Scene 2
Asuka Kirishima
Takeru Yamamoto
Aaahh, sudah sebulan sejak kejadian merepotkan di Perancis itu. Kejadian yang cukup merepotkan bersama keluarga Varnadoe, yang notabenenya merupakan organisasi pembunuh terkuat, yang kelasnya sudah mendunia. Tapi, ada yang aneh. Saat menjelang kematiannya yang menurutku cukup aneh itu, Frederick Varnadoe menyebutkan satu nama, yaitu Chronos. Hmmm, mungkinkah dia Chronos yang sama dengan Chronos dari organisasi itu? Jika betul iya, mengapa mereka harus turun tangan, dan lebihnya lagi, mengapa mereka “membantu” kita?
Aahh, disaat libur begini, lebih baik aku tidak usah memusingkan hal-hal seperti itu. Musim dingin sudah hampir tiba, lebih baik aku mempersiapkan persediaan makanan untuk musim dingin, dan memastikan segala sesuatunya berjalan dengan lancar untuk keperluan musim dingin.
Aku berjalan ke ruang keluarga untuk menyalakan televisi untuk melihat berita. Disitu, aku menemukan Takeru sedang duduk termenung. Hmmm, dilihat dari pancaran wajahnya, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu yang serius. Tidak, bahkan sangat serius. Hmmm, apa yang sedang dipikirkannya ya? Dari aura ki yang terpancar dari tubuhnya, entah kenapa aku bisa menemukan adanya pikiran yang stress dalam dirinya. Ah, kalau begini, sudah tugasku sebagai istri untuk melayaninya.
Aku segera mendekatinya, dan duduk disebelahnya. Wow, saking sedang bergumul dengan pikirannya, ia bahkan tidak menyadari kehadiranku disampingnya. Sepertinya yang dipikirkannya sangat sulit. Sepertinya aku memang harus memberinya pelayanan agar dia bisa sejenak mundur dulu dari permasalahannya. Kuduga, permasalahan yang dialami olehnya adalah permasalahan kantor ya. Baiklah kalau begitu. Aku segera mendekatkan bibirku ke bibirnya, kemudian mencium bibirnya. Cuupp. Takeru tampak buyar dari lamunannya.
“
Haaaiii... (Iyaaaa....)” Kata Takeru.
“
Anata ha ima ni tsuite nani wo kuusou shite imasuka? (Apa yang sedang kamu pikirkan sampai melamun begitu?)” Tanyaku.
“
Kotoshi, watashi no shigoto ha kibishii mono ni narimasu. (Tahun ini, pekerjaanku akan sedikit merepotkan.)” Kata Takeru.
“
Anata ha watashi no otto desu. Watashi ha anata ga sore wo okonau koto ga dekimasu shitte imasu. Ganbatte! (Kamu kan suamiku. Aku tahu kamu pasti bisa. Berjuanglah!)” Kataku.
Haah, rupanya memang benar ya masalah kerjaan.
“
Aaa... Arigatou, Asuka. (Iya... Terima kasih, Asuka.)” Kata Takeru.
Kasihan juga dia, memikirkan masalah pekerjaannya sampai stress begitu. Mungkin, sedikit pelayanan dariku akan membantu hehehe.
“
Tabun kore ha anata no kokoro wo rifuresshu shimasu. (Mungkin, ini akan membuat pikiranmu lebih tenang.)” Kataku, sambil kemudian membuka gaunku sehingga kini aku sudah telanjang.
Takeru langsung terkesima melihat tubuhku. Heh, tentu saja, tidak ada pria yang tidak terkesima melihat tubuh yang sebetulnya cukup kubanggakan ini. Eits, tapi hanya suamiku yang boleh melihat tubuhku ini.
“
Ma... matte, Asuka. Darekagagai kara koko ni watashitachi wo miru koto ga dekimasu. (Tu... tunggu, Asuka. Orang lain bisa melihat kita disini dari luar.)” Kata Takeru.
“
Sore ga juuyoo desuka? Watashitachi ha kekkon shite imasu. (Apakah itu masalah? Toh kita sudah menikah.)” Kataku sambil mengalungkan tanganku ke leher Takeru.
“
Anata ha tadashii to omou. (Kurasa kamu betul juga.)” Kata Takeru sambil melumat bibirku.
Ah dasar laki-laki. Begitu birahinya naik, semua masalah mereka seolah-olah langsung hilang dalam sekejap. Akan tetapi walaupun demikian, aku tetap mencintaimu, Takeru sayangku. Aku pun langsung membalas lumatan bibir Takeru dengan lembut. Sesekali, aku ikut menggoyangkan tubuhku untuk memancing birahi Takeru. Melihat dari ekspresi dan gelagatnya, sepertinya strategiku ini berhasil hehehe.
Lalu, aku mulai membuka kaos yang Takeru kenakan, dan aku pun mulai menciumi dadanya. Sepertinya Takeru mulai menggelinjang kenikmatan. Tangannya pun kini sudah mengelus-elus rambutku. Aku merasakan salah satu tangan Takeru sudah mulai meraih buah dadaku. Akan tetapi, aku langsung menepisnya. Tujuanku kali ini hanyalah untuk memberinya pelayanan saja, aku sedang tidak begitu peduli pada diriku. Yang penting, Takeru bisa terpuaskan.
“Bukankah kamu sedang stress? Biar aku saja yang melayanimu.” Kataku.
Tanganku pun mulai meraba-raba dan menggelitiki dadanya. Sambil menggelitiki dadanya, aku membuka celana dan celana dalam Takeru hanya dalam sekali tarikan. Setelah kubuka celana dan celana dalamnya, batang penis Takeru yang sudah menegang seolah-olah meloncat dari dalam celananya. Hahaha, memang lucu laki-laki itu. Aku pun mulai menggenggam pangkal batang penis Takeru, kemudian lidahku kujulurkan untuk mengulum kepala batang penis Takeru.
“Uuuuhhhhh....” Sontak, Takeru langsung mendesah ketika lidahku bermain di kepala penis Takeru.
“Bagaimana rasanya? Ayo ngomong, sayang.” Godaku.
“Nii... nikmaat sekalii, sayaangg...” Desah Takeru.
Uoohhh, perasaan yang didapat ketika membuat suami bahagia, itu memang tidak ada duanya.
“Kalau begitu... rasakan ini...” Godaku kembali.
Aku mulai memasukkan seluruh batang penis Takeru kedalam mulutku. Tidak hanya itu, aku juga menyeimbangkannya dengan menaik-turunkan kepalaku. Aku terus memberikan oral ke batang penis Takeru tanpa memberinya waktu untuk beristirahat.
“A... Asukaaa... S... stooppp...” Desah Takeru.
Hahaha, tidak tahan ya sepertinya? Tapi, bukan Asuka namanya kalau menuruti perintah orang lain begitu saja. Aku malah semakin menjadi-jadi. Dan sepertinya, oral seks-ku yang makin liar ini memberinya efek yang cukup terasa kepada dirinya. Setelah itu, aku melepaskan mulutku dari batang penisnya. Aku mulai menaiki tubuh Takeru, dan terduduk di pangkuannya.
“Jangan keluar dulu... tahan sebentar...” Kataku.
Aku mengerahkan tangan kananku untuk mengarahkan batang penis Takeru ke lubang kemaluanku. Setelah pas, kemudian aku menaikkan pantatku, kemudian menurunkannya, sehingga lubang kemaluanku dan batang penis Takeru langsung menyatu dengan sempurna.
“Ouuggghhhh....” Erang Takeru saat semuanya ini terjadi.
Kemudian, aku mulai menggoyang-goyang pantatku... maju, mundur, kanan, kiri. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya penis Takeru yang keras ini bergesekkan terus dengan rongga dalam lubang kemaluanku. Lama-kelamaan, aku pun juga mulai dikuasai oleh birahi. Takeru pun hanya bisa merem-melek menahan kenikmatan yang kuberikan ini. Tubuh kami mulai dibasahi oleh peluh kami masing-masing. Keringat yang tidak berhenti-henti terus mengalir dari tubuhku, sama halnya juga dengan Takeru, dan kedua peluh kami pun menyatu di tubuhku dan tubuh Takeru.
Tidak lama kemudian, aku bisa merasakan adanya denyutan kecil di batang penis Takeru. Sepertinya, dalam waktu dekat ini ia akan ejakulasi.
“Asukaaa... Aku mauu keluaarr sayaanggg...” Erang Takeru.
Melihat Takeru yang hampir keluar, aku makin gencar menaik-turunkan tubuhku. Sementara, bibirku makin liar menciumi bibirnya, dan kedua tanganku memeluk tubuhnya dengan erat. Crot... crott... crott... Aku merasakan adanya cairan kental yang menyemprot dari ujung batang penis Takeru. Semprotan sperma Takeru yang hangat itu, juga membuat kenikmatanku memuncak. Seolah-olah tidak bisa menahan semuanya, aku pun melepaskan pertahananku, sehingga aku ikut orgasme. Luar biasa, seluruh kemauanku untuk memuaskan Takeru berubah menjadi kenikmatan tersendiri. Kemudian kenikmatan itu berkumpul di selangkanganku, dan seolah-olah dikeluarkan semua lewat lubang kemaluanku. Crot... croott... crooottt.... Batang penis Takeru pun kembali memuntahkan sperma yang kental dan hangat dalam lubang kemaluanku.
“Uooohhhhh.... Aaaahhhhh...” Erangku dan Takeru secara bersamaan.
Gila, aku tidak menyangka dari niatku yang hanya memuaskan Takeru malah berujung pada orgasme yang nikmat begini. Lama-lama, kenikmatan yang keluar dari lubang kemaluanku itu pun mereda. Aku masih berusaha mengatur napasku dan mengembalikannya seperti semula. Untuk beberapa menit lamanya, kami masih tetap berpelukan dalam posisi duduk di sofa. Setelah itu, aku melepaskan lubang kemaluanku dari batang penis Takeru. Setelah itu, Takeru membaringkan tubuhku di sofa.
Karena masih bergelut dengan kenikmatan dan rasa puas yang kudapatkan setelah memuaskan Takeru, aku masih berusaha mengatur napasku untuk menahan semuanya. Kulihat Takeru segera berpakaian kembali dan berjalan keluar. Sementara, sekarang gantian aku yang merenung dalam pikiranku sendiri. Aku mengingat-ingat kejadian di bar saat aku bertemu dengan orang itu.
“
Be careful, they have started to move. (Berhati-hatilah, mereka mulai bergerak.)”
Kata-kata yang keluar dari mulut orang itulah yang kupikirkan sekarang ini. Cih, sepertinya akan ada badai yang cukup besar.