Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Instant Action

Pekerjaan Lainnya



Berbulan-bulan berlalu. Aku masih terus bekerja dengan Bung Hendra. Aku sempat hampir mati. Aku membunuh polisi. Dahsyatnya Bung Hendra berlagak seolah penggerebekan itu tidak pernah terjadi. Aku terus mencuri dan menjual namun kali ini tidak pernah ada ancaman dari kepolisian. Mereka mungkin masih memburuku , namun entah kapan mereka akan muncul lagi untuk menangkapku.





Sedangkan ciuman itu, aku masih mengingatnya. Aku ingat ia menangis lalu berlari begitu aku melepaskan ciumanku. Sejak saat itu Xiao bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Xiao xiao sepertinya sudah melupakannya. Apa yang terjadi hari itu berlalu bak mimpi di siang hari. Namun setidaknya sejak ciuman itu , aku tidak pernah mengusik masa laluku lagi dan aku belum pernah ML lagi. Aku sudah berencana untuk berhenti bekerja dengan Bung Hendra namun di saat yang sama aku sepertinya tidak bisa mengelak darinya.





Aku pun kembali sering berkumpul dengan Kamil dan teman lamaku. Namun kami tidak pernah membahas soal pekerjaan. Kami selalu membahas soal sex, otomotif , atau pun senjata api. Namun ia sempat tidak sengaja bercerita kalau ia mendapat uang dari membobol atm atau pun merampok spbu. Mereka tinggal di komplek gudang tak jauh dari tkp pembunuhan Si Tejo.





Malam itu , aku ingat kami minum bersama , sambil bernyanyi dengan gitar dan bercerita tentang masa-masa di mana kami masih bekerja dengan Bang Imran. Mereka sudah bekerja sangat lama di sana sedangkan aku bisa dikatakan masih sangat baru. Lalu , Kamil pun teringat kalau aku sudah berbulan-bulan bekerja dengan Bung Hendra.





“ Lu kok bisa kerja sama si Hendra sih “ tanyanya





“ Gue yang daftarin diri bro. Emang kenapa ? “





Malam itu , kamil menjelaskan semuanya. Bung Hendra dahulunya adalah teman dekat Si Tejo. Bahkan Kamil pun tidak terlalu tahu siapa Bung Hendra ini namun ia menyarankan agar aku hati-hati dengannya. Ia mungkin orang yang berbahaya dan bukan tak mungkin ia terlibat dalam aksi pembakaran tempo hari.





Aku pun berpikir mungkin sudah waktunya untuk berhenti. Tapi aku sudah terlibat terlalu jauh. Aku berpikir apakah Bung Hendra akan melepaskanku begitu saja? Bukankah ia tidak ingin bisnis kecilnya itu bocor. Aku terus memikirkan hal itu bahkan saat aku terbangun dari tidurku.





Pagi itu , kami bangun lebih awal karena Istri Bang Imran akan pindah ke Griya Tawang peninggalan Bang Imran. Dia menjadi orang kaya dadakan karena harta warisan itu. Gadis-gadis Indonesia memutuskan untuk ikut pindah ke Jakarta , sedangkan gadis-gadis Asia menetap di Meikarta. Sebenarnya aku ingin mengantar mereka ke Jakarta , namun Istri Bang Imran rupanya telah menyewa mobil van , untuk mengantar mereka ke Jakarta. Mereka lalu berpelukan dan akhirnya berpisah dengan gadis-gadis Asia.





Di pagi itu aku sempat bertatap muka dengan Xiao xiao . Ciuman itu, rasanya sulit untuk dilupakan. Namun ia melihatku seolah tidak terjadi apa-apa. Lalu ia pergi bekerja begitu saja bersama gadis-gadis lainnya. Tak lama handphoneku berbunyi , dan ketika kuangkat , rupanya Bung Hendra memintaku untuk segera datang ke Spa . Ia bilang ada hal penting yang harus ia bicarakan.





Aku segera menelpon Kamil dan memberitahunya kalau Bung Hendra baru saja menelponku dan mungkin akan memberiku pekerjaan lainnya. Kamil memberi saran agar aku tidak menemuinya lagi , lalu menghindar dan jangan sampai dijebak lagi olehnya. Aku sempat terdiam di telpon itu , sampai aku jawab kalau aku ingin semua ini di akhiri baik-baik.





“ Apa? Edi Tunggu! Edi?” Belum selesai Kamil berbicara , aku menutup telepon itu. Aku bahkan sempat membuat surat mengundurkan diri di Apartemen , sebelum aku pergi ke spa. Aku ke sana membawa mobil Avanza curian itu , dan langsung masuk ke lounge karena Bung Hendra sudah menungguku





“ Boss ? “ Namun baru di restaurant , Bung Hendra rupanya sudah menungguku di sana , dengan beberapa orang berambut cepak dan berpakaian safari.





“ Oh , jadi ini dia yang namanya Edi ? “ Ucap seseorang yang duduk semeja dengan Bung Hendra.





“ Edi , saya senang kamu datang kemari. Perkenalkan , ini Pak Santoso , dan beliau bilang beliau punya urusan dengan kamu “ aku sudah mencium hal yang tidak beres. Orang-orang ini, mereka sudah membawa senjata laras panjang H&K G36. Sedangkan aku hanya membawa pistol FN dan revolver taurus. Mereka semua berdiri, lalu menodongkan senjata mereka ke arahku.





“ Jadi elo yang bunuh anak gua Tejo? Heh , gue kenal elo, Edi Iskandar. Anak manja , lahir -dengan sendok emas, Sombong Sok Berkuasa , Sok memimpin, namun tidak bisa apa-apa. Bisa keluar penjara saja masih untung kamu. Sama kayak dulu , lu rupanya masih bego juga “



ia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menembakku . Aku bisa saja mati hari itu . Aku sangat bingung dengan apa yang terjadi. Map yang berisi surat pengunduran diriku bahkan sampai terjatuh. Saat mereka hampir menembakku.





“ Duar!”



Sebuah ledakan terjadi.



“ POLISI! JANGAN BERGERAK!”





Polisi menjebol dinding spa dengan breach charges (bom untuk menjebol tembok, pintu jendela yang dibarikade, serta dapat melumpuhkan orang di dalamnya). Mereka menodongkan senjata mereka. Santoso dan anak buahnya seketika lumpuh. Saat itu juga kutahan nafasku , dan waktu seolah berhenti. Kucabut revolver colt itu , mengeker ke enam orang yang mengeker kepalaku dengan senapan mereka.





“DOR!DOR!DOR!DOR!DOR!DOR! “





Mereka semua langsung terkapar. Sayangnya aku tidak sempat menembak Hendra dan temannya Santoso. Polisi melepas tembakan. Santoso sempat tertembak namun masih berhasil melarikan diri. Aku berusaha melarikan. Mereka membidikku dan



“ Dorr! Dorr?”



Aju tertembak AK polisi di kaki. Aku tersungkur. Aku sempat bersembunyi. Polisi menghujaniku posisiku dengan senapan AK dan SMG mereka. Aku sempat membekas tembakan dan membunuh seorang polisi. Namun saat itulah Pria berhelm putih itu kembali.





“ BUK! BUK! BUK!”





Ia melayangkan tendangan dan pukulan sehingga polisi-polisi itu terpakar tak sadarkan diri. Hendra muncul kembali dari tempat bersembunyiannya bersama Santoso. Mereka menembaki pria misterius itu. Pria berhelm putih itu lalu melemparkan pisau lipat ke Santos namun sayang hanya mengenai lengannya. Terluka , Hendra dan Santoso lalu melarikan diri. Kucabut pistol FN itu dari panggungku dan nyaris menembak mati mereka . Namun pria pendek berhelm putih itu langsung menendang pistol FNku. Tendangannya bahkan hampir mematahkan leherku. Ilmu beladirinya sangat luar biasa , bahkan ia beberapa kali hampir mencekik dan mencolok mataku. Tapi bertahun-tahun berkelahi di penjara , dan pengalaman di Datasemen Rudal, membuatku mampu mengimbangi beladirinya.





Personel Sat Brimob membobol langit-langit dan memasuki spa. Pria berhelm putih itu sempat menoleh sebelum melarikan diri ke ruangan belakang. Aku melarikan diri dengan kaki pincang, sambil menghindari hujanan peluru dari setiap personil brimob. Ada lima orang di belakangku.



Saat itulah , saat dibelakang gudang spa , sebuah mobil Hilux mendobrak masuk dengan kecepatan tinggi. Aku kira aku akan mati. Aku melihat Kamil dan Monang. Monang menghujani ke lima brimob yang mengejarku dengan senapan mesin SM2 dan membunuh mereka semua. Mobil Hendra hampir melarikan diri. Aku bidik mobil itu dan berhasil menembaki sopir si Hendra. Namun ia tidak di dalam mobil itu , kami hanya menemukan uang tunai 500 juta rupiah di dalamnya.





“ Maaf kita telat , Hendra lari ke ruko belakang“ ucap Kamil





“ Aku ga tahu bagaimana kalian dapet senapan mesin ini. Tapi Yaudah! Ayo , banyak polisi ngejar kita“ Kami langsung memanjat pagar ke ruko belakang dan saat kami turun





“ DOR!! DOR!! “ Hendra menembak kedua teman kami dengan Revolvernya. Aku bisa saja menembaknya namun sayang , peluruku habis. Aku sangat ceroboh. Hendra berhasil melarikan diri dengan mencuri mobil BMW. Aku dan kamil langsung mencuri mobil Nissan Xtrail untuk mengejar Hendra namun sayang ia melarikan diri begitu cepat.





Kejadian itu terjadi begitu cepat. Kami bahkan harus kucing-kucingan dengan kepolisian. Kami sadar Meikarta bukan lagi tempat yang aman untuk kami. Kami langsung melarikan diri ke Merak , namun sebelumnya di Tangerang, kami menukar mobil kami dengan Kijang Innova tua , demi menghilangkan jejak. Kami menggunakan jalan setapak karena jalan tol dan jalan utama dalam pengawasan polisi.





“ Telah Terjadi penembakan di SPA AC , Meikarta , yang menewaskan belasan jiwa termasuk enam anggotan brimob. Sampai berita ini ditayangka , Kepolisian masih melakukan pengejaran terhadap pelaku dibantu satuan Gestapo.... “





Berita penembakan itu langsung viral di media beberapa jam setelah kejadian. Aku bahkan tidak sempat mengabari gadis-gadis lain kalau aku lari meninggalkan Meikarta. Saat di kapal Ferry , kami bersikap tenang seperti orang biasa agar tidak menarik perhatian orang . Kamil mengajakku mengungsi ke Palembang, di mana teman-teman kami di bengkel dulu , banyak yang sudah menunggu di sana. Kamil menyarankan agar aku tidak mengabari gadis-gadis di Meikarta agar mereka tidak terlibat mimpi buruk ini.





Kami tiba di Palembang siang hari esoknya. Kami menghindari jalan tol. Tidak seperti dahulu , kota itu sudah dibanjiri apartemen dan gedung perkantoran seperti di Meikarta. Kami bersembunyi di komplek apartemen perumnas di Jakabaring . Aku benar-benar tidak mengabari gadis-gadis yang lain jika aku melarikan diri ke Palembang.





Saat itu aku sedih, karena tiba-tiba harus terpisah jauh dengan gadis yang kukira akan memberi sesuatu untukku, Xiao xiao. Namun saat itu juga aku sadar , aku terlalu tidak tahu diri jika berharap bisa dekat dan bisa hidup bersama dengannya. Lebih baik seperti ini. Aku membahayakan Xiao dan yang lain jika aku menghubungi apalagi mendekati mereka. Mereka gadis baik-baik sedangkan aku orang jahat. Cepat atau lambat , polisi mungkin akan menemukanku, dan bukan tak mungkin aku bisa dipenjara atau dibunuh ditempat.
 
Rumah Baru



“ polisi masih melacak keberadaan pelaku penembakan di Meikarta pada Kamis , Malam Jumat , bulan lalu . Kedua pelaku tidak hanya membunuh enam oknum Sat Brimob Meikarta dan seorang sopir, namun juga melarikan uang tunai sebesar 500 juta rupiah...”







“Ohhh! Ohh! Mhhh Auuhhh Ohh !! “





Satu bulan kemudian. Aku sedang mengkimpoi WP Impor ketika berita itu ditanyangkan. Sambil terus menggenjot Vaginanya dari belakang, aku melihat berita itu di TV , dengan jantung berdebar-debar hebat. Kupegang pinggang WP CK yang sexy nan bahenol itu, lalu kupercepat genjotanku. Desahannya semakin menjadi-jadi. Kudekap pinggangnya , lalu kuubah posisi sehingga kini ia duduk tepat di atas penisku





Kupercepat genjotanku sambil meremas-remas buah dadanya. Disisi lain , pandanganku masih tertuju di berita itu. Gadis CK itu makin mendesah sejadi-jadinya saat penisku menusuk-nusuk dengan kecepatan penuh. Suara tepukan kedua kemaluan kami menggema-gema. Sambil meremas kuat buah dadanya, penisku mulai berkedut-kedut hebat dan akhirnya keluar di dalam vaginanya. Gadis itu bernafas lega. Ia lepaskan vaginanya dari penisku , lalu mengulum dan menelan sisa-sisa sperma yang keluar dari penisku.





Aku mengunci diri selama sebulan di Palembang agar tidak ada yang bisa menemukanku. Sesekali aku menyewa WP imigran yang tinggal di sebelah apartemen kami kalau aku sedang bosan. Handphoneku sudah kubuang entah kemana sehingga aku tidak punya handphone lagi. Uang yang kami rampas dari Hendra , akhirnya kami bagi dua. Kamil melarikan diri dan kami tidak pernah bertemu lagi . Ia hanya memberiku revolver S&W model 10 miliknya. Dua teman kami Edgar dan Bernard tewas di tangan Hendra saat hendak mengejarnya. Tapi aku tidak pernah mengejar Hendra.





Aku kosongkan rekening bank hasil uang panas dari Hendra dan setelah kuhitung aku hanya mendapat dua ratus juta lebih sedikit dari mencuri mobil-mobil itu. Ditambah yang rampasan dari spa , mungkin tidak sampai 500 juta. Uang segitu mungkin cukup untuk membeli apartemen biasa di Palembang tapi aku tidak menggunakannya , aku tadinya ingin menggunakan uang itu untuk melarikan diri dari Indonesia, namun kemudian aku sadar, aku tidak bisa melakukannya. Ini rumahku





Kurang lebih satu setengah bulan setelah insiden penambakan itu , aku mendapat kabar jika Istri Bang Imran ditemukan tewas tanpa diketahui penyebabnya. Esok harinya , Giliran Dina dan Nadia yang ditemukan tewas terpotong-potong. Kaget? Bukan lagi, rasanya saat itu juga aku ingin ke Jakarta . Aku telepon nomor mereka dengan nomor temanku namun tidak ada jawaban. Tapi kembali ke Jakarta tentu lebih besar resikonya. Akhirnya aku hanya bisa berharap terbaik untuk mereka.







“ Menurut bapak Menteri , apa penyebab meningkatnya tingkat kasus pembunuhan belakang ini?”







“ Yang Pertama tentunya beredarnya senjata api secara bebas di masyarakat . Kita tahu setelah perang usai , banyak sekali surplus senjata-senjata rampasan, senjata dinas militer atau pun kepolisian yang akhirnya jatuh ke tangan sipil dan dijual secara bebas . Dan itu tidak sedikit. Zaman sekarang Smith & Wesson kaliber .38 itu harganya cuma 500 ribu di toko loak. Begitu juga dengan colt kaliber .38 yang harganya beda tipis . Satu lagi saya rasa , Urbanisasi. Kita tahu banyak sekali orang dari Sumatra yang akhirnya pindah ke Jabodetabek atau kota-kota besar, dengan niat awal mencari kerja. Apalagi dari Sumatra ya. Itu banyak sekali. Akhirnya hal itu berdampak pada meningkatnya kriminalitas di Jabodetabek “





Salah satu Menteri sampai-sampai memberikan pernyataan terkait kasus pembunuhan yang terus meningkat setelah tawuran besar di Meikarta. Dan pernyataan itu menuai reaksi keras di kalangan masyarakat sumatra , karena seolah mengkambing hitamkan orang-orang sumatra atas kekacauan yang terjadi belakangan ini. Bahkan dalam hitungan jam setelah pernyataan itu, terjadi demo luar biasa di luar Benteng kuto Besak . Mereka mengibarkan bendera Sumatra Selatan berdampingan dengan pusaka merah putih seraya bersorak agar Menteri langsung meminta maaf pada seluruh Rakyat Sumetra.







Saat itu aku melihat di TV, demo yang lebih hebat terjadi di Meikarta dimana sebagian besar orang Batak. Mereka merasa menteri bersangkutan telah menistakan Rakyat Sumatra karena menganggap mereka sebagai kriminal yang telah meneror Meikarta. Demo itu adalah demo terbesar yang terjadi setelah masa perang dunia ketiga. Bahkan hampir menyamai demo penistaan agama di masa lalu. Namun kali ini banyak yang menganggap kalau penistaan Ras itu , adalah salah satu penyebab runtuhnya Indonesia di masa depan. Aku tertawa karena saat itu , aku harus mengakui kalau semua ini bermula saat aku menembak Tejo tepat di kepalanya. Kurasa ini salahku.







Beberapa hari kemudian, saat keadaan mulai tenang, aku keluar dari apartemen itu. Kutenangkan pikiranku berkeliling salah satu kota tertua di Indonesia, Palembang, dengan LRT pertama di Indonesia. Dari Jakabaring aku berhenti di time square (simpang lima Palembang Icon) Lalu aku jalan kaki ke Stasiun Bumi Sriwijaya. Tadinya aku ingin bersantai di sana sampai malam datang. Tapi iseng , aku mampir ke mall palembang Icon karena aku pikir aku butuh baju baru.







Mall ini tetap megah seperti masa jayanya dahulu. Tidak seperti Meikarta Plaza yang kotor dan kumuh karena sampah dan coretan. Di sanalah untuk pertama kalinya aku melihat kendaraan terbang yang asing di mataku. Sebuah pesawat Roket antariksa milik Seorang konglomerat Jepang, Direkur Sato Dynamics, yang saat itu sedang melakukan kunjungan bisnis ke Palembang.



Aku berdiri dipinggir danau Mall itu. Aku melihat pemandangan gedung-gedung tinggi di Palembang. Sesekali aku melihat mobil terbang berlalu lalang. Dulu aku pernah ke kota ini tapi dulu belum seperti ini. Penemuan Tambang Biji Nuklir di Sumatra selatan membuat kota ini berubah wujud menjadi kota Futuristik. Mobil terbang pemandangan asing di Meikarta meski kami hanya beberapa puluh Kilo dari Jakarta.



Aku berjalan memasuki Mall. Di sanalah aku tidak sengaja melihat dia. Waktu kembali berhenti. Aku terdiam dan sampai-sampai tidak sanggup melangkah. Aku melihat dia, berdiri manis memilih-milih roti sambil menghisap susu bantalnya. Pakaiannya masih tetap sopan seperti dahulu. Gaun santai lengan panjang , dan celana jeans prada yang selalu ia pakai hampir setiap hari. Itu benar-benar dia, Xiao xiao. Jantungku berdebar dan aku tersenyum. Aku heran kenapa kami selalu bertemu. Namun aku terlalu takut untuk menegurnya. Aku berputar kembali, dengan maksud ingin meninggalkannya sendiri.







“ Koh Edi?!!! “







Namun saat aku berbalik, ia memanggilku begitu kuat dengan suara manisnya itu. Aku serasa tidak sanggup berputar dan melihatnya. Tapi aku pun tidak sanggup meninggalkannya. Aku tahu aku ingin menegurnya tapi aku malu. Aku merasa aku bukanlah orang baik untuknya. Namun akhirnya , aku memberanikan diri untuk berputar dan membalas sapaanku.







“ KOKOH!!”







Sayang bukanlah Xiao xiao yang memanggilku, Tapi Jisun yang sudah berkaca-kaca saat aku melihat wajahnya. Dia berlari dan langsung memeluknya. Gadis-gadis lainnya kemudian muncul . Ada Dian, Anna , Bella, Siti dan Kirana. Xiao xiao melihat kami berpelukan namun ia seolah tidak peduli. Jisun menangis sejadi-jadinya dipelukanku



“ jangan pergi seperti itu lagi , aku takut “



Aku merasakan pelukan Jisun yang erat dan hangat. Aku merasa seperti banyak cinta dipelukan itu, dan aku tidak ingat kenapa ia menjadi seperti ini. Kurasa seperti itulah cinta, sama seperti waktu aku melihat Xiao xiao hari itu, semuanya datang secara kebetulan. Namun saat memeluknya, aku tidak sengaja melihat dua orang aneh yang memegang tangan Xiao xiao malam itu di Meikarta Plaza. Mereka menjelitiku lalu menghilang begitu saja. Xiao xiao tersenyum. Sambil terus meminum susu bantalnya , ia berjalan menghampiri kami.







“ Akhirnya kalian bisa sama-sama lagi “ Goda Xiao. Jisun sontak melepaskan pelukannya dan langsung menghapus air matanya.







“ Kami kira kokoh mati terus dibuang ke kali “ gerutunya







“ Serem bener, orang kokoh di Palembang ” Gadis-gadis lain ikut menghampiriku. Aku mengajak mereka makan sore di foodcourt lalu aku bertanya bagaimana mereka bisa menemukanku di Palembang. Kirana lalu menjelaskannya







“ Aku yang iseng telepon Kamil , gak lama setelah Nadia dan Dina meninggal. Terus dia ngasih tau kami kalau kak Edi ada di palembang , tapi dia cuma bilang kakak di Jakabaring. Gak bilang detail alamatnya di mana. Kemarin lusa, kita langsung bawa mobil ke Palembang.“







“ kakak ikut berduka. Kakak juga kaget lihat beritanya, Tapi Mana Citra ama Peggy? “ Kirana cuma menggeleng kepalanya. Peggy dan Citra menghilang tak lama dari Nadia dan Dina menghilang.



Mereka bahkan sampai sempit-sempitan di mobil Sedan demi ke Palembang. Setelah apa yang terjadi, mereka pun berencana pindah ke Palembang. Mereka mengontrak rumah tidak jauh dari LRT Demang. Rumah yang sudah berdiri sejak masa orde baru , tapi masih kokoh dan kuat. Aku sempat mengantar mereka pulang dengan LRT, namun aku tidak lama-lama di rumah mereka. Aku hanya mengantar sampai pagar,



“ ga ikut masuk koh”



Tanya Jisun. Aku menggeleng kepala.



“ Gapapa kokoh anter sampe sini saja.”



Jawabku.



“ Okay deh. Hati-hati ya. Aku ga mau kokoh kenapa-napa. Pokoknya Jaga diri!”



Aku mengangguk. Jisun masuk ke rumahnya bersama yang lain. Aku kembali ke stasiun LRT untuk pulang ke Jakabaring.



Kami semua belum punya pekerjaan, hampir setiap siang kami berkumpul di Palembang Icon terkadang sampai malam hari. Kadang , kami ke Palembang Square atau naik LRT dan belanja di Toko barang bekas di pasar 16 Ilir. Mereka semua kubelikan revolver agar mereka bisa melindungi diri. Mulanya mereka sangat takut namun aku berhasil meyakinkan mereka apalagi Kriminalitas di Palembang saat itu, masih cukup tinggi walau tidak separah Meikarta. Namun yang kutakutkan justru orang-orang Hendra.







“ Bukan seperti itu, posisi berdirinya juga harus benar. Lengan dan bahu juga harus tegap. Percaya diri , jangan takut-takut...”







Aku mengajari mereka menembak di lapangan tembak tua di seberang Palembang Square. Banyak yang terang-terangan latihan di sana walau senjata-senjata mereka kebanyakan ilegal alias beli di toko loak. Namun di masa depan, semua itu tidak masalah lagi, bahkan bisa dibilang kebutuhan. Mereka baru percaya diri setelah seminggu latihan. Namun aku beritahu mereka , jika beruntung, mereka bahkan tidak perlu menggunakan revolver itu.







“ Kokoh gak cari-cari kerja lagi? Aku lihat kokoh sepertinya santai sekali “ suatu hari , saat aku mampir sebentar di rumah mereka untuk makan malam , Jisun menanyaiku seperti itu.







“ Enggak , Kokoh mungkin mau usaha aja. “ Jawabku







“ Kokoh mau usaha apa? Aku gak mau kalo kokoh melakukan hal-hal yang berbahaya lagi. “ Aku pun tertawa.







“ Enggak-enggak , Kokoh mau usaha yang bersih aja “ jawabku.







“ janji ya, gak usah nyuri mobil lagi” Gerutu Jisun. Ia tiba-tiba bersandar di bahuku. Dian sempat menoleh . Namun ia langsung menyingkir meninggalkan kami. Sedangkan aku melihat Xiao xiao tetap tidak peduli. Kurasa ciuman hari itu , berlalu begitu saja. Heh, apa yang aku pikirkan.







Berhari-hari berlalu. Aku akhirnya menyewa ruko 4 pintu di jalan residen Abdul Rozak. Satu pintu ingin kujadikan tempat karaoke , klub malam dan spa kecil kecilan. Satu pintu untuk bengkel yang siap dibuka. Sedangkan dua pintu lagi aku berikan ke gadis-gadis itu sebagai modal usaha. Gadis-gadis ini mengaku kalau mereka sudah punya modal untuk membuka toko baju dan toko kosmetik, jadi aku tidak harus pusing memikirkan mereka. Aku akhirnya bisa konsentrasi mengurusi bisnis pertama yang benar-benar hasil jerih payahku, Bengkel dan showroom mobil.
 
Rumah Baru



“ polisi masih melacak keberadaan pelaku penembakan di Meikarta pada Kamis , Malam Jumat , bulan lalu . Kedua pelaku tidak hanya membunuh enam oknum Sat Brimob Meikarta dan seorang sopir, namun juga melarikan uang tunai sebesar 500 juta rupiah...”







“Ohhh! Ohh! Mhhh Auuhhh Ohh !! “





Satu bulan kemudian. Aku sedang mengkimpoi WP Impor ketika berita itu ditanyangkan. Sambil terus menggenjot Vaginanya dari belakang, aku melihat berita itu di TV , dengan jantung berdebar-debar hebat. Kupegang pinggang WP CK yang sexy nan bahenol itu, lalu kupercepat genjotanku. Desahannya semakin menjadi-jadi. Kudekap pinggangnya , lalu kuubah posisi sehingga kini ia duduk tepat di atas penisku





Kupercepat genjotanku sambil meremas-remas buah dadanya. Disisi lain , pandanganku masih tertuju di berita itu. Gadis CK itu makin mendesah sejadi-jadinya saat penisku menusuk-nusuk dengan kecepatan penuh. Suara tepukan kedua kemaluan kami menggema-gema. Sambil meremas kuat buah dadanya, penisku mulai berkedut-kedut hebat dan akhirnya keluar di dalam vaginanya. Gadis itu bernafas lega. Ia lepaskan vaginanya dari penisku , lalu mengulum dan menelan sisa-sisa sperma yang keluar dari penisku.





Aku mengunci diri selama sebulan di Palembang agar tidak ada yang bisa menemukanku. Sesekali aku menyewa WP imigran yang tinggal di sebelah apartemen kami kalau aku sedang bosan. Handphoneku sudah kubuang entah kemana sehingga aku tidak punya handphone lagi. Uang yang kami rampas dari Hendra , akhirnya kami bagi dua. Kamil melarikan diri dan kami tidak pernah bertemu lagi . Ia hanya memberiku revolver S&W model 10 miliknya. Dua teman kami Edgar dan Bernard tewas di tangan Hendra saat hendak mengejarnya. Tapi aku tidak pernah mengejar Hendra.





Aku kosongkan rekening bank hasil uang panas dari Hendra dan setelah kuhitung aku hanya mendapat dua ratus juta lebih sedikit dari mencuri mobil-mobil itu. Ditambah yang rampasan dari spa , mungkin tidak sampai 500 juta. Uang segitu mungkin cukup untuk membeli apartemen biasa di Palembang tapi aku tidak menggunakannya , aku tadinya ingin menggunakan uang itu untuk melarikan diri dari Indonesia, namun kemudian aku sadar, aku tidak bisa melakukannya. Ini rumahku





Kurang lebih satu setengah bulan setelah insiden penambakan itu , aku mendapat kabar jika Istri Bang Imran ditemukan tewas tanpa diketahui penyebabnya. Esok harinya , Giliran Dina dan Nadia yang ditemukan tewas terpotong-potong. Kaget? Bukan lagi, rasanya saat itu juga aku ingin ke Jakarta . Aku telepon nomor mereka dengan nomor temanku namun tidak ada jawaban. Tapi kembali ke Jakarta tentu lebih besar resikonya. Akhirnya aku hanya bisa berharap terbaik untuk mereka.







“ Menurut bapak Menteri , apa penyebab meningkatnya tingkat kasus pembunuhan belakang ini?”







“ Yang Pertama tentunya beredarnya senjata api secara bebas di masyarakat . Kita tahu setelah perang usai , banyak sekali surplus senjata-senjata rampasan, senjata dinas militer atau pun kepolisian yang akhirnya jatuh ke tangan sipil dan dijual secara bebas . Dan itu tidak sedikit. Zaman sekarang Smith & Wesson kaliber .38 itu harganya cuma 500 ribu di toko loak. Begitu juga dengan colt kaliber .38 yang harganya beda tipis . Satu lagi saya rasa , Urbanisasi. Kita tahu banyak sekali orang dari Sumatra yang akhirnya pindah ke Jabodetabek atau kota-kota besar, dengan niat awal mencari kerja. Apalagi dari Sumatra ya. Itu banyak sekali. Akhirnya hal itu berdampak pada meningkatnya kriminalitas di Jabodetabek “





Salah satu Menteri sampai-sampai memberikan pernyataan terkait kasus pembunuhan yang terus meningkat setelah tawuran besar di Meikarta. Dan pernyataan itu menuai reaksi keras di kalangan masyarakat sumatra , karena seolah mengkambing hitamkan orang-orang sumatra atas kekacauan yang terjadi belakangan ini. Bahkan dalam hitungan jam setelah pernyataan itu, terjadi demo luar biasa di luar Benteng kuto Besak . Mereka mengibarkan bendera Sumatra Selatan berdampingan dengan pusaka merah putih seraya bersorak agar Menteri langsung meminta maaf pada seluruh Rakyat Sumetra.







Saat itu aku melihat di TV, demo yang lebih hebat terjadi di Meikarta dimana sebagian besar orang Batak. Mereka merasa menteri bersangkutan telah menistakan Rakyat Sumatra karena menganggap mereka sebagai kriminal yang telah meneror Meikarta. Demo itu adalah demo terbesar yang terjadi setelah masa perang dunia ketiga. Bahkan hampir menyamai demo penistaan agama di masa lalu. Namun kali ini banyak yang menganggap kalau penistaan Ras itu , adalah salah satu penyebab runtuhnya Indonesia di masa depan. Aku tertawa karena saat itu , aku harus mengakui kalau semua ini bermula saat aku menembak Tejo tepat di kepalanya. Kurasa ini salahku.







Beberapa hari kemudian, saat keadaan mulai tenang, aku keluar dari apartemen itu. Kutenangkan pikiranku berkeliling salah satu kota tertua di Indonesia, Palembang, dengan LRT pertama di Indonesia. Dari Jakabaring aku berhenti di time square (simpang lima Palembang Icon) Lalu aku jalan kaki ke Stasiun Bumi Sriwijaya. Tadinya aku ingin bersantai di sana sampai malam datang. Tapi iseng , aku mampir ke mall palembang Icon karena aku pikir aku butuh baju baru.







Mall ini tetap megah seperti masa jayanya dahulu. Tidak seperti Meikarta Plaza yang kotor dan kumuh karena sampah dan coretan. Di sanalah untuk pertama kalinya aku melihat kendaraan terbang yang asing di mataku. Sebuah pesawat Roket antariksa milik Seorang konglomerat Jepang, Direkur Sato Dynamics, yang saat itu sedang melakukan kunjungan bisnis ke Palembang.



Aku berdiri dipinggir danau Mall itu. Aku melihat pemandangan gedung-gedung tinggi di Palembang. Sesekali aku melihat mobil terbang berlalu lalang. Dulu aku pernah ke kota ini tapi dulu belum seperti ini. Penemuan Tambang Biji Nuklir di Sumatra selatan membuat kota ini berubah wujud menjadi kota Futuristik. Mobil terbang pemandangan asing di Meikarta meski kami hanya beberapa puluh Kilo dari Jakarta.



Aku berjalan memasuki Mall. Di sanalah aku tidak sengaja melihat dia. Waktu kembali berhenti. Aku terdiam dan sampai-sampai tidak sanggup melangkah. Aku melihat dia, berdiri manis memilih-milih roti sambil menghisap susu bantalnya. Pakaiannya masih tetap sopan seperti dahulu. Gaun santai lengan panjang , dan celana jeans prada yang selalu ia pakai hampir setiap hari. Itu benar-benar dia, Xiao xiao. Jantungku berdebar dan aku tersenyum. Aku heran kenapa kami selalu bertemu. Namun aku terlalu takut untuk menegurnya. Aku berputar kembali, dengan maksud ingin meninggalkannya sendiri.







“ Koh Edi?!!! “







Namun saat aku berbalik, ia memanggilku begitu kuat dengan suara manisnya itu. Aku serasa tidak sanggup berputar dan melihatnya. Tapi aku pun tidak sanggup meninggalkannya. Aku tahu aku ingin menegurnya tapi aku malu. Aku merasa aku bukanlah orang baik untuknya. Namun akhirnya , aku memberanikan diri untuk berputar dan membalas sapaanku.







“ KOKOH!!”







Sayang bukanlah Xiao xiao yang memanggilku, Tapi Jisun yang sudah berkaca-kaca saat aku melihat wajahnya. Dia berlari dan langsung memeluknya. Gadis-gadis lainnya kemudian muncul . Ada Dian, Anna , Bella, Siti dan Kirana. Xiao xiao melihat kami berpelukan namun ia seolah tidak peduli. Jisun menangis sejadi-jadinya dipelukanku



“ jangan pergi seperti itu lagi , aku takut “



Aku merasakan pelukan Jisun yang erat dan hangat. Aku merasa seperti banyak cinta dipelukan itu, dan aku tidak ingat kenapa ia menjadi seperti ini. Kurasa seperti itulah cinta, sama seperti waktu aku melihat Xiao xiao hari itu, semuanya datang secara kebetulan. Namun saat memeluknya, aku tidak sengaja melihat dua orang aneh yang memegang tangan Xiao xiao malam itu di Meikarta Plaza. Mereka menjelitiku lalu menghilang begitu saja. Xiao xiao tersenyum. Sambil terus meminum susu bantalnya , ia berjalan menghampiri kami.







“ Akhirnya kalian bisa sama-sama lagi “ Goda Xiao. Jisun sontak melepaskan pelukannya dan langsung menghapus air matanya.







“ Kami kira kokoh mati terus dibuang ke kali “ gerutunya







“ Serem bener, orang kokoh di Palembang ” Gadis-gadis lain ikut menghampiriku. Aku mengajak mereka makan sore di foodcourt lalu aku bertanya bagaimana mereka bisa menemukanku di Palembang. Kirana lalu menjelaskannya







“ Aku yang iseng telepon Kamil , gak lama setelah Nadia dan Dina meninggal. Terus dia ngasih tau kami kalau kak Edi ada di palembang , tapi dia cuma bilang kakak di Jakabaring. Gak bilang detail alamatnya di mana. Kemarin lusa, kita langsung bawa mobil ke Palembang.“







“ kakak ikut berduka. Kakak juga kaget lihat beritanya, Tapi Mana Citra ama Peggy? “ Kirana cuma menggeleng kepalanya. Peggy dan Citra menghilang tak lama dari Nadia dan Dina menghilang.



Mereka bahkan sampai sempit-sempitan di mobil Sedan demi ke Palembang. Setelah apa yang terjadi, mereka pun berencana pindah ke Palembang. Mereka mengontrak rumah tidak jauh dari LRT Demang. Rumah yang sudah berdiri sejak masa orde baru , tapi masih kokoh dan kuat. Aku sempat mengantar mereka pulang dengan LRT, namun aku tidak lama-lama di rumah mereka. Aku hanya mengantar sampai pagar,



“ ga ikut masuk koh”



Tanya Jisun. Aku menggeleng kepala.



“ Gapapa kokoh anter sampe sini saja.”



Jawabku.



“ Okay deh. Hati-hati ya. Aku ga mau kokoh kenapa-napa. Pokoknya Jaga diri!”



Aku mengangguk. Jisun masuk ke rumahnya bersama yang lain. Aku kembali ke stasiun LRT untuk pulang ke Jakabaring.



Kami semua belum punya pekerjaan, hampir setiap siang kami berkumpul di Palembang Icon terkadang sampai malam hari. Kadang , kami ke Palembang Square atau naik LRT dan belanja di Toko barang bekas di pasar 16 Ilir. Mereka semua kubelikan revolver agar mereka bisa melindungi diri. Mulanya mereka sangat takut namun aku berhasil meyakinkan mereka apalagi Kriminalitas di Palembang saat itu, masih cukup tinggi walau tidak separah Meikarta. Namun yang kutakutkan justru orang-orang Hendra.







“ Bukan seperti itu, posisi berdirinya juga harus benar. Lengan dan bahu juga harus tegap. Percaya diri , jangan takut-takut...”







Aku mengajari mereka menembak di lapangan tembak tua di seberang Palembang Square. Banyak yang terang-terangan latihan di sana walau senjata-senjata mereka kebanyakan ilegal alias beli di toko loak. Namun di masa depan, semua itu tidak masalah lagi, bahkan bisa dibilang kebutuhan. Mereka baru percaya diri setelah seminggu latihan. Namun aku beritahu mereka , jika beruntung, mereka bahkan tidak perlu menggunakan revolver itu.







“ Kokoh gak cari-cari kerja lagi? Aku lihat kokoh sepertinya santai sekali “ suatu hari , saat aku mampir sebentar di rumah mereka untuk makan malam , Jisun menanyaiku seperti itu.







“ Enggak , Kokoh mungkin mau usaha aja. “ Jawabku







“ Kokoh mau usaha apa? Aku gak mau kalo kokoh melakukan hal-hal yang berbahaya lagi. “ Aku pun tertawa.







“ Enggak-enggak , Kokoh mau usaha yang bersih aja “ jawabku.







“ janji ya, gak usah nyuri mobil lagi” Gerutu Jisun. Ia tiba-tiba bersandar di bahuku. Dian sempat menoleh . Namun ia langsung menyingkir meninggalkan kami. Sedangkan aku melihat Xiao xiao tetap tidak peduli. Kurasa ciuman hari itu , berlalu begitu saja. Heh, apa yang aku pikirkan.







Berhari-hari berlalu. Aku akhirnya menyewa ruko 4 pintu di jalan residen Abdul Rozak. Satu pintu ingin kujadikan tempat karaoke , klub malam dan spa kecil kecilan. Satu pintu untuk bengkel yang siap dibuka. Sedangkan dua pintu lagi aku berikan ke gadis-gadis itu sebagai modal usaha. Gadis-gadis ini mengaku kalau mereka sudah punya modal untuk membuka toko baju dan toko kosmetik, jadi aku tidak harus pusing memikirkan mereka. Aku akhirnya bisa konsentrasi mengurusi bisnis pertama yang benar-benar hasil jerih payahku, Bengkel dan showroom mobil.
makasih updatenya suhu...keep healthy and stay update....
 
Masalah Pribadi



Aku menghabiskan nyaris semua uangku demi membuka usaha. Dan mulanya bisnisku sangat sepi dan lesu. Namun bisnis gadis-gadis itu, sangat maju dan beromset luar biasa. Meski sedang kesulitan , aku senang , setidaknya mereka berhasil lebih sukses lagi daripada di Meikarta. Bisnisku pun sebenarnya tidak merugi , hanya saja masih jauh dibawah target.







Teman-temanku banyak yang menaruh harapan besar dan berharap hidup mereka bisa lebih baik daripada di Meikarta dulu. Mulanya mereka mencoba sabar dan bertahan. Mereka yakin jika mereka sabar , hasil yang mereka dapat akan sepadan. Namun apa daya hidup ternyata tidak semudah yang kita kira. Dalam enam bulan , hanya tersisa dua temanku yang masih bekerja denganku. Hanya Monang dan Ega. Sisanya pulang ke Jakarta. Siang itu, aku sempat curhat dengan Jisun dan dia sangat simpati begitu mendengar ceritaku.







“ Aku sama yang lain sebenarnya udah mikirin jalan keluar yang ini. Sorry , tapi kenapa Koko gak coba kerja kantoran? Atau mungkin ikut CPNS ? Mungkin kedepannya Kokoh bisa lebih baik lagi dan gak harus pusing lagi?” Namun aku menggelengkan kepalaku







“ Kamu kan tahu kokoh gak cocok kerja jadi PNS. Kokoh masih tertarik usaha . Mungkin , kokoh sabar aja ya?” Jisun hanya mengangguk. Ia genggam tanganku kuat-kuat dan menjawab







“ Tapi aku seneng kita disini. Gak kerasa udah berbulan-bulan kita hidup tenang. Dan aku seneng kokoh gak kerja yang aneh-aneh lagi. Aku yakin Palembang bisa jadi rumah baru kita , dan aku ingin kita selalu hidup tenang di sini. Tanpa harus takut atau cemas tentang apa pun.“







Aku sebenarnya masih bingung bagaimana Jisun mengetahui apa pekerjaanku yang sebenarnya di jakarta. Namun saat Ia memelukku , ia berhasil menenangkan aku yang saat itu sempat putus asa. Kami tidak berpacaran secara resmi, namun waktu itu kami sudah sangat dekat. Jisun , xiao xiao dan gadis-gadis lainnya akhirnya mantap dengan usaha mereka dan berencana ingin membuat usaha cafe kecil di dalam ruko mereka. Di saat yang sulit itu, merekalah yang menjadi penyemangat hidupku. Namun di masa yang sulit itu jugalah , aku terpikir dengan orang yang hampir membunuhku di Meikarta , Hendra dan Santoso.







Sosial media semakin bertambah canggih di masa depan , meskipun situasi saat itu semakin bertambah sulit. Malam itu di Bus TransMusi, aku melihat Jisun dan gadis-gadis lainnya asik memainkan sosial media . Aku kemudian terpikir untuk mencari Bung Hendra dan Santoso di sosial media. Sayang sekali, keduanya tidak aktif di sosial media karena mereka berstatus buron di Meikarta. Namun dari postingan bertahun-tahun lalu, aku akhirnya mengetahui kalau Santoso punya keponakan kesayangan di Palembang , yang kebetulan musuhku sebelum aku masuk penjara dahulu, Rendi.







Malam itu aku tidak langsung pulang ke rumah. Aku mampir ke kediaman Rendi yang berada jauh di musi 2. Namun aku tidak melihat siapa-siapa di sana. Namun tak lama aku melihat sebuah mobil mendekat. Lalu seseorang turun dari mobil itu dan rupanya , dialah Rendi. Aku memata-matainya sampai ia masuk ke dalam rumah. Dan setelah ia masuk , saat itu juga temanku datang.







“ Ini rumah ponakan orang yang ngebunuh temen-temen kita?” Tanyanya







“ Iya bener, baru pindah dia. “ jawabku.







“ Yaudah masuk “ Kami berdua pun masuk. Tidak ada penjagaan yang berarti jadi kami dapat dengan mudah mengakali kunci pintu depan. Aku masuk namun temanku masih memelototi mobil Mercy c200 milik Rendi.







“ Gini aja , lu ambil mobilnya . Gue yang urus bajingan ini” bisikku







“ Okay , deal!” Ia langsung mencuri mobil itu , membuka pagar dan keluar tanpa dosa. Tak lama Rendi turun ke lantai satu namun ia begitu terkejut begitu ia melihatku.







“ Edi?” Aku ingat orang ini. Hampir sepuluh tahun yang lalu, sebelum aku masuk penjara , aku ingat ia mengejakku, menghinaku kalau aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Aku memukul mobilnya dan kami berkelahi, namun sayangnya ia dan teman-temannya mengeroyok aku sampai babak belur.







“ ANJING YA DI! Lo gak puas-puas ya cari gara-gara ama gue “ Ia tiba-tiba mencabut pistolnya dan







“ DOR!! “ aku menembak biji pelirnya lebih dulu. Ia berteriak kesakitan. Kaliber 38 itu benar-benar berhasil memecahkan buah zakarnya. Pistol P320 compact itu terjatuh dari tangannya dan ia terduduk berdarah-darah di lantai.







“ Anjing lo Di!! Kenapa!!! Kenapa lo ganggu hidup gue?!!” Lirihnya sambil merintih kesakitan. Aku rebut handphonenya dari saku celananya , dan tak lupa kuambil pistol itu dari lantai. Namun saat aku hendak membunuhnya.







“ BRUK!”







Pria berhelm putih itu tiba-tiba muncul kembali. Ia melempar pisau lipat kearahku namun aku langsung menghindar. Pisau itu justru mendarat tepat diantara kedua mata Rendi, dan membunuh bajingan malang itu ditempat.







“ Elo baru aja bunuh mangsa gue. “ bentakku. Aku bisa saja menembaknya tepat di kedua matanya. Namun aku tidak melakukannya. Saat pria berhelm putih itu maju, aku pun ikut maju dan tak sabar ingin mencekiknya sampai mati.







Ia melayangkan tendangan yang sangat cepat dan kuat. Namun aku berhasil menghindar. Aku ambil kursi kayu itu lalu aku pukulkan ke tubuhnya. Sayang , ia pun berhasil menghindar dan menendangku tepat di dada kiri. Rasanya sakit sekali dan aku sampai muntah darah. Ia sudah mencekik dan nyaris menyembelihku , namun langsung aku cengkram lengannya dan aku banting ia sekuat tenaga. Namun ia berhasil berdiri kembali tanpa masalah. Ia hampir menyembelih leherku dan melayangkan tendangan bertubi-tubi yang nyaris membunuhku di tempat. Namun aku berhasil mengelak dari tendangannya dan saat itu juga aku melayangkan pukulan memutar yang mungkin terkuat yang pernah aku layangkan







“ PRANG!!!”







Kaca helm itu nyaris terpecah. Ia kehilangan keseimbangan namun saat aku hendak memukulnya, ia menangkapku lalu kembali menendang dadaku sekuat tenaga. Aku terkapar dan nyaris mati. Langsung kukeluarkan revolverku namun ia menghilang. Aku bernafas lega. Beladiri pria misterius itu sangat luar biasa dan bahkan ini pertama kalinya aku kalah berkelahi sejak aku ditugaskan melawan Australia di Papua. Bahkan tentara Australia tak mampu beradu jotos denganku hidup-hidup. Tapi Pria pendek itu selalu hampir membunuhku di tempat.







Aku berhasil mendapatkan Handphone Rendi, dan membawa lari emas batangan senilai ratusan juta dari rumahnya. Polisi datang lima menit kemudian namun aku berhasil melarikan diri dengan mobil BMW Rendi. Aku tidak kembali ke apartemen malam itu. Aku bawa mobil itu ke bengkel dan istirahat di sana semalaman. Malam itu juga , aku mendapat berita kalau Monang tewas di jalan angkatan 45 , dengan kondisi pisau lipat tertancap di lehernya. Pisau milik Pria berhelm putih itu. Apa jangan-jangan dia yang membunuh gadis-gadis itu?







Aku kunci bengkelku rapat-rapat dan memastikan tidak ada yang mengikutiku. Aku terkapar di sofa kantorku dan tertidur sampai esok. Aku terbangun saat handphone yang kucuri berbunyi. Dadaku masih sakit dan aku masih sulit bernafas. Aku angkat telepon itu dan aku sangat terkejut sewaktu mendengar suara dibalik telepon.







“ Dimana kau? Kenapa kau bunuh Rendi? Sudah bosan hidup hah?” Ia seolah tahu bahwa bukan Rendi yang menjawab telepon.







“ Santoso ... kau tidak bisa melacak telepon ini?” Ejekku sinis.







“ JANCUK KAU! MASALAH KAU DENGANKU BUKAN DENGAN PONAKANKU!” Kututup telepon itu lalu kusalin seluruh data telepon Rendi ke laptopku. Lalu kubuang handphone itu ke truk sampah.







Dari handphone itulah , aku akhirnya mengetahui siapa musuhku. Masalahku sebenarnya hanya dengan Santoso , karena aku membunuh teman baiknya, Tejo. Santoso punya boss lagi yaitu seorang Konglomerat Kaya Direktur Utama Wirajaya Group bernama Herman Wirajaya. Herman saat ini sudah berumur sekitar 82 tahun, dan memiliki tiga anak yang masing-masing punya bisnis masing-masing. Pertama , Rama Wirajaya , yang mengelola bisnis Perakitan Senjata , anak kedua , Theo Wirajaya , yang mengelola bisnis Developer dan kontraktor. Dan yang bungsu , Suhendra Wirajaya , yang mengelola bisnis Otomotif dan spa plus-plus.







Masalah muncul ketika Santoso yang sebenarnya bekerja pada Pak Herman, mengetahui kalau aku bekerja dengan Hendra , putra bungsu Pak Herman. Dendam , Ia memberi tahu Hendra kalau akulah yang membunuh teman baiknya Tejo , dan Hendra mengizinkan ia bertemu denganku di spa , dengan niat ingin membunuhku. Dan akibat itulah baku tembak terjadi dan naasnya polisi juga datang ke spa dengan tujuan ingin menangkapku atau mungkin Hendra. Bisnis Hendra menjadi hancur dalam semalam, dan Pak Herman benar-benar murka karena putranya juga menjadi buronan Polisi, sehingga beliau menyuruh seluruh anak buahnya untuk mencari dan membunuhku .







Mereka rupanya mulai mencari dari orang terdekatku, yang tidak lain gadis-gadis itu. Beruntungnya mereka sepertinya hanya memiliki kekuatan di Jabodetabek dan Pulau Jawa. Di luar jawa, mereka juga bersaing dengan konglomerat dan pengusaha lainnya. Dari Chat Rendi dan Santoso , Hendra sedang bersembunyi di sebuah griya tawang super mewah di Jakarta. Dan Rendi sendiri sebenarnya bekerja untuk Theo yang saat ini sedang aktif di Palembang.







Theo , putra Pak Herman yang kedua ini, memang belum berkuasa secara adidaya di Palembang. Karena , ada satu konglomerat kaya keturunan Tionghoa , yang sudah berkuasa bahkan sejak era reformasi. Namun bukan berarti mereka bodoh. Mereka juga punya anak buah di Palembang, yang kebanyakan adalah oknum Kostrad dan kepolisian , dan bukan tidak mungkin setelah kasus pembunuhan Rendi ini, mereka akan mengutus beberapa orang untuk membunuhku. Atau lebih parahnya lagi, mereka bisa saja mengirim pria berhelm putih itu , untuk mematahkan leherku. Tapi tidak jika aku menyerang mereka lebih dahulu. Saat mendapatkan Profil Theo di media sosial, aku langsung terpikir bagaimana cara menjatuhkan orang ini.
 
Si Manis



“ Kirana , lu mau bantu gue?”







“ Bantuin apa kak Edi? “







“ Ini sebenarnya rahasia , karena ini menyangkut pembunuh teman-teman kita. “







Saat aku membuka profil Theo di sosial media, ia langsung mengetahui kalau ia seorang Playboy mata keranjang. Aku terpaksa meminta tolong Kirana , karena dari profil media sosial , Theo sepertinya tidak begitu tertarik dengan gadis impor. Maka dari itu, aku hanya bisa meminta tolong pada Kirana , karena entah kenapa firasatku mengatakan rencana itu akan berhasil. Aku ingin Kirana menggoda salah satu orang yang ikut bertanggung jawab atas kematian teman kami.







“ lu pengen gue , godain nih cowok? Serius dia yang udah nyuruh orang buat bunuh Citra ama Dina?”







“ Iya Ran , lebih tepatnya ayahnya yang nyuruh orang buat bunuh Citra ama Dina . Dan sebenarnya gue juga salah karena saat itu , orang yang mereka cari , itu gue. “ jawabku. Kirana lalu menepuk meja dan menjawab







“ Kapan kita ketemu dia?”







Kirana sudah tak sabar ingin melancarkan aksinya sendiri. Theo sangat terbuka di media sosial jadi kami tahu jika malam itu , ia berencana clubbing di salah satu club malam mewah miliknya sendiri , di jalan soekarno hatta. Aku memberi Kirana uang tunai agar ia membeli sendiri apa saja yang ia perlukan untuk tugas ini. Kami lalu berjanji akan bertemu di klub malam ini. Agar lebih alami , kami pergi bersama gadis-gadis lainnya. Tentu saja aku selalu berdua dengan Jisun dan kami sengaja memesan meja di dekat meja Theo.







“ Ran , orang itu kok liatin kamu terus ya?” Dian berbisik kepada Rana , dan dengan sendirinya , rupanya Theo langsung tertarik dengan Rana.







“ Sayang , kamu kok diem aja? “ Aku pura-pura tidak peduli dengan berbicara pada Jisun .







“ aku... aku gak biasa ke tempat kayak gini say “ bisik Jisun malu-malu.







“ Kamu gak biasa minum? “ Jisun menggelengkan kepalanya.







“aku paling sekali atau dua kali ke tempat seperti ini. Jadi, aku belum terbiasa “ Jawab Jisun. Sedangkan Theo mulai berdiri untuk mendekati Kirana.







“ Aku anter pulang ? mau? “ Jisun mengangguk. Aku berhasil menyingkir dengan alasan mengantar Jisun pulang. Xiao xiao pun tiba-tiba ikut berdiri dan ikut pulang bersama kami.







“ Kalian have fun ya , aku ikut pulang sama mereka “ sahutnya







“ Lho kok pulang semua sih? “ gerutu Bella kecewa.







“ Iya kok buru-buru banget ? “ Sahut Anna.







“ kalian naik Taxi elektrik aja , nih buat kalian “ aku titipkan uang tunai dua juta pada mereka lalu aku pulang bersama Jisun dan Xiao xiao. Tak lama setelah kami menyingkir, Theo justru menghampiri dan tiba-tiba memegang lengan Xiao xiao.







“ maaf saya menggangu , tapi , kamu udah mau pulang ? “ mereka berdua sempat bertatapan lama. Aku tidak pernah melihat tatapan mata Xiao xiao yang seperti itu. Aku cemburu. Aku tidak suka orang ini. Xiao bahkan tidak melepaskan genggaman orang itu dan justru , pipinya memerah karena malu.







“ aku.... tidak kok, aku gak kemana-mana “ jawab Xiao malu-malu.







“ kalau gitu , boleh saya belikan segelas minuman buat kamu?” aku terkejut Theo rupanya bisa berbicara bahasa mandarin dengan baik dan benar. Tatapan itu langsung membuatku makin cemburu. Rencanaku kacau balau. Aku kehilangan kendali malam itu , sehingga langsung kulepaskan lengan jisun yang sedang menggandengku , lalu kutarik Xiao xiao dengan kasar.







“ EH!! EH!” Xiao xiao terkejut bukan main.







“ KOKOH?!” Jisun juga terkejud.







“ Sorry Nyet , kita udah mau pulang “ Ejekku dengan bahasa Indonesia.







“ Apa kamu tidak bisa sopan sedikit dengan perempuan?” Aku jatuh dalam permaiananku sendiri. Theo lalu menarik Xiao xiao dari genggamanku namun aku mencegahnya sehingga terjadilah tarik menarik. Geram kukepalkan tanganku , lalu







“BUK!!” kupukul Theo sampai ia terjatuh di tengah lantai dansa. Pukulanku sangat keras sampai-sampai darahnya mengucur dari hidungnya.







“ BUK!! BUK!!” Namun tiba-tiba sebuah tongkat mendarat di kepalaku. Aku seketika terjatuh dan beberapa orang langsung memukuliku dengan tongkat baton tanpa ampun.







“ KYAAA!! KOKOH!!!! “ Jisun berteriak dan menangis. Ia langsung memasang badannya agar mereka berhenti memukuliku.







“ Jangan mas saya mohon, saya mohon jangan pukul dia lagi! Saya minta maaf” Tangisnya. Xiao xiao justru menghampiri Theo namun ia terdiam membatu ketika aku dikeroyok. Kepalaku sampai bocor akibat pukulan-pukulan baton mereka.







“ APODIO URUSAN KAU SAMO BUDAK KAMPANG INI?” ( apa urusan kamu sama bajingan ini?” Bentak begundal-begundal itu.







“ Dio kokoh aku pak.... tolong nian jangan digeboki lagi. Kesian pak...” Jawab Jisun dengan dialek Palembang. Gadis-gadis lainya pun langsung menghampiriku.







“ DAK USAH KAMU DATENG DATENG LAGI KESINI!! BINATANG KAMU GALO-GALO YE!!” ( Gak usah kalian datang kesini lagi ! Binatang kalian!”) Aku dilempar keluar dari klub malam dan langsung menjadi tontonan banyak orang. Xiao xiao masih diam membatu. Aku ingin kembali ke dalam dan membantai mereka semua. Tapi saat aku hendak melangkah, Jisun mencegahku.



“ Koh…”



Ia menggeleng kepalanya. Malam itu juga dengan mobil Avanza milik Jisun, aku dilarikan ke rumah sakit tua di jalan Demang lebang daun.







Aku pulang dari rumah sakit mungkin esok sore , dan Jisun tidak mengucapkan satu patah katapun kepadaku. Aku tidak melihat Xiao xiao, hanya Jisun dan gadis gadis lain yang menjemputku di rumah sakit. Jika diingat-ingat dari tatapanku malam itu kepada Xiao xiao, terlihat jelas sekali kalau aku cemburu buta. Dari cara aku menghampaskan gandengan Jisun , lalu menarik Xiao xiao , lalu menonjok si Theo , jelas sekali kalau aku cemburu mata padanya. Apalagi Xiao xiao menatapnya seolah ia baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama.





“ Kamu , kamu gak mau mampir dulu?”



Jisun hanya menggelengkan kepalanya. Gadis-gadis yang lain bahkan tidak berani bicara apa-apa. Aku melihat raut kekecewaan dari wajahnya. Aku turun dari mobilnya dan tak lama ia pergi tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Aku kembali ke apartemen sewaanku dan langsung istirahat setelah apa yang terjadi kemarin. Beruntung anak buah Theo tidak mengenaliku dan membunuhku ditempat. Jisun sangat kecewa karena malam itu terlihat sekali aku tidak rela orang itu mendekati Xiao. Ia sempat berhari-hari tidak menegurku bahkan ia sama sekali tidak membalas chatku. Aku biarkan dia sendiri dahulu , sampai ia menegurku kembali.







Aku sempat bingung harus melakukan apa karena rencanaku kacau balau. Theo rupanya lebih tertarik pada Xiao daripada Kirana. Aku sempat berhari-hari sendirian di bengkel , walaupun Jisun ada di ruko sebelah. Ia bahkan tidak menegurku sama sekali. Memang , aku mulai terbiasa dan mulai menyukai gadis ini, tapi aku tidak munafik kalau aku masih sangat menyukai Xiao xiao , karena alasan yang aku sendiri bingung untuk mengatakannya.







Kurang lebih dua minggu kemudian, Kirana datang menemuiku di bengkel. Aku sempat bertanya apakah Jisun datang hari itu. Namun ia menggelengkan kepalanya. Sepertinya aku harus meminta maaf lebih dahulu pada Jisun. Kirana bertanya apa rencana kami selanjutnya dan aku pun mengaku kalau aku sendiri bingung. Kirana lalu memberitahuku kalau ia sering melihat Xiao xiao dijemput pria itu di stasiun LRT. Mereka jalan berdua hampir setiap hari bahkan Kirana sempat mengira kalau mereka mungkin sudah pacaran. Kirana lalu menyarankan , mungkin lebih baik jika aku bekerja sama dengan Xiao xiao saja tapi aku menggeleng kepalaku dan menjawab







“ maaf Kirana. Mungkin, sudah saatnya kita merelakannya dan melanjutkan hidup kita saja” Jawabku pesimis.



“ kok Kak Edi jadi pesimis gini sih. Aku ga suka”



Kirana pun ikut kecewa. Ia lalu berdiri dan meninggalkan bengkel tanpa mengucap salam. Ia mungkin tidak menyangka kalau aku akan menyerah begitu saja. Aku lalu berbaring di sofa , dan berpikir bagaimana cara memperbaiki masalah ini.





Aku tak menyangka Xiao xiao benar-benar jatuh cinta dengan orang itu. Kesal rasanya , ketika Xiao bisa jatuh cinta dengan tipikal orang seperti itu. Kaya , tampan , gagah dan memiliki segalanya. Ketimbang memikirkan Jisun yang sedang kecewa denganku, aku justru sakit hati karena perasaaan cemburu buta. Apakah ia sudah melupakan ciuman itu? Aku pun tertawa terbahak-bahak







“ah cuma sekedar ciuman , mungkin ia sudah lama melupakannya. “ padahal aku ingat sekali ia pun membalas ciumanku dan sempat menangis lalu memelukku ditengah hujan yang tiba-tiba turun , tak jauh dari mantan istriku. Aku merasa banyak cinta di ciuman itu tapi sepertinya itu hanya perasaanku saja. Sepertinya, lagi-lagi aku harus menyimpan kenangan itu untuk diriku sendiri.







Untuk terakhir kalinya , aku menelpon Jisun , berharap ia menjawab telepon itu. Namun ia tidak menjawabnya. Aku pun sadar , saat itu aku tidak punya siapa-siapa. Aku buka secangkir bir, lalu kuminum sendirian. Dan saat itulah , Dian datang , ditengah suasana yang sedang tak karuan itu.







“ Koh , “ ia pun duduk di sampingku dan tanpa rasa berdosa, ia bersandar dipundakku.







“ Jisun masih marah sama Kokoh ? “







“ Pssstt!” Dian langsung menutup mulutku.







“ Gak usah bahas itu dulu , aku gak mau kokoh pusing “



Bisiknya manja. Ia tuntun kedua tanganku agar memeluknya yang sedang berbaring di atas tubuhku. Dan kami pun bercumbu. Senang rasanya bisa memeluk seseorang ketika kita sedang terpuruk. Namun akhirnya kulepaskan ciuman dan pelukanku itu , lalu berdiri dari sofa.







“ Ada apa?”



Tanya Dian.Aku sadar aku tidak sekesepian itu sampai-sampai butuh ciuman , pelukan dan lubang vagina gadis lain. Tanpa mengucapkan satu kata pun, aku keluar meninggalkan kantor lalu pulang sendirian. Aku naik LRT dan diam di sana. Saat berhenti di stasiun Demang , saat itulah jantungku serasa diterjang peluru.



Aku melihat dia, Xiao xiao , dipeluk dan dicumbu oleh orang lain, yang Ayahnya sedang ngotot mencari dan membunuhku. Aku tak mampu menahan air mataku. Saking marahnya , aku diam saja , padahal aku bisa saja mencabut revolverku dan membunuh Theo di tempat.



Lagi-lagi apa yang aku suka, aku cintai , raib diambil orang. Aku lewati mereka yang sedang bercumbu itu dan mereka bahkan tidak menyadariku. Aku naik sendirian di kereta itu , menuju rumahku dan pada akhirnya aku menangis sendiri. Jika diingat-ingat , aku memang tidak berhak marah apalagi menangisinya , karena ia tidak pernah menjadi milikku. Aku sudah punya Jisun , yang saat itu seharusnya lebih aku perjuangkan. Namun tetap saja , rasanya sakit , melihat gadis itu dicumbu dan dipeluk oleh orang lain. Mungkin tidak ada salahnya jika aku bertanya , apakah aku salah? Apakah kalian juga pernah merasakan yang kurasakan? Ataukah aku terlalu serakah dan keterlaluan?







Ditengah tangisku yang tertahan itu, tak sengaja aku melihat tas Jisun , yang tak sengaja tertinggal di salah satu bangku peron LRT. Aku berpikir mungkin ini satu kesempatan untuk meminta maaf , lalu pergi selamanya. Aku tidak melihat dia. Aku ambil tas itu lalu membukanya, dan aku tak sengaja menemukan buku hariannya. Aku pikir karena aku sudah kehilangan Xiao xiao, ada baiknya aku lebih mengenal Jisun, satu-satunya gadis yang menyukaiku tanpa alasan. Namun dua jam kemudian, tanganku gemetar dan buku itu sampai terjatuh. Sungguh aku tak percaya apa yang kubaca dari buku itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd