Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Instant Action

Sendiri yang Menyiksa


Rome tidak sengaja menemukanku di dalam mobil Innova ber plat BE. Tidak ada karcis parkir , tidak ada rekaman cctv kapan mobilku masuk , Rome sendiri curiga bagaimana mobilku bisa masuk. Tidak ada jasad Xingqiao , hanya koper milik Xingqiao yang diletakkan di bagasi belakang. Cuma mobil dan koper itu lah kenangan yang aku punya.







“ Ribuan korban jiwa meninggal dunia , serta puluhan bagunan rusak parah akibat pengeboman yang diduga dilakukan oleh Edi Koboi . Belum ditemukan jasad Edi Koboi, sehingga pelaku diduga masih berkeliaran dan sangat berbahaya “





Aku harus bertanggung jawab atas pengeboman yang tidak aku lakukan. Padahal mustahil orang sepertiku bisa mempunyai bom sebesar itu. Meskipun banyak yang menyudutkanku , banyak juga warganet yang mendukungku. Saksi mata yang selamat dari bom itu sempat memberi kesaksian kalau polisi lah yang menembak lebih dahulu , sehingga membunuh Xingqiao dipelukanku. Dan beredar pula isu keterlibatan militer dalam kasus ini karena yang memiliki bom sebesar itu hanya pemerintah. Bahkan sebelum perang, bom yang dimiliki TNI tidak pernah sebesar itu. Saksi mata itu sendiri kehilangan kakinya akibat pengeboman itu.







Tidak ada yang berani menegurku malam itu. Bang Toni hanya memberiku satu kamar untuk menginap , dan juga makan minum tapi aku menolak. Aku diam berhari-hari , mengunci diri di kamar itu. Banyak sekali pengunjung yang tahu kalau aku di kamar itu namun mereka tidak melapor ke 110. Sayangnya saat itu aku justru berharap mereka melaporkanku agar aku bisa sekalian dihukum mati .



Susah menerima kenyataan kalau aku kehilangan Istriku, Xingqiao untuk selamanya. Aku pernah kehilangan , namun waktu itu istriku direbut laki-laki lain tapi aku masih bisa melihatnya. Tapi kini, aku harus sadar kalau aku tidak bisa memeluknya lagi, menciumnya lagi dan melihat senyumannya lagi , selamanya. Bahkan menangis pun aku tidak sanggup. Aku menyesal , kenapa kami tidak melarikan diri lebih awal.







Aku tahu apa yang dipikiran kalian. Kenapa aku tidak balas dendam saja? Kalian tahu kenapa? Bagiku , balas dendam itu tidak mudah. Itu tidak akan membuat Xingqiao kembali. Aku bisa membunuh Herman dan semua keluarganya. Menghabisi siapa saja yang menghalangiku. Lalu apa? Apakah itu akan membuat Xingqiao kembali? Tidak. Xingqiao akan tetap mati. Ia tetap pergi. Itu sebabnya aku duduk di sini, di kamarku. Meski aku keluar sana dan membalas mereka, itu tidak mengubah apa-apa. Aku tetap kehilangan Xingqiao



“ elo tahu ? apa beda elo dari gue, Di? Dari lahir elo tahunya enak , seluruh mau lo diturutin. Makan tinggal bilang pembantu. Mau duit , mau mobil, mau apa aja bilang ke Bokap. Dan akhirnya elo manja dan enggak terbiasa menghadapi persoalan sulit. Nah gue? Gue gak punya apa-apa Di. Bokap gue ninggalin gue waktu gue kecil. Nyokap sakit-sakitan. Gue udah terbiasa dengan sesulit apa pun? Jadi kalo ada masalah , gue gak pernah lari. Gue pasang badan. Elu mau tau kenapa elo jadi semenyedihkan ini sekarang? Ya karena elo Manja KAMPANG!!!”





Aku jadi ingat perkataan Putra waktu ia mengusirku dari rumahku sendiri. Mungkin ia benar, mungkin mereka benar , aku hanya anak manja , anak Papi , yang tidak terbiasa menghadapi masalah sulit. Seharusnya aku maju , menghabisi mereka semua selagi aku bisa. Bukan malah melarikan diri. Akhirnya aku kehilangan , namun kali ini , rasanya jutaan kali lebih sakit dari sebelumnya,







Berminggu-minggu kemudian. Aku memberikan seluruh uangku ke Bang Toni , karena aku merasa tidak membutuhkannya. Ia sempat bertanya apakah aku yakin akan memberikan seluruh uang itu kepadanya? Aku jawab ya. Tidak ada Xingqiao, rasanya aku tidak butuh uang sebanyak itu lagi. Toni menawarkan kalau dia masih bisa membawaku keluar Indonesia. Namun aku juga menolaknya. Bukan karena aku meragukannya , tapi karena aku merasa sudah terlambat untuk melarikan diri.





“ I wanna follow where she goes





I think about her and she knows it





I wanna let her take control





'Cause everytime that she gets close, yeah “








Akhirnya suatu malam , ketika aku lelah , aku mendengar suara itu. Ketika itu aku sedang meminum segelas vodka , dan aku langsung menoleh ketika mendengar suara itu.





“ She pulls me in enough to keep me guessing





And maybe I should stop and start confessing





Confessing, yeah “








Lagu itu , lagu Shawn Mendes, yang saat itu sudah dilarang dinyanyikan di Indonesia. Namun penyanyi wanita itu menyanyikannya. Ia sangat cantik , manis , menawan dan menggairahkan. Sudah lama sekali sejak aku melihatnya. Aku melihatnya dan ia juga melihatku di antara ribuan pengunjung lainnya. Xiao xiao , teman baik Xingqiao , yang pernah aku cium di jalan dekat rumahku dulu.







“ Oh, I've been shaking





I love it when you go crazy





You take all my inhibitions





Baby, there's nothing holding me back





You take me places that tear up my reputation





Manipulate my decisions





Baby, there's nothing holding me back





There's nothing holding me back





There's nothing holding me back “










Ia berhasil menguasai panggung dengan suara dan tariannya. Malam itu ada orang-orang Krauts , ada orang prancis , ada orang Poland, bahkan ada dari Kekaisaran China dan mereka semua melonjak , berteriak , terbius oleh musik dan suaranya. Sudah lama sekali aku tidak mendengar nyanyian seindah itu . Meski tidak seindah suara Xingqiao ketika bernyanyi, suaranya berhasil membiusku malam itu





“ Cause if we lost our minds and we took it way too far





I know we'd be alright, I know we would be alright





If you were by my side and we stumbled in the dark





I know we'd be alright, I know we would be alright





'Cause if we lost our minds and we took it way too far





But I know we'd be alright, I know we would be alright





If you were by my side and we stumbled in the dark





I know we'd be alright, I know we would be alright “










Aku maju dengan sendirinya mendekati panggung , dan matanya masih tertuju padaku. Terakhir yang kuingat , ia sedang bercumbu mesra dengan si Theo, putra si Herman . Aku tak tahu apakah mereka masih berpacaran , namun ketika lagu itu usai. Ia turun dari panggung , lalu mengejarku dan langsung memelukku. Para hadirin melihatnya, Edi Koboi , si penjahat idaman wanita , dipeluk oleh penyanyi cantik yang menggetarkan panggung malam itu.









“ Alamak , tinggi kali rupanya selera gadis ini “









Begitulah celotehan seseorang ketika Xiao memelukku.







“ Kalian ngobrol nya jangan di sini. Yuk , aku siapin lounge buat kalian “







Bang Toni menyiapkan lounge VVIP agar kami bebas mengobrol berdua. Saat bang Toni keluar, Xiao xiao langsung mengunci pintu dari dalam dan saat itu juga aku memeluknya dari belakang dan menangis.







“ adik Xiao.... Xingqiao...... Xingqiao.... “ Ia langsung berbalik dan ikut memelukku. Kami berdua menangis sejadi-jadinya. Kami sama-sama kehilangan Xingqiao. Ia sudah tahu kalau aku bersembunyi di sini bahkan polisi cepat atau lembat juga akan tahu. Hanya tinggal menunggu tindakan saja. Tidak ingin kejadian yang sama terulang , ia membujukku agar melarikan diri saja. Aku hanya menggelengkan kepalaku.



“ Jadi kamu sudah tahu yang sebenarnya. apa kalian sempat bahagia?” Tanya Xiao. Aku mengangguk. Kami sempat menikah. Kami sempat bahagia beberapa bulan. Aku lalu tersenyum



“ Gimana dengan kamu ? Kamu masih pacaran sama Theo ? “ Xiao menunduk dan menggelengkan kepala.







“ Udah aku putusin , tapi dia masih ngejer-ngejer aku. Aku gak mau. Mama sama papanya juga gak setuju dia pacaran ama aku. Makanya aku putusin dia. Terus aku mulai benci ama dia karena orangnya tuh songong.”







Ia sempat bercerita tentang hubungannya dengan Theo. Pelan-pelan ia juga mengaku kalau Theo hampir melamarnya tapi akhirnya dilarang keras oleh ayah Theo , Herman.







“ Kak Edi tidur di sini ? Aku boleh nginep ? aku mau cerita banyak banget “







ia ingin menginap denganku malam ini. Kalau aku berniat jahat , aku bisa saja bilang iya lalu langsung memperkosanya. Tapi aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Lagipula aku masih ingin sendiri. Jadi aku menolaknya dengan halus.







“ Janganlah , lagian cewek cowok kalo campur ntar orang curiga. Pulanglah. Pesen taxi elektrik aja. “ Xiao justru tertawa terpingkal-pingkal







“ Kak Edi , masa iya di tempat kayak gini ada yang curiga cewek cowok campur sekamar. Ngaco ah kayak anak kecil tau gak. Pokoknya aku mau NGINEEEEEEEP. Aku dak galak kakak aku nangis dewean! “







“ sejak kapan kamu belajar bahasa Palembang? “







Akhirnya aku tidak bisa mengelak lagi. Malam itu aku tidur satu kamar , satu kasur dengan xiao xiao , yah walaupun kita tidak ML. Aku tidak menyangka ia menyimpan banyak game di laptopnya jadi semalaman kami main Video game berdua. Kami main GTA , main PES , main NBA , pokoknya game-game populer sebelum perang . Ia juga mengajakku main Tik Tok , yah walaupun tik tok sebenarnya sudah di blokir di Indonesia. Tapi Xiao xiao tahu cara membukanya. Di sanalah aku tidak sengaja melihat koleksi Tik Tok Xingqiao dan Xiao xiao , yah walaupun sangat alay , akhirnya aku menangis karena aku jadi teringat dia. Ia lalu memeluk dan menenangkan aku.







Aku tidak mampu mengatakannya tapi malam itu , aku senang ada seseorang yang menemani dan berbicara denganku. Seakan tahu kalau aku memang butuh seseorang, sejak itu Xiao xiao selalu menginap di kamarku. Siang hari, ia bekerja di Mataduitan Dept Sore, dan beberapa malam , biasanya malam jumat dan malam minggu, ia menjadi DJ dan bernyanyi di club milik Bang Toni. Sejak itu pula , kulkasku jadi penuh dengan Susu bantal , sirup dan donut jeco milik Xiao xiao. Ketimbang jadi kekasih, aku sebenarnya lebih senang anak ini menjadi adik kecilku.
 
Adik Tersayang


“ KASAT RESKRIM Polresta Bandar lampung , ditemukan tanpa kepala bersama anak dan istri di kediamannya di Emerald Residence. Penemuan ini membuat gempar warga yang semula curiga dengan bau busuk yang berasal dari rumah korban. Kepolisian masih mendalami siapa pelaku dari kasus pembunuhan keji ini... “





“ Sementara di Palembang , Kapolresta Palembang , ditemukan tertusuk panah saat sedang melintas di jalan Deman Lebar Daun. Panah diduga berasal dari salah satu atap gedung , yang berjarak ratusan meter dari posisi korban...”





“ Direktur Gestapo ditemukan tanpa kepala dengan usus tercerai-berai di kediamannya di Jakarta Selatan. Penyelidikan mengalami kesulitan karena tidak ada rekaman atau pun jejak yang ditinggalkan oleh pelaku. “






Pembunuhan terhadap polisi meningkat pesat beberapa bulan setelah ledakan di bandara. Polisi masih belum menemukanku, namun aku mulai merasa kalau mereka semakin dekat. Meskipun mereka telah membunuh Jisun secara tragis, belum ada niatku untuk membalas dendam pada Polisi dan Herman.







Aku masih sekamar dengan Xiao xiao. Aku semakin tergantung pada anak ini karena aku tidak bisa ke mana-mana. Tapi postifnya , aku kembali memiliki semangat hidup. Senyumnya , tawanya , dan pelukan hangatnya setiap pagi dan malam, berhasil mengusir kesedihan yang menyelimuti diriku. Dia dan Jisun , sebenarnya tidak terlalu berbeda. Berminggu-minggu tinggal bersamanya, akhirnya aku terpikir kembali untuk pergi dari Herman dan meninggalkan Indonesia selamanya.







“ Bang , abang bilang , abang bisa bawa aku keluar Indonesia kan? ” Iseng , aku bertanya pada Bang Toni apakah benar ia bisa membawaku keluar Indonesia.







“ Tumben lu nanya ? Sekarang juga aku bisa bawa elu keluar Indonesia. “ Aku anggap dia serius jadi aku bilang padanya kalau aku berniat lari dari Indonesia bersama Xiao xiao.







“ Sama cewek Cina itu? Akhirnyaaa! Kali ini aku setuju sama kau!”







Bang Tony sangat senang waktu aku memutuskan untuk lari bersama Xiao , tapi kali ini bukan hanya ke swiss tapi aku akan lari ke negeri di mana Herman bahkan negara ini sendiri tidak bisa mengejarku, London , Britania Raya. Hari itu aku tidak sabar menunggu Xiao pulang . Ia lembur hari itu jadi aku harus menunggu lebih lama. Dan saat ia masuk ke kamar sore itu, aku langsung memegang tangannya dan menatapnya serius. Pipinya memerah karena itu pertama kalinya , aku menatap wajahnya seserius itu.







“ Kak... Kak Edi? Ada apa? “ tanyanya malu-malu







“ Adik Xiao, permintaanku ini , mungkin sangat tiba-tiba , tapi , maukah kau ikut aku pindah ke tempat yang lebih tenang? Di London , Britania Raya? “







Xiao terdiam membatu. Lalu ia menangis haru. Ia memelukku , lalu menyembukikan wajahnya di dadaku. Ia tidak berkata apa-apa. Kemejaku menjadi basah karena air matanya. Aku memeluknya cukup lama , sampai ia memberanikan diri untuk melihat wajahku dan menjawab







“ Bawa aku kemana aja kakak mau. Kakak mau ke Brintania , ajaklah aku ke britania . Kakak mau ke Mekah , ajaklah aku ke Mekah. Asal Kakak seneng , aku juga ikut seneng. Aku gak mau kakak sedih lagi... “ rintihnya sambil menangis.







“ adik Xiao , kau membuatku .... menjadi pria paling bahagia di dunia ini “







dan kami pun kembali bercumbu. Aku dekap tubuhnya dan ia juga mendekap erat tubuhku. Air matanya mengalir karena haru. Ia pejamkan matanya dan pelan-pelan bibirnya mulai membalas cumbuan bibirku







Perlahan , kurebahkan tubuhnya diatas kasur , dan kami pun saling berhadapan di kasur , saling mencumbu satu sama lainnya. Ia melepaskan pakaianku dan aku pelan-pelan melepaskan pakaiannya. Kulepaskan sejenak ciumanku , lalu kucumbu lehernya serta kuhirup aroma wangi tubuhnya. Ia perlahan mendesah, dan semakin mengeratkan pelukannya. Kuarahkan bibirku ke lehernya dan aku berbisik







“ Adik Xiao.... kurasa aku mencintaimu “ Ia mendesah pelan dan berbisik







“ kurasa aku juga “







Dan kami pun kembali bercumbu. Ia usap pipiku , dan terus membalas cumbuan bibirku. Tubuh mungilnya , bibir manisnya , wangi tubuhnya , benar-benar berhasil membiusku. Kutindih tubuhnya dan kembali mencumbu leher wanginya. Sesekali , kuremas payudara mungilnya dan ia semakin mendesah. Sesekali pula , kugesek-gesekkan penisku dengan vaginanya dan aku dapat merasakan bibir vaginanya yang sudah sangat basah.







Xiao mendekap tubuhku kuat-kuat seolah siap dengan apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Perlahan, mulai kutusukkan penisku kedalam vaginanya yang basah. Memang sudah tidak perawan lagi, namun rupanya masih cukup sempit. Ia sempat mendesis cukup kuat saat penisku menyeruduk masuk ke dalam vaginanya.







Pelukan Xiao semakin kuat. Pinggulku mulai bergerak menggenjot-genjot vagina sempitnya dengan perlahan-lahan. Pipinya mulai memerah dan secara tak sadar ia terus mendesah-desah sambil menyebut namaku. Jemarinya sesekali mulai mencakar-cakar punggungku. Kemaluanku mulai menggenjot dengan kecepatan penuh dan desahannya semakin mengeras.







Xiao menggeleng-geleng kepalanya sambil terus mendesah-desah hebat. Kuangkat kedua pahanya sehingga aku lebih leluasa menggenjot-genjot vagina beceknya. Xiao meremas kasur kuat-kuat dan pasrah dengan permainanku. Tak lama , ia mendesah panjang dan akhirnya mencapai puncak kenikmatannya.







“ mmhhh Kak... Xiao gak kuat ....” Rintihnya lemas. Meski nafsuku masih di ubun-ubun namun aku langsung berhenti membiarkan tubuh mungilnya istirahat. Kucabut penisku namun permainan tidak hanya sampai disana. Seolah tahu nafsusku masih terbakar hebat , Jemari manisnya lalu mulai mengocok-ngocok penisku. Halus , lembut dan sangat nyaman. Tak lama, penisku tiba-tiba memuncrat di perut langsingnya.







“ maaf ya .... “ bisiknya malu.







Aku cubit pipinya , lalu kubersihkan perutnya dari air maniku. Kami istirahat sejenak , sambil memulihkan tenaga kami. Beberapa menit kemudian , aku kembali menungganginya dan kali ini , ia mengizinkan penisku meledak sederas-derasnya di dalam vaginanya. Kami saling berpelukan dan itulah awal dari kehidupan mesra kami.







Lima Belas Tahun kemudian ,







London , Britannia Raya







Aku sudah tidak muda lagi. Umurku sudah melewati 40 tahun sementara Xiao secara teknis sudah ribuan tahun tapi ia tidak menua sama sekali. Ia bukan manusia. Penampilanku benar-benar berubah . Uban mulai banyak , wajahku sudah terlihat sangat tua , yah walaupun tidak terlalu gemuk , perutku sudah buncit seperti bapak-bapak pada umumnya. Jika waktu muda dulu aku dibilang mirip Boyband, sekarang , wajahku kurang lebih sama seperti kokoh-kokoh pada umumnya.







Namun Xiao , ia tetap cantik , manis , mungil dan imut seperti dulu. Ia masih seperti remaja usia belasan tahun. Cantik dan imut seperti boneka. Tidak ada yang percaya bahwa umurnya sudah ribuan tahun. Aku sempat malu ketika kami jalan berdua. Karena aku sudah tua dan ia masih sangat cantik. Tak sedikit yang mengira kalau aku ini ayah dari Xiao , bukan suami Xiao.







Lima belas tahun menikah , kami masih belum dikaruniai anak. Tapi kami bahagia dan kehidupan kami bisa dibilang , cukup sukses. Sewaktu baru pindah ke London , aku sempat bertemu teman Ayahku yang sudah lama mengungsi di sana , dan ia terkejut saat ia tahu aku sudah tak punya apa-apa lagi. Selama dua tahun , aku bekerja dengannya sebagai direktur marketing . Dan akhirnya , suatu hari , ia berhasil membantuku mengakuisisi kembali property-property ayahku yang disita di London. Secara tak sengaja, kami yang semula hanya menyewa apartemen murahan, tiba-tiba saja memiliki Kondomonium di pusat kota, restoran khas Asia , dan sebuah toko kecil yang akhirnya xiao gunakan untuk kelas menari.







Uang hasil rampokan dari Santoso , benar-benar tidak kugunakan sama sekali. Aku cukup berhasil dari hasil usaha kami berdua , tentu saja dengan bantuan teman Ayahku itu. Aku mendapat pinjaman dari Bank sehingga aku bisa mengembangkan restoranku , dan membuka usaha Agen Real Estate. Aku sekarang punya empat mobil listrik , dan beberapa kondo yang disewakan. Xiao sangat bahagia karena akhirnya aku bisa hidup sukses , tanpa harus membunuh orang lain. Aku pun tak menyangka , setelah menikah dengan Xiao xiao , aku bisa sebahagia itu dan sesukses itu.







Sementara di Indonesia , keadaan makin memburuk. Tanda-tanda kemunduran Indonesia semakin terlihat dan terjadi dimana-mana. Perang besar meletus. Perang Toba-Jakarta yang akhirnya petaka bagi Indonesia. Entah bagaimana beredar isu jika Hermanlah yang bertanggung jawab atas kerusahan di Meikarta lima belas tahun dan lalu , berikut dengan pembunuhan orang-orang tak bersalah dengan yang ia lakukan. Meskipun Herman tak pernah diadili, masyarakat sudah tahu bahwa orang seperti dia bisa dengan leluasa membayar Aparat seperti Polisi , Gestapo , bahkan AD sekalipun , demi kepentingan pribadinya. Masyarakat akhirnya kehilangan kepercayaannya terhadap pemerintah , dan akhirnya , kerusuhan hebat mulai terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pasukan Koalisi terbentuk, bukan hanya dari rakyat jelata tapi panglima dan prajurit-prajurit yang menuntut keadilan.





Tapi aku sudah tidak peduli lagi, aku sudah bahagia dengan Xiao. Kami sudah sepakat kalau Indonesia , mungkin sudah bukan rumah kami lagi. Gadis-gadis yang lain pun akhirnya menemukan cara untuk melarikan diri dari Indonesia. Gadis-gadis Asia akhirnya pulang ke Tanah tak bertuan ( Thailand & Vietnam) . Siti dan Kirana naik haji ke mekah dan akhirnya tidak pernah kembali lagi ke Indonesia. Kami tidak pernah mendengar kabar dari mereka lagi , karena internet sudah tidak ada lagi di negara mereka.







Kadang aku bertanya , apakah ia malu punya suami yang sudah tua sepertiku, sedangkan dia sendiri masih sangat cantik dan sangat manis. Ia selalu tertawa manis , sembari memelukku lalu ia menjawab







“ Kenapa harus malu? Cuma laki-laki ini yang sangat sayang sama aku“ Jawabnya sambil memasang wajah imutnya. Setelah menjawab seperti itu , biasa langsung kupeluk tubuh mungilnya , lalu kucumbu bibirnya yang merah muda. Selama lima belas tahun itu , aku sangat bahagia dan lupa dengan segala masa laluku. Namun suatu malam , semuanya beruba kelam.







Meskipun hampir selalu ceria , aku masih sering melihat Xiao terdiam dan bersedih. Suatu malam , ketika ia mengira aku sudah tertidur, aku melihatnya menangis menghadap kaca , sambil menentang gambar Xingqiao dari handphonenya. Kematian Xingqiao memang masih sangat menyakitkan bagi kami. Setiap tahun , kami selalu mengadakan pesta kecil-kecilan untuk mengenang kekasih dan teman baik kami itu . Bahkan kami selalu mendoakannya setiap selesai berdoa. Namun selalu ada kala dimana Xiao bangun ditengah malam , lalu menangisi sahabat baiknya itu. Setiap tahun itu pula , xiao selalu menangis saat mengenang kematian teman baiknya dan aku selalu memeluk dan menenangkannya. Belajar dari kaum-kaum muslim , kami pun sudah belajar mengikhlaskan dan melepas apa yang telah terjadi. Namun kami tidak sekuat mereka, yang sudah kehilangan anak istri dan saudara mereka. Kami sangat rapuh dan lemah. Disela-sela kebahagian itu , kami masih selalu menangisi kematian Xingqiao , seolah kami tidak pernah merelakannya.







Malam itu , aku baru pulang dari kantor dengan mobil listrikku dan aku cukup terkejut begitu tahu kalau Xiao rupanya belum juga pulang. Kukira ia masih melatih kelas menari namun ketika kutelpon , temannya bilang kalau ia bahkan tidak mengajar tari hari itu. Aku mulai takut. Aku langsung menelpon teman-teman Xiao di London dan tidak satu pun melihatnya. Dan saat aku naik ke kamarku , saat itu lah aku mendapati selembar kertas di atas kasurku.







“ Kalian kira kalian sudah aman? Kami tunggu kau dua kali 24 jam di Kediaman Theo Wirajaya , Palembang. Atau , lonte busukmu ini tidak berkepala lagi “







“ KAMPANG!!!! ”







Aku bahkan bingung bagaimana mereka bisa secepat itu keluar dari Inggris dan tiba di Indonesia. Aku bahkan bingung kenapa orang Indonesia seperti mereka bisa masuk ke London. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku akan keluar dari Indonesia karena dengan paspor baruku , tak mungkin aku bisa kembali dari Indonesia. Satu-satunya jalan aku masuk dulu adalah dengan mobil terbang rahasia bertenaga nuklir milik Ayah Bang Toni. Sekarang , mereka sudah kembali ke Indonesia dan jika mereka menjemputku , tentu saja butuh waktu lebih dari 48 jam.







Akhirnya aku meminta bantuan teman Ayahku itu. Ia bilang mustahil pemerintah Britannia bisa menolongku jika Xiao benar-benar sudah berada di Indonesia. Ia pun minta maaf karena tidak ada yang bisa ia bantu karena kasus ini sudah diluar kemampuannya. Namun aku bisa terbang ke Indonesia tanpa Visa , dengan cara membooking tiket pesawat ke kota Internasional Hong Kong , lalu kemudian mencharter jet pribadi karena di masa depan , pesawat mewah dari Hong Kong , bisa leluasa masuk ke wilayah Indonesia karena masih anggota dari federasi Samudra.
 
Malam-Malam Terakhir


Malam itu juga aku terbang ke Hong Kong. Aku bahkan tidak bisa istirahat karena pikiranku terus memikirkan Xiao. Sedikit saja mereka sentuh Xiao , aku bersumpah akan kubunuh Herman sampai ke cucu-cucunya. Bajingan. Aku sudah hidup tenang di London tapi mereka masih menggangguku. Belasan jam kemudian , aku tiba di Hong Kong , dan tanpa sadar aku sudah membuang waktu nyaris sehari.







Aku harus membuang waktu lagi sekitar dua jam hanya untuk mencari pesawat sehingga genaplah aku membuang waktu selama sehari. Aku butuh pesawat pribadi ke Indonesia namun sayangnya sedikit sekali yang mau mengambil resiko. Terlalu berisiko jika mereka membawa seseorang dengan paspor britannia ke wilayah Indonesia. Namun ketika genap 24 jam , aku akhirnya menemukan seseorang yang mau membawaku ke Indonesia, namun tentu saja biayanya tidak murah. Dua juta Euro , cash , namun sudah termasuk tiket kembali ke Hong Kong. Aku setuju, meskipun itu artinya aku kehilangan nyaris seluruh tabungan keluarga.







Penerbangan ke Palembang menghabiskan waktu delapan jam. Aku masih punya 12 jam untuk ke kediaman Theo. Kediaman Theo berada di daerah yang dahulunya bernama Tanjung barangan. Dahulu tempat itu adalah tempat kumuh , namun Keluarga Wirajaya membeli tanah disana untuk kediaman putra mereka Theo , yang aktif berwirausaha di Palembang. Aku tidak langsung ke kediamannya karena aku tahu itu adalah perangkap. Aku mengerti bahwa tujuan utama mereka adalah membunuhku maka langkah pertamaku adalah ke kediaman Bang Toni untuk mengambil barang lamaku.







Kondisi Indonesia sendiri makin memperihatinkan. Gestapo akhirnya dibubarkan beberapa hari lalu sehingga keamanan di seluruh Indonesia kembali seperti zaman sebelum perang. Tidak ada lagi detektor suara , detektor detak jantung atau pun cctv di tempat tersenyembunyi. Pencurian , pembegalan dan pemerkosaan adalah hal yang lumrah terjadi di Indonesia , termasuk Palembang. Saat kami tiba di Komplek IBP , aku langsung menemui Bang Toni.







Diskotik itu persis seperti lima belas tahun yang lalu. Masih gemerlap , membuat orang lupa apa yang terjadi di luar sana. Tidak hanya bertemu Bang Toni , saat itu juga aku dengan Rome , yang sama seperti , saat itu sudah tidak muda lagi.







“ Edi? “ Bang Toni sangat terkejut begitu aku masuk ke ruangan lounge itu. Mereka sedang berpesta dan mungkin tak tahu apa yang baru saja menimpaku. Aku menceritakan semuanya dan Bang Toni langsung marah besar.







“ BAH! GILA KALI ORANG ITU!! GAK ADA KAPOKNYA DIA! Udah pasti mau bunuu elo itu orang! GAK BISA DIEM AJA KITA!! PERANG INI NAMANYA“







“ Tapi Herman itu bukan orang bego bang . Salah langkah sedikit, malah kita yang dia buat mati. “ jawabku







“ BODOH KAU! BINI KAU KETANGKAP MASI BISA RUPANYA KAU NGOMONG GITU!! GAK NYANGKA AKU!” Bang Toni justru makin marah melihat jawabanku yang terkesan pesimis. Memang saat itu aku sangat ingin membunuh Herman , tapi aku sadar , paling tidak ada beberapa kompi brimob atau angkatan darat yang menunggu di sana







“ Santai kawan-kawan. Saya selalu punya rencana sederhana , dan mungkin cuma ini satu-satunya jalan keluar. “







Rome punya jalan keluar. Sederhana tapi mungkin bisa mengecoh mereka. Saat itu juga dengan mobil Toyota Hilux, kami berkendara ke Mall Aldiron, yang dulunya pasar Cinde. Kami kami parkir di basement Mall. Mall sudah ditutup. Diluar simpang Cinde, berjaga Prajurit Raider TNI. Kami naik ke atap Mall dan di sanalah aku melihat helikopter Chinook BNPB Sumsel.



“ Astaga Rome! Darimana kamu bisa dapet helikopter ini!”



Sahutku kaget



“ mudah, kami mencurinya”



Puluhan militan bersenjata berseragam BNPB muncul. Mereka bukan militan biasa. Mereka prajurit Koalisi. Yang mencuri heli ini dan menyelinap ke Palembang menembus pertahanan TNI.



“ Alamak Rome! Kerjasama rupanya kau sama bajingan pemberontak ini!”



Bentak Toni kaget



“ Jaga perkataanmu kawan. Aku hanya melakukan hal yang menguntungkanku. Lagipula tujuan kita sama, membunuh Herman.”



Rome juga ditugaskan membunuh Herman. Herman adalah tokoh penting bagi Oknum Tni di Palembang. Herman yang mengongkosi oknum jenderal dan pejabat-pejabat korup daerah ini sehingga gubernur resmi sendiri tidak berdaya di daerahnya sendiri. Rome melakukan ini selain untuk uang juga untuk



“ menyelamatkan negeri kita dari dirinya sendiri. Tujuan pasukan Koalisi bukan meruntuhkan Indonesia tapi mengembalikan kejayaannya.”



Jawab Rome.





Saat itu juga , kami mengumpulkan orang-orang dan senjata untuk menghancurkan keluarga Wirajaya selamanya. Waktu yang tersisa hanya empat jam. Persiapan menghabiskan waktu setengah jam. Sekitar 55 orang naik ke helikopter Chinok BNPB bersenjata lengkap dan seragam tentara Koalisi. Yang mana mirip sekali dengan Gorka Spetnaz.



Helikopter lepas landas. Palembang saat itu dijaga ketat oleh aparat TNI dan brimob. Bunuh diri jika kami menyerang secara terbuka. Dengan lambang BNPB di heli ini, kami terbang dengan bebas sebagai anggota BNPB.



Kami mendarat di jalan Soekarno Hatta. Rome turun bersama Toni dan tiga orang. Empat mobil menunggu di jalanan. Mereka berkendara ke kediaman Herman sementara kami kembali lepas landas.



Kediaman Herman dijaga lebih ketat dari yang kami duga. Blokade dipasang beberapa puluh meter di depan kediaman Herman. Yonkav 5 berjaga dengan dua Ifv LAV-25(Light Armored Vehicle/Kendaraan Tempur/berpelindung Ringan) dan delapan humvee hasil rampasan dari Amerika Serikat. Indonesia merampas ribuan Humvee dan ratusan Ranpur Lav-25 ketika Amerika Serikat menarik diri dari Daratan China. Sejak saat itu beberapa satuan TNI seperti Yonkav 5 berseragam dan dipersenjatai dengan persenjataan NATO. Brimob Juga berjaga di sana membantu prajurit TNI.



“ Yang dipanggil Edi , yang nongol malah Rome. Kayak pesen spageti yang dateng Mie Ayam.” Mereka mengejek Rome mie ayam , karena nilai kepalaku saat itu , jauh diatas Rome. Kami melintas diudara namun mereka sama sekali tidak curiga



“ Lepasin anak itu selagi kalian bisa. Jangan kan kalian , bapak kalian dulu , mungkin orang ini yang bunuh “







Bang Toni menggertak tapi mereka justru tertawa terbahak-bahak. Brimob-brimob itu , dipersenjatai dengan persenjataan terbaru dengan standar Eropa, sedangkan orang-orang bang Toni , hanya mengandalkan senjata lawas seperti AKM dan M16A3 . Team Darat hanya punya dua penembak jitu, dengan senjata Kar98k. Rome sendiri hanya memegang senjata Sig Sauer p226 sedangkan Bang Toni menggunakan Walther PPK.







Aku memimpin Team B yang sejak Rome sampai di depan blokade , kami sudah bersiaga diudara untuk pendaratan. Ada kurang lebih 50 orang termasuk aku dan mantan personel TNI yang kaya pengalaman. Hanya saja , mereka melawan China sedangkan aku bertempur melawan Australia dan New zealand di Papua. Aku menggunakan revolver Schofield milikku, Senapan mesin ringan m249, dan Shotgun pompa m1897. Kedua senjata itu aku dapatkan dari pasukan koalisi. Mereka harapanku untuk menyelamatkan Xiao. Aku sudah lima belas tahun tidak memegang revolver tapi aku harus siap.







“ kalian ini aparat , tapi suka sekali kekerasan ya? “ tepat saat Rome menyelesaikan kalimatnya, seorang prajurit Koalisi menembakkan roket AT4 dari semak belukar. Roket menghantam Ranpur Lav TNI. Rapuh itu berasap dan terbakar. Rome cabut pistolnya dari pinggangnya dan







“DOR!! DOR!! DOR!! DOR!! DOR!!”







Sama seperti dulu hanya dalam kedipan mata , Rome langsung menghabisi 10 orang dalam 10 tembakan. Empat prajurit TNI di Humvee yang di depannya dan enam sisanya penembak jitu jauh dibelakang blokade. Aku menembak musuh dengan senapan mesin berat m2 browning dari helikopter.



Roket kedua ditembakkan. Roket itu menghantam ranpur kedua hingga terbakar dan meledak. Brimob-brimob dan prajurit TNI panik dan tercerai berai. Aku menembak empat Humvee dari udara, membersihkan Medan dari kendaraan musuh.



Helikopter mendarat di medan tempur. 50 tentara Koalisi turun termasuk aku. Prajurit-prajurit TNI tewas bergelimpangan. Aku menembakkan senapan mesinku, M249 ke pasukan TNI yang masih berusaha membalas tembakan, menjaga gerbang kediaman Herman.



Ratusan Prajurit TNI dan brimob keluar dari kediaman Herman. Kami berbaris rapi dan membalas tembakan mereka. Helikopter Chinook kembali lepas landas. Salah seorang prajurit TnI nyaris menembakkan Manpads ke helikopter namun aku menembaknya. Helikopter menembakkan senapan mesin m2 browning, memberikan bantuan udara dan membersihkan pasukan musuh.



Kami dan pasukan Koalisi terus maju. Auman mesin terdengar. Sesuatu menembus tembok beton kediaman Herman. Aku berdiri paling depan dan menunduk begitu musuh menembakkan meriamnya.



“ Taaaaaank!”



Teriak Toni



“Mereka punya Tank M1!”



Tank M1A2C masuk daftar alutsista TNI setelah mundurnya Amerika dari daratan China. Yonkav 5 adalah salah satu satuan tempur yang dipersenjatai dengan Tank mematikan ini. TNI hanya menghancurkan beberapa sedangkan sebagian dirampas dari tentara Amerika.



Aku mundur mencari perlindungan. Tank M1A2C menembakkan meriamnya, menyapu bersih siapa saja yang menghalanginya. Dua prajurit Koalisi berusaha menembakkan roket namun tank itu menghujaninya dengan senapan mesin.



Prajurit Koalisi berlindung sementara anak buah Bang Toni lari ketakutan. Tank menembak mereka dengan meriam dan senapan mesin coaxial, mencegah mereka melarikan diri. Mereka semua tewas. Aku berlari ke belakang lalu Rome berteriak



“ Edi! Mobil itu! Mobil Hilux putih paling belakang! Naik ke mobil terus ledakkan tank itu! Aku alihkan perhatian mereka!”



Rome dan prajurit Koalisi mengalihkan perhatian tank M1A2C TNI. Aku naik ke mobil Toyota Hilux paling belakang. Mobil itu dipersenjatai dengan bom IED (Improvised Explosive Device/ Alat peledak lanjut) aku tancap gas mengendarai mobil sedekat mungkin dengan tank musuh. Tank musuh menyadari keberadaanku. Aku terjun dari mobil dan saat itulah



“ Boom!!”



Tank itu meledak, membunuh seluruh kru. Aku tak percaya kami melakukannya. Menghancurkan tank paling mematikan di dunia dengan bom ratusan kilo dari Toyota Hilux.



Aksi pertama bisa dikatakan berhasil. Dengan bantuan puluhan tentara Koalisi. Kami maju menyerbu gerbang kediaman Herman. Dengan senapan mesin m249 aku menembak Prajurit TNI dan brimob yang tersisa. Helikopter kembali dan memberi bantuan udara.



Suara gemuruh terdengar dari udara. Aku terdiam dan menoleh ke arah langit. Aku melihat sesuatu dari kejauhan dan segera berteriak



“ Rudaaaal”



“Duar!”



Helikopter itu meledak dan terhempas ke tanah. Jet tempur muncul dari balik awan yang mendung.



“ Su-35!!”



Teriak Toni. Jet bermanuver lalu terbang dan menghujani posisi kami dengan bom dua bom 500kg



“ Duar!!!”



Belasan tentara koalisi tewas sekaligus. Aku terhempas. Rome dan Toni berlindung. Jet itu kembali bermanuver dan kembali ke posisi kami



“Edi!!”



Rome menunjuk rudal Manpads TNI yang tergeletak di pekarangan kediaman Herman. Prajurit Tontaipur dan datasemen rudal keluar dari rumah Herman. Rome, Toni dan pasukan Koalisi memberikan tembakan perlindungan.



“ Brrrrrtt”



Jet itu kembali, menembakkan meriam 30mm ke posisi kami. Beberapa tentara koalisi tewas ditempat. Aku berlari sambil menembaki musuh. Aku rebut Manpads itu dan mulai membidik jet su-35 yang menghantui kami dari angkasa



“ Duar”



Roket melesat dan menghantam jet su-35 musuh. Jet itu sempat memuntahkan suar, namun roket itu mengacuhkannya dan menghantam jet musuh. Jet itu berasap, lalu kehilangan kendala dan terhempas ke tanah. Ledakan terjadi. Itu jet ketiga yang berhasil kuburu.



Aku menembaki musuh dari luar dengan senapan mesinku. Rome dan Toni melempar flashbang dari jendela, lalu masuk dan menghabisi musuh secara membabi-buta. Saat kami naik ke kediaman Wirajaya, empat tentara Koalisi langsung menyerang dari belakang untuk membantu Rome dan Bang Toni. Aku dan tiga tentara lainnya bersiaga menyerbu bagian dalam rumah, membunuh keluarga Wirajaya , menyelamatkan Xiao dan melarikan diri.







“ DUAR! DUAR!!”







Ketika pelontar granat itu meledak dari belakang, mereka sempat kocar kacir dan tercerai berai. Rome dan Bang Toni langsung menghabisi musuh dengan rasio satu orang satu peluru. Rome membunuh belesan dan langsung menghabisi regu satgultor yang nyaris membunuhnya. Sedangkan Bang Toni membunuh enam personal Tontaipur. Sedangkan ke empat tentara Koalisi dari belakang menembak dan menghabisi aparat brimob yang tersisa. Musuh akhirnya terjebak sedangkan Rome dan Bang Toni maju untuk membunuh mereka semua. Masih ada satu regu satgultor dan dua regu Tontaipur di dalam rumah. Namun ketika mereka hendak menembak dari dalam,







“ BRUK!! “ “ DOR! DOR!! DOR!!”







Kutendang pintu itu dan langsung menembak tiga orang salgultor yang hendak menyerbu keluar. Mereka langsung berbalik dan nyaris membunuhku , namun saat itu juga waktu seolah berhenti. Mereka berdua , dengan senjata SS2V5 dan H&K G36. Reaksi tim satgultor sebenarnya tidak usah diragukan lagi. Namun ketika jemari mereka hendak menekan pelatuk







“DOR!! DOR!!” aku membunuh keduanya dengan revolverku. Tentara-tentara Tontaipur menembakiku dari ruang tamu dan lantai dua. Aku sempat bersembunyi namun ketiga temanku tidak. Mereka semua bersenjatakan SS2V5 dan beberapa senapan mesin FN M249. Aku mengisi ulang peluru sambil berpindah tempat persembunyian. Di saat ada kesempatan, aku keluar dan langsung menembak mati enam orang. Dua pemegang senapan mesin , dan empat orang dengan senjata SS2. Namun aku sempat beberapa kali terserempet peluru dan rasanya cukup nyeri. Rome menembak empat orang yang berdiri di dekat kaca dan mereka langsung panik. Beberapa menembak keluar dan beberapa menembak ke arah dapur secara membabi buta. Di saat itulah aku menembak mati mereka semua tanpa ampun.







Rome dan Bang Toni masuk dengan empat tentara koalisi diluar. Bang Toni menjarah rumah kediaman Theo, sedangkan aku langsung naik ke lantai dua tanpa menunggu Rome. Kutendang kamar Theo dan disanalah aku melihat Xiao sudah bersimbah darah dengan beberapa luka tusukan.







“ Tidak......” Tidak ada Herman hanya putranya si pengecut Bung Hendra. Ia hampir menembakku namun







“ DOR!!” aku langsung menembak revolvernya.







“ Urusan kami hanya membunuh tuan putri ini, kau tidak membayar kami untuk menghabisi dia!” Dan dua orang misterius yang pernah memegang tangan Xiao tiba-tiba muncul lagi.







“ BAJINGAN!!” “ DOR!! DOR!!” Aku membunuh mereka berdua. Hanya tersisa Hendra yang saking ketakutannya sudah terkencing di celana.







“ APA SALAH KAMI!!”







Bentakku geram. Aku hendak menembak Hendra namun ia langsung menerbab pistolku. Revolverku terjatuh dan ia hampir mematahkan leherku. Kudorong dia kuat-kuat lalu kupukul beberapa kali tepat di wajahnya. Hendra belum menyerah. Ia keluarkan sebuah keris dan nyaris saja menusuk perutku. Beruntung kuterbab keris itu lalu kubanting dia sehingga terhempas ke lantai. Aku berusaha menendang kepalanya namun dia menghindar. Ia menendang perutku cukup kuat sehingga aku termundur dan terjatuh. Ia rebut kembali keris itu dan kembali menghujamku. Langsung kutendang biji pelirnya sekuat tenaga lalu kuterbab dan kucekik lehernya.







“ KENAPA LU GANGGU KELUARGA GUE LAGI! “ Bentakku







“ LONTE INI MAU BUNUH BOKAP GUA !! DIA BUNUH ANAK GUA , ISTRI GUA, DAN DIA HAMPIR BUNUH BAPAK GUA. LU KIRA GUA DIEM AJA?!”







“ Apa?” Dan kuncianku mengendur dan saat itulah ia memukul kepalaku dan berbalik mencekikku.







“ ARRGGHHH!!”







“ Ya! Bodoh kau Edi! Selama ini kau tak tahu kalau Lonte ini si Helm hitam hah? LIHAT HELM PUTIH! NYAWA SUAMIMU SEKARANG DITANGAN...”







“DOR!!” Dan Rome muncul saat aku hampir dicekik sampai mati.







“ Astaga! Maaf aku terlambat!!” Rome langsung membantuku berdiri , dan aku langsung berlari menghampiri istriku Xiao.”







“ Honey .... “ rintihnya lemah. Ia ditusuk tepat di perutnya dan darahnya terus mengucur. Tak Lama Bang Toni juga naik ke lantai dua dan ikut membantuku membawa Xiao keluar dari kediaman Theo.







Rome membantu mengakali luka Xiao agar pendarahan tidak makin memburuk. Xiao sangat lemah akibat pukulan dan beberapa kali tusukan. Ia beruntung masih hidup. Aku tidak bisa apa-apa waktu itu , bahkan aku beruntung ada Rome yang membantuku. Berkat bantuannya lah , Xiao masih bisa diselamatkan.







Kami melarikan dari sebelum lebih banyak polisi dan AD tiba di TKP. Bang Toni sempat menjarah emas senilai miliaran dan uang tunai ratusan juta rupiah. Tidak termasuk berkantung-kantung perhiasan super mewah yang setiap kepingannya saja , mungkin senilai ratusan juta rupiah. Rumah seharga puluhan Miliar itu dibakar dan apinya bisa dilihat sampai berkilo-kilo.







Mobil itu jadi penuh dengan darah. Xiao , yang sudah sangat lemah , akhirnya memberitahuku yang sebenarnya. Dialah si helm putih itu. Dialah yang membunuh tiga anak buah Santoso dan dia juga lah yang pernah hampir membunuhku. Dia jugalah yang meledakkan jembatan dan bandara lampung. Meski ia sempat memiliki kekuatan supranatural, ia sekarang sudah sangat lemah.







Bukan Hermanlah yang mengejar kami hingga ke britannia tapi Xiao lah yang entah bagaimana bisa berpindah dari London ke Indonesia. Xiao akhirnya jujur , jika selama ini , ia mengidap penyakit komplikasi dan hidupnya mungkin tidak lama lagi. Tapi ia merahasiakannya. Ia tidak ingin membebaniku. Namun ia bersumpah , akan membalas kematian Jisun , sebelum ia mati.







Sayangnya , Herman tahu ia akan datang . Herman menyewa dua orang misterius , yang seharusnya menangkap Xiao hidup-hidup , untuk menangkap , menyiksa dan membunuh Xiao. Mereka juga bisa berpindah tempat secepat kilat , namun mereka tidak tahu Xiao lari ke London. Dan ketika Xiao membunuh istri dan anak Hendra, di kediaman Theo di Palembang, mereka berdua segera menangkap dan menyiksa Xiao. Merekalah yang ke London dan mengirim surat itu. Saat kami menyerang kediaman Theo, saat itulah mereka menusuk Xiao.







“ Sudah jangan bicara lagi, semua pasti akan baik-baik saja. Mari kita pulang .... “







Ia terus memegang tanganku. Kami ke bandara melalui pintu masuk bandara lama. Pintu itu khusus untuk penerbangan pribadi. Mobil kami langsung masuk ke runway , dan berhenti di dekat jet sewaanku. Aku menggendong Xiao turun, namun sayangnya , kejadian di lampung terjadi lagi. Dua Jeep densus berhenti tepat di belakang kami. Empat anggota densus turun dengan senjata laras panjang terbaru dan perlengkapan lengkap, dan dari mobil satunya turun Kapoltabes Palembang , dengan dua ajudannya bersenjata Sig Sauer.







Aku menoleh pasrah ke arah mereka. Belum cukup, dari belakangku muncul lagi empat anggota densus. Kami terkepung. Satu langkah yang salah saja , mereka bisa menembakku. Xiao makin melemah dipelukanku. Rome dan Bang Toni bahkan tidak bisa membantu apa-apa. Tentu saja mereka sudah menunggu kami di Bandara itu.







“ Tiga penjahat dalam satu hari sekaligus. Rome , Edi Koboi, dan Helm putih. Seharusnya dari awal lebih baik Densus yang menangangi kasus seperti ini. “







Aku sempat menurunkan Xiao di lantai. Xiao memejamkan matanya , tanda ia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Begitu juga dengan Rome. Mereka terlalu dekat dan bersenjata lebih lengkap. Namun ada alasan kenapa mereka tidak pernah lupa siapa aku. Ada alasan kenapa namaku tidak kalah menakutkan dibandingkan “ Rome” . Saat itulah terjadi peristiwa paling fenomenal di sepanjang sejarah penggrebekan Densus 88.







Satu detik lagi saja , mereka pasti akan memberondong kami dengan peluru. Aku punya satu lagi revolver yang belum aku gunakan. Kutarik nafasku dalam-dalam , lalu kutahan dan saat itu juga kutarik kedua revolvitu. Kuputar sedikit badanku sehingga tangan kiriku menembak ke rombongan Kapoltabes dan tangan kananku menembak ke anggota-anggota Densus yang dibelakangku.







“DOR!DOR!DOR!DOR!DOR!”







Waktu seolah berjalan begitu lambat. Dalam kedipan mata, kutembak ke delapan anggota densus yang di kiri dan di kananku. Kedua ajudan kapoltabes hampir saja menembak kami namun aku segera menembak mereka berdua. Banyak yang tidak percaya dengan apa yang terjadi hari itu. Delapan anggota densus dengan persenjataan terbaru , dibantu dua ajudan kepolisian, melawan seorang narapidana mantan anggota wajib militer yang hanya bersenjatakan dua revolver tua. Hanya satu orang saksi mata , yang membuat banyak orang percaya dengan legenda itu, Sang Kapoltabes yang setelah kejadian itu langsung dipukul oleh Bang Toni hingga pingsan.







Aku tidak tahu bagaimana Rome dan Bang Toni melarikan diri. Aku naik ke pesawat itu dan langsung terbang ke Hong Kong. AU yang sebenarnya di sana tidak mau ikut campur karena menganggap kejadian itu murni kasus kriminal yang harus ditangani kepolisian. Namun mungkin lebih tepatnya, Herman tidak membayar mereka untuk membunuhku.







Berkat Rome , Xiao bisa bertahan hingga kami mendarat di Hong Kong. Kutuntun ia turun dari pesawat itu , dan tadinya aku ingin membawanya ke rumah sakit untuk mengobati lukanya. Namun di run way itu , ia menggenggam tanganku , lalu menggelengkan kepalanya.







“ Honey .... tidak usah bawa aku ke rumah sakit. Aku cuma ingin bersamamu” rintihnya lemah







“ Kalo kita langsung pulang , fisik kamu makin lemah!!” Gerutuku namun ia justru tersenyum







“ Sejak di London, aku memang sudah lama melemah namun aku menyembunyikannya darimu. Maafkan aku.... Honey...” simpati dengan apa yang kami alami , sang pilot , yang juga pemilik jet pribadi itu sendiri, kembali menghampiri kami dan berkata.







“ Maaf Pak... bawa aja mobil saya selama kalian di Hong Kong. Tenang , Polisi sini tidak akan ganggu kalian.” Dia bahkan meminjamkan mobilnya kepada kami. Aku sungguh berterima kasih. Aku tuntun Xiao masuk ke dalam mobil , lalu saat di dalamnya, Xiao memegang tanganku dan berbisik







“ Aku ingin ke Victoria peak... sama kamu... “







Tatap matanya sudah berbeda saat itu. Saat itu sudah malam dan kota Hong Kong tidak seramai dahulu lagi. Kami satu-satunya mobil yang menuju ke sana . Jalanan ke sana sungguh tidak mudah bahkan kami harus berjalan kaki cukup jauh. Tapi demi Xiao , aku rela menggendongnya hingga kami sampai di Victoria peak.







“ tempat ini, jauh berbeda dari yang aku ingat ...”







Di masa lalu , kita bisa melihat pemandangan kota Hong Kong yang sangat indah. Namun perang mengubah semuanya. Kami duduk di sana , dan ia menyandarkan kepalanya di pundakku.







“ Aku ingat , waktu pertama kali kamu cium aku , saat itu juga aku bisa merasakan penyesalan dan kesedihan yang sangat dalam di diri kamu. Kamu ... kamu sangat mirip dengan Bao an ... tapi kalian sangat berbeda. Bao An hidup bahagia dengan segala yang ia miliki, ia bahagia dengan orang lain. Sedangkan kau saat itu , dihantui penyeselan yang sangat dalam. Xingqiao benar, sulit rasanya untuk tidak menyukaimu .... Saat Xingqiao meninggal dan kau bersedih , rasanya aku... aku... aku ingin berusaha sampai mati demi melihat kamu tersenyum lagi. Dan aku berhasil, kau bahagia dan aku pun ikut bahagia. Aku senang .... sekarang tidak ada lagi penyesalan di dalam diri kamu , selama ribuan tahun tinggal di alam semesta, akhirnya aku mengerti bagaimana rasanya , melihat orang yang kita cintai bahagia. Namun maafkanku , jika dendam kusumatku ini, menghancurkan apa yang sudah kita bangun bertahun-tahun....”







Ia tidak bisa menangis lagi karena kondisi fisiknya sudah sangat lemah. Aku tak kuasa menahan air mataku . Aku memeluknya erat, dan jantungku terus berdetak hebat. Bahkan di usiaku yang sudah tua itu , aku masih tidak mampu menahan emosiku.







“ Sayang .... ambillah seluruh kekuatan yang tersisa di dalam diriku. Kembalilah menjadi anak muda, hidup bahagialah , dan lupakan semua dendammu , dan kerinduanmu kepada diriku. Rindu itu sangat menyakitkan , dan aku tak ingin , kau semakin menderita karenanya...”







Ia ingin aku mengambil seluruh kekuatan supranatural yang tersisa di dalam dirinya. Ia ingin aku kembali muda , dan memiliki kekuatan sakti seperti Bao An di dunia ia berasal. Namun aku sempat mencumbu bibirnya untuk yang terakhir kali dan menolak pemberiannya.







“ Pergilah dengan damai sayangku ... cinta dan doaku akan selalu bersamamu. Lima belas tahun ini, adalah lima belas tahun terindah sepanjang hidupku. Biarkanlah , aku akhiri cerita ini , dengan caraku sendiri. “







Xiao memelukku makin erat . Sambil menangis ia akhirnya mengucapkan kata terakhirnya







“ Cinta yang indah , mengapa kita harus terpisah....”







Dan ia menghembuskan nafas terakhirnya. Seperti itulah aku kehilangan istri keduaku yang sangat aku cintai. Pertama Xingqiao, kedua Xiao. Aku bingung kenapa aku selalu kehilangan orang yang aku cintai. Bukan luka itu yang membunuh Xiao, tapi penyakit yang ia alami. Aku masih memeluknya , dan menangis sepanjang malam. Sungguh sakit , dua kali kehilangan orang yang kita cintai. Dan disaat terakhirnya , aku sempat berjanji , untuk mengakhiri kisah ini , dengan caraku sendiri. Bukan dengan kekuatan supranatural seperti diriku di dunia tempat Xiao berasal.
 
Episode 22




“ Kondisi Palembang saat ini masih mencekam, Panglima Kodam II Sriwijaya berjanji akan mengembalikan kestabilan keamanan di Palembang. Sedangkan korban meninggal dunia mencapai ribuan jiwa , sementara dari pihak aparat kepolisian mencapai angka 500 jiwa, “





“ Kerusuhan juga terjadi di sejumlah kota di Nusantara. Pemberontak mengumumkan kemenangan di kota Medan dan provinsi Aceh. Panglima besar TNI menjanjikan daerah yang dikuasai pemberontak akan secepatnya stabil dan kembali ke naungan TNI. Warga dihimbau untuk tidak meninggalkan rumah jika tidak ada keperluan mendesak “





“ Sementara di Jakarta , pemerintah memutuskan untuk menutup Toll dari dan menuju Kota Jakarta. Penutupan juga dilakukan terhadap jalan-jalan utama ke kota Jakarta. “





“ Pemerintah akhirnya mengesahkan kolom KTP untuk Agama Kepercayaan. Pada hari kedua , badan statistik menyatakan bahwa jumlah umat islam mengalami penurunan drastis menjadi 10-20% dari jumlah penduduk Indonesia. Angka ini menjadi angka terendah sepanjang sejarah Indonesia. Keputusan ini ditentang keras oleh masa yang menamakan diri mereka “ Gerakan Persatuan Sumatra” yang berpusat di Pekanbaru. Sekitar ratusan jiwa tewas saat baku tembak terjadi antara masa dan Angkatan Darat Federasi Samudra. “





“ Di samping kekacauan yang terjadi di dalam negeri, Menteri Pertahanan di dampingi panglima TNI , mengumumkan kemenanangan TNI atas Australia dan New Zealand , baik di Papua Barat dan Papua Nugini. Sementara di Sydney , Pemerintahan Australia dinyatakan gulung tikar . Korban Jiwa atas kerusuhan berkepanjangan di Australia dan New Zealand diperkirakan mencapai jutaan jiwa. “






Aku langsung terbang ke Palembang setelah menguburkan istriku Xiao, di puncak tertinggi di Hong Kong. Aku kembali ke kediaman Bang Toni , yang sudah dijaga ketat oleh preman Palembang dan preman berdarah Batak. Militer akhirnya campur tangan atas kerusuhan yang terjadi di Palembang. Resimen Arhanud mengamankan wilayah sekitar Pak Jo, Jalan demang lebar daun , hingga Palembang Icon. Sedangkan Pasukan Kavaleri , dengan tank M1A2C , menyerang dari arah Musi II dan Km 12. Polisi berhenti melalukan perlawanan setelah markas brimob di jalan Srijaya negara, diduduki simpatisan Koalisi.







Indonesia memasuki klimaks Perang Toba-Jakarta terjadi karena kondisi pemerintahan yang semakin tidak jelas. Aparat yang Arogan , lingkungan yang rasis dan pemerintahan yangkorup, Politikus yang tidak bisa dipercaya, serta kondisi ekonomi rakyat yang saat itu makin memburuk. Indonesia lagi-lagi mengulangi kesalahan yang terus terulang sepanjang sejarah. 65, 98, kini pertengahan abad 21. Namun kini harus dibayar mahal. Dengan perang Toba-Jakart. Dan kejadian di kediaman Herman, membuat api pemberontakan tiba-tiba terbakar membara. Penjarahan terjadi di hampir setiap perumahan dan apartemen elite. Misi Rome dan Tentara Koalisi di Palembang berhasil. Membuat ketidak stabilan di Indonesia. Aku dengar seseorang bernama Jampang membantu mereka.







“ Di, kalo lo mau keluar dari Palembang, sekarang saatnya “







Rome sudah melarikan diri lebih dahulu. Bang Toni memberitahuku kalau jika masih ingin mengejar Herman yang lari ke Jakarta, sekaranglah saatnya. Sore itu juga , aku mengemas seluruh-seluruh barang peninggalan Xingqiao yang sengaja kutinggalkan di Palembang , dulu sekali. Dan aku juga membawa beberapa barang Milik Xiao, yang aku simpan sebelum menguburkan dia secara agamis.







Dengan mobil Innova yang kubeli saat masih berdua dengan Xingqiao, aku berkendara ke Jakarta. Tadinya mobil ini sengaja aku berikan kepada Bang Toni tapi sekarang aku menggunakannya lagi. Aku berpisah dengan Bang Toni yang berencana lari ke tanah kelahirannya , Medan. Tentu saja dengan mobil terbangnya. Aku termasuk orang-orang terakhir yang sempat melarikan diri dari Palembang. Toll Palembang-Bakauheuni ditutupi lima belas menit setelah aku keluar dari pintu Toll yang sangat macet. Setelahnya aku dengar dari Radio, Militer benar-benar tidak memberi ampun kepada pengunjuk rasa di Palembang.







Aku sampai di Jakarta esok siangnya. Mobilku sempat tidak bisa masuk Jakarta. Tidak ada yang boleh masuk atau meninggalkan Jakarta. Langit bergemuruh. Beberapa Jet tempur Su-35 terlihat flyby (terbang rendah) di langit kota Jakarta. Puluhan Jet tempur F/A-18s tentara koalisi terbang menyerbu Jakarta, mengawal belasan Hercules yang tiba-tiba muncul di langit Jakarta



“ Kyaaaaaaa”



Pertempuran udara terjadi. Su-35 melepas rudal dan menembakkan meriam ke jet tentara koalisi. Meskipun mengandalkan jet rampsan, Pilot-pilot Koalisi menunjukkan kehebatan mereka. Ratusan Tentara-tentara Paratrooper Koalisi berterjunan dari langit. Pinggaran Kota Jakarta berubahmenjadi Medan perang.



Suasana menjadi kacau. Aku berlari melewati blokade, menuju sebuah pos peristirahatan. Beberapa aparat mengejarku namun jet F/A-18 terbang renda dan menghujani posisi kami dengan bom. Mereka semua tewas. Aku sempat terhempas namun aku segera bangun, mencuri mobil dan berkendara menuju Pusat Kota Jakarta.



Jakarta semakin sepi. Banyak yang melarikan diri dan dilarang masuk ke Jakarta. Termasuk pekerja dari Bekasi , Depok , Bogor dan Cikarang. Suara tembakan terdengar. Maskapai Jet terakhir telah meninggalkan Jakarta beberapa jam yang lalu. Jakarta seperti kota mati. Namun beberapa Mall yang sudah menggunakan jasa robot, masih dibuka untuk umum meskipun tidak ada pengunjung karena orang berlarian Contohnya , Mall GI , Mall Kepala gading , Central Park , Taman Anggrek , Gandaria , semuanya masih buka. Hanya saja , orang-orang banyak tidak keluar karena kondisi keamanan yang tidak stabil.



Helikopter-helikopter TNI berterbangan di udara. Tank, ranpur dan rantis TNI maju ke Medan perang. Rudal-rudal anti udara di tembakkan. Aku terus berkendara menuju dimana Herman Wirajaya bersembunyi



Kediaman Keluarga Wirajaya sebenarnya jauh berada di kota Bogor. Namun setelah apa yang terjadi mereka mengungsi ke kantor mereka , Menara Wirajaya di kawasan Sudirman. Menara 90 lantai, setinggi 400 meter yang di dalamnya terdiri dari apartemen , Mall , perkantoran , Hotel , sekolah , universitas hingga rumah sakit. Kediaman Keluarga Wirajaya terletak di lantai teratas, dengan jet VTOL , mobil terbang , dan sistem pertahanan udara MANTIS dan rudal PETA buatan PT DI. Tapi semua itu tidak dapat menghentikan penjahat jadul sepertiku.







Aku tidak menyerang dengan tank , helikopter atau pun pesawat tempur. Aku menyerang hanya dengan dua revolver, masing-masing colt peacemaker dan Schofield Sangat rumit untuk menjelaskan layout gedung ini namun yang pasti , di lobby bagian apartemen , ada lift khusus untuk menuju ke kediaman Wirajaya. Lift itu satu-satunya pintu masukku . Aku bisa naik ke atas dengan kartu milik Hendra . Tapi untuk masuk gedung itu sendiri , butuh rencana matang karena ada banyak polisi dan tim densus yang berjaga. Belum lagi sistem keamanan mereka yang dilengkapi pemindah wajah , detektor suara dan detektor detak jantung. Selangkah aku masuk , mereka langsung menyadari kedatanganku.







“ Bang Toni cuma bisa bantu sampai sini . Abang bisa naik lift itu, lima belas menit lagi , detektornya nyala lagi. Maaf, Kami gak bisa bantu abang pulang “







Bang Toni lah yang punya rencana bagaimana aku masuk ke kediaman Herman. Dengan menyewa hacker mahal, yah walaupun cuma bisa mematikan sebagian sistem keamanan. Itu pun cuma lima menit. Mereka menungguku di Jakarta. Kami masuk dari parkir basement, dan berhenti tepat di dekat lift menuju kediaman Wirajaya. Mereka segera melarikan diri dan aku tidak pernah tahu nasib mereka dengan terjadinya Medan perang di Jakarta







Aku naik ke lantai teratas , tempat di mana keluarga Wirajaya bersembunyi. Alarm masih tidak berbunyi saat aku masih di lift. Bahkan saat keluar , alarm masih belum berbunyi. Saat aku keluar, aku kira aku akan disambut oleh regu Densus 88 , atau Satgultor , atau AD federal. Namun rupanya , yang pertama kali aku lihat justru anak perempuan kecil , cucu dari Herman Wirajaya.







“ Om siapa?” tanyanya polos. Dua orang gadis muda, mungkin seumuran 20an tahun, langsung memeluknya seolah tahu bahwa kedatanganku sudah pasti bermaksud jahat.







“ Oom Koboi Ya? Pistolnya bagus “ ia menunjuk revolver colt peacemakerku Kebetulan aku suka anak kecil, jadi kucabut colt peacemaker itu dari holsterku , kukosongkan isinya , lalu kuberikan pada anak kecil itu.







“ Om temennya kakek kamu , Ini om bawa hadiah.” Pria kecil itu senang bukan main.







“ Ini buat Deden? Yeeey ! Mommy om ini baik “ Andai dia tahu kedatanganku kesini untuk menghabisi nyawa kakeknya.







“ Ayo kita jalan-jalan , Deden mau main ke mall kan?” mengerti aku datang untuk membunuh Herman , Ibunya langsung membawa anak itu turun dengan lift. Beberapa gadis muda lain ikut turun dan akhirnya , aku melihat satu orang pria , yang sangat familiar , Theo. Dia berdiri di dampingi Ibunya dan kakak pertamanya. Mereka sudah mengemas barang mereka seolah tahu aku akan datang.







“ Aku denger apa yang terjadi dengan Xiao. Maaf aku tidak bisa berbuat apa-apa.”



Theo memelukku. Aku tidak menyalahkannya. Theo menunjukkan Luka di seluruh badannya tanpa Herman bahkan saudaranya Hendra juga menyiksanha.



“Aku tidak menyalahkanmu. Keluarga kami ini, memang sudah lama hancur. Saya , sebagai Ibu Hendra, sebagai Istri pertama Herman , mohon maaf atas kejahatan suami saya. Kamu bukan orang pertama yang datang untuk membalas dendam pada Herman. Biasanya kalau orang sudah naik, pasti langsung marah-marah sambil bawa golok , bawa pistol. Tapi kamu , bahkan masi bisa sopan , masi bisa sopan. Sekali lagi , saya mohon , setidaknya maafkan kedua anak saya.”







Aku bisa saja membunuh mereka. Namun aku tidak bisa. Katakan saja hari itu , aku sedang lembek. Kudekati beliau, lalu kusalami tangan beliau yang sudah tua







“ Kesalahan Ibu , Theo , sudah saya maafkan. Saya pun minta maaf . “ Mereka memelukku dan saat itu juga mereka pergi dari kediaman Herman.







“ Bajingan yang kamu cari ada diatas. Di ruang karaoke sama istri-istri mudanya. Kalau bisa jangan langsung bunuh dia. Lempar saja dari atap gedung “ Rupanya bukan cuma aku yang muak dengan bajingan ini. Anak-anak dan Istri pertamanya juga tak kalah muak.







Aku naik ke lantai atas, lalu menghampiri ruangan dimana Herman sedang bersenang-senang dengan istri-istri mudanya. Aku dapat mendengar musik yang keras dari luar ruangan itu. Kutarik nafas dalam-dalam, dan dalam hati aku berbisik “ disinilah semua akan berakhir “ . Kuhembuskan lagi nafasku , lalu kubuka pintu itu perlahan-lahan.







“ ahhhh ahhh yaahh papi ahhh ahh “ Herman sedang berpesta sex dengan istri-istri mudanya saat aku masuk ke ruangan itu. Susah menjelaskan apa yang kulihat. Mereka semua masih sangat muda, mungkin belasan sampai 20 tahun. Herman sedang ditunggangi oleh salah seorang istrinya yang bertubuh mungil , putih , dan berdada mungil, lalu menggoyang-goyang pinggulnya dengan kecepatan tinggi. Istrinya yang satu lagi , duduk tepat diatas wajah herman. Sedangkan empat sisanya asik mengocok-ngocok vagina mereka dengan jari mereka sendiri. Aku berdiri di sana sambil memainkan pistolku di hadapan mereka.







“ Ahhhhh papahh “







“ Croooot”







Tak lama Herman ejakulasi di dalam vagina istrinya. Istrinya itu melolong panjang , dan mencapai puncak kenikmatannya. Istrinya yang lain tak sabar ingin ikut menunggangi Herman. Namun bajingan tua itu langsung mengambil handuknya dan pakaiannya.







“ maaf sudah membuat anda menunggu , Edi Koboi. Saya salut anda bisa naik ke sini , hidup-hidup. “ aku tidak menjawab sapaannya. Ia mengenakan pakaian di depan aku dan istri-istri mudanya. Saat sudah berpakaian lengkap ia lalu mengajakku naik ke helipad , di mana Jet VTOL canggihnya terparkir.







“ Seharusnya saya bunuh kamu langsung di diskotik itu. Pasti semuanya tidak seperti ini. Saya mungkin masih menggilir istri-istri saya dan mayat kamu mungkin sudah membusuk di rawa-rawa kotor itu. “







“ Dasar menjijikkan “ ejekku.







“ Mas Edi , Anda seharusnya bisa saja hidup tenang di kota pelarian anda. Saya tidak bisa mengejar anda lagi. Dan orang yang saya sewa juga tidak berani mengejar anda dan istri anda di sana. Andalah yang sudah merusak kembali kehidupan anda. “ aku tidak menjawab ucapannya.







“ Semua ini gara-gara si Tejo bego itu , dan Santoso yang sok-sok setia kawan itu. Biarin aja si Tejo itu mati , kenapa harus balas dendam sampai harus mengajak anak buah saya? Dan dari sekian banyak orang di Jakarta , kenapa waktu itu kamu harus kerja sama anak saya? “ Lagi-lagi aku tidak menjawab. Aku membiarkan dia bicara sesukanya sampai ia siap untuk mati. Dan si tua bangka ini , lalu berbalik menghadapku







“ Tapi sudahlah semua sudah terjadi. Bagaimana kalau kita sudahi saja konflik ini seperti di film-film koboi? Sepertinya saya yang harus membunuh anda dengan pistol saya sendiri. “ Di pinggangnya , menempel revolver legendaris colt python. Putranya Hendra menggunakan S&W model 29 . Sama seperti aku dan Rome , Herman sepertinya termasuk seorang penembak cepat. Dalam kedipan mata , Ia cabut pistol itu dari pinggangnya , lalu ia acungkan ke arahku dan







“ DOR!! DOR!! DOR!”







Sayangnya aku lebih cepat. Aku tembak dia tepat di biji pelir , dada , dan kepalanya. Herman termundur, dan pistol itu terjatuh. Tubuhnya tergeletak di helipad itu dan darah merahnya mengalir memerahkan lantai helipad. Aku turun , dan bernafas lega karena semua telah berakhir. Aku duduk di sofa itu , pasrah karena ketika aku turun , Densus dan AD pasti sudah siap membunuhku. Namun tidak ada yang datang. Theo dan Ibunya menyuruh mereka pergi sehingga aku selamat. Semua berakhir. Gadis-gadis muda itu lalu keluar tanpa busana dari ruang karaoke dan bertanya.







“ Mana Papi Herman?” Aku jawab







“ Sudah pergi “







kecewa, wanita-wanita muda itu kembali ke ruang karaoke dan kembali mabuk-mabukan. Semua berakhir. Tapi aku tidak punya siapa-siapa lagi. Tiba-tiba , lantai bergetar hebat , hingga akhirnya terjadilah salah satu gempa dan tsunami dahsyat yang mengubah dunia selamanya.







Aku berjalan setengah sadar di usia tuaku , menelusuri reruntuhan-reruntuhan kota jakarta. Aku mendengar suara tembakan , teriakan dan ledakan hebat. Aku berdiri di depan istana Negara. Aku melihat milisi simpatisan Koalisi merebut Istana Negara. Suara tembakan terdengar. Mayat-mayat TNI dan Brimob bergelimpangan. Pusaka merah putih terbakar. Bendera tentara Koalisi, Merah hitam putih, berkibar di istana Negara.



Peristiwa itu dikenang sebagai peristiwa “Kemenangan Atas Jakarta” atau secara Internasional, “ Victory Over Jakarta”. Bencana itu menandakan berakhirnya zaman modern, karena begitu banyak negara Adikuasa yang runtuh hari itu. Aku akhirnya sampai sebuah mobil dan melarikan diri dari jakarta dengan barang-barang yang kubawa di dalamnya.





Aku melarikan diri ke rumah Nenekku di Bogor. Nenek dan Ibuku seharusnya tinggal di sana namun mereka mungkin sudah berpulang ke akhirat. Rumah itu kosong saat aku sampai , dan aku berdiam di sana bertahun-tahun setelahnya. Aku menangis , karena aku tidak punya siapa-siapa lagi. Satu pun aku tidak membawa kenang-kenangan selama aku hidup bersama Xiao , karena semuanya tertinggal di London. Aku berharap aku bisa segera mati agar aku bisa bersama mereka, namun rupanya kematian tidak sesederhana itu. Beberapa hari setelahnya , Republik Indonesia runtuh dan salju pun untuk pertama kalinya sepanjang sejarah , turun menyelimuti bumi pertiwi. Di tengah kedinginan itu , aku tinggal sendirian , dengan kenangan-kenangan indah saat aku bersama Jisun dan Xiao-xiao.







Tujuh Puluh Tahun kemudian.







Aku tidak menyangka aku bisa hidup selama itu. Tubuhku sudah tua , jenggotku sudah panjang , rambutku semuanya sudah putih dan abad 21 pun sudah berlalu. Runtuhnya Indonesia , Austrlia dan negara-negara besar lainnya , menjadi tanda berakhirnya peradaban modern dan kembalinya zaman kegelapan. Salju masih sering turun ketika desember sampai bulan maret. Aku masih punya mobil tapi sudah tidak bisa dijalankan lagi. Aku berkeliling dengan menggunakan kuda , karena nyaris mustahil mencari bahan bakar di masa depan.







Indonesia sudah kembali ke masa kerajaan. Asalkan kalian bisa bekerja sama , Prabu di Jakarta pasti akan mengampuni nyawa kalian. Aku tidak peduli pada mereka dan mereka pun tidak peduli padaku. Mereka sudah kembali ke zaman kegelapan sedangkan aku masih hidup di zaman modern. Aku masih sering nonton DVD lama. Bermain laptop peninggalan Jisun dan sesekali menulis cerita di buku notes. Untuk makan , aku biasanya berburu di hutan , lalu hasil buruannya kadang kumakan sendiri , kadang juga kujual , untuk sekedar ML dengan gadis-gadis muda. Nama Edi Koboi masih saja dikenal dan ditakuti , meski sekarang aku sudah kakek-kakek reot.







“ Tolong.... tolong saya Kek.... “







Namun saat di jalan pulang , tak sengaja aku bertemu seorang gadis , yang wajahnya , perawakannya persis seperti Xiao-xiao ketika masih hidup. Aku terdiam membatu ketika ia menangis memanggilku.







“ tolong Saya kek , kuda saya mati. Saya... saya .... saya takut”







Anak itu sepertinya di rampok dan kudanya di tembak mati. Namun tidak ada luka di tubuhnya. Ia sangat mirip dengan Xiao-xiao dan aku tak tahu apa yang kurasakan saat itu. Entah sedih , entah senang... aku tidak tahu.







“ Ke mana kamu pulang?” Ia menggeleng-geleng kepalanya. Ia sepertinya tidak tinggal di sekitar sini karena aku belum pernah melihatnya.







“ Siapa nama kamu?” Dengan nada pelan ia menjawab





“ Bona …. Bona Kusetnov “





Bona Kusetnov. Dia dari Rusia





“ Bona , tempat seperti ini terlalu bahaya buat kamu. Kamu mau ikut ke rumah saya? Di sana , ada air hangat , ada makanan segar, dan kuda baru. “







Dengan polosnya ia mengangguk . Aku naikkan dia ke atas kuda , dan kami berkendara pulang bersama. Aku besarkan dia seperti anakku sendiri dan akhirnya , aku bisa merelakan semua yang sudah berlalu , dan memulai lembar baru bersama anak angkatku , Bona. Semoga kelak , aku bisa berjumpa mereka lagi , walaupun bukan di dunia ini.

Kami berkelana tiga hari tiga malam ke arah timur , cuma karena Bona ingin mencicipi bagaimana rasanya naik mobil. Kami berkelana hanya untuk sekedar mencari suku cadang untuk dikanibalkan ke mobil tuaku . Kebanyakan mobil di jalan tol dan jalan raya sudah dikanibalkan oleh militer kerajaan sebagai suku cadang kendaraan mereka. Kami mencarinya di hutan dan di perumahan-perumahan tua dan akhirnya , kami menemukannya.



Butuh tujuh hari untuk membawa suku cadang itu ke rumah dan butuh tiga hari lagi untuk memperbaikinya. Sungguh melelahkan namun aku senang melihat anak ini bahagia. Senyumnya semanis senyuman Xiao dan pelukannya sehangat pelukan Jisun . Ketika mobil itu hidup kembali , aku tak bisa menjelaskan betapa luar biasanya senyuman anak ini saat itu



“ Mobilnya hidup!!! Yey!! Kita orang kaya Kek”



Waktu itu cuma orang super kaya yang bisa punya mobil. Itu pun mungkin cuma satu dan jarang digunakan. Aku langsung mengajaknya berkendara , walaupun sekedar berkeliling kebunku saja. Akhirnya setelah sekian lama , aku seperti berkencan lagi dengan istriku Xiao. Seharian aku mengajarinya mengendarai mobil dan ia langsung mengerti , seperti pernah mengendarai mobil sebelumnya.



Sungguh hari yang sangat melelahkan di usia tuaku , namun aku bahagia. Saat itulah , aku tidak sengaja meminum ramuan misterius , yang kukira jamu yang kubeli di pasar. Aku menjadi sangat mengantuk dan langsung tertidur . Ketika aku bangun , aku begitu terkejut sewaktu melihat bayangan diriku di kaca.



Aku kembali menjadi diriku sewaktu belum menikah. Usiaku menyusut menjadi seperti anak yang baru lulus smu. Aku tidak tahu apakah harus senang , atau ketakutan. Namun yang pasti , ini artinya petualangan baruku akan segera dimulai.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd