Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Four out of Five [Update Act 15]

Status
Please reply by conversation.
Malemnya udah satu per-satu. Paginya lanjut lgsg main ber-3 seru nh hehehe :pandajahat:
Anyway thanks untuk updatenya :beer:
 
akhirnya setelah sekian lama baca trit ini, dapet juga mpriesnya.
mantep mantep semoga ngerembet ke mba imel haha
nuhun udah nungguin hu, mba imel nanti muncul tapi ga dieksekusi hu. takut kualat :bata:

Belum baca semua, tapi aku pengen komen,

"Anjir, ada mas boy!"

Ahaha'
seneng ane ada yang dapet referensinya :((

kalala bikin kepikiran mulu tuh kayaknya wkwk
iya hu, soalnya soalnya dia yang pertama dieksekusi setelah kk domba lama main sama berbayar :p

Entah kenapa kalo Gaby tuh enak buat diimajinasiin
setuju hu, soalnya Gaby bisa ditarok di semua posisi dan kondisi ;)

Malemnya udah satu per-satu. Paginya lanjut lgsg main ber-3 seru nh hehehe :pandajahat:
Anyway thanks untuk updatenya :beer:
sama2 hu semoga enjoy. hehehe sayangnya next-nya mereka berkontemplasi dengan kejadian semalam di Anyer :p

Akhirnya ya frieska, dicerita lain pada kentang mulu wkwk

nah iya hu, ane juga semangat garap kk mpries karena di lapak sebelah yg ane baca masi pada kentang :cendol:
 
Gils lah adik bu gm pas dikenthu, ngomongnya gak ketaker, oe nunggu lalaluv lagi
 
Kapan lanjut nya
minggu ini mulai nulis hu, kalo lancar wiken update, kalo ngga ya mingdep

Gils lah adik bu gm pas dikenthu, ngomongnya gak ketaker, oe nunggu lalaluv lagi
impian ane hu liat kkmpries ngomong kasar pas ewean, pembawaan selama ini kan kalem n berwibawa semenjak jadi member senior. apakah dibalik itu?:fgenit:

alias editor ane (writer thread sebelah) juga udah kangen klllv :p
 
Act 11: Hopefully

“Pak, mau telur apa, Pak?”

“Hmm. Iya…Oh….Maaf…Telur dadar aja mas”

“Yang sabar ya, Pak”

“Oiya gapapa mas. Saya tunggu kok”

“Bukan itu maksudnya mas”

Sorry?”

“Bapaknya kayaknya lagi galau, saya mau nyemangatin aja” Kata koki restoran hotel dengan santai sambili memasak telur dadar pesananku.

“Mas pikir saya lagi galau?” Aku bingung dengan perkataannya yang ia lontarkan dengan gamblangnya kepadaku.

“Iya. Maaf ya Pak, kalo saya lancang. Dari tadi saya liatin pas milih makanan juga lama kayak orang banyak pikiran. Biasanya yang kayak gitu lagi galau” Jawaban ia keluarkan membuatku berpikir. Apakah benar aku terlihat seperti orang galau?

“Engga kok, Pak. Saya emang lama aja mikirnya” Aku berusaha menyanggah prasangkanya.

“Iya, Pak” Koki itu menjawabku singkat sambil tersenyum kecil. Ia seperti tahu kalau apa yang kukatakan berbeda dengan apa yang kurasakan.

Aku memilih untuk tidak menjawabnya. Untungnya muncul orang berikutnya yang menghampiri kami untuk memesan telur. Aku pun mundur untuk memberikan wanita ini tempat di depan koki tersebut. Kugunakan kesempatan ini untuk membalikkan badan dan menengok ke belakang. Aku mencari dua perempuan yang menjadi sumber kegalauanku pagi ini. Mereka masih belum terlihat. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Frieska memang mungkin untuk bangun siang tapi Gaby bukanlah tipe orang yang seperti itu.

Setelah kejadian semalam, aku menahan diri untuk mampir ke kamar mereka sebelum sarapan. Ada ketakutan bila mereka menyesali apa yang kami lakukan malam tadi. Aku takut hubunganku dengan Gaby malah memburuk setelah ini. Belum lagi Frieska yang masih enggan aku pikirkan. Memang pengalaman berhubungan seks dengan mereka punya kenangan mendalam. Namun, aku enggan mengingatnya karena masing-masing merupakan pengalaman pertama bersama orang-orang terdekatku. Terlebih lagi Frieska yang sudah kukenal sejak kecil.

Aku melanjutkan sarapan sendirian sampai pukul 8.35. Sama sekali tidak kulihat kemunculan Gaby dan Frieska. Kuputuskan untuk mampir ke kamar mereka untuk mengecek keadaan. Aku pun menghabiskan sisa makanan dan menuju lift untuk naik ke lantai kamar kami.

Kuketuk pintu kamar nomor 302 yang kutinggalkan sekitar pukul setengah 12 malam tadi. Tidak banyak hal yang kubicarakan dengan Frieska yang paling terakhir terjaga setelah permainan seks kami selesai. Setelah tenaganya terkumpul, ia langsung menuju kamar mandi dengan dalih ingin bersih-bersih. Kugunakan kekosongan tersebut untuk kembali ke kamarku. Gaby benar-benar tertidur pulas setelah persenggamaan kami. Aku merasa seperti penjahat yang langsung kabur setelah menyetubuhi dua perempuan sekaligus. Meski banyak pertanyaan di kepalaku namun tak satupun yang kudapatkan jawabannya semalam. Salah satunya tentu saja foreplay yang mereka lakukan saat aku baru memasuki kamar mereka. Apakah mereka biasa melakukannya?

Tidak ada respon dari dalam kamar mereka setelah kuketuk kamar tersebut berulang kali. Aku pun menyerah dan kembali ke kamarku. Sebelum mandi, kuberanikan diri untuk menelpon Frieska. Namun, ia tidak mengangkatnya. Kucoba juga untuk menelpon Gaby tapi respon yang sama kudapatkan. Akhirnya aku hanya mengirim pesan menanyakan kabar mereka sebelum menuju kamar mandi.

Selesai mandi dan menuntaskan hajat hidup aku berharap Frieska dan Gaby sedang sarapan atau setidaknya sudah bangun. Setelah memakai pakaian kusempatkan untuk mengecek ponselku berharap ada respon yang kudapatkan. Satu pesan dari Frieska.

“Kita tunggu di bawah ya. Udah siap berangkat”

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dua gadis itu terlihat duduk di depan lobi. Langkahku yang berawal cepat semakin melambat seiring berkurangnya jarak dengan mereka.

“Udah sarapan?” tanyaku kepada mereka.

“Udah. Check-out juga udah” Frieska menjawab seperlunya.

“Ok. Gua check-out dulu” Kataku meninggalkan mereka.

Mereka tampak berbeda. Kurasa mereka menghindariku mulai dari sarapan. Jawaban Frieska seperti bukan dirinya sendiri. Gaby hanya menatap ke arah lain selama aku bersama mereka. Aku pun bergegas menyelesaikan urusanku mengembalikan kartu kamar.

Setelah kembali ke tempat tadi mereka ternyata sudah pindah tempat ke depan pintu hotel.

“Lesgo”

Mereka tidak berkata apa-apa dan hanya mengikutiku. Perasaanku tidak salah. Semalam jelas memperburuk hubungan kami pagi ini. Perjalanan masih panjang namun dua penumpangku enggan bicara denganku.

Saat aku sudah masuk ke mobil, mereka membicarakan sesuatu di sisi seberangku. Kesan yang kudapat dari pembicaraan itu adalah tentang siapa yang akan duduk di depan menemaniku, di kala suasana hati kami masih canggung seperti ini.

Pada akhirnya tidak ada perubahan dari komposisi duduk kami seperti saat berangkat. Gaby tetap menemaniku di perjalanan pulang ini. Aku membiarkan playlist Spotif#-ku dalam keadaan shuffle karena tidak ada yang berminat memilih lagu untuk menemani perjalanan.

Satu jam sudah kami lalui tanpa satu kata pun keluar menyusuri jalan tol yang relatif sepi. Gaby dan Frieska tampak tertidur. Entah karena lelah atau untuk menghindari pembicaraan. Aku pun mengecilkan volume musik supaya mereka tidak terganggu. Kugunakan lajur kiri dengan kecepatan relatif sedang supaya mobil tidak tetap stabil. Sekarang aku menerima kenyataan bahwa aku takut untuk memulai pembicaraan.



“Kak?” Kata pertama yang keluar di mobil ini.

Aku menengok ke sumber suara.

“Iya, Gab?”

Ia tidak menjawabku. Kulihat ia sudah tidak terlihat tidur seperti sebelumnya. Ia sudah merapikan posisi duduknya dengan menegakkan badannya.

“Kamu nyesel ya Gab? Apa yang kita lakuin semalem?” Kuberanikan diri menyuarakan pertanyaan pertama yang terus menggerogoti rasa penasaranku.

Gaby hanya diam. Ia tidak membalas baik pertanyaanku maupun tatapanku. Ia hanya menatap ke jalan.

Aku pun kembali fokus menyetir. Mungkin hati dan pikirannya sedang bimbang. Meski aku tidak tahu apa yang membebaninya.

“Aku ga nyesel Kak” Ia mulai bersuara kembali. “Jujur aku malu banget sama Kakak”

“Aku gapapa kok, Gab. Meski itu pengalaman per….”

“Bukan itu masalahnya, Kak!” Ia memotong kalimatku dengan nada tinggi.

Aku pun terdiam. Ingin ku membelai rambutnya namun kurasa bukan momen yang tepat mengingat traumanya.

“Aku malu kamu lihat aku sama Kak Frieska”

Kurasa aku mulai mengerti keluhan Gaby.

“Aku rasa kamu butuh penjelasan dulu Kak. Apa yang kamu liat begitu masuk kamar kita bukan seperti yang kamu kira. Aku tahu kamu kaget. Dan pasti ada pikiran-pikiran yang nge-judge aku sama Kak Mpries”

Ia mulai sesenggukan. Dalam dua hari berturut-turut kulihat air mata mengalir dari matanya.

“Jujur setelah kita jalan selama ini, aku ngerasa nyaman banget sama kamu. Di satu sisi aku pengen banget ngelepas keperawanan aku ke orang yang aku sayang. Tapi sisi lain aku takut aku ga bisa kasih kepuasan ke orang itu” Tampak ia bersusah payah mengeluarkan keluh kesahnya ini. Aku memilih untuk mendengarkannya saja.

“Aku tahu niat Kak Mpries baik. Tapi pagi ini, pas aku inget kejadian semalem aku justru nangis Kak. Karena aku takut kamu ngira aku sama Kak Mpries lesbian, apalagi ngeliat background aku yang dikerumunin banyak cewek. Aku pikir kamu bakal kira aku emang cewek lesbian yang naik libidonya harus sama cewek dulu. Trauma aku cuman jadi alesan aku doang”

Ia kembali tenggelam dalam tangisnya. Kepalanya tertunduk. Tangan kiriku yang sedari tadi tidak memegang setir kugerakkan untuk menggenggam tangan kanannya. Ia tidak melawan. Apalagi menghentakkan tanganku seperti sebelumnya. Kugenggam tangannya erat. Sedetik berikutnya ia membalas genggaman tanganku dengan lebih erat.

“Gab?” bisikku dengan lembut.

Ia mengelap wajahnya sebelum mengangkat wajahnya untuk menatapku.

“Jadi, kamu sayang sama aku?”

“IIIIIIIH. Aku udah ngomong panjang-panjang cuman itu doang yang kamu tangkep?” Ia menjawabku dengan penuh emosi.

“Kamu ga bilang engga, berarti bener sayang dong?”

“Engga ah, sekarang aku kesel”

“Jangan cemberut gitu dong, nanti cantiknya berkarat”

“Apaan sih, masih aja bercanda”

“Aku ga nyesel, kecewa, apalagi nge-judge kamu kok”

“Jangan asal ngomong Kak cuma buat nyenengin aku”

“Beneran. Kamu pasti punya cerita tentang itu. Aku bukan orang yang suci yang berhak ngehakimi kalian juga. I’ll listen to it. Even though it takes time. I’ll wait

Pipinya memerah. Ia tidak lagi memandang ke arahku. Dialihkan pandangannya ke arah tangan kami berdua yang belum berhenti saling menggenggam.

“Jadi?” Satu kata lagi keluar dari mulutnya.

“Kita pacarannya mulai hari ini apa kemarin?” Kujawab sekenanya pertanyaannya.

“Ga romantis banget sih. Malah langsung nanya gitu” Ia kembali tampak marah.

2866442317be32e97bc7ea09093c7a0fedea172f.jpg


Kami melanjutkan sisa perjalanan dengan terus berbincang. Tidak sekalipun tangan kami terlepas sepanjang perjalanan. Untung mobilku matic jadi aku tidak pusing mengganti persneling. Ia tidak menceritakan hubungannya dengan Frieska. Aku menghormatinya dengan mengikuti topik yang ia bawa. Canda dan tawa yang sebelumnya hilang di mobil ini telah kembali meski hanya dua orang yang terlibat di dalamnya. Tidak terasa kami sampai juga di rumah Gaby setelah perjalanan panjang.

Saat Gaby hendak turun, aku berniat membangunkan Frieska. Gaby menahanku.

“Udah biarin aja Kak Frieskanya tidur. Nanti kamu kabarin ya kalo dia udah sampe apartemennya” Gaby memilih untuk pergi tanpa membangunkan Frieska.

“Gab, tentang aku sama Frieska…”

“Aku tau kok setelah kita selesai semalem….” Ia terlihat enggan melanjutkan kalimat berikutnya.

“Kalian berdua aja yang selesein ya. Aku tahu aku lancang minta kalian semalem. Dan untuk itu aku minta maaf”

Gaby pun pergi meninggalkan mobilku. Mungkin pilihannya terasa tidak bertanggung jawab. Namun, kurasa ia benar karena hanya aku dan Frieska yang bisa menyelesaikan masalah kami.

“Dah pergi orangnya” Kataku sembari melanjutkan perjalanan kembali.

“Kok lo tau sih gue ga tidur” Sebuah suara membalas perkataanku.

“Tau lah, lu kalo tidur ga kayak gitu. Lagian mana ada orang tidur senyum-senyum denger orang lagi having their romantic moment

Sorry, sorry. Abisnya kalo gue masih bangun kalian ga bakal buka-bukaan kayak tadi” Frieska melanjutkan alasannya sembari pindah ke kursi depan dengan melompati box tengah.

“Keputusan tepat. At least gua sama Gaby cuman punya satu issue yang belum kita omongin”

“Udahlah, lo kan open minded orangnya. Udah biasa itu kejadian di beberapa member Jekeiti. Karena kita terbatasi buat pacaran sama cowok, jadinya kadang-kadang jadi baperan ato cari kesenangan sama temen sendiri. Se-simple itu aja penjelasannya. Cuman Gaby kan orangnya sensitif. Jadi buat ngomongin itu sama lo pasti ga se-simple gue”

“Itu mah gua ga perlu dijelasin juga bisa nebak lah” Jawabku sok tahu padahal sempat penasaran.

“Trus apa lagi masalahnya?”

“Ya, tentang kita lah”

“Oooh. Maneh ga baper kan semalem?”

“Kagak. Kalo udah sange kayak semalem mah mana sempet baper”

“Nah, itu dia. Santailah kalo sama aing. Tapi sekali itu aja, jangan ketagihan. Mau ditaro dimana muka gue kalo ewean sama pacar sahabat sendiri”

“Lu paling yang ketagihan sama keperkasaan gua. Tapi sumpah lu ngomong gitu konteksnya bisa ditangkep dari dua sisi setelah semalem. Paham ga?”

“Hah, maksudnya? Ohhhh…ya..ya..yaa. Paham gue”

28664422fbc81c99caec72e0a0aaef11d5888e36.jpg


Pembicaraan kami yang ternyata lebih cepat cair dibanding dengan Gaby kurasa tidak akan menimbulkan masalah lagi bagi kami. Hopefully.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd