Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Everyone's Destiny (by : meguriaufutari)

EPISODE 8 : Shuppatsu

Scene 1

Matsuyama Edo



Kagura Nakagawa



Aku terbangun dari tidurku di suatu pagi yang cerah. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Aku segera meregangkan seluruh tubuhku. Disampingku, masih tertidur Kagura-chan yang tidak mengenakan pakaian apapun. Wanita itu memang sangat cantik jika tidak mengenakan pakaian apapun.

Tidak lama kemudian, Kagura-chan pun bangun. Ia langsung menguletkan tubuhnya. Uoohh, berbahaya sekali. Seluruh tubuhnya mencuat kedepan, sehingga buah dadanya yang bulat dan perutnya yang langsing itu pun mengejang. Aku hanya bisa bengong melihatnya. Setelah selesai menguletkan tubuhnya, Kagura-chan memandang wajahku.

Ohayou, Yama-chan. (Selamat pagi, Yama-chan.)” Kata Kagura-chan.

Senyumnya begitu cantik. Dia ini memang tergolong wanita menarik. Jika sedang ada di medan perang, kegarangan dan aura nya bisa membuat aku sekalipun ciut karena ketakutan. Akan tetapi, begitu sampai di ranjang, ia begitu lemah lembut dan cantik. Huaah, apakah rasa sayang dan cinta mulai bermain dalam diriku?

“Kagura-chan...” Kataku.

Kagura-chan menaikkan kepalanya keatas sekali sebagai tanda untuk bertanya. Aku langsung mendekat ke kepalanya, kemudian kucium bibirnya dengan lembut. Kagura-chan pun membalas ciumanku dengan lembut. Ada yang berbeda dengan ciuman ini. Ya, ada yang berbeda. Apa ya? Aku merasa dalam ciuman ini, aku merasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang... bukan hanya nafsu birahi belaka. Ada perasaan sayang yang bermain didalamnya.

Ini gawat, gawat sekali. Maka, aku langsung menghentikan ciumanku. Kagura-chan begitu cantik sekali. Mengapa aku baru menyadarinya sekarang ya? Kemudian, aku mengelus-elus rambutnya, kemudian pergi ke kamar mandi untuk mandi. Di kamar mandi, sambil mandi aku merenung. Mungkinkah, aku memang sudah jatuh cinta pada Kagura-chan? Selama ini, aku dan dia hanya sebatas teman yang saling memenuhi kebutuhan seks saja. Apakah kebutuhanku akan seks darinya menciptakan suatu rasa ketergantungan? Dan ketergantungan itu pun mulai berubah menjadi rasa sayang?

Haah, cinta... Jika kamu berusaha menghindar dari itu, malah akan semakin kuat menghantammu. Yah, sudahlah, jikalau memang takdirku untuk mencintainya, tidak apa-apa kok. Aku sih ikut arus saja.

Setelah selesai mandi, aku segera keluar kamar mandi dan berpakaian. Saat sudah diluar, aku menemukan Kagura-chan sudah menyiapkan sarapan pagi untukku dan untuknya. Hmmm, satu hal yang cukup tidak kusangka dari Kagura-chan, ia pun ternyata sangat mahir dalam mengurusi rumah. Hebat, biasanya seorang yang garang tidak mahir dalam mengurusi rumah tangga. Wah, kalau dia jadi istriku sih, aku tidak akan menolaknya. Eits, kalau istri nanti dulu. Aku ingin bersenang-senang dahulu selama masa lajangku hehehe.

“Ayo, dimakan. Kita tidak punya banyak waktu.” Kata Kagura-chan.

“Iya. Terima kasih, istriku.” Kataku sambil duduk dan mengeluarkan senyum menggoda kepada Kagura-chan.

Kagura-chan terlihat heran, dan kemudian kikuk dengan panggilanku. Lho, ada apa ini? Padahal kan aku cuma bercanda. Seharusnya, dia pun bisa memahami hal itu dari seorang aku yang seperti ini. Ah, sudahlah, mungkin untuk sementara waktu ini, aku harus mengurangi sikapku yang seperti itu pada Kagura-chan.

“Yama-chan...” Kata Kagura-chan.

“Hmmm?” Jawabku.

“Hmm. Kamu menganggapku, sebagai apa?” Tanya Kagura-chan.

Cih, tidak salah lagi. Jangan-jangan dia juga mengalami simptom yang sama denganku. Ini memang hal yang tidak baik. Atau hal baik ya?

“Ada apa memangnya?” Tanyaku.

“Tidak, aku hanya ingin tahu saja.” Kata Kagura-chan.

“Sebegitu ingin tahukah kamu?” Tanyaku.

Kagura-chan menganggukan kepalanya.

“Tapi, mungkin jawabannya ditunda saja. Berjanjilah padaku, bahwa kamu akan memberitahukan jawabannya kepadaku, meskipun apapun yang terjadi.” Kata Kagura-chan.

Hai. Yakusoku da. (Iya. Aku janji.)” Kataku.

Kagura-chan hanya tersenyum sambil membereskan piring makanku dan piring makannya. Ia pun membawa piring-piring makan itu ke dapur dan mencucinya. Setelah mencuci piring, ia kembali ke ruang makan, tempat aku masih duduk.

“Kagura-chan.” Kataku.

“Ya?” Tanya Kagura-chan.

“Apakah kira-kira Ayumi-chan akan kembali pada kita?” Tanyaku.

Kagura-chan menghela napas mendengar pertanyaanku.

“Aku sangat ingin berpikiran positif bahwa ia pasti akan kembali kepada kita. Tapi, entah kenapa aku sekarang ini merasa bahwa Ayumi sangat jauh dari kita. Padahal, kita hari ini juga akan mendarat di Perancis. Paling tidak dengan adanya kamu dan Warfe, seharusnya kita bisa menemukan Ayumi. Tapi, entah kenapa aku merasa bahwa dia sudah pergi ke tempat yang sangat jauh.” Kata Kagura-chan.

Wow, seram sekali perkataan Kagura-chan. Seolah-olah pergi ke tempat yang sangat jauh itu identik dengan pergi ke akhirat. Terkadang wanita itu memang sulit dipahami. Mereka menggunakan kata-kata dan bahasa yang sangat sulit dipahami oleh kaum laki-laki sepertiku ini. Akan tetapi, yang dikatakan Kagura-chan ada betulnya juga. Karena, aku pun merasakan hal yang serupa. Seolah-olah, Ayumi-chan pergi ke tempat yang sangat jauh, dan sangat sulit untuk dicapai. Kenapa ya?

“Oke. Aku mau mandi. Kamu siap-siap ya, setelah aku mandi, kita berangkat ke bandara.” Kata Kagura-chan.

Aku hanya menganggukan kepalaku. Yah, aku tidak perlu bersiap-siap sih. Hanya perlu membawa koperku saja. Seluruh barang yang kubutuhkan sudah ada dalam tubuhku.

Tidak lama kemudian, Kagura-chan sudah keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian lengkap. Sepertinya, kami sudah siap untuk berangkat ke bandara. Kami meletakkan perlengkapan rahasia dan berbahaya kami di bagasi, karena walaupun kami polisi, membawa alat-alat berbahaya seperti itu tidak diperbolehkan di penerbangan ANA. Yah, jika memang terjadi apa-apa, kami memang harus bisa membela diri tanpa bantuan senjata. Sudah menjadi suatu keharusan utama bagi anggota sansaikou no masayoshi.

Kami kira-kira berangkat jam sembilan pagi. Kira-kira butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai ke bandara. Kami segera memanggil taksi dan menuju bandara. Betul saja dugaanku, dalam tiga puluh menit kami sudah sampai di bandara. Di counter check-in ANA, Agent Warfe sudah menunggu. Agent Warfe tersenyum kepada kami. Aku segera menghampiri Agent Warfe.

“Suatu kehormatan, Agent Warfe.” Kataku sambil membungkuk.

“Ceria sekali hari ini, pak.” Kata Agent Warfe.

Aku langsung mengambil tangan Agent Warfe dan hendak mencium tangannya. Akan tetapi, aku langsung merasakan aura membunuh yang sangat besar. Aura membunuh ini... aku tahu persis... Kagura-chan. Aku langsung menoleh kebelakang kearah Kagura-chan. Namun, ia langsung membuang muka. Waduh, kalau begini sih, sepertinya aku sudah tidak bisa bermain-main dengan wanita lain ya. Tunggu, aku jadi teringat dengan Gabrielle. Wanita bule yang menghabiskan semalaman bercinta denganku di hotel bandara saat aku membuntuti Ayumi-chan. Gawat, entah apa yang akan terjadi jika Kagura-chan mengetahui hal itu. Tidak ada yang boleh mengetahui tentang Gabrielle, betul-betul tidak boleh seorang pun.

Setelah itu, kami segera check-in dan memasukkan semua bagasi kami. Kemudian, kami melewati imigrasi, dan setelah itu kami berpisah. Kagura-chan mengikutiku, sedangkan Agent Warfe menelpon sambil berjalan kearah yang lain. Sepertinya ia sedang menghubungi rekan CIA-nya. Tidak heran jika ia menghindari kami karena pasti pembicaraannya sangat penting.

“Oh iya, Yama-chan.” Kata Kagura-chan.

“Kagura-chan sayang.” Kataku sambil tersenyum.

Hmmm, sejauh ini tidak ada penolakan dari Kagura-chan. Sepertinya, ia menanggapi hal itu dengan senyum-senyum saja. Apakah artinya ia sudah kembali seperti semula lagi?

“Aku jadi kepikiran karena kita sudah disini. Waktu itu, kamu kehilangan Ayumi pun juga di Bandara Haneda ini kan?” Tanya Kagura-chan.

Cih, baru saja aku berpikir tentang Gabrielle, eh Kagura-chan malah menanyakan hal yang cukup berhubungan. Apakah betul ya pendapat bahwa intuisi wanita itu sangat tajam?

“Raut wajahmu berubah. Tingkah lakumu juga agak aneh sedikit. Sepertinya memang ada yang terjadi ya pada waktu itu?” Tanya Kagura-chan.

“Betul, memang ada yang terjadi.” Kataku.

“Nah, apa itu?” Tanya Kagura-chan.

“Ayumi-chan tiba-tiba lepas dari pandanganku. Atau lebih tepatnya, aku memang tidak pernah melihatnya dalam bandara ini.” Kataku.

“Bukan itu maksudku, tapi yang lain selain itu.” Kata Kagura-chan.

“Oh, berarti tidak ada.” Kataku.

“Hmmm, sepertinya ada yang kamu sembunyikan.” Kata Kagura-chan.

“Ah, perasaanmu saja.” Kataku.

Kagura-chan pun terpaksa diam saja. Kami berjalan-jalan disekitar bandara sampai jam 10.50, yaitu waktu saat kami harus boarding ke pesawat. Di gate boarding ANA, kami kembali bertemu dengan Agent Warfe. Setelah siap, kami semua naik ke pesawat.

Hanya kira-kira tiga puluh menit kami menunggu hingga pesawat ini terbang. Aku, Kagura-chan, dan Agent Warfe duduk bersebelahan. Aku melihat Agent Warfe menavigasikan hiburan televisi yang ada dihadapannya. Kagura-chan sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Semoga saja bukan memikirkan tentang apa yang kulakukan pada malam aku kehilangan Ayumi-chan itu hahaha. Aku pun berusaha untuk tidur. Akan tetapi, sangat sulit sekali untuk tidur. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang melayang dalam pikiranku.

“Akankah perjalanan ke Perancis ini berlangsung dengan lancar?”

“Akankah kami bisa membawa Ayumi-chan kembali dengan selamat?”

“Akankah kami bisa pulang dalam keadaan sehat, mengingat lawan kami adalah organisasi pembunuh besar di dunia bawah Perancis?”

“Akankah ada darah yang harus ditumpahkan?”

“Mengapa Ayumi-chan harus pergi dari kami semua tanpa memberi kabar?”

Jawaban dari semua pertanyaan itu memang tidak bisa kujawab. Bahkan, aku tidak punya bayangan apapun mengenai jawaban dari pertanyaan itu. Yang pasti, saat pesawat ini mendarat, adalah saat dimana kami harus siap untuk mempertaruhkan nyawa kami masing-masing untuk mencapai suatu tujuan besar.
 
Terakhir diubah:
Scene 2

Ayumi Nakata



Bellinda Varnadoe



Hmmm, wadah untuk tenaga ki. Itulah yang mereka minta padaku untuk menyempurnakannya. Jadi, mereka sudah memiliki prototipe untuk wadah tenaga ki, akan tetapi belum sempurna, karena seolah ada “bolong” di wadah mereka, sehingga tenaga ki yang sudah ditampung dalam wadah itu terus bocor dan menguap ke udara. Yah, intinya sih aku harus menyempurnakan wadah itu, agar aku bisa diakui oleh mereka, dan restu mereka untuk pernikahanku ini cenderung mudah. Aku sedang membaca spesifikasi wadah prototipe yang sudah mereka buat sebelumnya.

How is it? Difficult? (Bagaimana? Susah?) ” Tanya Bellinda.

Quite confusing. But I think I can manage. (Cukup membingungkan. Tapi kurasa bisa.)” Kataku.

Of course you can. Because otherwise, Alston will dump you. (Tentu saja kamu bisa. Karena kalau tidak, pasti Alston sudah putus darimu.)” Kata Bellinda.

Heran aku. Padahal sepertinya kedua orang tuanya yang menjodohkan putra bungsu mereka denganku, tetapi malah aku yang harus membuktikan diriku. Kok aku merasa seperti orang bodoh ya?

I was wondering, mademoiselle. (Aku kepikiran, mademoiselle.)” Kataku.

Wondering about what? (Kepikiran tentang apa?)” Tanya Bellinda.

What if... I cannot complete this in a given time? (Bagaimana jika... Aku tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu?)” Tanyaku.

Do you even need my answer for that question? (Apakah kamu harus mendengar jawabanku atas pertanyaan itu?)” Tanya Bellida.

You’re right. Forgive me for being silly. (Kamu benar. Maafkan kekonyolanku.)” Kataku.

What are you saying, Ayumi? Of course I’ll forgive anyone who will become my sister-in-law. (Kamu bicara apa, Ayumi? Tentu saja aku akan memaafkan siapapun yang akan menjadi adik iparku.)” Kata Bellinda sambil menepuk pundakku.

Thank you. (Terima kasih.)” Kataku.

I think you’re being very nervous. Just relax, Ayumi. (Kurasa kamu sangat tegang. Santai saja, Ayumi.)” Kata Bellinda sambil kemudian pergi meninggalkanku.

Will do. (Baiklah.)” Kataku.

Ya, Bellinda benar. Aku betul-betul tegang sekarang ini. Jika aku tidak menyelesaikan proyek ini, tentu saja Frederick dan Geneva tidak akan menyetujui pernikahanku dengan putra bungsu mereka. Jika itu yang terjadi, aku paham betul apa yang akan terjadi pada diriku. Akan tetapi, aku tidak boleh menyerah. Proyek ini memang sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin. Aku adalah Ayumi Nakata, aku sudah menyelesaikan proyek apapun pada saat waktu lampauku, baik itu di Tokyou Daigakkou ataupun Hikari.

Kemudian, aku mulai bertanya-tanya pada diriku mengenai proyek ini. Wadah untuk tenaga ki... Rasanya seperti sesuatu yang tidak berguna. Tenaga ki hanyalah berguna semaksimal mungkin jika ada pikiran yang mengendalikan dan menggunakannya se-efisien mungkin. Dalam hal tubuh manusia, yang mengendalikan tenaga ki adalah pikiran kita, yaitu otak. Tenaga ki bersifat unik, artinya hanya satu pikiran yang bisa mengendalikan tenaga ki dengan spesifikasi tertentu. Ketika seorang manusia lahir, dalam tubuhnya juga dibekali tenaga ki, yang membuat kita memiliki energi atau tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Tenaga ki dalam tubuh kita itu sudah dibuat seunik mungkin sehingga bisa cocok dengan pikiran dan tubuh manusia tersebut. Rumitnya spesifikasi tenaga ki dalam tubuh seseorang itu hampir serumit pasangan kombinasi gen dalam kromosom tubuh manusia. Bagaimana itu terjadi? Itulah hebatnya Tuhan.

Sekarang, untuk apa mereka membuat wadah untuk tenaga ki? Untuk menampung tenaga ki mereka sendiri? Aku tidak melihat perbedaannya dengan menampung tenaga ki dalam tubuh sendiri seperti yang manusia pada umumnya lakukan. Untuk menampung tenaga ki yang tersebar di udara? Tidak ada gunanya jika ujung-ujungnya tidak bisa dikendalikan. Jika aku bertanya pada mereka, mungkinkah mereka akan marah atas kelancanganku?

Aha, begini saja. Jika nanti sudah menikah dengan Alston, akan kurayu dia untuk memberitahuku. Hahaha wanita memang mengerikan, sedangkan laki-laki itu memang bodoh karena mudah terbujuk rayuan wanita. Aku memang penasaran atas jawaban untuk apa mereka membuat suatu wadah penampung tenaga ki. Ya, fokusku sekarang adalah menyelesaikan proyek ini. Tidak ada waktu untuk bertanya hal-hal yang belum waktunya untuk mendapatkan jawabannya. Waktu adalah masa depanku.

BERSAMBUNG KE EPISODE-9
 
Terakhir diubah:
“Aku sangat ingin berpikiran positif bahwa ia pasti akan kembali kepada kita. Tapi, entah kenapa aku sekarang ini merasa bahwa Ayumi sangat jauh dari kita. Padahal, kita hari ini juga akan mendarat di Perancis. Paling tidak dengan adanya kamu dan Warfe, seharusnya kita bisa menemukan Ayumi. Tapi, entah kenapa aku merasa bahwa dia sudah pergi ke tempat yang sangat jauh.” Kataku.

Maap gan megu... Ini dialog bagian Kagura atau Matsuyama ya... :bingung:
 
What are you saying, Ayumi? Of course I’ll forgive anyone who will become my brother-in-law. (Kamu bicara apa, Ayumi? Tentu saja aku akan memaafkan siapapun yang akan menjadi adik iparku.)” Kata Bellinda sambil menepuk pundakku.

Suhu, convo antara bellinda dan ayumi perlu di perbaiki

Seharusnya sister-in law :)

Kalau gk jadi nikah berarti ayumi dan ortu nya di 'wipeout' ya..
 
Aku pikir itu perkataan Kagura gan.
Cz narasi dibawahnya menjelaskan kengerian Matsuyama trhadap kata kata Kagura...

Mungkin nubi salah pokus hehe... :ampun:

ah, agan betul
itu perkataannya KAgura harusnya
edited
thanks gan atas koreksi nya

Suhu, convo antara bellinda dan ayumi perlu di perbaiki

Seharusnya sister-in law :)

Kalau gk jadi nikah berarti ayumi dan ortu nya di 'wipeout' ya..

agan betul
udah ane perbaiki text nya
thanks gan atas koreksi nya
hmmm, kl ga jadi nikah? well, tunggu aja next story nya hohoho
 
Berita baik dan berita buruk

Berita baik : Next update, Kamis 22 Desember 2016, DOUBLE Update
Berita buruk : No update selama 2 minggu
 
EPISODE 9 : France

Scene 1

Kagura Nakagawa



Matsuyama Edo



Ayumi Nakata



Hmmm, inilah Perancis. Jauh berbeda dengan Jepang menurutku. Jepang terlihat lebih asik dan tertata rapi. Perancis dikatakan sebagai salah satu pusat kuliner di dunia. Aku tadi sebelum sampai di hotel sempat jajan makanan kecil. Memang enak sih. Tapi menurutku takoyaki dan okonomiyaki dari Jepang jauh lebih enak. Katanya negara ini juga dikenal sebagai salah satu negara penghasil parfum terbaik. Haah, sayangnya aku tidak terlalu suka memakai parfum. Kalau bukan karena Ayumi, aku tidak kan pernah mau jauh-jauh kesini.

Sekarang, kami sudah berada di hotel, karena rencananya memang kami akan diam dulu di hotel, menunggu waktu makan malam. Hotel yang kami tinggali ini cukup bagus, tapi sayangnya aku tidak suka tampilan hotelnya. Tampilan hotel ini seperti gedung Eropa kuno. Kelihatannya memang mewah sih. Nama hotelnya agak susah.

“Yama-chan, nama hotel ini, paviliun lidi rein kan?” Tanyaku.

“Le Pavillon De La Reine, sayang.” Kata Matsuyama.

Nah, itulah nama hotelnya. Susah sekali, bukan? Lebih baik diganti nama saja menjadi paviliun lidi rein, lebih mudah disebut dan dihafal. Kami menyewa satu kamar saja, dimana aku, Yama-chan, dan Warfe menginap dalam satu kamar yang sama. Sepertinya Warfe tidak risih bersama laki-laki dalam satu kamar. Mungkin karena dia beranggapan bahwa aku dan Matsuyama adalah kekasih, jadinya Yama-chan tidak mungkin berbuat yang tidak-tidak kepadanya.

“Sudah jam 17.53 waktu Perancis sekarang. Silakan menikmati fasilitas hotel. Jam 19 kita berkumpul di lobby hotel.” Kata Warfe.

“Ah, satu jam untuk bersenang-senang ya. Agent Warfe, mau kuantar berjalan-jalan di hotel?” Kata Yama-chan.

“Yama-chan. Kamu mau meninggalkan aku sendirian disini?” Tanyaku dengan ketus.

Agent Warfe menampakkan senyum lebar di mulutnya.

“Apa, hah?” Tanyaku dengan galak kepada Warfe.

“Hehehe. Jangan khawatir, aku tidak akan merebut kekasihmu, lagipula aku sudah bersuami kok. Aku jalan-jalan sendirian saja. Ada yang harus kukonfirmasi kepada CIA.” Kata Warfe sambil keluar dari kamar dan menutup pintunya.

“Kagura-chan.” Kata Matsuyama sambil tersenyum.

“Apa?” Tanyaku kepada Yama-chan.

“Saatnya kita bermain untuk menghabiskan waktu.” Kata Yama-chan sambil tersenyum mesum dan berjalan mendekat kearahku.

Aku langsung mengambil posisi bertahan. Saat ini entah kenapa, aku sedang tidak ingin melakukannya. Kalau aku sudah lempeng, mungkin aku sudah hanyut dalam birahi dan berhubungan seks dengan Yama-chan. Akan tetapi, aku melihat Yama-chan memberi isyarat kepadaku. Isyarat untuk mengikuti permainannya.

“Ouuu, Yama-chann... Ayo sinii...” Kataku dengan pura-pura manja.

Kemudian, Yama-chan duduk di ranjang dihadapanku.

“(Menurutmu, siapa Agent Warfe itu?)” Bibir Yama-chan bergerak tanpa bersuara.

“(Heee? Apa maksudmu? Bukankah CIA?)” Tanyaku juga dengan bahasa bibir.

“(Kenapa CIA ditugaskan untuk membantu kita? Maksudku, oke... Dia sudah memberitahu bahwa jika Ayumi-chan jatuh ke tangan Family of Varnadoe, CIA pun akan kerepotan. Akan tetapi, perlukah mereka mengirim bantuan?)” Kata Yama-chan dengan bahasa bibir.

“(Hmmm, mungkin saja mereka merasa itu perlu.)” Kataku dalam bahasa bibir.

“(Kalau memang perlu, mengapa hanya satu orang saja yang ditugaskan?)” Tanya Yama-chan dalam bahasa bibir.

“(Masuk diakal. Apakah maksudmu adalah, bahwa dia bukan agen CIA?)” Tanyaku dalam bahasa bibir.

“(Tidak, aku yakin dia seorang agen CIA asli. Tidak mungkin kan Takeru-san tertipu?)” Tanya Yama-chan dalam bahasa bibir.

“(Betul. Jadi apa yang berusaha kamu katakan?)” Tanyaku dalam bahasa bibir.

“(Entahlah, aku hanya merasa ada sesuatu yang misterius dengan Agent Warfe itu.)” Kata Yama-chan dalam bahasa bibir.

“(Entahlah. Tapi kurasa dia tidak jahat.)” Kataku dalam bahasa bibir.

“(Memang dia tidak jahat. Aku tahu itu.)” Kata Yama-chan dalam bahasa bibir.

“Kalau begitu, sekarang saatnya untuk permainan sesungguhnya.” Kata Yama-chan.

“Yama-chan, jangan. Kubilang, aku sedang tidak mau.” Kataku dengan tegas.

Yama-chan pun sepertinya mengerti. Ia kembali ke ranjangnya untuk berbaring. Sedangkan aku menghabiskan waktu dengan bermeditasi. Karena bermeditasi, aku lupa waktu. Hingga saatnya pintu kamar terbuka.

“Oke, sudah waktunya. Ayo kita makan malam, sekaligus pergi ke Pigalle.” Terdengar suara Agent Warfe.

Aku segera membuka mataku dan menghentikan meditasiku. Aku langsung berdiri dan membereskan barang-barangku, kemudian kami bertiga keluar dari kamar tempat kami menginap ini.

“Hmmm, Pigalle ya? Tempat bagus untuk mencari informasi.” Kata Yama-chan.

“Tempat apa Pigale itu?” Tanyaku.

“Red-light district di Perancis. Aku menemukan sumber informasi yang cukup bisa dipercaya. Tapi, rekanku bilang bahwa dia cukup merepotkan. Seorang mafia tanah.” Kata Agent Warfe.

Cih, mafia tanah ya? Sepertinya negosiasi nya tidak akan berjalan dengan mulus. Pengalamanku berhadapan dengan mafia tanah, selalu saja berakhir dengan baku tembak. Kami makan malam di suatu restoran dekat area hotel. Tidak ada pembicaraan apapun selama makan malam diantara kami. Sepertinya kami semua menyadari bahwa pembicaraan dengan mafia tanah nanti itu tidak akan berjalan dengan mulus.

Setelah makan malam, kami berjalan kaki menuju Pigalle. Ternyata cukup jauh juga. Sepertinya hampir 45 menit kami berjalan, hingga akhirnya mencapai Pigalle. Tempat ini cukup ramai, yah secara ini sudah malam dan merupakan daerah red-light district Perancis. Kami terus mengikuti Warfe berjalan. Akhirnya, ia memasuki suatu gedung yang sepertinya adalah nightclub. Hmm, disinikah markas mafia tanah itu? Warfe mengajak bicara dalam bahasa Perancis salah satu bartender yang berjaga. Wow, hebat juga Warfe ini, sepertinya ia cukup fasih berbahasa Perancis. Yah, seperti yang diharapkan dari seorang agent CIA sih. Setelah Warfe berbicara, bartender itu langsung menunjuk kearah pintu dibelakangnya. Warfe memberi kode kepada kami untuk mengikutinya. Aku dan Yama-chan mengikuti Warfe memasuki pintu itu.

Dibalik pintu itu adalah sebuah tangga. Kami bertiga menaiki tangga itu dan akhirnya sampai disuatu ruangan besar yang terang. Di seluruh sisi ruangan ini, banyak orang Perancis mengenakan jas hitam setelan lengkap berdiri. Mereka membawa senapan berondong. Di ujung ruangan ini, duduklah seorang pria Perancis bertubuh sangat besar di sofa. Warfe mendatangi orang itu, sementara kami berdua mengikuti Warfe.

“Namaku Warfe Widiatoyo, seorang Agent CIA. Kami tidak bermaksud menganggumu ataupun menangkapmu. Sebagai salah satu mafia besar yang berkuasa disini, aku hanya ingin mendapatkan beberapa informasi darimu.” Kata Warfe.

Hah? Memang si pria besar itu mengerti Bahasa Indonesia?

“(haiz... ezellaa... foun di... foun du...)” Kata Warfe dalam Bahasa Perancis kepada orang besar itu.

Oh, rupanya Warfe berbicara Bahasa Indonesia untuk memberitahu kami apa yang hendak ia sampaikan.

Pria besar itu menatap Warfe dengan tajam, sangat tajam... seolah hendak memakannya. Setelah menatapnya cukup lama, ia kembali menyandarkan tubuhnya yang besar ke sofa.

“(eiffon... zule... foun da... founduur...)” Kata laki-laki besar itu kepada Warfe.

“Apa yang kudapatkan dari memberimu informasi?” Tanya Warfe kepada kami.

“Hmmm, apa yang kau ingin-“ Yama-chan berbicara, namun langsung kupotong.

“Tidak ada. Yang jelas kalau kau menolak untuk bekerjasama, kita akan menghabisimu.” Kataku kepada Warfe.

Yama-chan tampak kaget dengan jawabanku. Yah memang, tugas kami di lapangan menjadikan kami seperti kami sekarang ini. Aku terbiasa bekerja dengan konfrontasi langsung karena tugasku adalah menjaga keamanan. Adapun, Yama-chan terbiasa bekerja dengan konflik seminimal mungkin karena tugasnya adalah mencari informasi dan memata-matai. Warfe sepertinya cukup senang dengan jawabanku. Ia tersenyum, kemudian memalingkan wajahnya kearah pria besar itu.

“(leitz... loon... duurr... doorr... eiffal... zund...)” Kata Warfe dengan dingin kepada pria besar itu.

Alis pria besar itu tampak terangkat sedikit. Ia terlihat berpikir sebentar, kemudian ia mulai tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa dengan begitu hebatnya sampai tubuhnya bergerak-gerak semua. Wajahnya benar-benar gembira.

“WUHEHH... HEEHH... HEEHHH... HEEEHHH... HEEH...HEEHH!!!” Begitulah nada tawa orang itu.

Tidak lama kemudian, pria besar itu berhenti tertawa. Kemudian, Warfe memalingkan wajahnya kearah kami.

“WUHEHH... HEEHH... HEEHHH... HEEEHHH... HEEH...HEEHH!!!” Warfe mulai tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa dengan menggerakan seluruh tubuhnya dan memasang wajah yang sangat gembira. Wajahnya tidak kalah jeleknya dengan pria besar tadi saat ia tertawa terbahak-bahak. Beberapa detik kemudian, Warfe langsung diam dan kembali serius.

“Itu jawaban dia.” Kata Warfe kepada kami.

Astaga Warfe. Kamu tidak perlu menterjemahkan hal itu, kami pun sudah mengerti. Apa kau pikir kita ini bodoh?! Tapi wajahmu betul-betul jelek sekali pada saat mempraktekan mafia besar itu tertawa. Lumayan, ada hiburan. Yama-chan pun sepertinya sedikit tertawa.

“(budz... jeerr... foun du... daa....)” Kata pria besar itu.

“Informasi apa yang kalian inginkan dariku?” Kata Warfe kepada kami.

“Langsung tanyakan saja lokasi Family of Barnamo kepadanya.” Kataku.

Family of Varnadoe, sayang.” Kata Yama-chan.

“Ah, terserahlah.” Kataku.

“(foun du... de la... pavilliong... Family of Varnadoe...tu...)” Kata Warfe kepada orang itu.

Setelah Warfe selesai berbicara, aku merasakan suasana ruangan ini menjadi lebih sunyi. Aku bisa merasakan ketegangan yang melanda ruangan ini.

“(doun du... foun du... foun di... pavilliong de macaroon...)” Kata pria besar itu.

“Ini bukan rahasia, jadi akan kuberitahu. Mereka ada di Narbonne. Tanyalah orang lokal sana, tidak ada yang tidak mengetahui kediaman mereka. Apakah itu saja yang mau kamu tanyakan?” Kata Warfe kepada kami.

“Yah, itu saja. Cukup, kita pergi dari sini sebelum terjadi peperangan.” Kataku.

“(pavilliong pavilliong macaroon fondu...)” Kata Warfe kepada pria besar itu.

“(macaroon lafayette de napoleon...)” Kata pria besar itu.

Dalam sekejap, ekspresi Warfe langsung siaga.

“Lari!” Kata Warfe.

Setelah meminta kami untuk lari, aku langsung berlari menuju jendela terdekat tanpa melihat kanan kiri. Aku sekelibat melihat, Yama-chan dan Warfe pun juga melakukan hal yang sama. Aku langsung melompat menerobos jendela itu. Aku sempat mendengar suara tembakan senapan berondong. Kami bertiga langsung terjatuh ke tanah. Untungnya, lantai dua gedung itu tidak tinggi, jadinya badan kami hanya sakit-sakit saja. Tidak ada tulang yang patah sedikitpun. Kami pun segera bangun dari tanah. Aku segera membersihkan bajuku.

“Haah, sudah kuduga, ini tidak akan berlangsung baik.” Kataku.

Aku melihat kearah mereka. Mereka berdua berdiri mematung melihat kearahku.

“Hmmm, ada apa?” Tanyaku dengan heran.

Yama-chan tampak lebih serius lagi. Aku segera menyadari, bahwa Yama-chan sedang melihat sesuatu dibelakangku. Mereka sangat serius. Aku sadar bahwa mereka bukan melihat sesuatu yang biasa-biasa saja. Dari raut wajah Yama-chan, aku sebetulnya punya gambaran mengenai apa yang ada dibelakangku. Aku segera menoleh kearah belakangku dengan perlahan-lahan. Ya, pikiranku tidak salah. Aku tidak mungkin tidak mengenali apa yang sedang kulihat ini.

Kagura... Matsuyama... Koko ni nanishiteru no? (Kagura... Matsuyama... Apa yang kalian lakukan disini?)” Tanya Ayumi.

Ya, yang sedang kulihat ini tak lain dan tak bukan adalah sahabatku sendiri, Ayumi. Sebetulnya aku lega, karena tidak perlu jauh-jauh untuk menemukannya. Dan juga, aku sangat senang dan bahagia mengetahui bahwa ia baik-baik saja.

“Ayumi.” Kataku sambil tersenyum.

Akan tetapi, Ayumi tidak membalas senyumanku. Wajahnya sangat datar.

“Ayumi-chan, kita kemari untuk menjemputmu. Ayo pulang.” Kata Yama-chan.

“Oh, begitu. Seharusnya kalian tidak perlu repot-repot kesini.” Kata Ayumi.

“Ayumi... Apa maksudmu?” Tanyaku.

“Maksudku adalah, kalian datang untuk menjemputku kembali ke Jepang kan? Tidak perlu repot-repot, karena aku tidak punya alasan untuk kembali ke Jepang.” Kata Ayumi.

Ah, apa yang dia katakan? Aku tidak mengerti sama sekali.

“Aku buru-buru. Aku pulang dulu ya, aku sibuk sekali.” Kata Ayumi sambil membalikkan badannya.

Aku segera mengejarnya. Ayumi... Apa yang terjadi pada dirimu? Bertanya tentang kami pun sama sekali tidak, malah kau malah mau menghindar dari kami.

“Ayumii!” Kataku sambil menangkap tangannya.

Ayumi pun berhenti dan kemudian menoleh kearahku. Wajahnya sangat dingin. Seperti bukan Ayumi saja.

“Ayumi, kenapa? Aku sangat senang bisa melihatmu disini. Apakah kamu tidak merasakan hal yang sama?” Tanyaku.

“Tidak.” Kata Ayumi.

“Eehh?” Kataku dengan heran.

“Maaf, aku tidak punya waktu untuk bermain polisi-polisian dengan orang selevel kalian.” Kata Ayumi sambil menarik tangannya dari genggamanku.

Mendengar kata-kata Ayumi, emosiku langsung naik ke kepala.

“Ayumi, aku tahu kamu selalu sembarangan jika bicara. Tapi, kata-katamu kali ini sudah melewati batas. Kamu tidak pantas berbicara seperti itu.” Kataku.

“Oh, kenapa?” Tanya Ayumi.

Aku merasakan adanya aura membunuh dari belakang. Sepertinya milik Yama-chan. Dia pasti juga merasakan emosi yang sama sepertiku.

“Yama-chan. Biar aku saja yang mengurusnya.” Kataku tanpa menoleh kebelakang.

“Ayumi, jika kamu lupa, biar kubuat kamu mengingat dengan tinjuku.” Kataku sambil mempersiapkan tinjuku.

Ayumi tetap tidak bergerak dan berwajah dingin. Aku langsung mengarahkan kepalan tinjuku sekuat tenaga kearah wajahnya. Akan tetapi, dia menghindari tinjuku dengan menundukkan tubuhnya kebawah. Apa? Aku tidak percaya ia berhasil menghindari tinjuku semudah itu. SREEG SREEG SREEG... Aku mendengar bunyi yang sangat familiar. Tidak salah lagi, ini adalah suara serpihan besi milik Ayumi. Serpihan besi kecil-kecil seukuran pasir yang dikendalikan oleh medan magnetik yang dikembangkan sendiri oleh Ayumi.

“Ayumi, sama sekali tidak menahan kekuatanmu ya?” Kataku dengan sangat sedih.

Saat itu juga, serpihan besi yang bersatu menjadi sebuah belok yang besar langsung menghantamku dan membuatku terpental ke selokan. Aku sempat melihat Yama-chan maju untuk menyelamatkanku, tetapi ia juga menjadi mangsa serbuk besi milik Ayumi. Yama-chan pun mengalami nasib yang sama sepertiku. Ia terpental dan jatuh ke selokan. Aku melihat Warfe melempar sesuatu kearahnya. Akan tetapi, percuma saja karena serbuk besi itu langsung membentuk balok besar dan melindungi Ayumi. Kemudian, balok besi itu pun langsung menyerang Warfe dan membuatnya terpental kearah puing-puing kayu yang ada didekat situ. Aku tidak dapat bangun. Bukan luka tubuhku yang membuatku tidak dapat bangun, tapi luka hatiku. Aku tidak menyangka bahwa Ayumi tega melakukan hal ini kepada kami. Aku merasa seolah-olah seperti kehilangan sahabat baikku di sansaikou no masayoshi. Aku pun mulai kehilangan kesadaranku.

***

“Kagura... Kagura...” Aku mendengar suara Warfe yang membuatku kembali mendapatkan kesadaranku.

Aku membuka mataku. Pandangan pertama yang kulihat adalah Warfe yang berusaha membangunkanku. Ketika melihat mataku sudah terbuka, Warfe sepertinya lega. Aku pun langsung bangun. Aku melihat Yama-chan juga sudah bangun. Sepertinya ia bingung dengan apa yang telah terjadi.

“Kita atur strategi, baru kemudian kita pergi ke Narbonne, tempat kediaman Family of Varnadoe.” Kata Warfe.

“Warfe, mungkin kita batalkan saja misi ini. Aku merasa tidak ingin melanjutkan.” Kata Yama-chan.

Sepertinya ia pun sangat terpukul atas apa yang Ayumi lakukan.

“Kita sudah sampai disini, tidak ada waktu untuk mundur.” Kata Warfe.

“Ya, aku mengerti. Tapi, aku merasa tidak ingin melanjutkan lagi.” Kata Yama-chan.

Warfe terlihat menghela napas.

“Apa karena sekai no gijutsusha?” Tanya Warfe.

Yama-chan tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya saja.

“Selemah itukah kekuatan sansaikou no masayoshi dari Hikari. Bosku memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap kalian.” Kata Warfe.

Haah, aku tidak tahan lagi. Kali ini, si jalang Warfe itu juga keterlaluan! Aku segera berdiri, kemudian mendorong Warfe hingga jatuh ke tanah. Aku pun menahan kedua pundaknya.

“Kamu mau memukulku? Silakan saja.” Kata Warfe.

“Ya, tentu saja.” Kataku.

BUAAKK. Tinjuku langsung menghantam pipi kirinya dengan keras. Tinjuku ini cukup untuk membuat mulutnya mengeluarkan darah. Warfe tidak bereaksi apapun. Ia hanya menyeka darah dari mulutnya, kemudian kembali melihat kearahku.

“Kali ini, giliranku.” Kata Warfe.

BUAAKKK. Tinju Warfe langsung melayang dan membuatku terpental. Ukh, sakit sekali. Tidak kusangka Warfe sekuat ini. Rasa sakit akibat tinjunya membuat kepalaku pusing.

“Sakit? Aku bahkan tidak menggunakan setengah dari tenagaku.” Kata Warfe sambil bangun dari tanah.

Apa? Tidak menggunakan setengah dari tenaganya?

“Sepertinya kamu bingung. Biar aku jelaskan. Aku yakin kamu pasti bisa menahan tinjuku dalam kondisi prima.” Kata Warfe.

Eh? Apa maksudnya?

“Bingung dan sedih, mana yang lebih mendominasi sekarang?” Tanya Warfe.

Aku sangat tidak mengerti dengan perkataannya.

“Sepertinya bingung ya. Baiklah, sepertinya sudah kembali normal.” Kata Warfe.

“Eh? Apa-apaan ini?” Tanyaku dengan heran.

“Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Selemah itukah kekuatan sansaikou no masayoshi dari Hikari? Maksudku, selemah itukah kekuatan sekai no gijutsusha?” Tanya Warfe.

“A... Apa maksudmu?” Tanyaku.

“Dengar, walaupun sekai no gijutsusha itu orang yang bekerja dibalik layar, tapi sebagai salah seorang dari sansaikou no masayoshi, seharusnya ia tidak selemah itu kan? Serangan yang tadi ia hantamkan kepada kita, itu nyaris tidak bertenaga sama sekali. Jika kamu sempat bertahan dengan tenaga ki, serangan itu akan tidak terasa sama sekali.” Kata Warfe.

“Lho? Tapi kamu sendiri juga terpental akibat serangannya kan?” Tanyaku.

“Itu karena aku memang sengaja menerima serangannya tanpa bertahan dengan tenaga ki milikku. Aku hanya ingin memastikan kekuatan serangannya.” Kata Warfe.

“Hhhh. Intinya adalah, baik serangan si sekai no gijutsusha ataupun tinjuku yang lemah tadi, seharusnya tidak berhasil mengenaimu secara telak jika kamu menahannya dengan tenaga ki. Kagura, kamu terlalu dibutakan oleh emosi dan kesedihan, karena itu penyaluran tenaga ki milikmu sangat kacau. Begitu juga dengan Pak Edo.” Kata Warfe.

Ah, aku baru menyadari bahwa kata-kata Warfe itu memang betul. Betul, aku terlalu terbawa emosiku, sehingga tidak bisa berpikir dengan tenang. Ah, betapa bodohnya diriku.

“Ya, Warfe sangat benar. Serangan Ayumi-chan tadi, tidak ada nafsu membunuhnya sama sekali.” Kata Yama-chan.

“Jadi, mengapa Ayumi...” Kataku.

“Entahlah, jawabannya hanya bisa kita ketahui ketika kita sudah sampai di kediaman mereka.” Kata Yama-chan sambil mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

Aku menggapai uluran tangan Yama-chan dan kemudian berdiri.

“Lucu ya? Padahal aku dan kamu mengenal Ayumi-chan dengan sangat dekat. Tetapi, disaat seperti ini, malah Warfe yang tidak mengenalnya sama sekali yang bisa melihat dengan jelas keadaan sesungguhnya.” Kata Yama-chan.

“Terima kasih, Warfe. Maaf, tinjuku tadi sakit ya?” Tanyaku.

“Tidak seberapa. Kalau tinjumu ini bisa membantu kesuksesan misiku di tempat ini, aku tidak masalah ditinju berkali-kali olehmu.” Kata Warfe.

Terima kasih, Warfe. Kamu telah menyadarkan aku dengan membantuku melihat apa yang sesungguhnya terjadi. Dengan ini, aku yakin bahwa kamu betul-betul bukan orang jahat.

“Fakta yang mencengangkan, sekai no gijutsusha sekarang berada di Narbonne.” Kata Warfe.

“Eh, tahu darimana, Warfe?” Tanyaku.

“Oh, serbuk besi Ayumi-chan ya?” Tanya Yama-chan.

“Iya, pada saat serbuk besi itu menyerangku, aku sempat menaruh transmitter dalam serbuk besinya. Dan tepat dugaanku, ia membawa kembali serbuk besinya. Transmitter-ku berukuran nanoskopik, tidak akan terlihat oleh mata.” Kata Warfe.

“Memang Agent CIA berbeda. Kamu tetap tenang dalam situasi apapun. Bahkan, sempat menaruh transmitter dalam serbuk besi Ayumi. Hebat.” Kataku.

“Masalah ketenangan saja kok. Aku yakin kalian pun lebih dari mampu untuk melakukan hal ini. Memang kalau diburu oleh emosi pada saat pertarungan itu adalah hal yang mematikan.” Kata Warfe.

“Oke. Tujuan selanjutnya, Narbong!” Kataku.

Yama-chan dan Warfe terlihat bingung dengan kata-kataku.

“Mungkin maksudmu... Narbonne, sayang.” Kata Yama-chan.

“Ah, terserahlah!” Kataku.
 
Scene 2

Ayumi Nakata



Alston Varnadoe



Ah, pusing sekali kepalaku. Aku sudah berusaha membuat berbagai macam pengembangan dari prototipe wadah tenaga ki yang mereka punya. Akan tetapi, memang prototipe milik mereka itu sangat rumit. Pengembangan yang kubuat sejauh ini hampir tidak ada yang berhasil karena kerumitan yang ada. Huah, kalau begini, bisa tidak ya aku mengejar target untuk menyelesaikan proyek ini? Gawat, kalau begini terus, bisa-bisa aku tidak diterima dalam keluarga Varnadoe. Jika aku tidak diterima, yang akan terjadi adalah... Aahhh, sabar Ayumi. Tidak ada kata gagal dalam kondisi sekarang ini. Aku harus melakukan yang terbaik untuk dapat menyelesaikan proyek ini. Akan tetapi, kepalaku memang sedang penatnya bukan main. Aku butuh hiburan.

Aku segera memanggil pelayan.

Where can I get a beer around here? (Dimana aku bisa membeli bir disekitar sini?)” Tanyaku.

Well, Mademoiselle Ayumi. If you really like, we could get one for you. (Oh, Mademoiselle Ayumi. Kami bisa membelikannya untuk nona, jika nona menginginkannya.)” Kata pelayan keluarga Varnadoe.

Oh, I need to clear my head a bit. So I need to go out. The best beer in France. (Oh, aku harus menenangkan kepalaku. Jadi, aku harus pergi keluar. Bir terbaik di Perancis.)” Kataku.

Well, it’s still afternoon. If you drive to Pigalle, you will make it there in the evening, which Pigalle will be alive at that time. But it’s quite far, about seven hours and thirty minutes driving. (Sekarang masih siang. Jika nona mengemudi sampai ke Pigalle, nona akan sampai disana pada waktu malam hari, dimana pada saat itu adalah saat Pigalle mulai beraktivitas. Tapi Pigalle cukup jauh, tujuh setengah jam dengan mobil.)” Kata pelayan.

Perfect! Tell Alston to give his wife-to be the best car he has. I need to drive in order to make this done. (Mantap! Beritahu Alston untuk memberikan mobilnya yang terbaik kepada calon istrinya. Aku harus menyetir agar proyek ini bisa selesai.)” Kataku.

At once, mademoiselle. (Segera, nona.)” Kata pelayan itu sambil keluar dari ruangan tempatku bekerja.

Aku segera meregangkan tubuhku. Uaah, rasanya enak sekali. Mengemudi selama tujuh setengah jam ya? Sepertinya tidak pernah kulakukan. Aku ingin sekali mencobanya. Tidak lama kemudian, ada yang masuk ke ruanganku. Saat kulihat siapa, ternyata si laki-laki menyebalkan calon suamiku itu.

I heard that you’re going to Pigalle, darling. (Aku dengar, kamu mau pergi ke Pigalle, sayang.)” Kata Alston.

I am. (Iya.)” Kataku.

Please allow me to accompany you, darling. Maybe we can get to know better each other. (Izinkan aku untuk menemanimu, sayang. Mungkin kita bisa kenal lebih dekat.)” Kata Alston.

That will be unnecessary. We could get to know each other better after we were married. (Tidak perlu. Kita bisa mengenal lebih dekat satu sama lain setelah kita menikah.)” Kataku.

But you know, I’m really concerned... (Tapi, aku sangat kepikiran...)” Kata Alston.

About what? About me running away? Don’t worry. You know I would not do that, don’t you? Anyway, I’m fine on my own. (Tentang apa? Tentang aku melarikan diri? Jangan takut. Kamu tahu bahwa aku tidak akan melakukannya kan? Pokoknya, aku sendiri saja.)” Kataku.

Such a brilliant and brave girl. I love that, and I love you even more, darling. (Memang betul-betul pintar dan berani. Aku suka itu, dan aku makin sayang kepadamu, sayang.)” Kata Alston.

Yeah, whatever. (Ya, terserah.)” Kataku sambil meminta kunci mobil dari Alston.

Alston pun memberikan kuncil mobil kepadaku tanpa basa-basi lagi. Mungkin karena ia melihat resolusiku untuk tetap pergi sendiri, makanya dia tidak mau panjang lebar. Yah, baguslah. Aku memang sebetulnya sedang ingin sendirian, tidak ingin ditemani oleh siapapun. Aku segera menuju tempat mobil diparkir. Letaknya di semacam ruang bawah tanah. Aku segera membuka pintu mobil itu, dan menyalakan mesinnya. Kemudian, dengan bantuan GPS, aku segera meluncur menuju tempat tujuanku, yaitu Pigalle.

Kota Narbonne ini termasuk kota yang sepi, karena itu jalanan cenderung sepi. Enak sekali ya ternyata menyetir di daerah sepi. Akan tetapi, memasuki kota besar, lama-kelamaan jadi ramai juga.

Aku sampai di Pigalle jam delapan malam. Ramai sekali kota ini. Banyak nightclub dan toko yang menjual peralatan seks dimana-mana. Aku segera memarkir mobilku di tempat yang aman, kemudian aku turun dari mobil. Aku segera berjalan-jalan di kota ini. Tujuanku sebetulnya hanyalah nightclub, tempat dimana aku bisa membeli bir dengan kualitas yang cukup bagus.

Setelah lama berjalan, aku menemukan sebuah nightclub yang sepertinya cukup meyakinkan. Gedung ini memiliki dua tingkat yang tingginya tidak terlalu tinggi. Baru saja aku akan memasuki gedung ini, tiba-tiba... PRAANNGGG... terdengar sebuah kaca pecah. Letaknya sangat dekat dengan gedung ini. Salah, asal suaranya berasal tepat diatasku. Aku melihat keatas, dan ternyata ada tiga orang yang mencoba melakukan aksi bunuh diri dengan melompat menerobos jendela. Heh, kasihan sekali. Kalian telah memilih cara bunuh diri yang tidak menyenangkan. Lagipula, jatuh dari ketinggian itu tidak akan membuatmu mati.

Dalam sekejap, tiga orang itu pun jatuh dihadapanku. Mereka seorang laki-laki, dan dua orang perempuan. Yang laki-laki pun tidak lama berdiri. Ya ampun, aku tidak bisa berkata apa-apa karena saking terkejutnya. Tidak salah lagi, dia adalah Matsuyama! Apa yang dia lakukan disini? Dua orang wanita lainnya pun segera berdiri. Yang satu wanita tidak salah lagi adalah Kagura, sedangkan wanita yang satunya lagi aku tidak mengenalnya. Setelah berdiri dengan mantap, mataku dan mata Matsuyama pun bertemu. Sepertinya Matsuyama juga tidak bisa menyembunyikan keterjutannya. Tidak lama kemudian, Kagura pun berdiri dengan mantap.

“Haah, sudah kuduga, ini tidak akan berlangsung baik.” Kata Kagura masih dalam kondisi membelakangiku.

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku sangat heran mengapa mereka ada disini. Apakah mereka sedang bertugas disini?

“Hmmm, ada apa?” Kata Kagura masih dalam kondisi membelakangiku.

Kali ini sepertinya Kagura menyadari kehadiranku. Aku bisa merasakan gejolak auranya yang menjadi tidak stabil. Ia pun menoleh kearahku, dan kedua mata kami pun juga bertemu pandang. Aku berusaha untuk tetap tenang.

Kagura... Matsuyama... Koko ni nanishiteru no? (Kagura... Matsuyama... Apa yang kalian lakukan disini?)” Tanyaku.

“Ayumi.” Kata Kagura.

“Ayumi-chan, kita kemari untuk menjemputmu. Ayo pulang.” Kata Yama-chan.

Menjemputku? Oh, jadi alasan mereka kesini adalah untuk membawaku pulang? Aku merasa kasihan sebetulnya pada mereka, sudah jauh-jauh datang kesini. Aku sebetulnya sangat ingin mengajak mereka jalan-jalan disini. Akan tetapi, tempat ini bukanlah tempat yang aman bagi mereka. Aku yakin sekarang pun aku sedang diawasi oleh keluarga Varnadoe. Aku harus segera mengusir mereka.

“Oh, begitu. Seharusnya kalian tidak perlu repot-repot kesini.” Kataku.

Aku sempat melihat ekspresi keterkejutan dari wajah Kagura.

“Ayumi... Apa maksudmu?” Tanya Kagura.

“Maksudku adalah, kalian datang untuk menjemputku kembali ke Jepang kan? Tidak perlu repot-repot, karena aku tidak punya alasan untuk kembali ke Jepang.” Kataku.

Lebih baik aku segera mengakhiri ini.

“Aku buru-buru. Aku pulang dulu ya, aku sibuk sekali.” Kataku sambil membalikkan badan dan pergi.

“Ayumii!” Kata Kagura sambil menangkap tanganku.

Keras kepala sekali si Kagura ini. Aku menoleh kearahnya.

“Ayumi, kenapa? Aku sangat senang bisa melihatmu disini. Apakah kamu tidak merasakan hal yang sama?” Tanya Kagura.

“Tidak.” Kataku dengan datar.

“Eehh?” Kata Kagura.

“Maaf, aku tidak punya waktu untuk bermain polisi-polisian dengan orang selevel kalian.” Kataku sambil menarik tanganku dari Kagura.

Bagus. Sepertinya kata-kataku ini berhasil membuat Kagura emosi.

“Ayumi, aku tahu kamu selalu sembarangan jika bicara. Tapi, kata-katamu kali ini sudah melewati batas. Kamu tidak pantas berbicara seperti itu.” Kata Kagura.

“Oh, kenapa?” Tanyaku.

Bagus, Kagura. Teruslah marah, karena aku tidak akan bisa mengalahkanmu dalam pertarungan jarak dekat seperti ini jika kamu sedang berkepala dingin. Aku merasakan aura membunuh milik Matsuyama pun naik. Menghadapi mereka berdua aku pasti kerepotan. Bukan tidak mungkin jika aku akan kalah.

“Yama-chan. Biar aku saja yang mengurusnya.” Kata Kagura.

Oh, baguslah. Kalau menghadapi Kagura yang sedang panas, aku mungkin bisa melumpuhkannya sedikit.

“Ayumi, jika kamu lupa, biar kubuat kamu mengingat dengan tinjuku.” Kata Kagura.

Aura membunuhnya sudah naik lagi. Aku tetap tenang dan fokus. Kuncinya adalah tinju pertamanya. Jika aku berhasil menghindarinya, aku akan punya banyak waktu untuk menggunakan serbuk besiku digabung dengan medan magnet yang kebetulan kubawa kemana-mana ini. Jaraknya hanya beberapa detik sampai Kagura melancarkan tinjunya yang sangat kuat dan cepat. Terlihat! Tinjunya mengarah ke pipi kiriku. Aku langsung menghindarinya dengan menundukkan tubuhku. Aku langsung mengaktifkan medan magnet milikku, dan dalam seketika itu juga serbuk besi yang kubawa langsung bereaksi membentuk balok besar.

“Ayumi, sama sekali tidak menahan kekuatanmu ya?” Terdengar suara Kagura sesaat sebelum ia dihantam oleh balok besi yang terbentuk dari serpihan besi milikku itu.

Aku melihat Matsuyama maju dan berusaha menolong Kagura yang terjatuh ke selokan. Ini kesempatanku untuk menumbangkan Matsuyama juga. Aku langsung mengirim balok besi itu kearah Matsuyama, dan ia pun terkena serangan balok besiku karena perhatiannya teralihkan pada Kagura. Bagus, kalau sudah begini, harusnya tidak ada masalah. Akan tetapi, aku merasakan aura membunuh yang tiba-tiba naik. Asalnya dari wanita yang bersama dengan mereka. Wanita itu melemparkan sesuatu kepadaku. Aku langsung menggerakkan balok besi yang tadi kugunakan itu kedepanku untuk melindungiku. TRAK TRAK... Suara ini... suara logam yang terbentur dengan logam. Satu logam lagi pastilah serbuk besi milikku, satu logam lagi... apakah pisau? Aku langsung membuyarkan balok besi itu kembali menjadi serbuk besi, sehingga pisau yang menancap di balok besi milikku tadi langsung terjatuh ke tanah.

Setelah dua pisau milik wanita itu jatuh ke tanah, aku langsung membentuk serbuk besiku kembali menjadi balok besi, dan kugunakan untuk menyerang wanita itu. Seranganku mengenainya dengan telak dan membuatnya terlempar kearah puing-puing kayu yang ada didekat situ. Dengan demikian, seluruh lawanku sudah lumpuh.

Setelah beberapa detik dan memastikan bahwa tidak ada yang bangun lagi, aku segera pergi dari tempat itu. Aku tidak jadi membeli bir, tetapi langsung menuju mobilku dan bergegas kembali pulang ke Narbonne.

Hari sudah cukup malam, sehingga jalanan cenderung sepi. Aku menyetir dalam kegelapan, hanya ditemani oleh cahaya lampu mobil dan lampu jalan. Aku menghela napas karena menyadari bahwa ada seseorang lain dalam mobil ini.

You can show yourself, Alston. (Kamu boleh menampakkan dirimu, Alston.)” Kataku.

Setelah aku berkata begitu, dia pun muncul di kursi penumpang depan. Hmmm, apakah kemampuannya adalah menghilang? Dengan cara apa dia menghilang?

Impressive, darling. You knocked them out without hesitation. Now, our doubt against you begin to disperse a little bit. (Mengagumkan, sayang. Kamu menghajar mereka tanpa keraguan sedikit pun. Sekarang, kecurigaan kita padamu semakin menipis.)” Kata Alston.

What a jerk. You said those things to your future wife? Unbelievable. (Kurang ajar. Kamu mengatakan hal itu kepada calon istrimu? Sulit dipercaya.)” Kataku.

Oh, please don’t be mad, darling. We have to make sure that you’re on our side. (Oh, tolong jangan marah, sayang. Kita harus yakin bahwa kamu ada di pihak kita.)” Kata Alston.

I’m not mad. You may believe me or not, it doesn’t matter to me. All that matters is our marriage. (Aku tidak marah. Kamu boleh mempercayai aku atau tidak, sama sekali tidak masalah bagiku. Yang penting adalah kepastian pernikahan kita.)” Kataku.

Truly brave and wise, indeed. (Sangat berani dan bijaksana.)” Kata Alston.

Kagura, Matsuyama, maafkan aku. Aku yakin seranganku tadi itu tidak melukai kalian sama sekali. Maafkan aku, dan selamat tinggal. Mungkin kita tidak akan bertemu lagi. Hari-hari bersama kalian di masa lalu memang menyenangkan. Tapi, masa lalu hanyalah sebuah kenangan. Sekarang ini, aku harus memfokuskan pada masa depan. Masa depanku ini mengharuskanku untuk memutuskan hubungan dengan kalian, karena Family of Varnadoe dari Perancis dan Hikari dari Jepang adalah organisasi yang berlawanan.

Aku penasaran dengan wanita yang bersama mereka tadi. Nafsu membunuh yang ia tunjukkan sebelum melempar pisau itu bukan aura yang main-main. Lemparan pisaunya pun telak. Dan ia sengaja tidak menghindar dari serangan yang kulancarkan, malah menerimanya dengan telak begitu saja. Tunggu. Mungkinkah ia... Aku segera menghentikan kendaraanku.

Is there something, darling? (Apa ada sesuatu, sayang?)” Tanya Alston.

No, nothing... (Tidak, tidak ada apa-apa...)” Kataku.

Aku kembali menginjak gas dan mobil pun mulai berjalan. Tanpa sepengetahuan Alston, aku memecah-mecah serbuk besi yang ada didalam bajuku. Aku membuat serbuk-serbuk besi itu saling bergesekkan satu sama lain. SREG... SREG... SREG... Bunyinya hampir tidak terdengar oleh telinga, hanya aku yang bisa mendengarnya karena aku sudah sangat terbiasa dengan bunyi serbuk-serbuk besi itu. SREG... SREG... SREG... SRREG!... Ah, itu dia. Ada perbedaan suara yang timbul antara gesekan serbuk besi. Bunyinya hampir tidak terdeteksi, menandakan bahwa ukurannya sangat kecil. Lebih kecil dari ukuran mikroskopik, mungkin ukuran nanoskopik. Tidak salah lagi, pasti wanita tadi meletakkan sesuatu kedalam serbuk besiku. Jika benda ini adalah transmitter lokasi, ini bukan milik Hikari, karena aku belum menciptakan transmitter lokasi berukuran nanoskopik. Setahuku, baru satu organisasi investigasi yang berhasil menciptakan transmitter lokasi berukuran nanoskopik, yaitu CIA. Apakah itu berarti bahwa wanita itu adalah anggota CIA? Mengapa anggota CIA membantu Kagura dan Matsuyama? Ini betul-betul sesuatu yang sangat tidak lazim.

BERSAMBUNG KE EPISODE-10
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd