagian perutku dan bergerak ke bagian payudara. Dia mulai meremas dengan lembut yang membuatku terbuai dengan permainannya. Aku tidak malu2 melenguh keenakan karena di rumah ini hanya ada aku dan Faza. Kini dia mulai membuka satu persatu kemejaku hingga terlepas dan melemparnya entah kemana. Bh ku juga mengalami nasib yang sama dengan kemejaku. Di waktu yang bersamaan juga aku membuka seluruh bajunya hingga kini kami berdua telanjang. Hijabku juga telah kubuka karena merasa kepanasan memakainya.

Di saat ia melepas ciumannya, tercipta sebuah benang yang menghubungkan bibir kami akibat dari ciuman barusan. Bibirnya kini berpindah ke leher dan bermain main disana. Jilatan dan kecupan ia berikan yang membuatku menggelinjang kegelian. Jilatannya berjalan dari leher menuju payudaraku. Dikecupnya kedua payudaraku dan menyapu seluruh permukaan payudaraku dengan lidahnya tanpa mengenai putingku. Aku tersenyum melihat aksinya yang begitu telaten memainkan payudaraku. Setelah permukaan payudaraku rata dengan air liurnya, bibirnya kini fokus merangsang putingku yang telah mengeras dengan permainan sedari awal. Lidahnya menjilati putingku layaknya bocah yang sedang menjilati eskrim, tak lupa ia memberikan kecupan diakhir jilatannya. Ketika ia fokus menjilati payudara kananku, tangan kirinya bermain main di puting kiriku. Dipilinnya puting kiriku juga menekan nekannya dengan gemas. Kini gantian payudara kiriku yang mendapat jilatan sedang yang kanan dirangsang dengan tangannya. Permainannya itu membuatku merem melek keenakan. Desahan2 ku keluarkan supaya Faza tau aku menikmatinya dan dia jadi makin semangat merangsang payudaraku.

Sllrrpppp... cuuppp.. sllrppp....

Aku: "aaaahhhh... teruus sayaanggg.... geli banget enakkk.... jangan berhenti sayang.... aaahhh....." ucapku berulang kali dengan tanganku yang masih terus menekan nekan kepalanya.

Kemudian aku teringat dengan perkataan Maya kemaren. Dengan perlahan tangan kananku mulai bergerak ke arah bawah menuju kemaluannya. Ketika sampai kurasakan kemaluannya itu sudah sangat keras. Karena gemas aku mulai mengelus elus kemaluannya juga meremasnya. Aksiku membuatnya jadi mendesah keenakan. Dia jadi makin bernafsu ketika kumainkan penisnya dari luar celananya. Dalam hati aku merasa bangga dapat membuatnya keenakan. Kemudian ia menyudahi kecupannya dari payudaraku dan kembali menciumiku. Ciumannya sangat bernafsu dengan tangannya yang masih meremas payudaraku sedangkan tanganku juga masih bermain main dengan penisnya.

Lalu dia pindahkan tangannya ke pantatku dan menggendong badanku. Diajaknya aku ke lantai 2 dengan bibir yang masih berciuman. Aku tidak tau akan dibawa kemana dan aku juga tidak peduli akan hal itu. Dipikiranku sekarang hanya terisi oleh nafsu birahi yang ingin segera dituntaskan. Kemudian dia membuka sebuah pintu, ternyata aku diajak ke kamarnya. Dengan segera dia langsung menindihku di atas kasurnya. Sambil berciuman tanganku lagi2 hinggap di penisnya. Kuremas remas dan kuelus seperti dia memainkan payudaraku. Kini aktivitas kami sama seperti pada film series yang kutonton kemaren.

Faza: "kamu mau pegang langsung?" Tanyanya menghentikan sementara ciumannya

Aku pun menggigit bibir bawahku dan mengangguk kecil. Kemudian dia berdiri dan melepas celananya beserta dalamannya. Mataku terus menatapnya selama dia melepas celananya hingga kini aku dapat melihat penisnya secara langsung. Aku agak terkejut melihat penisnya yang sudah tegak berdiri. Untuk pertama kalinya aku melihat penis lelaki secara langsung. Dengan perlahan dia kembali kepadaku dengan tubuh yang telanjang bulat. Tiba2 muncul perasaan ragu dalam hatiku, apakah ini benar2 akan terjadi padaku malam ini? Keraguanku itu sepertinya dapat terlihat jelas olehnya. Ketika dia sampai dipegangnya daguku dengan lembut dan mata kami kembali bertatapan.

Faza: "gak usah takut, pelan2 aja." Ujarnya sambil memagut bibirku.

Sambil berciuman tangannya dengan lembut membimbing tanganku ke arah penisnya, terasa keras dan penuh dalam genggamanku. Dengan perlahan dia mengajariku cara mengocok penisnya dengan benar. Lama kelamaan tanganku sudah bisa bergerak sendiri tanpa bantuan tangannya. Posisi kami yang miring saling berhadapan membuatku jadi leluasa memainkan penisnya. Tangannya kini mulai kembali memainkan payudaraku yang besar. Dipilinnya putingku membuatku mendesah dan reaksiku membalas dengan meremas pelan penisnya. Alhasil kami saling mendesah satu sama lain merasakan nikmat yang tiada tara.

Tangannya yang tadi berada di payudaraku lambat laun turun ke area perut hingga sampai ke bagian celana. Dibukanya kancing celanaku dan begitu pula resletingnya. Jantungku berdegup sangat kencang ketika ia melakukan hal itu. Sempat timbul sedikit rasa takut, hanya saja dalam hati aku begitu penasaran dengan apa yang terjadi berikutnya. Karena tidak ada penolakan dariku, tangan Faza kini mulai menurunkan celanaku. Kuangkat sedikit pinggulku agar memudahkan dia dalam melanjutkan aksinya. Ketika celanaku sudah terlepas tangannya langsung hinggap di area vaginaku yang masih terbungkus celana dalam. Dielus2 dengan lembut dari luar celana dalam yang membuatku melenguh sehingga ciumanku terlepas. Karena terlepas akhirnya mulut Faza kini bermain di leher sampai area telingaku.

Aku: "aaahhhh sayaannggg.... enakk bangett...."

Dipermainkan seperti ini aku hanya dapat mendesah keenakan menikmati perlakuannya. Tangannya kini mulai memasuki celana dalamku dan menyentuh vaginaku secara langsung. Ketika ia menyentuhnya lagi2 aku didera nikmat yang bum pernah aku rasakan.

Faza: "basah banget sayang, sampe2 daleman kamu juga ikut basah." Ucapnya tepat di telingaku.

Aku tidak mampu membalas ucapannya dengan kata2, yang keluar dari mulutku hanyalah erangan dan desahan kenikmatan. Tangannya kini tidak lagi diam, melainkan mulai bergerak di area kewanitaanku. Gerakannya yang menggesek gesek itu membuatku mendesah kuat.

Aku: "aahhhh sayaanggg..... ahhhh.... enak bangeet...." ucapku menikmati permainannya.

Dia terus menggesek di satu titik itu dengan irama yang beraturan. Mulutnya tak henti2nya menjilati dan mencumbui leherku. Diperlakukan seperti itu aku sudah sangat terbuai dengan kenikmatan. Pikiranku terfokus dengan rasa nikmat yang ia berikan sehingga tanganku sudah tidak mengocok penisnya lagi. Bahkan ilmu2 agama yang melarang perbuatan zina sudah tidak kupedulikan. Kini aku hanya ingin merasakan sejauh mana rasa nikmat ini akan berujung. Saat ia melepas celana dalamku, tanganku juga ikut membantu melepasnya. Jadilah saat ini aku dan Faza sudah telanjang bulat di atas ranjangnya.

Sekarang dia menuntunku untuk telentang dan dia berada di atasku. Cumbuannya berjalan dari leherku hingga sampai ke vaginaku. Dengusan napasnya sangat terasa di sana. Mata kami pun saling bertemu sesaat ia tiba. Aku sudah tidak sabar dengan kenikmatan apa lagi yang akan ia berikan. Dengan pelan lidahnya ia keluarkan dan menjilat vaginaku secara menyeluruh. Aku sedikit kaget dan merasakan sengatan ketika dijilat. Lidahnya pun berulang kali melakukan hal itu yang membuatku menggelinjang keenakan. Tidak hanya menjilat, dia juga menghisap hisap vaginaku dengan mulutnya. Tangannya yang menganggur segera meremas remas kedua payudaraku dan memainkan putingnya disana. Tanganku kini menahan kepalanya berharap agar dia tidak berhenti merangsang vaginaku. Sungguh baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang sehebat ini. Rasanya lebih nikmat ketimbang ia pertama kali meremas payudaraku. Kulihat Matanya tidak melepaskan pandangannya dari wajahku yang sedang terangsang hebat.

Aku: "aahhh terus sayaangg.... oh my god.... jangan berhenti.... enak banget..... aahhhh...."

Kata2 itu yang selalu keluar dari mulutku. Ia menuruti permintaanku dengan terus menjilati vaginaku. Baru sebentar aku diperlakukan seperti ini, rasanya aku akan mengeluarkan sesuatu dari vaginaku. Rasanya seperti ingin pipis

Aku: "sayaangg.... ahhh... berhentii..... aku mau pipiiss.... awass..." ucapku sambil mendorong kepalanya agar ia menjauh dari vaginaku.

Namun yang dilakukannya justru sebaliknya. Ia terus saja menjilati dan menghisap vaginaku terus. Tangannya juga tidak henti2nya memainkan payudaraku. Rangsang2an yang ia berikan membuatku menggelinjang dan aku sudah tidak tahan menahan pipisku.

Aku: "sayangggg...... stop duluu... aku pipiiiss... aahhh... AAHHHH......"

Srrrrrrr...... Srrrrrr...... Srrrrrr.....

Akhirnya aku mengeluarkan pipisku disaat ia masih merangsang vaginaku. Tubuhku mengejang ketika mengeluarkan cairan itu. Mulutku mengeluarkan desahan yang panjang dan kepalaku terdongak akibat perlakuannya. Tanganku menjambak rambutnya dengan kencang. Ini merupakan pipis ternikmat yang pernah aku rasakan seumur hidup.

Slllrrrppp.... slrrppp.....

Terdengar suara dari mulutnya yang menghisap2 vaginaku dengan kuat dan juga suara jilatan disana. Kemudian ia mengangkat kepalanya, dapat kulihat disekitar mulutnya sangat basah. Dia lalu tersenyum melihatku yang barusan mengalami pipis nikmat. Aku merasa sangat lelah akibat permainannya itu.

Faza: "enak gak sayang?" Tanyanya retoris.

Aku hanya dapat mengangguk lemah sambil menatapnya dengan mata yang sayu. Nafasku seperti orang yang baru selesai olahraga. Keringatku bercucuran membasahi kasurnya. Ia merangkak ke sampingku dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya. Kupegang pipinya dengan tangan kananku sambil menatapnya dalam2.

Aku: "makasih ya sayang...." ucapku masih terengah engah.

Dengan sisa tenaga yang ada kutarik kepalanya ke arahku dan kami kembali berciuman. Tanpa rasa jijik aku jilati seluruh rongga mulut dan lidahnya yang baru saja merasakan cairan yang keluar dari vaginaku. Terasa sedikit asin ketika aku berciuman dengannya.

Faza: "aku ke bawah dulu ya mau ambil minum buat kamu." Ucapnya sambil meninggalkanku di kamar.

Sesaat kemudian ia kembali ke kamar sambil membawakan seteko air putih dan 2 buah gelas. Dia menuangkanku minum dan memberikannya padaku. Langsung kuhabiskan 3 gelas air putih karena kelelahan akibat permainan kami tadi. Mata kami saling berpandangan tanpa ada kata yang terucap. Saat aku tersenyum ia membalas senyumanku.

Aku: "aku gak nyangka kalo rasanya akan seenak itu. Belum pernah aku ngerasain hal tersebut, makasih ya..." Ujarku tersenyum lagi padanya.

Faza: "sama2 sayang, aku seneng kok kalo kamu suka." Balasnya lagi dengan senyuman di wajahnya.

Kemudian bibir kami kembali bertemu. Cukup lama ciuman ini dan kulirik penisnya kembali menegang. Saat ku pegang penisnya ia memegang tanganku dan menaruhnya kembali di kasur.

Faza: "kamu istirahat aja. Aku tau kamu kecapean." Jelasnya padaku

Aku: "tapi kamu belum keluar. Sini aku keluarin." Tawarku lagi sambil tanganku kembali ke penisnya.

Namun lagi2 ia menolak tawaranku.

Faza: "gapapa kok sayang, makasih yaa udah perhatian sama aku." Ucapnya lagi sambil mengelus pipiku dengan lembut.

Faza: "kamu mandi dulu ya, aku ke bawah bentar ambil baju mama aku." Ucapnya sambil keluar lagi menuju bawah.

Sesaat kemudian ia kembali dengan membawa pakaian tidur dan handuk untukku.

Faza: "ini bajunya, kamu mandi dulu gih." Suruhnya padaku.

Aku: "tapi kamu mandi juga sama aku." Jawabku mengajaknya mandi bareng.

Dia hanya tersenyum mendengar jawabanku. Faza lalu menjulurkan tangannya mengajakku untuk mandi. Aku ambil tangannya dan kami berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Dinyalakannya shower dan kami berdua mulai membasahi diri. Setelah basah dia menyabuni tubuhku dengan gerakan yang lembut. Setelah usai bergantian aku yang menyabuninya. Ketika aku menyabuni penisnya yang tegang aku mulai mengocoknya lagi. Namun lagi2 ia menolak dengan alasan yang sama. Selesai sabunan kami membilas diri di bawah shower. Tangannya mengenggam pinggangku dan tanganku kulingkarkan ke lehernya. Kening dan hidung kami saling menempel menikmati siraman shower. Sesaat kemudian kami mulai berciuman lagi. Ciumannya sangat pelan dan lembut. Ciuman ini menggambarkan betapa besarnya rasa sayangnya padaku dan begitupun sebaliknya.

Singkat cerita kami sudah selesai mandi. Ku kenakan piyama mamanya yang bermodel kimono. Setelah berpakaian aku tiduran dalam rankulannya sambil memeluk tubuhnya. Kupejamkan mataku merasakan kesempatan yang langka ini. Dengan perlahan memoriku kembali berputar tentang kejadian tadi. Aku pun tersenyum memikirkan hal itu dalam otakku.

Faza: "kamu kenapa senyum2 sendiri?" Tanyanya sambil mengelus kepalaku.

Aku: "masih kebayang sama yang tadi." Ucapku singkat.

Faza: "gimana rasanya? Kamu suka?" Tanyanya lagi

Aku: "rasanya enak, aku suka banget hehehe..." balasku tersipu malu sambil dia mengecup kepalaku.

Kemudian aku teringat satu kewajibanku yang belum aku laksanakan

Aku: "kamu yakin gak mau aku keluarin?" Tanyaku sambil tanganku merayap ke arah penisnya.

Faza: "gak usah sayang, aku tau kamu kecapean." Tolaknya lagi menahan tanganku.

Aku: "aku udah gak capek kook. Sini aku puasin." Tawarku lagi berusaha untuk meluluhkan hatinya.

Faza: "not now darling. Udah malem besok kita kuliah. Kamu juga pasti masih capek kan?" Ucapnya lagi

Aku: "yaudah kalo kamu gak mau... btw makasih yaa malam ini. Kok kamu bisa sih jilatin vagina aku sampe aku keenakan gitu?" Tanyaku penasaran.

Faza: "naluri aja sebenernya. Ditambah pelajaran dari nonton bokep hahaha..." tawanya puas.

Aku: "iiiihh nakall... nonton bokep mulu kerjaannya, gak bagus tau." Ucapku memperingatkannya.

Faza: "gak sering2 kok aku nontonnya. Lagian juga berkat nonton gituan aku jadi bisa muasin kamu hihihi...." ucapnya lagi, langsung kucubit perutnya dan dia mengaduh kesakitan karenanya

Faza: "oh iya kok kamu tiba2 megang penis aku sih? Kamu belajar dari bokep juga ya??" Tanyanya padaku.

Aku: "gak dari bokep siih... emang akunya aja udah ahli begituan...." jawabku bercanda

Faza: "emg dari DNA kamu udah nakal berarti yaa..."

Aku: "gak kok bercanda, aku dikasih tau Maya kalo cowo lagi terangsang dikocokin aja sampe dia keluar." Ucapku polos.

Faza: "ternyata Maya diem2 jadiin kamu nakal ya."

Aku: "siapa bilang, yang bikin aku nakal kan kamu. Kamu yang pertama kali nyium bibir aku trus grepe2 tetek aku huuu..."

Faza: "tapi kamu suka kan?"

Aku: "sukaaa... abisnya enak hehehe...." balasku sambil mengecup bibirnya.

Kami mengobrol hingga larut malam. Kini aku sudah tertidur dalam pelukannya. Tak kusangka malam ini aku telah melakukan sesuatu yang dilarang agamaku, yaitu zina. Bahkan orangtuaku pun mencegahku berpacaran supaya aku menjauhi hal itu. Namun kenikmatan yang kurasakan telah membutakanku dari norma2 agama. Semua nilai2 agama yang telah kupelajari dari SD hingga SMA seakan sirna malam ini. Meski begitu aku tidak menyesalinya. Inginku eksplor lebih dalam lagi kenikmatan ini. Aku yakin ini baru awal, kedepannya pasti akan lebih menantang dan menyenangkan. Kenikmatan inilah yang kubutuhkan selama ini. Aku ingin mengarungi dunia kenikmatan ini sampai aku puas.

Bersambung...
 
Waahh the best banget suhu... Makasih banyak atas apdate nya

Semoga ga ada orang ke 3 diantara Salwa dan Faza... Wkwkwk
Kalo bisa sih ke 3 nya dijadiin harem nya Faza aja...
:Peace: :Peace:
 
masa sih ga mau dikeluarin, jarang banget cowo kayak gitu, tapi ceritanya bagus, makasih updatenya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd