EPISODE 7 : Oyasumi
Scene 1
Kagura Nakagawa
Matsuyama Edo
Sore setelah meeting dengan Takeru-san dan Agent Warfe, aku segera pulang ke rumah untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Menurut Sakurako, penerbanganku besok dengan ANA dijadwalkan pada pukul 11.50 waktu Jepang, dan tiba pukul 16.25 di Paris waktu setempat. Jadi, sesampainya di Paris, kami bertiga akan segera check-in di hotel, kemudian beristirahat sebentar. Pukul 19.30 waktu setempat, kami akan makan malam. Pada pukul 23.00, saatnya mencari informasi mengenai
Family of Barnamo di dunia bawah Perancis. Yah, semoga saja semuanya berjalan dengan lancar.
Aku sudah sampai di rumah kontrakanku. Pikiranku sedang tidak begitu fokus, sehingga aku kurang memperhatikan waktu. Yang aku tahu, sekarang sudah jam 17.47. Pikiranku betul-betul masih tidak bisa berkonsentrasi penuh. Aku masih tidak mengerti apa yang sedang kualami. Perasaanku pada Matsuyama memang sedang galau. Jujur, aku tidak ingin jatuh cinta padanya, karena cinta sudah memberiku pengalaman pahit. Akan tetapi, memang pada dasarnya perasaan itu hal yang aneh, perasaanku sendiri tidak pernah mendengarkan kata-kata dan perintahku.
Aku berusaha melakukan meditasi untuk mendapatkan ketenangan tubuh dan batin. Aku segera duduk bersila, dan meletakkan kedua tanganku di atas lututku. Inilah posisi yang paling membuatku nyaman untuk bermeditasi. Aku ingin segera melenyapkan ketidakstabilan dalam pikiranku ini dengan segera.
Aku memejamkan mataku. Mengosongkan pikiran dari segala yang kupikirkan... Lagi-lagi terbayang-bayang Matsuyama yang sedang menggoda para wanita... ukh! Buang jauh-jauh... Hilangkan dulu citra Matsuyama dalam pikiranku... perlahan-lahan... Kemudian, hilangkan citra wanita-wanita yang sebelumnya ada di samping Matsuyama... Lalu hilangkan sepenuhnya... Sekarang pikiranku sudah kosong. Rasakan hembusan napasku. Alirkan seluruh tenaga ki ke seluruh tubuh secara merata. Rasakan tenaga ki yang sedang mengalir dalam tubuhku. Aku terus berada pada posisi ini selama beberapa lama waktunya. Melakukan hal ini memang sangat berguna untuk mendistribusikan tenaga ki milikku secara merata ke seluruh tubuh, dan membuat pikiran menjadi lebih tenang.
Perlahan-lahan, aku mulai membuka mataku. Baiklah, sepertinya aku sudah sedikit membaik dibandingkan dengan tadi. Aku segera membuka seluruh pakaianku, dan masuk ke kamar mandi. Aku langsung membasahi seluruh tubuhku dengan air yang mengalir dari shower diatasku. Ah, segarnya air hangat yang membasahi tubuhku ini. Membuat otot-ototku yang tegang itu menjadi rileks seketika.
Aku mulai menyabuni tubuhku yang sudah mengkilat karena air ini. Mulai dari leherku, turun ke kedua buah dadaku yang bulat dan puting susuku yang berwarna merah muda. Kemudian punggungku, perutku, paha dan kakiku, terakhir lubang kemaluanku. Setelah itu, aku membasahinya kembali dengan air. Setelah selesai membilas tubuhku, aku langsung handukan sampai kering, dan mengenakan pakaian tidurku.
Tidak terasa, sekarang sudah jam tujuh malam. Penerbanganku besok jam 11.50, yang berarti bahwa paling tidak jam sepuluh pagi aku harus sudah berada di bandara Haneda. Sekarang ini, sudah menjadi kebiasaanku untuk tidak makan malam. Karena malam adalah saatnya untuk tidur dan beristirahat, dimana pencernaan tubuh juga tidak bekerja secara maksimal, makan malam hanya membuat penumpukan energi dan residu dalam tubuh. Paling tidak, itulah yang kupikirkan.
Aku langsung membaringkan tubuhku di tempat tidur. Haah, besok dan seterusnya selama di Perancis, akan menjadi hari yang panjang. Bagaimanapun juga, lawan kita adalah organisasi pembunuh nomor satu di Perancis,
Family of Barnamo. Aku merasa bahwa misi kami tidak akan mudah. Akan tetapi, misi kita kesana hanya mengambil Ayumi kembali. Syukur-syukur, jika kita bisa melakukannya tanpa perlu konflik dengan
Family of Barnamo itu. Aku sudah siap mati jika itu memang takdirku. Akan tetapi, aku harus mengakui bahwa aku belum siap kehilangan Matsuyama, jika takdirnya menyatakan bahwa ia akan gugur disana. Haah, rasanya aku masih trauma akibat kehilangan Otaru-kun, kekasihku dulu itu.
Sekarang ini lebih mending sih. Perlahan, aku mulai bisa melupakan Otaru-kun, berkat adanya seseorang yang selalu hadir dalam hidupku, atau tepatnya selalu hadir di ranjang tempat aku tidur. Eh tunggu... sejak kapan aku jatuh cinta pada Matsuyama?! Tidak... tidak... Baru saja aku bilang bahwa ia selalu hadir di ranjang tempat aku tidur.
“Sepertinya besok tidak akan mudah ya, Matsuyama.” Kataku.
“Tentu tidak, Kagura-chan.” Terdengar suara Matsuyama disampingku.
Aku merasakan bahwa tangannya sedang mengelus-elus kepalaku. Tangannya yang satu lagi mulai memeluk dan merangkul pinggangku. Jujur saja, aku merasa sangat nyaman dengan perlakuannya ini. Entah kenapa aku merasa, aku rela membayarnya dengan apapun untuk menikmati ini lebih lama lagi. Aneh, tidak biasanya aku merasakan hal seperti ini. Tapi, Matsuyama memang sangat ahli dalam menyelinap masuk ke rumah orang. Aku baru bisa merasakan hawa keberadaannya saat ia sudah masuk ke dalam kamarku ini.
“Kenapa, Matsuyama? Butuh teman?” Tanyaku.
“Tidak, Kagura-chan. Aku hanya memastikan keadaanmu saja.” Kata Matsuyama.
“Huh, gombal.” Kataku.
“Walaupun gombal, tapi tentunya ini membantu, bukan?” Tanya Matsuyama.
Uh, harus kuakui bahwa perkataannya itu memang benar. Gombalan Matsuyama itu memang membuatku sedikit tenang.
“Jangan khawatir, Kagura-chan. Semuanya akan baik-baik saja.” Kata Matsuyama sambil mencium keningku.
Mendapat ciuman di kening Matsuyama, aku merasa sangat nyaman. Untuk membalasnya, kuberikan ciuman di bibirnya. Matsuyama pun membalas ciumannya. Baru kali ini aku menyadari bahwa ciuman Matsuyama begitu hangat, solid, dan penuh perhatian. Semakin lama, perasaanku semakin terhanyut dalam luapan perasaan sayang dan birahi. Aku tidak boleh membiarkan hal ini terjadi. Akan tetapi, percuma saja karena tubuhku tidak mendengarkan perintah pikiranku. Aku terus terhanyut dalam luapan perasaan sayang dan birahi.
Biasanya, Matsuyama aktif terlebih dahulu. Akan tetapi, entah kenapa kali ini aku yang memulai untuk agresif terlebih dahulu. Aku langsung menjilati seluruh wajah, dan perlahan mulai mengarah ke lehernya. Saat aku menjilati seluruh wajah dan lehernya, aku merasa bahwa diriku ini sangat dekat dengannya, seolah-olah tidak terhalangi oleh apapun. Aku mendengar bahwa napas Matsuyama pun mulai sedikit memburu. Salah satu tangan Matsuyama pun mulai aktif meremas-remas buah dadaku yang masih terlindungi oleh bajuku. Oh, aku merasakan tangan yang amat kuat dan gentle. Remasannya sungguh sangat pas, tidak terlalu kencang, tapi tidak terlalu lemah juga.
“Ssshhhh... sshhhhh....” Desahan demi desahan mulai keluar dari mulutku.
Aku merasakan kegelian yang luar biasa nikmatnya. Tangan Matsuyama semakin cepat menggerayangi seluruh tubuhku, sementara bibir kami masih saling berpagutan satu sama lain. Lama kelamaan, tangannya mulai masuk menyusup kedalam bajuku, dan mulai meremas-remas buah dadaku yang tidak terlindungi oleh BH karena aku memang tidak memakainya.
“Sssshhhhh... Uuuhhhhhh...” Desahanku mulai mengeras.
Geli dan nikmat ini sungguh tidak tertahankan. Apalagi ketika jari-jemarinya itu mulai bermain di puting susuku, membuat kepalaku berkunang-kunang akibat aliran birahi yang begitu kencang. Kemudian, dengan telatennya, ia membuka bajuku, sehingga kini aku betul-betul bertelanjang dada. Ia membaringkan tubuhku di ranjang dengan lembut, kemudian langsung mengulum buah dada kiriku tanpa membuang-buang waktu. Ooohh, Matsuyama. Permainan lidahmu ini betul-betul membuatku merasa geli dan nikmat. Ya, aku memang merasa nikmat dan geli, tapi ada perasaan lain yang juga ikut menguasaiku, yaitu perasaan ingin memberikan yang terbaik pada Matsuyama.
“Matsuyamaaa....” Erangku.
Ia pun menghentikan kuluman bibirnya di puting susuku. Ia menatap wajahku, kemudian mencium bibirku.
“
Doushita no, Kagura-chan? (Ada apa, Kagura-chan?)” Tanya Matsuyama dengan lembut.
“Untuk malam ini, nikmatilah tubuhku sepenuhnya. Dengan sepenuh hati, aku memberikan tubuh ini bagimu, Matsuyama.” Kataku.
“Ka... Kagura-chan?” Kata Matsuyama dengan heran.
“
Just do it. (Cukup lakukan saja.)” Kataku sambil tersenyum.
Matsuyama pun ikut tersenyum.
“
I will make sure that you enjoy it to the fullest. (Akan kupastikan bahwa kamu akan menikmatinya secara penuh.)” Kata Matsuyama.
Ia pun kembali mengulum buah dada dan puting susuku yang kenyal ini. Kali ini dengan sangat lembut. Tangannya yang satu lagi pun membelai-belai halus buah dada dan puting susuku satunya lagi. Perlahan belaian tangannya turun ke perutku, ke pahaku, sampai ke selangkanganku. Belaian tangan dan kuluman bibirnya yang lembut membuatku semakin terbuai dalam kasih sayang Matsuyama.
Kemudian, Matsuyama melepaskan barikade terakhir yang aku miliki, yaitu celanaku. Kini, aku betul-betul telanjang bulat di hadapannya. Matsuyama pun ikut membuka seluruh pakaiannya, sehingga kini ia sama telanjangnya denganku. Aku melihat Matsuyama yang seutuhnya apa adanya, tanpa dilindungi apapun. Tidak ada satu aksesorispun yang menutupi tubuhnya, sehingga tubuhnya betul-betul apa adanya. Aku betul-betul terangsang sekali melihat tubuhnya yang telanjang.
Kini, Matsuyama menindih tubuhku. Aku betul-betul terangsang hebat ketika tubuhnya yang hangat itu menyentuh dan menempel tubuhku. Ia pun mencium bibirku dengan sangat lembut. Aku pun juga membalas ciumannya dengan lembut. Selama bermenit-menit, kami saling berciuman dengan lembut. Cluupp.. Cllpp... Claapp... Clllppp... Begitulah suara bibir kami yang saling beradu dengan ciuman yang sangat lembut satu sama lain. Kedua tangannya memelukku dengan sangat erat, seperti tidak akan dilepaskan.
“
Aishiteiru, Kagura-chan... (Aku mencintaimu, Kagura-chan...)” Kata Matsuyama.
Sungguh, baru kali ini aku merasa bahwa aku sangat disayang oleh Matsuyama. Aku pun balas memeluknya dengan erat. Aku pun merasakan bahwa batang penis milik Matsuyama sudah mengganjal dipahaku dan sudah sangat tegang. Maka, aku mengambil inisiatif duluan dengan membuka pahaku.
“Ini yang terbaik yang bisa kupersembahkan. Kumohon, nikmatilah, Matsuyama.” Kataku.
Matsuyama pun mulai memposisikan batang penisnya dihadapan lubang vaginaku. Setelah kira-kira pas, ia mulai mendorong pantatnya sehingga kini batang penis yang tegang dan keras itu memasuki lubang vaginaku dengan lancarnya. Ooohhh, aku merasakan gesekan yang luar biasa akibat kulit batang penis Matsuyama bergesekan dengan rongga dalam lubang vaginaku. Kini, aku merasakan bahwa diriku dan Matsuyama betul-betul sudah menyatu. Aku merasa bahwa aku sudah berbagi tubuh dengannya. Kami bukan lagi dua, melainkan satu tubuh sekarang.
Matsuyama pun mulai memompa lubang vaginaku dengan irama yang teratur. Oohh, sangat terasa sekali bagaimana batang penis Matsuyama menggesek-gesek lubang kemaluanku. Setiap kali dorongan dan tarikan batang penisnya memberikan aliran setruman birahi ke seluruh tubuhku.
“
Uuuu... I... ikeeee... Matsuyamaaa.... (Uuuu... Te... Teruuusss... Matsuyamaaaa...)” Desahku.
Lama-kelamaan, genjotan penisnya semakin kuat, sehingga birahi yang kudapatkan pun juga semakin deras. Pantatku dengan refleks menggoyang-goyang sendiri untuk memberikan kenikmatan kepada Matsuyama. Aku memeluk leher Matsuyama, dan membenamkannya ke dalam buah dadaku. Kepala Matsuyama yang sudah terbenam dalam buah dadaku mulai menjulurkan lidahnya, sehingga aku bisa merasakan adanya benda kenyal dan lunak yang menggesek-gesek buah dadaku dan puting susuku. Ditambah dengan kombinasi genjotan batang penis Matsuyama, kenikmatanku semakin sempurna.
Mendapat perlakuanku ini, Matsuyama pun semakin keras menggenjot lubang vaginaku. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat yang mengalir dari tubuh kami masing-masing, dan juga berbaur di tubuh lawan main kami. Matsuyama melepaskan kepalanya dari buah dadaku, kemudian ia mencium bibirku. Kedua tangannya pun meremas-remas kedua buah dadaku. Napasnya pun semakin memburu, tubuhnya pun bergetar hebat.
“
Matsuyamaaa.... Isshou niiii.... (Matsuyamaaa... Ayo kita sama-samaaaa....)” Erangku.
Matsuyama pun semakin buas dalam menggenjot lubang vaginaku. Aku juga semakin liar memutar-mutar pantatku. Hingga akhirnya, aku mendapatkan orgasmeku.
“
Ouuuhhhhh.... Kimochiiiiiii... Matsuyamaaaaa..... (Ouuuhhhhh.... Nikmatt sekaliiiii... Matsuyamaaaa....)” Erangku.
Bersamaan dengan itu, aku merasakan semprotan cairan yang hangat dari penis milik Matsuyama. Aku pun juga menyemprotkan cairan kewanitaanku. Cairan kewanitaanku dan sperma milik Matsuyama bersatu dalam lubang vaginaku dan memberikan sensasi kehangatan tersendiri kepadaku. Ooohh, akhirnya tubuhku menjadi lemas, pertanda bahwa kenikmatan klimaksku sudah selesai. Penis milik Matsuyama pun sudah berhenti berdenyut. Aku merasakan lubang vaginaku begitu hangat akibat cairan kewanitaan dan sperma Matsuyama yang berkumpul dalam lubang vaginaku.
“
Kagura-chan... Kono kanjiru ha... subarashii da... (Kagura-chan... Perasaan ini... Betul-betul menakjubkan...)” Kata Matsuyama.
“
Sou yo. (Betul.)” Kataku.
Selama bermenit-menit, Matsuyama masih terus menindih tubuhku. Bibir kami sesekali saling berciuman. Kemudian, ia menggulingkan tubuhnya kesampingku, dan ia menarik tubuhku sehingga kini kepalaku terbaring didadanya.
“
Kagura-chan wo mamoru tame... yakusoku da... (Aku akan melindungi Kagura-chan... aku janji...)” Kata Matsuyama.
“
Iie. Anata wo mamoru tame... Watashi ga nani ka warui ga anata ni okoru koto ha dekimasen... (Tidak. Aku akan melindungimu... Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu.)” Kataku.
“
Sate, watashitachi ha otagai wo mamoru to omoimasu. (Yah, kurasa kita saling melindungi saja.)” Kata Matsuyama.
“Uunn...” Kataku.
“
Oyasumi, Kagura-chan. (Selamat tidur, Kagura-chan.)” Kata Matsuyama sambil mencium bibirku.
“
Oyasumi, Yama-chan. (Selamat tidur, Matsuyama.)” Kataku sambil balik mencium bibirnya.