Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Four out of Five [Update Act 15]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Terkam trus thor

thor god of sheep :nenen:

Aihh dombanya liar sekali yaa :adek:

serigalanya kegocek domba yg lebih liar :bata:

yanh ini juga keren updatenya, alias kalalaluv emang jago bet dah

makasih hu, klllv kesayangan kita semua ga pernah mengecewakan

Mantab update nya hu.. šŸ‘

makasih hu

hahaha ditantang lala
siapkah kk domba menerima tantangan? ;)

AUW AUW :marah: :goyang:

Daging merah kaklala

yg merah jangan sampe keluar mobil :genit:

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Terima kasih buat suhu-suhu yang masih mau baca tulisan ane sampe sekarang. Sebelumnya ane mau mohon maaf karena ga bisa memenuhi janji di awal buat update tiap 2 minggu sekali lagi karena sepertinya pace ane butuh lebih dari 2 minggu buat bikin tulisan yg memuaskan ane dan semoga juga suhu-suhu disini. Kita bakal coba set target di 3-4 minggu sekali. Karena abis ini ga cuman kllllv aja yg bakal nemenin kk domba :beer:
 
Semangat huuu

Nuhun hu, ditunggu update kita lagi

Lagi nge-hits banget emang Lala dientot di thread mana aja....

Betul hu, klllv lagi beken disaat pandemi. Kayak mas Panjul beken di kalangan membre-membre

kalalaa emang terbaikk

mantap hu :beer:

KENAPA GUA SAMBIL NYANYI BACA CERITANYA :((

I feel u hu, itu yg kita harapkan dari baca Act 8. Ena ena sambil ookami to praido :cim:

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Weekend ini kita bakal upload Act 9. Mohon kesabarannya karena draft sudah masuk editor :beer:
 
Act 9: Trip

ā€œBingung aingā€

ā€œApa lagi?ā€

ā€œHubungan gua sama Gaby sebenernya apa sih?ā€

ā€œKok tanya gue?ā€

ā€œNgga nanya lu. Gua nanya diri gua sendiriā€

ā€œNgapain ngomong keras-keras kalo nanya diri sendiri?ā€

ā€œSiapa tau yang dengerin bisa bantu jawab?ā€

ā€œYang bisa denger disini cuman aing. Jadi secara ga langsung maneh teh nanya aing begooā€

ā€œYaudah bantu jawab dongā€

PLAK.

ā€œAnyin#ā€

Aku memegang ubun-ubun kepalaku tempat telapak tangan Frieska baru saja mendarat. Kulihat orang-orang di sekitar kami menengok ke sumber suara keras tersebut. Frieska tidak mempedulikan keadaan sekitar dan terus memainkan ponselnya.

ā€œNgapain sih maen HP terus? Lu maenan mob# sekarang?ā€ gerutuku karena Frieska seperti tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap permasalahanku.

ā€œIni mba Imel lagi nanyain gue gegara gunting kuku ngga ketemu di kamarnya. Dia nuduh gue make dan kebawa ke kamar gueā€

ā€œLah elah, serius amat masalah gunting kuku doang. Masalah gua lebih penting nih. Menyangkut perasaanā€

ā€œSemua masalah lo berasa paling penting sedunia. Jelas ini lebih penting lah. Kalo kaga ketemu tu gunting pulang-pulang ntar gue kena omelā€

ā€œHadeeeh. Dah bilang aja dipake bang Hanif. Orangnya lagi ga di rumah kan? Nanti biar si teteh ngubungin suaminya. Ga lanjut tanya-tanya gunting kuku ke luā€

ā€œBener juga lo. Emang kalo urusan cuci tangan lo jagonyaā€ Kata Frieska seperti puas dengan saranku.

a196c61353308016.jpg


Frieska kembali fokus terhadap ponselnya. Aku hanya dapat menghela napas panjang melihat tingkah lakunya. Meskipun ia terlihat gentar menghadapi kakak keduanya itu, tapi sebenarnya bukan rasa takut yang ia rasakan, melainkan rasa malas terlibat dalam pertengkaran. Frieska yang kukenal bukanlah orang yang pengecut. Ia berani berurusan dengan berbagai jenis orang yang menurut pendapat mayoritas pantas untuk ditakuti. Kakaknya pernah bercerita padaku kalau sebenarnya ia takut kepada Frieska, namun ia simpan hal itu supaya tidak ketahuan oleh adiknya. Memang hubungan kakak adik kadang-kadang membingungkan. Seperti hubunganku dengan Gaby. Membingungkan.

Hari ini merupakan bagian dari bulan keempat semenjak kami pertama kali diperkenalkan. Namun, semenjak insiden di apartemen Gaby, ditambah dengan kesibukannya mengurus skripsi, kami belum memiliki kesempatan untuk jalan berdua lagi. Memang inciden tersebut ditutup dengan dialog yang manis di depan pintu apartemen Gaby, tapi masih belum ada aksi kemajuan berarti semenjak hal itu. Aku yakin Gaby jelas menaruh perasaan padaku. Namun, seperti ada sesuatu yang menahannya untuk mengakui perasaannya tersebut. Di lain sisi, sebulan sekali aku pasti menemui Lala untuk berhubungan seks. Aku tahu ini salah, dan mungkin merupakan pelampiasan birahiku yang tidak kudapatkan bersama Gaby. Namun, aku masih menaruh harapan kalau Gaby merupakan perempuan yang lebih pantas kujadikan pasangan.

Aku dan Frieska sedang duduk di pelataran Plaza Senayan menunggu Gaby datang. Hari ini mereka berdua tidak bekerja karena tidak ada jadwal tampil. Diluar itu, Frieska mengaku kalau ia memang tidak memiliki kegiatan hari ini. Ia mengajakku dan Gaby untuk berjalan bersama dengan dalih untuk memberikan hiburan untuk Gaby yang akan menjalani sidang skripsi 3 hari lagi. Aku awalnya berniat untuk membiarkan Gaby fokus mempersiapkan sidangnya di rumah. Namun, Frieska bersikeras kalau Gaby butuh hiburan dan aku pun perlu untuk menemani mereka. Kucetuskan ide bahwa yang dibutuhkan Gaby tidak hanya sekedar makan dan minum, melainkan hiburan yang sebenarnya. Hingga kuputuskan untuk membawa mereka berdua ke pantai Anyer.

Aku sebenarnya bingung mengapa Frieska memilih pelataran Plaza Senayan sebagai tempat kami menunggu Gaby. Karena tempat ini tergolong terbuka sehingga mudah terlihat oleh orang-orang yang berlalu lalang. Posisinya juga dekat dari FX Sudirman yang merupakan basis para fans mereka. Namun, menurutnya daripada kami menunggu di dalam, lebih mudah untuk menunggu di luar sebagai titik pertemuan. Entah apa yang ia pikirkan. Ia memang sudah berubah dari dirinya yang dulu.

Sudah lumayan lama kami menunggu Gaby di sini hingga pinggangku sudah terasa pegal. Karena Frieska masih seru dengan ponselnya dan tetap mengacuhkanku, aku pun berdiri untuk merilekskan badanku sembari memutarnya ke kiri dan kanan. Kulihat dari sisi kanan ada seorang gadis yang berlari ke arah ku sambil melambaikan tangan. Yakin dengan siapa yang kulihat, aku pun menendang kaki Frieska.

ā€œNaon?..ā€

ā€œDateng tuh orangnyaā€

ā€œSia?ā€

ā€œYang kita tungguin siapa?ā€

ā€œOooh. Mana dia? Yaudah yuk kita berangcus. Pas nih udah selesai urusan gunting kuku gueā€

Kami pun bergerak menuju mobilku. Ada rasa malu dalam hatiku membawa mereka dalam mobil yang sudah kupakai untuk bercinta dengan Lala tepatnya dua bulan lalu. Memang sudah langsung kubersihkan tepat sehari setelah itu. Namun, aku merasa aroma persetubuhan kami masih ada di dalam mobil ini. Padahal, aku sudah beberapa kali membawa orang lain namun tidak ada komentar dari mereka. Entah ini rasa takut atau candu.

ā€œGimana persiapannya, Gab?ā€

ā€œJangan tanyain soal itu lah. Kita kan mau bawa Gaby jalan-jalan buat dia ngelupain persiapan sidangnyaā€ Frieska memotong pertanyaanku.

ā€œYa, maksudnya kalo ada yang bisa kita bantu kan bisa kita tolongin, Friesā€

ā€œUdahlah. Kita happy happy aja sekarang. Gaby nanti di Anyer mau main ke mana? Mau makan apa?ā€ potong Frieska mengalihkan topik pembicaraan yang ingin kugunakan untuk mencairkan kekakuan komunikasi kami berdua.

Lebih dari dua jam kami habiskan menyusuri jalan dari Jakarta menuju Anyer. Gaby pernah bercerita kalau ia sudah lama tidak pergi ke pantai. Padahal pantai merupakan tempat favoritnya untuk liburan. Kupikir membawanya kesana akan memberikan penyemangat sekaligus membuatnya lebih rileks menghadapi sidang skripsinya. Ia setuju karena kujanjikan kalau kami tidak perlu menginap dan bisa langsung kembali ke Jakarta di malam hari. Frieska yang tidak punya pilihan pun ikut setuju dengan pilihan kami berdua.

Sebelum menuju ke pantai, kami berniat untuk makan siang di salah satu restoran favorit keluargaku bila kami sedang berwisata ke Anyer. Restoran ini menyajikan berbagai macam makan laut, tidak lupa dengan makanan non-laut bagi mereka yang mungkin tidak suka atau memiliki alergi terhadap makanan laut. Aku memesan sop ikan, Gaby memesan nasi goreng, sementara Frieska memesan ikan bakar. Kami sama sekali tidak membicarakan skripsi Gaby. Melainkan hanya obrolan-obrolan ringan mengenai teman-teman kerja mereka, fans-fans mereka, sekaligus rencana mereka selepas menanggalkan jabatannya sebagai member JKT48. Frieska yang sudah lulus kuliah dan Gaby yang berada di ambang kelulusan sudah memikirkan masa depan mereka.

ā€œKak Mpries, aku yakin sih Lala tuh bisa gantiin Feni nantinya buat jadi center tim J. Anaknya sebenernya punya material buat itu. Cuman ya itu, aku takut pergaulannya sama beberapa temen lamanya bikin dia susah maju. Aku pengen deh lebih perhatiin dia sehabis aku selesai dari kesibukan ini. Aku udah sempet ngomong ke Kak Putri sama Kak Ais jugaā€

ā€œSetuju sih aku, anaknya sebenernya mau maju. Aku juga kasian karena sekarang dia lagi cedera kaki. Setidaknya perawatannya lebih cepet dari Melati sama Puchi ya. Untung Kak Putri sama yang lain udah mulai ngerti nge-treat cedera-cedera member gini ya. Dulu mah, keburu grad duluan sebelum dibahas manajemenā€

Bila mereka sedang membicarakan urusan dapur pekerjaan mereka, ditambah dengan nama-nama yang kukenal sebagai staff JKT48, aku lebih memilih untuk diam dan mendengarkan kecuali bila mereka meminta pendapatku. Tapi, kali ini pembicaraan mengenai partner seks-ku selama empat bulan ini menarik minatku untuk ikut dalam pembicaraan ini. Lala memang tidak pernah terlalu banyak membicarakan tentang aktivitasnya di JKT48 bila sedang bersamaku, ia lebih sering bercerita tentang hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya atau tentang Brielle. Namun, kurasa akan sangat aneh bila aku masuk tiba-tiba seakan-akan tahu tentang Lala.

ā€œMenurut lo gimana si Lala? Lo kan dah pernah dua kali nganter dia bolak balik FX kosannya?ā€ pertanyaan Frieska tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan.

ā€œHmm, Lala ya. Gua ga banyak ngobrol sih sama dia, tapi kalo dari obrolan dia sama Brielle, keliatannya anaknya baik sih. Cuman gua rasa dia kesepian sih. Anaknya butuh kasih sayang dan diperatiin, cuman ya begitu kan dia hidup sendiri di Jakartaā€

ā€œGila gila gila. Gue suka nih emang kalo nanya ke lo tentang orang. Cara jawabnya udah kayak Sherlock Holmes abal-abalā€

ā€œEngga, tau, Ka Mpries. Aku setuju jugaā€

ā€œPenilaiannya udah kayak psikolog kawakan aja nih Kak. Atau Kakak seneng merhatiin Lala, ya?ā€ Gaby balik menggodaku dari jawabanku sebelumnya.

ā€œEngga cuman Lala doang tau, Gab. Aku juga tau Brielle orangnya gimana. Yang ini orangnya juga sama-sama haus kasih sayang buat nutupin insecure-nya kan?ā€

ā€œIiiih, tuh kan. Kakak yakin ga salah jurusan sama kerjaan? Brielle tuh suka cerita ke aku kalo dia kayak gitu. Gayanya doang emang yang kayak anak kecil polos manja. Tapi, sebenernya anaknya insecure abis-abisanā€

ā€œEmang temen-temen gue hobinya gibahin orang tapi belagak scientific. Udah yuk, kita berangkat ke pantai biar ga keburu malemā€ Frieska menyudahi obrolan kami yang sepertinya bukan topik yang disukainya. Di lain sisi, aku merasa lega karena jawabanku memuaskan mereka dan tidak memunculkan pertanyaan baru yang bisa membahayakan hubunganku dengan Lala.

Sesampainya di pantai, kami pun menghabiskan waktu untuk bermain. Walaupun, yang kumaksud sebagai bermain tidak seperti permainan anak kecil yang basah-basahan dan kotor dengan pasir. Kami lebih banyak berfoto ria di berbagai tempat yang menarik. Meskipun lebih tepatnya mereka yang berfoto-foto, karena tugasku adalah menjadi fotografer mereka. Berbagai tempat mereka pilih sebagai objek foto. Namun, foto Gaby duduk di atas ayunan merupakan foto favoritku di hari ini.

7dc8951353307995.jpg
df70511353308007.jpg


Memang ia terlihat selalu cocok dengan busana putih. Kaos putihnya dibalut dengan kemeja putih yang terbuka. Ditambah dengan hot pants biru yang cocok ia kenakan di atas pantai berpasir.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul enam sore dan kami telah puas melihat matahari terbenam di pantai, kami segera menuju ke mobil untuk kembali ke Jakarta. Sayangnya, perjalanan pulang tidak sesuai dengan yang kami harapkan. Karena sekarang terlihat antrian kendaran roda empat atau lebih mengular sampai entah berapa kilometer di depan mata kami. Sudah dua jam kami menunggu di jalan dan kami hanya bergerak sejauh satu kilometer.

ā€œWah kaco nih kayaknyaā€ Aku mulai geram dengan kemacetan ini.

ā€œIya kok bisa macet banget sihā€

ā€œNih Kak Mpries, ada kecelakaan katanya. Makanya jadi macet bangetā€

ā€œWah kalo udah kecelakaan gini bisa lama nihā€ Frieska mulai merasa tidak nyaman dengan keadaan.

ā€œYaudah kita keluar dulu aja di pintu tol depan. Kita cari makan sekalian nunggu macetnya selesaiā€

Kedua gadis penumpangku setuju dan aku langsung membelokkan mobil untuk keluar dari jalan tol. Kami akhirnya berhenti di sebuah rumah makan spesialis ikan bakar untuk menuntaskan rasa lapar.

Satu setengah jam kami selesai makan. Aku mengecek kemacetan jalan melalu Googl#Map# dan ternyata jalanan masih berwarna merah. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

ā€œGab, kita nginep aja yuk gimana? Semalem aja, besok pagi kita langsung balik biar lo ga dicariinā€ Frieska bertanya pada Gaby yang dari tadi sudah terlihat agak gelisah.

ā€œHmm gimana ya Kak? Gue tanya nyokap dulu yaā€ Gaby pun pergi meninggalkan kami berdua untuk menghubungi orang tuanya.

ā€œLo selow kan kalo kita nginep?ā€

ā€œMalah seneng gua, dah malem gini jalanan ke Jakarta macet bisa rentan ngantuk ntar. Besok juga gua ga kemana-mana kok, paling gereja siang aja.

ā€œOke, tinggal tunggu ni si anak papa satu aja dibolehin pa kagaā€

Gaby pun kembali ke meja kami sembari memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.

ā€œGue dibolehin Kak, yuk kita cari penginapan buat malem iniā€
 
Terakhir diubah:
yang disasarnya geby, tapi nanti malahan maen sama frieska ini mah.
ehehe'

alias sekalian aja bang dua-duanya. biar frieska bantuin geby supaya traumanya ilang.
 
Ayo dh kuy kita cari penginepan biar ga kentang šŸ˜šŸ˜œšŸ˜‹

terima kasih papa mama kagebi ngasih kesempatan biar ga kentang :beer:

loh loh mau bertiga nih???
bertiga nginep jelas hu :D

kentung nih. kentang naggung

yang nanggung emang ga enak hu, etapi enak deng kalo bisa nahan ga keluar, gatau kalo sama kagebi n kampries :)

Menunggu keringetan bareng di sekitar Anyer :kk:

sorenya udah keringetan karena lari-lari hu :D

I see arctic monkeys reference, I like! Lanjutkan suhu :beer:
mantap hu kalo dapet referensinya :semangat:

yang disasarnya geby, tapi nanti malahan maen sama frieska ini mah.
ehehe'

alias sekalian aja bang dua-duanya. biar frieska bantuin geby supaya traumanya ilang.

;)
 
Act 10: Thereā€™s Always a First for Everything



Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh. Semenjak keluar dari restoran tempat makan malam, Gaby dan Frieska tidak hentinya berdebat di kursi tengah mobilku untuk memilih hotel tempat kami menginap malam ini. Frieska sampai pindah dari kursi depan dengan alasan lebih mudah berbicara dengan Gaby. Seharusnya tidak banyak pilihan hotel karena Anyer merupakan tempat rekreasi yang relatif kecil. Kenyataannya sudah hampir setengah jam mereka habiskan untuk memilih hingga aku hanya bisa membawa mobil tanpa tahu arah tujuan. Aku masih heran mengapa mereka menolak untuk memilih hotel di restoran.

ā€œLama banget sih milih hotel doangā€ kataku mulai jenuh.

ā€œSabar atuh. Milihnya harus yang tepat biar ga nyesel nantiā€ jawab Frieska dengan tegas.

ā€œPadahal cuman semalemā€¦ā€ aku menjawab dengan suara pelan sehingga lebih terdengar seperti gerutuan yang tidak jelas.

ā€œDapet nih, ini aja Kak Mpries. Tuh bintangnya 5ā€ Gaby bersuara dengan nada riang.

ā€œYak...OK...Itu aja. Langsung cek GMap# Gab, biar aku langsung gasā€ teriakku sambil menginjak pedal gas meskipun aku belum tahu tujuannya.

Persetujuan Frieska yang langsung didapatkan Gaby kugunakan sebagai kode untuk segera memacu mobil menuju hotel. Rasa lelah yang sudah terakumulasi dalam diriku karena aktivitas sepanjang hari ini membuatku tidak sabar untuk mandi air panas dan merebahkan diri di kasur yang empuk.

Seusai memarkirkan mobil, kami menuju resepsionis untuk mengambil kunci kamar. Kami memesan dua kamar dimana Frieska dan Gaby akan tidur sekamar, sedangkan aku dengan kesendirianku. Untungnya Gaby sudah memesan hotel semenjak kami masih berada di mobil menggunakan kartu kreditku untuk mempercepat pembayarannya.

Kami pun naik menuju lantai 3 dan berpisah di depan lift menuju kamar kami masing-masing. Aku di nomor 311 dan mereka di nomor 302.

ā€œLangsung tidur ya kalian. Biar besok kita bisa berangkat pagi. Supaya Gaby ga dicariinā€

ā€œSantai Kak. Aku udah ijin kok. Tenang lah besok. Kita mau berangkat siang juga gapapaā€

ā€œKeren lo Gab. Belum di-acc dosen udah di-acc babe emak. Abis mandi kalian pacaran dulu aja di kamar gue. Gue mau keluar soalnya nyari cemilan. Jangan ngotorin kamar gue aja lo padaā€

ā€œKAK MPRIESā€¦iiih. Itu kan kamar gue jugaā€

ā€œYa liat nanti. Gua ngantuk sejujurnyaā€

ā€œDikasi kesempatan malah ngantuk. Gimana sih manehā€

ā€œCiaoā€

Aku berlalu menuju kamarku dengan membayangkan hot shower dan kasur putih lembut yang sudah menungguku. Sayang aku tidak bersama Lala. Kami memang belum pernah bercinta di kamar hotel.

Tunggu dulu.

Padahal aku sedang menginap bersama dua perempuan cantik. Tapi mengapa pikiranku kembali kepadanya.

Kunyalakan keran air panas hingga air jatuh membasahi tubuhku. Rasa hangat yang mengalir mengingatkanku pada keringat Lala yang sering kurasakan ketika menikmati tubuhnya. Mengapa aku merindukannya di saat seperti ini? Apakah aku yang mulai membawa perasaan dalam hubungan kami?

Keluar dari kamar mandi, kudengar pintu kamarku diketuk dari luar. Segera kupakai pakaian cadangan yang sudah kupersiapkan kalau pakaianku sebelumnya basah karena air, lalu bergegas ke arah pintu.

2864724677aa70ec20e24cbe5d0d99f22dfaea66.jpg


ā€œNaon?ā€

ā€œAbis mandi udah ga ngantuk kan?ā€

ā€œKagak sih, mandi air panas jadi nunggu ademan dulu baru ngantuk. Naon?ā€

ā€œTemenin Gaby gih di kamar. Gue mau beli snack ke minimarket. Nih bawa kartu kamar gue.ā€

ā€œYakin lu dia gapapa gua temenin di kamar bedua doang?ā€

ā€œOrangnya yang minta, dah yaā€

Frieska pergi meninggalkanku. Aku termenung menentukan pilihanku. Sepanjang perjalanan kami hari ini, tidak pernah ada momen berdua untukku dan Gaby. Apakah ia nyaman bertemu denganku di kamarnya? Kulihat kartu di dalam genggaman tangan kananku. Pikiranku kembali mengingat Lala. Kulangkahkan kakiku dengan yakin.

TOK TOK TOK.

Meskipun kartu sudah kupegang, aku tidak berani membuka pintu secara langsung. Aku takut Gaby menganggapku tidak beretika apalagi berniat jahat. Ditambah dengan kenangannya akan trauma yang sampai saat ini belum kuketahui tentang apa.

Kutunggu beberapa detik sampai ada jawaban. Kembali kuketuk dan kali ini kupanggil namanya. Kutunggu lagi dan kali ini baru muncul suara dari dalam kamar nomor 302.

ā€œKak Mpries ga bawa kartu?ā€

ā€œIni aku Gab. Tadi Frieska keluar ke minimarket terus ngasih kartunya ke akuā€

ā€œOh, Kakak. Buka aja Kak, pintunya. Aku mau ngeringin rambut duluā€

Izin sudah kudapatkan sehingga kubuka pintu dengan kartu di tanganku. Aku masuk ke dalam kamar dan tidak melihat Gaby di sana. Sepertinya ia masih berada di dalam kamar mandi. Aku duduk di kursi samping meja tempat peletakkan teko air panas, dan beberapa serbuk kopi the, dan gula yang telah ditempatkan pihak hotel. Memang kamar perempuan berbeda dengan kamar laki-laki. Selain dari kerapihannya, aromanya saja sudah membuat hidungku merasa nyaman.

Pintu kamar mandi terbuka dan Gaby keluar.


2864724756c4f31078c90850ec50c5e4bc7ba29d.jpg


ā€œMaaf ya Kak, aku masih berantakanā€

ā€œChill. Itu, baju bawaan kamu?ā€

ā€œIya, aku kalau dalam perjalanan jauh naik mobil malem-malem suka kedinginan. Kan, emang di rencana kita bakal malem pulangnyaā€

ā€œOoh, sebelum berniat nginep kan udah malem, tapi kok kamu gak ganti baju. Masa kamu berniat ganti di dalem mobil?ā€™

ā€œEngga di dalem mobil lah. Aku bakal minta kita berhenti dulu sebelum ganti baju. Kakak abis mandi mesum ihā€

ā€œJust and idea, Gab, becanda. Hahahaā€

Gaby ikut tertawa. Namun, tidak ada suara yang terdengar setelah tawa kami selesai. Untuk menghilangkan kecanggungannya, Gaby berjalan ke sisi tempat tidur yang berlawanan dari tempatku duduk. Kucoba memberanikan diri membuka topik baru.

ā€œGabā€

ā€œIya, Kak?ā€

ā€œKamu mau latihan sidang skripsi ga?ā€

ā€œKatanya tadi pagi gamau aku inget sama sekali tentang sidang aku, sekarang udah mau tidur malah ditanyainā€

ā€œKita berdua ini apa, Gab?ā€

Gaby kali ini tidak menjawab. Aku masih hanya menatap punggung miliknya. Ia terdiam layaknya patung.

ā€œMaksudnya, Kak?ā€

ā€œIya, tentang kita ini Gabā€

ā€œAku ga ngerti, Kak. Hubungannya sama sidangā€¦ā€

ā€œMaksud aku, hubungan kita berdua ini sebenernya apa?ā€

Ia terdiam lagi. Kali ini seluruh wajah dan tubuhnya sudah sepenuhnya menghadap ke arahku. Namun, matanya hanya sesekali menatapku. Ia terlihat belum menemukan keberanian untuk menjawab pertanyaanku.

Tiba tiba ia berjalan ke arahku. Dalam satu helaan nafas panjang, ia sudah berdiri tepat di depanku. Mata kami berdua pun bertemu.

ā€œKakak maunya kita jadi apa?ā€

Dalam setiap hubungan antara pria dan wanita, pasti ada reaksi kimia yang terjadi dan menjadi kode bagi salah satu pihak untuk melakukan sesuatu terlebih dahulu.

Aku berdiri dari tempat dudukku tanpa mengalihkan pandangan mataku.

ā€œAku mau serius sama kamuā€

Lima kata pamungkas keluar dari mulutku dibarengi dengan gerakan tanganku menggenggam kedua tangannya. Dadaku berdebar kencang dihujani dengan ribuan pertanyaan apakah ini langkah yang tepat. Ia yang sedang berada dalam banyak tekanan baik dari karir maupun pendidikan, malah kuserang dengan pernyataanku. Aku mulai menyesali malam ini.

Sementara Gaby yang mendengar pernyataanku memindahkan pandangannya dari mataku untuk melihat ke bawah. Jelas kulihat ia tersenyum dan wajahnya merona sebelum hilang dari pandanganku. Sebelum akhirnya ia melihatku kembali. Kali ini senyumnya jelas terpampang di depan wajahku.

ā€œAku seneng kalau kamu seriusinā€

Eh.

Aku bingung memahami jawabannya. Apakah ia juga mengharapkan hal yang sama seperti yang kuharapkan? Atau ada kata tapi diujung perkataannya. Pertanyaanku akan langsung dijawabnya dalam gestur yang ia lakukan.

Ia menutup kedua matanya. Menjinjitkan kakinya. Memajukan bibirnya, dan menaikkan wajahnya ke arahku.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Empat detik.

Lima detik.

Aku terdiam.

Ia membuka matanya kembali.

ā€œKok Kakak diem aja?ā€

Aku hanya tersenyum dan menjawab dengan suara kecil.

ā€œMaluā€

Gaby membalas senyumku. Kulihat tangan kanannya bergerak ke belakang kepalaku lalu mendorongnya dari belakang.

Tepat sebelum wajah kami berdua bertemu, kami menutup mata dan menikmati ciuman pertama kami di malam ini.

Bibirnya terasa lembut. Aroma mint kurasakan dari napasnya. Kuduga ia sudah menyikat giginya sebelum ini. Agak terasa pedas dalam mulutku. Namun, aku menikmati sensasinya.

Ia tampak masih pemula dalam urusan ciuman. Karena aku lebih banyak memimpin pergerakan dalam mulut kami sementara ia hanya pasif beberapa kali lidahku berbenturan dengan giginya. Ternyata meskipun mulutnya pasif, bagian tubuh lainnya tidak. Ia mulai menarikku perlahan-lahan menuju kasur dan membimbingku untuk duduk di sampingnya. Kemudian tangan kirinya mulai meraba paha kananku.

Aku tidak menyangka kami langsung berada di fase ini. Aku takut jika Frieska tiba-tiba masuk. Ketika kuingat kalau ia tidak memiliki kunci, aku lebih tenang dan melanjutkan ciuman kami.

Kini giliran tangan kanan Gaby yang meraba paha kiriku. Tidak ingin kalah dengannya, aku menggerakkan tangan kananku ke arah buah dadanya. Kugenggam dada kirinya dengan lembut karena tidak ingin mengagetkannya.

Gaby tiba-tiba menarik ciumannya sembari melepaskan tangan kananku di payudaranya. Ia mundur menjauhiku.

Aku masih ingat tatapannya hingga saat ini. Tatapan penuh ketakutan seperti melihat penjahat.

ā€œSorry, Gab. Aku kelepasan. Aku kira...kamuā€¦ā€

Ia tidak menjawab. Napasnya berderu sangat cepat dan ia memegang dadanya. Aku dibuat dƩjƠ vu oleh pemandangan ini.

Aku biarkan ia mengatur napasnya tanpa mencercanya dengan pertanyaan lanjutan.

Ketika napasnya mulai normal kembali. Ia menatapku dengan rona kecewa.

ā€œMaafin aku Kakā€

ā€œJangan kamu yang minta maaf, Gab. Aku yang lancang. Harusnya aku ga seburu-buru itu. Kamu mau aku pergi?ā€

ā€œDi sini aja Kak. Aku mau cerita. Aku ngerasa bersalah udah dua kali mancing Kakak tapi justru akunya yang berhentiin seenaknya. Kakak berhak tahu trauma aku yang bikin aku kayak giniā€

ā€œJangan dipaksain Gab, kalau belum waktunya. Aku udah seneng sama respon kamu tadi. Kita take it slow aja step by stepā€

ā€œGapapa aku tetep mau cerita. Kamu mau dengerin aku, kan? Please?ā€

Aku tidak tega menolak permohonannya. Kuanggukkan kepalaku untuknya.

ā€œTapi pertama-tama Kakak harus janji untuk ga cerita ke siapa-siapa. Cuman ada beberapa orang aja yang tahu, Kak Frieska salah satunya tapi aku ga mau sebutin lagi siapa yang tahuā€

ā€œAku janji Gabā€

ā€œOke. Jadi Kakā€¦ā€

Ia pun menceritakan semuanya. Aku tidak memotongnya sekalipun meski ada banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku. Karena orang pertama yang ia sebutkan membuatku kecewa.

Semua diawali ketika Gaby masih berusia 6 tahun. Ayahnya, yang kuanggap merupakan laki-laki yang menyayangi anak gadisnya, justru merupakan sumber trauma anaknya sendiri. Ayahnya sempat melakukan beberapa hal yang dapat digolongkan sebagai pelecehan terhadap Gaby di masa itu. Memang yang dilakukan tidak sampai ke hubungan seksual, namun Gaby sempat diraba di bagian vitalnya hingga disuruh berdiam diri dalam keadaan telanjang hanya untuk dilihat oleh ayahnya. Kebiasaan ini berlangsung sampai setahun hingga Gaby bercerita kepada ibunya. Hal ini menimbulkan keretakan di keluarganya hingga ayahnya mengikuti beberapa terapi bersama psikiater sebelum sepenuhnya rujuk dengan ibunya. Namun, hubungan Gaby dan ayahnya tidak langsung membaik. Gaby baru bisa menerima ayahnya lagi setelah menjalani terapi dan proses kedewasaan. Hingga kini, kurasa ayahnya berusaha keras untuk menebus dosanya dengan memberikan kasih sayang terhadap anak gadisnya ini serta selalu mendukung setiap pilihannya.

Gaby mengakhiri cerita sambil menangis. Aku menerima ceritanya sebagai alasan wajar bila ia trauma bila disentuh pria di alat vitalnya. Meskipun ia sebenarnya juga ingin diperlakukan sama. Aku dibuat kasihan olehnya.

TOK! TOK! TOK!

ā€œHapunten, akang tetehā€

Suara Frieska terdengar diiringi dengan suara ketukan pintu.

ā€œItu Frieska, Gab. Aku sekalian pamit ya. Yang tadi ga usah dipikirin. Kita lakuin pelan-pelan ajaā€

ā€œMaaf ya Kak, aku sebenernya juga pengen ngelakuin itu sama Kakak. Tapiā€¦ā€

GLEG!

Ia mengatakan ini sambil menggigit bibirnya. Aku segera menuju pintu sembari mengangkat telapak tanganku karena takut libidoku naik melihat ekspresinya

Pintu kubuka dan Frieska langsung menatapku dipenuhi keingintahuan. Ia hanya diam kemudian menengok ke dalam melihat ke arah Gaby tanpa berkata apapun. Lalu ia alihkan kembali pandangannya kepadaku dan mendekatkan mulutnya ke telingaku.

ā€œBawa aja kartunya terus jangan tidur duluā€

Sebelum aku dapat membalasnya, ia mendorongku keluar dari pintu dan segera menutupnya. Entah apa maksud dari perkataannya. Karena enggan untuk masuk lagi, aku menuju kamarku kembali.

Sesampainya di kamar, aku merebahkan diri di tempat tidur yang sempat kuimpikan. Kucoba mengingat lagi pengalaman ciumanku dengan Gaby. Usaha mengingat ini ternyata meningkatkan nafsu birahiku hingga penisku sudah berdiri tegak. Aku memang tidak suka melakukan masturbasi karena tidak menemukan kenikmatan melakukannya. Namun, ada rasa penasaran karena pengalamanku barusan. Kumasukkan tangan kiriku ke dalam celana dan mulai menyentuh penisku perlahan. Sulit untuk membayangkan Gaby karena beberapa kali pikiranku menuju ke Lala. Tiba-tiba ponselku berdering.

ā€œKesini now!!! Ga usah pake telponā€

Pesan dari Frieska. Entah apa lagi ini pikirku. Dua kali sudah aku dihentikan sebelum menemukan puncak kenikmatanku. Aku hanya bisa berjalan dengan enggan menuju kamar mereka.

Di depan kamar mereka, aku langsung menggesekkan kartu karena seharusnya mereka sudah tahu aku akan kesini. Kubuka pintu dan terkeju dengan pemandangan yang kulihat.

ā€œBuruan masuk terus tutup pintunyaā€ teriak Frieska mengagetkanku.

Aku yang kaget hanya bisa menuruti permintaannya dan menutup pintu di belakangku. Aku belum bisa mencerna apa yang terjadi di hadapanku.

Gaby sedang tidur telentang dan sweater hitamnya sudah dibuka ke atas hingga berada sedikit di atas dadanya. Dibalik itu tank top hitamnya juga sudah terangkat sampai di atas perutnya dan bagian yang menutupi payudara kirinya juga terbuka. Dapat kulihat putting dengan warna coklat kelabu mencuat dari buah dadanya. Sementara celananya sudah tidak menempel di badannya. Celana dalamnya yang berwarna hitam serupa dengan tank top-nya terekspos keluar. Yang lebih mengejutkan dari semua ini adalah posisi Frieska yang berada di atas Gaby. Ia sedang menciumi vagina Gaby yang masih tertutup celana dalam. Untungnya tubuh Frieska masih penuh dibalut pakaiannya.

ā€œAAAAAAAAHHHH! Kakak kok malah masuk sih??!!ā€

ā€œEeeeā€¦Kan tadi disuruh Frieska, Gabā€ aku tidak memiliki respon lain selain menjawab pertanyaannya.

ā€œKAK MPRIES. Ssssshhhhā€¦.uuuuuuhhhā€¦Berenti dulu dong. Uuuuuhā€¦ga malu apa itu kita diliatinā€ Gaby terbata-bata dalam berbicara karena Frieska sudah menarik celana dalam Gaby untuk memasukkan lidahnya kedalam vagina Gaby.

ā€œEmmm sorry, apa kalian ga pengen gua keluar aja? Mungkin kalian ngerasa terganggu gitu?ā€

Frieska mengangkat telunjuk kirinya memintaku diam. Ia kemudian menghentikan permainannya di vagina Gaby.

ā€œCicing sia urang ker gawe. Calik!ā€

Aku menurutinya dan duduk di lantai karena tidak berani mendekati mereka. Kupandangi terus mereka berdua karena masih kaget dan belum dapat berpikiran normal. Gaby yang sempat malu karena terlihat tidak senonoh di hadapanku sudah melupakan kerisauannya sesaat setelah Frieska kembali melanjutkan aktivitasnya di vagina Gaby. Sesekali tangannya bergerak ke buah dada Gaby untuk merabanya. Gaby pun menambah intensitas desahannya.

ā€œAahhhhh..ahhhhhhā€¦.ahhhhhhā€¦ā€¦..aaaaaaahhh..oouuuhhhā€¦..ā€

ā€œEnak kan, Gab. Lo udah lama banget ga gue giniin kanā€

ā€œTerusin Kak, enak bangettthā€¦..ooouuhhhā€

ā€œNah, udah basah nihā€ kata Frieska sambil berdiri.

ā€œYah, kok berhenti Kak?ā€

ā€œLo yakin kan Gab, sama permintaan lo tadi?ā€

ā€œHah, permintaan yang mana?ā€

Frieska menjawab dengan menunjuk ke arahku. Gaby pun langsung memiringkan tubuhnya ke arah berlawanan sehingga aku tidak dapat lagi melihat tubuhnya yang indah.

ā€œGamau kalo kayak gini. Gue udah keburu malu duluan Kak Mpriesā€

ā€œKalo gak gini, kalian bakalan masih lama ketemunya. Gue cuman pengen bantuin lo ngelawan trauma loā€ kata Frieska sambil memegang tangan Gaby.

ā€œPercaya sama gue Gab. Gue ada disini terus nemenin lo. Dia juga orang yang udah gue percaya semenjak gue kecilā€

Kulihat Gaby menganggukkan kepalanya dari samping. Frieska langsung melihat ke arahku dengan pandangan tajam.

ā€œManeh, buka celana sekarang?ā€

ā€œMmmm sorry, mau ngapain ya?ā€

ā€œUdah buka aja, kalo lama sini aing bantuinā€ Frieska berkata se-frontal itu sembari berjalan ke arahku.

ā€œEeeee..tenang-tenang. Bisa buka sendiri kokā€

Frieska pun berhenti namun tetap memperhatikanku.

ā€œLu ga mau menyingkir dulu gitu, Fries?ā€

ā€œGa usah malu lah sama gue. Terakhir gue lilit titit lo berapa tahun lalu sih?ā€

ā€œJangan ngomong gitu anjri# kesannya kita pernah ngapainā€

ā€œNgapain ya. Waktu itu maneh aing kasih kecoa yang maneh takutin, eh maneh malah kasih aing liat titit maneh. Sampe aing lariā€

Terdengar suara Gaby yang menahan tawa, meskipun ia masih menghadap ke arah berlawanan dari kami.

Momen ini membuat perasaan canggungku mulai sirna. Aku pun melepas celana pendekku dan juga celana dalamku tanpa melepas kaosku.

ā€œWiii. Udah tumbuh dan berkembang juga si otong. Eh sebentar, lo cuci dulu deh ke kamar mandi. Terus pake ni kondomā€ Frieska merogoh kantong belanjaannya dan kemudian melempar sekotak kondom Fiest$ ke arahku.

ā€œAnyin%, lu beli kondom tadi buat apaan?ā€

ā€œJaga-jaga aja kalo yang kayak begini kejadian. Emang feeling gue jago. Dah buruanā€

Aku melangkah ke kamar mandi dan membersihkan penisku dengan air dan sabun. Penis yang sudah berdiri tegak semenjak menonton permainan Frieska dan Gaby. Meskipun momen ini tergolong aneh dan tidak seromantis yang kuharapkan. Setidaknya anomaly yang ada bersama kami adalah Frieska yang merupakan sahabat kami sendiri.

Keluar dari kamar mandi dengan kondom yang sudah terpasang di penisku, aku pun berjalan seperti orang yang mengendap-endap karena langkah kakiku tidak terdengar sama sekali. Frieska kali ini duduk di kursi tempat aku duduk sebelumnya dan memegang tanganku saat aku melewatinya.

ā€œIni pengalaman pertama Gaby, jadi take your timeā€

GLEG!

Aku kembali menelan ludah tanpa mampu membalas Frieska selain memberikan sebuah anggukan. Sekarang aku sudah berada di depan Gaby yang masih menghadap ke arah samping. Ia yang merasakan kehadiranku sepertinya mulai terguncang karena tubuhnya menjadi bergetar.

ā€œKamu beneran gapapa begini, Gab?ā€

Gaby tidak menjawab. Aku tampak ragu. Frieska lalu pindah dari tempat duduknya dan duduk di samping Gaby. Ia memegang erat tangan kanan Gaby yang berada di samping tubuhnya.

ā€œYuk bisa yuk, Gab. Pelan-pelanā€

Mendengar suara Frieska yang begitu lembut. Gaby memindahkan tubuhnya hingga kembali telentang menghadapku yang belum naik ke atas tempat tidur.

ā€œLo jangan pegang Gaby dulu ya, fokus aja buat masukin titit luā€

Aku mengangguk. Kemudian aku naik ke atas tempat tidur dengan bertumpu pada lututku dan perlahan maju ke posisi yang nyaman untuk melakukan penetrasi dengan menggesekkan lututku di atas tempat tidur. Aku berusaha untuk tidak menyentuh kulit Gaby sama sekali saat ini. Ketika sudah berada di posisi yang nyaman, barulah aku pun menundukkan badanku hingga sekarang dadaku dan dadanya mulai bersentuhan.

ā€œAku boleh cium kamu? Biar kamu bisa rileks dulu Gabā€

ā€œMaluuuuā€ Gaby menjawab dengan muka memerah. Kudengar suara Frieska yang seperti sedang menahan tawa di samping kami.

ā€œKamu cantik bangetā€

Aku pun menciumnya kembali. Aku membimbingnya perlahan dengan menggerakkan bibir dan lidahku di dalam mulutnya. Meskipun beberapa kali membentur giginya, aku tetap menikmati ciuman kami ini.

Setelah beberapa lama, aku menghentikan ciumanku.

ā€œKamu rileks ya, Gabā€ setelah selesai menenangkannya aku mulai menciumi dan menjilati lehernya.

ā€œUuuuuuhhā€¦.aaaaahhhā€¦..aaaaaaahhhhhhhā€

Desahannya merupakan tanda positif bahwa ia menikmati permainanku. Aku ikut memainkan penisku dengan menggesekkannya di atas vaginanya. Jelas ia menikmati ini karena desahannya yang semakin kencang dan bagian bawah tubuhnya ikut bergoyang.

ā€œUdah basah lagi nih gue liatin. Lo mau masukin gapapaā€

Frieska bersuara dan saat ini kepalanya sudah lebih dekat dengan posisi penisku dan vagina Gaby.

Aku kembali menatap mata Gaby dan kuresapi sorot mata gadis yang akan kuambil keperawanannya malam ini. Ia menganggukkan kepalanya. Yakin dengan jawabannya. Aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

JLEB!!!

ā€œAduuuuuuuuuhhhā€

ā€œAku berhenti dulu Gab, udah nyangkut nih. Kamu tarik napas dulu yaā€

Ia mengatur napasnya. Kemudian tangan kirinya memegang lenganku untuk memintaku melanjutkan penetrasi.

ā€œAku dorong lagi ya. Hooooaaahh!!ā€

ā€œAaaaahhh. Stop-stop Kak, sakit banget. Aduh aku ga kuatā€

ā€œIya, awalnya emang sakit, Gab. Coba kamu atur napas lagi ya. Setelah ini harusnya yang terakhir untuk kita tembus pertahanan terakhir kamuā€

ā€œAku takut ga kuat Kak. Ini aja udah perih banget. Hiks..hiks..ā€ jawabnya dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua matanya. Aku sungguh tidak tega melihat ini. Namun, aku tahu bila ini kuhentikan, hanya rasa perih yang Gaby rasakan.

ā€œGab, kamu gigit tangan kanan aku ini ajaā€ kataku sambil mengarahkan pinggiran telapak tangan kananku.

ā€œBuat apa, Kak?ā€

ā€œIni ngebantu buat ngalihin rasa sakit nanti. Sama buat nahan teriakan kamu. Gapapa, aku kuat kok. Ini juga supaya aku ngerasain sakit yang sama kayak kamu. Biar fairā€

Gaby terlihat enggan. Namun karena telapak tangan kananku sudah ada di wajahnya. Ia pun memasukkan pinggiran telapak tanganku ke dalam mulutnya.

ā€œGigit aja dulu Gab dikit, tempelin gigi kamu. Gapapaā€

Gaby pun menurutiku.

ā€œOke, di hitungan ketiga ya Gabā€

28647248302dc371d562114f26ca5917b5ee7738.jpg


ā€œO$%$k%^ā€ suaranya tidak jelas karena sedang melahap tanganku.

ā€œSATUKKKKHHā€ langsung kutusukkan penisku dengan sekuat tenaga meski tertahan dengan sempitnya lubang vagina Gaby. Kurasakan bahwa penisku telah menembus sesuatu. Ya, pertahanan terakhirnya sudah kujebol.

ā€œGGGGHHGHGHGHGHHHGHGHā€ teriak Gaby dengan tangan di dalam mulutnya.

Ia sontak menggigit telapak tanganku dan aku merasakan rasa sakit yang amat sangat di telapak tanganku.

Aku melanjutkan genjotanku di dalam vagina Gaby tanpa berhenti. Hangat kurasakan di sekitar penisku yang kuyakin merupakan darah yang keluar dari selaput dara Gaby yang baru saja kupecahkan. Sempitnya lubang vaginanya memang agak menyulitkan namun tidak mengurangi usahaku untuk menggenjotnya. Gaby tidak menghentikan gigitannya di tanganku. Suara desahannya yang terdengar tidak jelas. Air matanya yang mengalir semakin deras dari kedua matanya. Sementara air liurnya juga tidak berhenti mengalir dari mulutnya yang terus terbuka sambil mencengkeram tanganku. Orang yang melihat hal ini mungkin mengira ini adalah pemerkosaan. Namun, kami tahu bahwa kami berdua menikmatinya. Tiada kata yang jelas keluar dari mulut kami melainkan suara dari tatapan mata kami yang dipertemukan nafsu birahi.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

ā€œGHHGGHHHH..GHHGHGHGHGHGGGā€¦..GGGHGGGGGā€

Setelah tak henti-henti menggenjotnya, kulihat perubahan pada ekspresi wajah Gaby. Matanya yang sebelumnya melotot mulai berubah menjadi tanpa pupil yang menandakan ia memasuki puncak kenikmatannya. Kedua matanya kemudian terpejam hingga air matanya yang mengalir terhenti dan hanya menyisakan bekasnya saja. Kurasakan ia juga mulai mendorong pinggulnya dari bawah untuk meningkatkan kenikmatannya. Kedutan-kedutan dalam vaginanya yang menjepit penisku yang membuatku dimabuk kepayang dalam kenikmatan vagina perawan.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

Tubuh Gaby pun menggelinjang dan gigitannya di tanganku semakin keras. Kurasakan semprotan cairan dari dalam vaginanya. Setelah cairan itu tidak lagi keluar, Gaby berhenti bergerak dan terdiam lunglai. Aku yang masih belum mencapai orgasme namun masih trauma karena Lala pun menghentikan penetrasiku. Kuangkat badanku, dan kutarik penisku dari dalam vagina Gaby. Penis yang kutarik terlihat berlumuran darah bercamput dengan cairan putih ejakulasi Gaby. Barulah saat ini kusadari perubahan Frieska yang sempat tidak kuperhatikan. Ia sudah melepas celananya dan bermasturbasi sambil memasukkan jari-jarinya ke dalam mulutnya. Aku dibuat pangling oleh sahabatku ini.

ā€œGimana dong? Aing kan ikutan sange ngeliatin kalian ewean?ā€ Frieska membalas tatapanku sambil memakiku.

Kurasakan Gaby menyentuh tangan kananku. Tangan yang sudah basah dengan darah segar dan liur. Kembali kuperhatikan wajahnya yang terlihat kelelahan dan berantakan oleh air mata dan liur.

ā€œMakasih Kak. Maaf kalo Kakak belum keluar. Aku udah ga kuat tapi. Kakak selesein sama Kak Frieska aja yaā€

Aku menatap Frieska. Frieska menatapku.

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|



ā€œYakin lu, Fries?ā€

ā€œYakin dah, kita udah sama-sama nanggung kanā€

ā€œAnjin@ gua ga pernah ngebayangin bakal ngentot sama luā€

ā€œKeterpaksaaan ini, gue yakin kalo ini masturbasi doang bakal tetep ga bisa tidur pules. Yaudehlah, anggap aja cerita baru di 10 tahun kita temenan. Jangan bilang-bilang ke mba Imel tapi lo yeā€

ā€œYakali goblo& aing cerita ke orang laen. Dah gila maneh tehā€

ā€œYaudah masukin biar cepet selese buat bersih-bersih terus tidurā€

Gaby telah tertidur di atas kasur. Aku dan Frieska telah pindah ke sofa single di ujung kamar samping jendela yang menghadap ke pantai. Untuk mengurangi kecanggungan, kami memutuskan untuk tetap mengenakan pakaian atasan kami dan menggunakan posisi doggy style. Supaya kami tidak saling menatap wajah lawan bercinta kami. Frieska menunduk dan meletakkan kedua tangannya di atas sofa, sementara aku berdiri membelakanginya.

ā€œAing masukin yeā€

ā€œGausah pake ijin, aing bukan perawan. Jangan sampe salah masuk aja.ā€

ā€œOiya, aing bukan Jono yang merawanin lu yakā€

JLEB!!!

286472492e2bc803bf47176fe9d2cceff78f877b.jpg


ā€œAnjin@ siaā€¦Oooouuuhhhhā€¦.Iiissssshhhhh..Aaaaaahhhā€¦.Gede juga titit lo kalo udah di dalam henceut aing.

ā€œIyak anjin#. Henceut maneh heureut pisan. Hooooohhhh.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

ā€œAahhhhh..ahhhhhhā€¦.ahhhhhhā€¦ā€¦..aaaaaaahhh..oouuuhhhā€¦..ā€

ā€œMantep lu Friesā€¦.SEMPIT GOBLO$.....Kok bisa sihā€¦.uuuuuhhhhhā€¦.lu kan sempet sering ewean?ā€

ā€œCiciiiiiiing..Yeeeeehssā€¦..aaaaahhhhhā€¦ā€¦uuuuhhhā€¦.aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhhā€¦aahhhā€¦Kan sempet goblo^. Uuuuuuuhhh. Abis kaga dipake-pake jadi sempitā€¦..aaaaaaahhhhā€

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

Memang ada perbedaan jelas bercinta dengan profesional. Meski ini salah, kuakui sahabatku ini ahli dalam hubungan seks. Goyangannya yang mengimbangi goyanganku membuat kenikmatan yang kurasakan tidak sebanding dengan tenaga yang kukeluarkan. Inikah hubungan seks ideal? Apakah bila sahabat dipasangankan dalam persenggamaan maka kenikmatan hakiki yang didapatkan tidak kalah jika dibandingkan dengan pasangan? Kami hanya melakukannya dengan satu gaya sementara aku sudah tidak dapat lagi menghitung berapa lama penisku sedang menggaruk-garuk vagina sahabatku. Tubuhku yang sudah basah dengan keringat ikut merasakan peluh di bokongnya yang terus kupegang sebagai pegangan menggenjotnya. Kumulai menepuk-nepukkan kedua tanganku di kedua bongkahan pantatnya yang besar. Bahkan lebih besar dari Lala. Satu hal yang harus kuakui kalau sahabatku sebenarnya memiliki tubuh yang sangat aduhai. Sayangnya, semenjak ia menyadari kalau foto-fotonya sering dijadikan objek foto mesum, ia merubah penampilannya sehingga lebih sering mengenakan pakaian gombrong untuk menutupi lekuk tubuhnya.

POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!!

ā€œAahhhhh..ahhhhhhā€¦.ahhhhhhā€¦ā€¦..aaaaaaahhh..oouuuhhhā€¦..ā€ desahan Frieska semakin kencang membuatku takut Gaby terbangun dan cemburu karena persetubuhan kami lebih intens. Tapi kulihat sebentar dan kuyakin ia benar-benar terlelap.

Untuk mencari variasi, aku mulai menggerakkan sweater pink yang ia pakai ke atas tubuhnya. Hal ini kulakukan sembari merasakan keringat di punggungnya yang sudah sangat basah dengan peluh. Kuhentikan doronganku pada sweaternya ketika sampai di bagian dadanya. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang sangat besar. Dulu memang ia sempat gemuk di awal pubertas terjadi pada dirinya, untungnya buah dadanya tidak mengecil seiring tubuhnya yang mengecil. Sahabatku memang sudah besar dan berkembang.

ā€œEeeeeehhhhā€¦..Kok maneh jadi nelanjangin aingā€¦.uuuuuuhhhhhā€¦..Ini juga dah grepe-grepe toket aingā€¦ā€¦iiiiiishhhhhhhā€¦ā€¦.aaaahhhhhhhhā€¦masih kurang itu genjotannyaā€¦ā€¦ā€¦ā€

ā€œCiciiiiiingggg maneeehhhā€¦ā€¦.Salah sendiri bikin aing sangeeeeehhhhhhā€¦ā€¦uuuuhhhhhā€

ā€œManeh teh blegug upami sangeeā€¦ā€¦.uuuuhhhh..anjin&ā€¦..henceut aingā€¦ā€¦ngeunah pisan anjin&ā€¦ā€¦ā€¦

PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!

ā€œAahhhhh..ahhhhhhā€¦.ahhhhhhā€¦ā€¦..aaaaaaahhh..oouuuhhhā€¦..ā€

ā€œHuuffftā€¦..aaaaahhhhhā€¦ā€¦uuuuhhhā€¦.aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhhā€¦aahhhā€

ā€œAING MAO KELUARā€ teriakku di ujung orgasme.

ā€œBARENG ANJIN*ā€

ā€œSABAR NGEHEEEEEEā€

ā€œErrrrrgghhhhhhhhaaaaahhhā€

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

ā€œHhhhhhhhhhhhhh..hhhhhhh.hhhhhhhhā€

ā€œHhā€¦.hhhh.hhhhhā€

Kulepaskan penisku dari vagina sahabatku. Aku pun langsung terduduk lesu di lantai. Frieska ikut menjatuhkan dirinya ke sofa dalam posisi masih menungging. Cairan ejakulasinya mengalir dari lubang vaginanya ke lantai hingga membentuk genangan. Kulihat penisku yang sudah bercampur dengan cairan sperma di dalam kondom. Kuatur napasku dan kulihat langit-langit kamar yang berwarna putih.
 
akhirnya setelah sekian lama baca trit ini, dapet juga mpriesnya.
mantep mantep semoga ngerembet ke mba imel haha
 
Bimabet
Belum baca semua, tapi aku pengen komen,

"Anjir, ada mas boy!"

Ahaha'
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd