Episode 1 : Mau Bertemu Iblis Apa Malaikat ?
Aku disadarkan dengan cara wajah ku di tampar dimana suara tersebut terus memanggil ku dengan sebutan keparat. Perlahan aku membuka mata ku dan aku langsung batuk, dan duduk. Aku melihat ke sisi kiri ku dimana dua orang tua dengan pakaian kotor dan bau.
“ Sebaiknya kau pergi dari tempat ini “
Mereka meninggalkan ku, aku tidak bisa berterimakasih karena hal tersebut adalah hinaan, aku hanya tersenyum angin berhembus di atas tanah kering ini, aku dapat melihat bayang bayang hawa panas di tempat ini, dengan kekuatan ku aku bangkit. Aku pun melihat lubang peristirahatan yang terlihat sangat nyaman dan teduh, tapi disana adalah jurang yang sangat gelap dan mengerikan. Ini benar benar sebuah candaan selama hidup ku, aku mengalami kecelakaan dan di nyatakan mati, rumah sakit di negara ini tempat malaikat tak bersayap yang tidak bersartifikat, apa bedanya dengan iblis mereka hanya membuat ku masuk ke dalam liang lahat ini tanpa ada pemeriksaan medis, tapi dari pada menyebut mereka iblis itu terlalu bagus, mereka hanyalah anjing anjing penjaga pintu neraka.
Aku pun duduk di samping gedung tempat pelacuran, untuk beristirahat. Sebuah mobil berwarna hitam pun berhenti di hadapan ku, dengan tatapan tajam aku mengawasi siapa yang turun dari mobil yang warnanya menyamai dengan mobil zenajah itu. Seseorang dengan setelan jas langsung keluar pertama dengan sigap membuka pintu belakang, sepatu perempuan dan saat aku melihatnya seorang wanita yang aku kenal, dia adalah ketua mafia yang menguasai red distrik yang tersebar di negara ini.
“ Yunha “ ucap ku
“ Ternyata pembunuh seperti mu memang tidak mati kau sudah seperti legenda el paso “ Yunha sambil menghembuskan asap rokoknya
“ Berikan aku Rokok “
“ Seperti itu cara meminta ?”
“ Apa aku harus menjilat sepatu mu sambil memanggil nama mu dengan sebutan Nona muda Yunha ? “
Yunha pun melemparkan kotak rokok yang ia ambil dari dalam saku bajunya.
“ Pemantik ? “
“ Aku memilikinya “
“ Melihat mu seperti gelandangan mengingatkan ku lima belas tahun yang lalu “
“ ...............” Hansel menyalakan rokoknya
“ Sekarang orang orang pasti terkejut dengan ke adaan mu sekarang, Hansel “
“ Diamlah, biarkan aku menikmati rokok pertama ku setelah keluar dari Requiem “
“ Aku baru tahu, anjing kampung seperti mu bisa menggonggong juga “
“ Yunha, kau ingin bertemu dengan siapa ? “
“ Apa maksud mu Hansel ? “
“ Seorang Malaikat kah atau Ibliskah yang ada didalam tubuh ku ini ? “ Hansel dengan tatapan tajam
“ Kau ingin mati ? “
Hansel pun berdiri, dan orang orang di sekitar Yunha berdiri sambil memasukan tangnaya ke dalam celah jasnya. Aku tahu mereka menggenggam pistol.
“ Ayo lah, aku masih banyak hutang saat ini, jadi jangan membuatnya tambah runyam “ Hansel
“ Masuklah, aku akan mengantar mu “
“ Ke dalam peti zenajah, aku rasa terimakasih “
“ Hansel, Hansel kamu masih saja sangat waspada “
“ Aku merasa tidak nyaman saja “
“ Jika ada masalah, jangan ragu untuk menjual jiwa mu kepada ku “ Yunha
“ Yunha “
“ Apa ? “
“ Sepertinya penis ku butuh pertolongan mu “
Yunha pun tersenyum simpul
“ Tutup mulut mu keparat “ ujar pengawal Yunha
“ Aku lebih suka memotong penis mu dengan potongan kecil di taburi dengan garam dan aku hidangkan di atas piring “
“ Sepertinya kau sangat sibuk, aku pergi dulu “
Aku pun pergi meninggalkan Yunha
“ Hansel, bagaimana dengan hidangan di atas piring !? “
Aku pun pergi sambil melambaikan tangan ku. Tidak perduli diman Yunha berada. Di dalam mobil suasana masih terasa panas, Yunha pun tersenyum dan meminta supirnya untuk jalan.
“ Nona Yunha kenapa anda biarkan keparat itu ? “ Pengawal pribadi
“ Jangan mencari masalah denganya, apa kau ingin merasakan sebagai korban dari legenda El Paso ? “ Yunha dengan nada santai
“ ................. “
Setelah berjalan beberapa block dari Requiem atau pemakaman, Hansel memanggil Taxi menuju bar miliknya yang ada di pinggiran kota Turman. Ia pun turun dengan setelan jas yang biasanya di gunakan orang mati.
“ kenapa ? “ tanya Hansel
Dimana supir dari tadi melihat dari kaca ke arah Hansel.
“ Tidak apa apa tuan “
Aku mengetahui supir taxi tadi ketakutan, dimana ia tidak mengetahui cerita sebenarnya dimana aku mengalami hal terburuk dalam seumur hidup ku, mati suri dan di makamkan dan di tolong seorang undertaker. Legenda tentang El Paso memang terkenal dimana seorang yang bangkit dari kubur dan ia menjadi abadi,ia menuntut balas kesetiap orang yang melakukan kejahatan di dunia. Tapi itu hanyalah sebuah legenda tidak akan ada di jaman sekarang.
Taxi pun berhenti di depan bar kumuh dimana banyak anak anak muda yang tidak memiliki masadepan. Dengan tubuh yang sudah rusak dari dalam begitu juga dengan mental mereka, karena narkoba sintesis.
“ Tunggu sebentar aku akan mengambil uang “ ujar ku
“ Tidak apa tuan, hari ini geratis “ dengan nada gemetar
“ Baiklah jika itu ingin mu “
Saat aku turun darah di jari jari ku masih menetes, dan aku berjalan dengan tatapan suram,orang orang yang melihat ku tertegun, dimana mereka mengetahui aku sudah mati, aku terus melangkahkan kaki ku tanpa menghiraukan mereka, sinar matahari senja mengikuti langkah ku saat membuka pintu, mereka melihat diri ku dengan tangan berdarah dan pakaian yang kusam yaitu jas orang mati.
“ Hansel... “
Kedua kaki ku terus melangkah hingga menaiki tangga yang terhubung ke lantai dua, dimana kamar ku berada, Aku mencuci tangan ku dimana kuku yang sudah rusak, dan kulit yang terkoyak dimana aku dapat melihat daging di ujung jari ku, setelah mencucinya dengan air bersih, aku mengambil obat obatan. Rasa perih ini tidak seberapa dari pada luka tembak rasanya lebih menyakitkan, jika beruntung bisa membuat mati rasa dan mati seketika setidaknya itu kematian yang sangat nyaman.
Aku bisa saja menyiramnya dengan minuman berakohol tapi itu tidak akan ku lakukan karena alkohol minuman yang sangat menyenangkan di saat waktu tertentu dan aku tidak ingin membuang buang minuman yang berharga tersebut. Aku melepas pakaian ku dan melihat pantulan bayangan ku di depan cermin tanpa mengenakan pakaian sedikitpun.
Celana panjang aku kenakan dan duduk di dekat jendela, sambil minum minuman keras, disana terlihat suara serine polisi dan beberapa tembakan, kematian bukanlah hal yang tabu di tempat ini, setiap harinya selalu saja ada yang mati dimana polisi melakukan tindakan yang sangat jauh dari wewenangnya.
Jangan berbicara seorang penegak hukum, karena hukum hanya ada di kota bukan tempat tempat kumuh seperti ini, di atas meja ada sebuah pistol Raging Bull 454 yang sering aku bawa, aku memiliki sepasang karena ini adalah sebuah gaya atau ciri khas untuk ku. Mengingat kejadian sebelumnya sialan aku benar benar ke hilangan kepercayaan diri ku sendiri setelah tragedi itu.
Esok harinya pagi pagi sekali aku keluar dari penginapan menuju tempat Yunha. Yaitu Red distrik yang tidak jauh dari tempat ku menginap. Dengan mengenakan pakaian kemeja hitam dimana lenganya aku gulung hingga siku, di padukan dengan celana jean dan sepatu hitam, holster pistol ku yang ada di dekat tulang rusuk ku, berwarna silver menjadinya sangat mencolok. Di tempat kumuh ini mau membawa sebesar apapun senjata api atau membawa bahan peledak tidak akan ada yang terkejut malahan mereka akan berfikir apakah orang yang membawa senjata besar mampu menembakannya.
Polisi pun tidak perduli dengan hal tersebut, undang undang membawa senjata untuk perlindungan diri tertulis dengan sangat jelas dalam God Law, nyawa manusia tidaklah berharga di tempat ini, kenapa ? pasti kalian bertanya tanya, populasi yang tak terkontrol ini jujur aku juga tidak tahu harus memulainya dari mana.
“ Ah ahh.. uhh... “
Aku menoleh ke samping kanan ku, di sebuah lorong gelap aku melihat seseorang bercinta dengan pelacur, mendapatkan pelacur di tempat ini sangat mudah kawan, kau cukup memberikan mereka makanan maka bercintalah sampai sepuas mu. Bahkan anak anak berusia belasan tahun sudah menjadi pelacur yang handal.
“ Dari awal kami semua sudah gila “
Gumam ku dalam hati.