Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
Bimabet
Tidak juga suhu...cuma update berikutnya fihak Raka juga melakukan persiapan... Apa saja persiapan nya ikuti update selanjutnya...

Kalo mau segera di update tolong bantu komen nya...
page 29 ane update.
siaapp, kalau update, bangunin ane ya hu hahaha :pandaketawa:
 
PART 26

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari Aka Ratih

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka


Pov 3rd


Pukul 17.15 wib Raka dan Ratih sudah berada di luar rumah sakit. Tepat nya mereka berdua berdiri di depan pintu masuk rumah sakit.

Sempat terjadi perdebatan kecil antara mereka, Raka mengusulkan untuk menemui Ikam sementara Ratih memaksa untuk pulang ke rumah saja.

"Kita ke rumah Ikam dulu, Tih".

"Tidak....! Sebaiknya kita pulang saja, Raka. Supaya kamu bisa segera istirahat".

"Terlambat, Tih. Kita tidak boleh terlambat, jangan beri kesempatan kepada setan untuk mempermainkan diri mu terlalu lama. Kita harus segera hancurkan mereka!". Sahut Raka geram.

Ratih hanya bisa diam dan tidak berani membantah lagi.

"Kamu masih ada sisa uang pengobatan tadi, Tih. Aku saat ini tidak bawa uang sama sekali".

Ratih mengangguk.

"Cukup untuk naik taksi ke rumah Ikam".

Akhirnya Ratih mendukung kemauan Raka, mereka berdua pergi ke rumah Ikam dengan menggunakan taksi yang sesaat kemudian menghampiri mereka.

Di dalam mobil taksi, Ratih sempat mengusap-usap kepala Raka dengan perasaan sedih.

Raka mengingatkan.

"Jangan lemah karena hal semacam ini. Kita harus tetap kuat dan berani!".

"Aku.... Aku khawatir, Raka".

"Aku akan sembuh. Tidak ada masalah dengan luka-luka ku".

Lama sekali Ratih memandang Raka dengan diliputi perasaan iba.

Jika saja tidak di dalam taksi, Ratih sudah memeluk pemuda itu dengan isak tangis nya.

Betapa pun, Ratih tidak dapat membohongi perasaan nya, bahwa kini ia jatuh hati dan tidak ingin kehilangan pemuda itu.

Ratih merasa bahwa nama pemuda itu yang kini memenuhi ruang di hati nya, ia tidak ingin berpisah lagi dengan nya. Tidak. Sebentar pun tidak. Hanya saja, untuk mengatakan hal itu, Ratih belum sanggup dan malu, seakan ada mulut nya di gembok, padahal ia ingin sekali Raka mengetahui isi hati nya sebenarnya.
.
.
.
Di kediaman rumah Ikam.....


Pukul 18.00 wib, mobil taksi itu telah sampai di kediaman rumah Ikam, yang ternyata tidak begitu jauh dari rumah sakit tadi walaupun sempat mobil taksi yang mereka tumpangi terkena macet.

Setelah Raka membayar ongkos taksi yang diberikan oleh Ratih, mereka berdua turun.

Mereka saling bergandengan tangan terus melangkah hingga sampai di depan pintu masuk rumah Ikam.

Salam pun mereka ucapkan sebagai seorang hamba yang menjaga sopan santun dan silahturahmi.

"Assalamualaikum, wr.wb"
, ucap salam Raka dan Ratih.

"Waalaikum salam wr.wb"
, sahut suara wanita dari dalam rumah.

"Ceklek....Kriiiieeekkk...."

Perlahan pintu rumah Ikam mulai terbuka, dihadapan Raka dan Ratih tersenyum seorang wanita cantik, Aminah istri dari Ikam yang menyambut mereka dengan senyum ramah.

"Oh, Abang Raka dan mbak Ratih, silahkan masuk bang, mbak...Silahkan duduk, sebentar Minah panggilin bang Ikam dulu!", ucap
Minah kemudian ia hendak masuk ke dalam untuk memanggilkan suami nya.

"Terima kasih mbak Minah, maaf nih kami berdua jadi merepotkan kalian", sahut Ratih.

"Oh, nggak apa-apa mbak, nggak ngerepotin kok. Abang pernah cerita, ia berhutang budi dan nyawa sama bang Raka, jadi sudah sewajarnya kami menyambut kalian dengan sebaik-baiknya", ucap nya.

Raka dan Ratih mengangguk di sertai senyum keikhlasan dari mereka, kemudian Minah pamit ke belakang untuk memanggil suami nya.

Tak berapa lama Ikam muncul, pria bertubuh kurus, bermata cekung, sedikit mengernyitkan dahi nya sambil geleng-geleng kepala saat ia melihat ke arah Raka.

Belum sempat Raka menjelaskan kejadian nya, Ikam langsung berkata. " Terlalu berani kamu, Raka. Berani tapi konyol!".

Ikam tersenyum geli, seakan ingin menertawakan Raka saat itu.

"Aku tidak bisa sabar lagi, Kam. Kami dipermainkan seenaknya. Jiwa kami disiksa dengan teror-teror yang menjengkelkan", kata Raka berkata dengan berapi-api.

"Tapi bukan dengan caramu untuk mengatasi mereka. Kau bisa mati Raka, karena kecerobohan mu. Ah, dari dulu kau selalu bertindah gegabah!".

Raka diam saja.

Ratih melirik nya, dan sekilas terlihat perasaan bersalah yang ditunjukkan dari sorot mata pemuda itu.

Ratih pun menceritakan kepada Ikam tentang isi kamar tersebut, juga tentang kedua gaun dan gadis misterius yang selalu hadir menolong nya tepat pada waktunya.

Ikam hanya manggut-manggut, mendengarkan penuh perhatian segala yang dituturkan oleh Ratih, tanpa memotong pembicaraan Ratih sedikit pun.

Raka sempat terkejut ketika Ratih menceritakan tentang gadis misterius yang mengaku saudara sejatinya itu, sebab sejak tadi Ratih belum mengatakan bahwa saudaranya itulah yang membawa Raka ke rumah sakit.

"Kenapa baru sekarang kamu ceritakan soal saudara sejati mu,Tih. Jadi yang kemaren itu sungguhan bukan kamu ya?", ucap Raka menimpali penuturan Ratih soal gadis kembaran nya.

"Soalnya....Soalnya aku bingung gimana mau jelaskan ke kamu, takutnya nanti dikira aku mengada-ada", jawab Ratih terlihat muka nya memerah tersipu saat kedua nya saling bertatapan.

Ikam sempat tersenyum menahan geli, lalu kembali serius dan berkata.

"Tidak semua orang bisa melihat saudara sejatinya, apalagi bisa berkomunikasi seperti Ratih, jarang dan langka! Jarang sekali! Sebenarnya semua orang bisa berdialog langsung dengan saudara pribadinya itu, tapi tidak mudah. Dan....Bagimu, Ratih. Kau sangat beruntung sekali dapat berhubungan dengan saudara pribadimu itu. Barangkali ada faktor khusus yang tidak dimiliki orang lain, sehingga kalian bisa saling berhubungan".

"Apakah dia akan mengganggu ku pada suatu saat?", tanya Ratih.

"Apakah kau mau menyakiti diri mu sendiri? Ambil contoh kecil menggores tangan mu sendiri dengan pisau, kau mau?".

"Tidak".Jawab gadis itu tegas.

"Nah, begitu juga yang kau sebut saudara sejati mu itu", kata Ikam dengan tegas. "Dia tidak akan mencelakakan diri mu, sama halnya kau tidak mau mencelakai diri sendiri".

"Tapi mengapa ia tidak mau mengalahkan kekuatan gaib yang ada di dalam kamar itu?", tanya Ratih.

Raka terbengong, ia hanya bisa mengikuti pembicaraan antara Ikam dan Ratih sebagai pendengar yang baik.

"Kekuatan pribadi seseorang mempunyai batas tersendiri", tutur Ikam. "Tapi bukan mustahil kalau dia sengaja membiarkan dirimu dalam ancaman pengaruh iblis, barangkali dengan maksud supaya kau mengenali pribadimu sendiri, yaitu kehakikian diri mu. Kalau dia tidak menyerang iblis di dalam kamar itu, bukan berarti dia tidak bisa, melainkan ia berdiri utuh sebagai pribadimu, yang tidak suka menyerang atau merugikan siapa-siapa. Bukankah kau punya sifat lebih baik menghindar daripada menyerang?".

Ratih mengangguk.

Dalam hatinya ia menyadari semua penuturan Ikam adalah benar.

"Selama hidupnya ia tidak menyukai pertengkaran, ia tidak mau mengganggu orang lain, apalagi menyakiti nya. Dan juga merugikan orang lain. Sekalipun anak tunggal, ia bukan anak manja, yang mau menang sendiri. Sejak kecil ia suka mengalah dan menghindari pertengkaran".

Aminah istri Ikam, kemudian datang sambil membawakan nampan berisi 1 cangkir teh manis, 2 cangkir kopi hitam, dan sepiring kue bolu.

Dengan sigap ia menyusun dan menata nya di atas meja, lalu sambil tersenyum ramah dan santun ia mempersilahkan kami minum.

"Sambil ngobrol, sebaiknya di minum dulu, silahkan bang Raka dan mbak Ratih! Bang Ikam, neng ke belakang lagi sekalian mau nemenin Bintang biar lekas tidur".

"Iya neng, makasih ya".
Jawab Ikam pada Minah istri nya.

Ratih dan Raka saling berpandangan, mereka berdua merasa iri dengan keharmonisan rumah tangga Ikam, perlakuan keduanya sangat manis dan ikhlas.

Beberapa menit mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, ditemani minuman dan kue bolu yang saat ini sudah terhidang dihadapan mereka bertiga.

"Itulah kenapa saya menikahi nya, Raka. Dia spesial untuk ku dan untuk anak-anak ku, semoga kalian berdua juga akan bahagia seperti yang kurasakan".
Ucap Ikam.

Raka mengangguk dan sempat terperanjat ketika Ikam seperti tahu apa yang sedang ku pikirkan, sedangkan Ratih semakin tersipu merah wajah nya.

"Kalian itu cocok loh, semoga Tuhan melindungi kalian".

"Amiin...",
Jawab Raka dan Ratih serempak.

Kemudian Raka juga menceritakan siapa tante Wulan kepada Ikam, lelaki kurus bermata cekung itu manggut-manggut mendengarkan penjelasan dari Raka tentang perkawinan om Hendro dan tante Wulan.

Ikam tersenyum, ia menatap dalam mata Raka, yang terlihat gugup saat menceritakan soal tante Wulan, dia mendekat ke Raka sambil berbisik.

"Kau sudah dewasa Raka, sebaiknya jujur dan jelaskan semuanya pada dia jangan sampai masalah ini bikin perasaan kalian berdua berubah menjadi benci, semua sudah terjadi kamu harus gentle dan berani mengambil sikap".

Lalu Ikam kembali lagi ke posisi duduk nya semula, Ratih yang melihat pembicaraan rahasia itu semakin mengernyitkan dahi nya dan memasang wajah kebingungan.

"Dah Ratih nggak usah kau pikirkan, tadi itu obrolan sesama laki-laki, nanti suatu saat kamu akan tahu jawaban nya".
Jawab Ikam cepat setelah melihat perubahan mimik wajah gadis itu.

Ratih kembali tersenyum walau di hatinya masih diliputi rasa penasaran mengenai bisikan Ikam ke telinga Raka.

Ikam mengalihkan perhatian Ratih dengan menuturkan kembali cerita Raka dan menjawab nya.

"Kalau begitu cerita mu, Raka. Tepat sekali dugaan ku!",
kata Ikam.

Ikam berhenti sejenak, bibir nya bergerak-gerak seperti sedang mengunyah sesuatu.

Raka dan Ratih menunggu kelanjutan penjelasan nya.

"Aku melihat tembok hitam yang sukar ditembus, ternyata itu mayat perempuan dalam peti kaca itulah yang menjadi tembok hitam. Kalian tahu nggak apa yang terjadi ini merupakan bentuk pesugihan yang dilakukan oleh om Hendro dan mayat itu adalah istri pertama nya yang menjadi tumbal patung anubis. Anubis dalam kepercayaan mesir kuno adalah dewa kematian.......".

Raka dan Ratih terperanjat kaget, mimik kedua nya berubah menjadi kengerian diliputi kecemasan.

"Aku bisa mengetahui ini berkat bantuan uak neng Minah, dia seorang kiyai di daerah tasikmalaya, beliau bisa menembus dan melihat apa yang terjadi di rumah mewah yang kalian tinggali. Bahkan beliau sudah bisa mencari sumber kekuatan dari mayat itu, ia di kendalikan oleh seorang dukun sakti, bersama om Hendro saat ini mereka sedang melakukan ritual setan tersebut.....".

"Jadi apa yang mesti kami lakukan, Kam?", tanya Raka memotong omongan Ikam.

Ikam kembali diam dan bibirnya kembali bergerak-gerak seperti sesaat lalu, Raka dan Ratih menunggu jawaban nya dengan penuh kecemasan.

"Alhamdulillah, uak bersedia membantu, saat ini beliau juga melakukan rencana untuk menghancurkan perbuatan setan tersebut dengan caranya sendiri, tetapi beliau meminta kalian berdua harus waspada dan kamu bawa sekarang taring babi hutan itu, kan?".

Raka melihat ke arah Ratih, dan Ratih seperti tahu maksud Raka, kemudian mengeluarkan benda yang ditanyakan oleh Ikam.

"Benda ini kah yang kau maksud, bang Ikam?", ucap Ratih sambil meletakkan benda itu di atas meja.

Ikam tersenyum lebar, ia mengangguk sejenak. Lalu kembali ia berkata.

"Benda ini yang akan membinasakan mayat di peti kaca itu, tetapi mesti di cukupi dengan satu hal lagi.....Satu hal itu adalah darah perawan anak tunggal....Dan itu adalah darah mu, Ratih".

Ratih sempat terperanjat, Raka kemudian mendekati Ratih dan mengusap kepala nya supaya ia tenang.

"Kamu bersedia, Tih?",
tanya Ikam meminta kesediaan gadis itu.

Ratih mengangguk dengan penuh keyakinan.

"Demi memusnakan Iblis itu aku akan lakukan, semua ku serahkan kepada mu, bang Ikam", jawab Ratih tegas dan yakin.

"Baiklah.....! Tunggu sebentar, aku ambil dulu mangkuk nya!",
ucap Ikam kemudian ia melangkah masuk ke belakang rumah nya.

Raka kini memeluk Ratih dengan penuh kasih, ia seakan ingin membuat gadis itu kuat dan tegar untuk menghadapi ini semua.

Ikam menjelaskan terlebih dahulu sebelum ia meminta darah perawan Ratih dan kegunaan nya, sebelum akhirnya ia masuk ke belakang. Apa yang ia ketahui sejak beberapa hari ini, kepada Raka dan Ratih, tentang siapa mayat itu, siapa yang ada di balik nya, gimana cara kerja nya dan siapa target nya.

Saat itu Ratih menjadi pucat sanga terlihat sekali ia ketakutan setelah mendengar penuturan Ikam.

Raka terus menenangkan Ratih dengan mengusap lengan gadis itu dan membisiki nya, "Aku akan disampingmu, Ratih. Kalau pun mati kita akan mati bersama".
.
.
.
Beberapa saat kemudian.....

Ikam datang dengan membawa 1 buah mangkuk dan 1 buah jarum untuk menjahit serta 1 botol alkohol dan sebungkus kapas, kemudian dia kembali ke tempat duduk nya semula.

"Jangan takut dan khawatir, tidak banyak kok darah mu di ambil, apa sudah siapa kau, Tih?",
ucap Ikam menenangkan Ratih.

Ratih mengangguk dan ia menyodorkan tangan nya kepada Ikam.

Ikam mengoleskan terlebih dahulu jarum itu ke kapas yang sudah di celupin alkohol. Kemudian dengan kapas yang lain ia mengoleskan kapas yang juga sudah di celupin alkohol ke jari tengah Ratih. Lalu setelah itu Ikam menusukkan jarum itu ke jari tengah Ratih.

"Awwww.....", teriak kesakitan Ratih pada saat jarum itu menusuk kulit nya.

Darah segar Ratih menetes di dalam mangkuk yang sudah Ikam persiapkan.

Tetes demi tetes darah Ratih turun hingga mangkuk itu sudah terisi darah sang dara perawan.

Kemudian Ikam mengoleskan kapas yang sudah dicelupin alkohol ke jari tengah Ratih.

Seketika darah Ratih berhenti keluar, sedikit ada rasa kaget dan terpana Raka dan Ratih menyaksikan itu.

Ikam hanya tersenyum sambil mengambil taring babi hutan itu, di usapnya perlahan dengan tisu punya Ratih, lalu setelah itu benda itu dimasukkan ke mangkuk yang telah terisi darah perawan Ratih.

Beberapa saat kami bertiga hanya diam selama proses yang dilakukan Ikam, tetapi tiba-tiba mata Ratih dan Raka seakan terbelalak saat melihat mangkuk itu bergetar, kemudian mangkuk itu bercahaya kehijau-hijauan padahal warna mangkuk itu putih polos air susu.

Mungkin hanyan beberapa detim kejadian itu tetapi membuat keduanya terperangah dengan mulut menganga, sedangkan Ikam hanya memejamkan mata dengan mulut komat-kamit seperti sedang melakukan doa.

Beberapa waktu kemudian, mangkuk itu berhenti bergetar, dan Ikam sudah kembali seperti biasa, lalu ia tersenyum sambil berkata.

"Pasti heran melihat kejadian tadi".

Raka dan Ratih hanya mengangguk.

"Yang penting prosesnya sudah berhasil, simpan ini Raka. Gunakan untuk melawan mereka, aku akan membantu uak kyai dulu, untuk membinasakan mereka".

"Dan yang perlu kalian ingat, Kalian berdua jangan berpisah, aku akan datang setelah urusan ku selesai, bertahanlah sekuat kalian di sana".

Raka dan Ratih mengangguk.

Raka menyimpan taring babi hutan itu, di masukkan nya ke saku baju nya.

Walau ada perasaan cemas bercampur ketakutan tetapi keduanya berjanji untuk bersama-sama menghadapi nya, dan mereka berdua pamit untuk pulang ke rumah setelah mereka berdua menyadari kalau sekarang sudah pukul 21.00 wib.




Bersambung......
 
Terakhir diubah:
waktu ikam bilang "darah perawan" ane kira raka-ratih harus jadi "satu" dulu, hahahaha..
cakep lah kalau gitu, ratih ga ilang perawannya :pandaketawa:
 
siaapp, kalau update, bangunin ane ya hu hahaha :pandaketawa:

waktu ikam bilang "darah perawan" ane kira raka-ratih harus jadi "satu" dulu, hahahaha..
cakep lah kalau gitu, ratih ga ilang perawannya :pandaketawa:
Nanti akan ada jawaban nya, Ratih yang akan habisin tuh mayat nya Henny... karena ia masih suci.
 
Untuk part 27...mohon sabar ya...

Sedang ane tulis dulu... Maklum baru sempat nulis lagi...
kalo sudah selesai ane pasti update secepatnya.
 
Kira2 perlawanan patung dlm kaca seperti apa hu
Mayat dalam peti kaca kah...mksd nya om...?
Tunggu saja nanti ada kok, ikuti terus...part-part menjelang akhir.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd