Malam-Malam Terakhir
Malam itu juga aku terbang ke Hong Kong. Aku bahkan tidak bisa istirahat karena pikiranku terus memikirkan Xiao. Sedikit saja mereka sentuh Xiao , aku bersumpah akan kubunuh Herman sampai ke cucu-cucunya. Bajingan. Aku sudah hidup tenang di London tapi mereka masih menggangguku. Belasan jam kemudian , aku tiba di Hong Kong , dan tanpa sadar aku sudah membuang waktu nyaris sehari.
Aku harus membuang waktu lagi sekitar dua jam hanya untuk mencari pesawat sehingga genaplah aku membuang waktu selama sehari. Aku butuh pesawat pribadi ke Indonesia namun sayangnya sedikit sekali yang mau mengambil resiko. Terlalu berisiko jika mereka membawa seseorang dengan paspor britannia ke wilayah Indonesia. Namun ketika genap 24 jam , aku akhirnya menemukan seseorang yang mau membawaku ke Indonesia, namun tentu saja biayanya tidak murah. Dua juta Euro , cash , namun sudah termasuk tiket kembali ke Hong Kong. Aku setuju, meskipun itu artinya aku kehilangan nyaris seluruh tabungan keluarga.
Penerbangan ke Palembang menghabiskan waktu delapan jam. Aku masih punya 12 jam untuk ke kediaman Theo. Kediaman Theo berada di daerah yang dahulunya bernama Tanjung barangan. Dahulu tempat itu adalah tempat kumuh , namun Keluarga Wirajaya membeli tanah disana untuk kediaman putra mereka Theo , yang aktif berwirausaha di Palembang. Aku tidak langsung ke kediamannya karena aku tahu itu adalah perangkap. Aku mengerti bahwa tujuan utama mereka adalah membunuhku maka langkah pertamaku adalah ke kediaman Bang Toni untuk mengambil barang lamaku.
Kondisi Indonesia sendiri makin memperihatinkan. Gestapo akhirnya dibubarkan beberapa hari lalu sehingga keamanan di seluruh Indonesia kembali seperti zaman sebelum perang. Tidak ada lagi detektor suara , detektor detak jantung atau pun cctv di tempat tersenyembunyi. Pencurian , pembegalan dan pemerkosaan adalah hal yang lumrah terjadi di Indonesia , termasuk Palembang. Saat kami tiba di Komplek IBP , aku langsung menemui Bang Toni.
Diskotik itu persis seperti lima belas tahun yang lalu. Masih gemerlap , membuat orang lupa apa yang terjadi di luar sana. Tidak hanya bertemu Bang Toni , saat itu juga aku dengan Rome , yang sama seperti , saat itu sudah tidak muda lagi.
“ Edi? “ Bang Toni sangat terkejut begitu aku masuk ke ruangan lounge itu. Mereka sedang berpesta dan mungkin tak tahu apa yang baru saja menimpaku. Aku menceritakan semuanya dan Bang Toni langsung marah besar.
“ BAH! GILA KALI ORANG ITU!! GAK ADA KAPOKNYA DIA! Udah pasti mau bunuu elo itu orang! GAK BISA DIEM AJA KITA!! PERANG INI NAMANYA“
“ Tapi Herman itu bukan orang bego bang . Salah langkah sedikit, malah kita yang dia buat mati. “ jawabku
“ BODOH KAU! BINI KAU KETANGKAP MASI BISA RUPANYA KAU NGOMONG GITU!! GAK NYANGKA AKU!” Bang Toni justru makin marah melihat jawabanku yang terkesan pesimis. Memang saat itu aku sangat ingin membunuh Herman , tapi aku sadar , paling tidak ada beberapa kompi brimob atau angkatan darat yang menunggu di sana
“ Santai kawan-kawan. Saya selalu punya rencana sederhana , dan mungkin cuma ini satu-satunya jalan keluar. “
Rome punya jalan keluar. Sederhana tapi mungkin bisa mengecoh mereka. Saat itu juga dengan mobil Toyota Hilux, kami berkendara ke Mall Aldiron, yang dulunya pasar Cinde. Kami kami parkir di basement Mall. Mall sudah ditutup. Diluar simpang Cinde, berjaga Prajurit Raider TNI. Kami naik ke atap Mall dan di sanalah aku melihat helikopter Chinook BNPB Sumsel.
“ Astaga Rome! Darimana kamu bisa dapet helikopter ini!”
Sahutku kaget
“ mudah, kami mencurinya”
Puluhan militan bersenjata berseragam BNPB muncul. Mereka bukan militan biasa. Mereka prajurit Koalisi. Yang mencuri heli ini dan menyelinap ke Palembang menembus pertahanan TNI.
“ Alamak Rome! Kerjasama rupanya kau sama bajingan pemberontak ini!”
Bentak Toni kaget
“ Jaga perkataanmu kawan. Aku hanya melakukan hal yang menguntungkanku. Lagipula tujuan kita sama, membunuh Herman.”
Rome juga ditugaskan membunuh Herman. Herman adalah tokoh penting bagi Oknum Tni di Palembang. Herman yang mengongkosi oknum jenderal dan pejabat-pejabat korup daerah ini sehingga gubernur resmi sendiri tidak berdaya di daerahnya sendiri. Rome melakukan ini selain untuk uang juga untuk
“ menyelamatkan negeri kita dari dirinya sendiri. Tujuan pasukan Koalisi bukan meruntuhkan Indonesia tapi mengembalikan kejayaannya.”
Jawab Rome.
Saat itu juga , kami mengumpulkan orang-orang dan senjata untuk menghancurkan keluarga Wirajaya selamanya. Waktu yang tersisa hanya empat jam. Persiapan menghabiskan waktu setengah jam. Sekitar 55 orang naik ke helikopter Chinok BNPB bersenjata lengkap dan seragam tentara Koalisi. Yang mana mirip sekali dengan Gorka Spetnaz.
Helikopter lepas landas. Palembang saat itu dijaga ketat oleh aparat TNI dan brimob. Bunuh diri jika kami menyerang secara terbuka. Dengan lambang BNPB di heli ini, kami terbang dengan bebas sebagai anggota BNPB.
Kami mendarat di jalan Soekarno Hatta. Rome turun bersama Toni dan tiga orang. Empat mobil menunggu di jalanan. Mereka berkendara ke kediaman Herman sementara kami kembali lepas landas.
Kediaman Herman dijaga lebih ketat dari yang kami duga. Blokade dipasang beberapa puluh meter di depan kediaman Herman. Yonkav 5 berjaga dengan dua Ifv LAV-25(Light Armored Vehicle/Kendaraan Tempur/berpelindung Ringan) dan delapan humvee hasil rampasan dari Amerika Serikat. Indonesia merampas ribuan Humvee dan ratusan Ranpur Lav-25 ketika Amerika Serikat menarik diri dari Daratan China. Sejak saat itu beberapa satuan TNI seperti Yonkav 5 berseragam dan dipersenjatai dengan persenjataan NATO. Brimob Juga berjaga di sana membantu prajurit TNI.
“ Yang dipanggil Edi , yang nongol malah Rome. Kayak pesen spageti yang dateng Mie Ayam.” Mereka mengejek Rome mie ayam , karena nilai kepalaku saat itu , jauh diatas Rome. Kami melintas diudara namun mereka sama sekali tidak curiga
“ Lepasin anak itu selagi kalian bisa. Jangan kan kalian , bapak kalian dulu , mungkin orang ini yang bunuh “
Bang Toni menggertak tapi mereka justru tertawa terbahak-bahak. Brimob-brimob itu , dipersenjatai dengan persenjataan terbaru dengan standar Eropa, sedangkan orang-orang bang Toni , hanya mengandalkan senjata lawas seperti AKM dan M16A3 . Team Darat hanya punya dua penembak jitu, dengan senjata Kar98k. Rome sendiri hanya memegang senjata Sig Sauer p226 sedangkan Bang Toni menggunakan Walther PPK.
Aku memimpin Team B yang sejak Rome sampai di depan blokade , kami sudah bersiaga diudara untuk pendaratan. Ada kurang lebih 50 orang termasuk aku dan mantan personel TNI yang kaya pengalaman. Hanya saja , mereka melawan China sedangkan aku bertempur melawan Australia dan New zealand di Papua. Aku menggunakan revolver Schofield milikku, Senapan mesin ringan m249, dan Shotgun pompa m1897. Kedua senjata itu aku dapatkan dari pasukan koalisi. Mereka harapanku untuk menyelamatkan Xiao. Aku sudah lima belas tahun tidak memegang revolver tapi aku harus siap.
“ kalian ini aparat , tapi suka sekali kekerasan ya? “ tepat saat Rome menyelesaikan kalimatnya, seorang prajurit Koalisi menembakkan roket AT4 dari semak belukar. Roket menghantam Ranpur Lav TNI. Rapuh itu berasap dan terbakar. Rome cabut pistolnya dari pinggangnya dan
“DOR!! DOR!! DOR!! DOR!! DOR!!”
Sama seperti dulu hanya dalam kedipan mata , Rome langsung menghabisi 10 orang dalam 10 tembakan. Empat prajurit TNI di Humvee yang di depannya dan enam sisanya penembak jitu jauh dibelakang blokade. Aku menembak musuh dengan senapan mesin berat m2 browning dari helikopter.
Roket kedua ditembakkan. Roket itu menghantam ranpur kedua hingga terbakar dan meledak. Brimob-brimob dan prajurit TNI panik dan tercerai berai. Aku menembak empat Humvee dari udara, membersihkan Medan dari kendaraan musuh.
Helikopter mendarat di medan tempur. 50 tentara Koalisi turun termasuk aku. Prajurit-prajurit TNI tewas bergelimpangan. Aku menembakkan senapan mesinku, M249 ke pasukan TNI yang masih berusaha membalas tembakan, menjaga gerbang kediaman Herman.
Ratusan Prajurit TNI dan brimob keluar dari kediaman Herman. Kami berbaris rapi dan membalas tembakan mereka. Helikopter Chinook kembali lepas landas. Salah seorang prajurit TnI nyaris menembakkan Manpads ke helikopter namun aku menembaknya. Helikopter menembakkan senapan mesin m2 browning, memberikan bantuan udara dan membersihkan pasukan musuh.
Kami dan pasukan Koalisi terus maju. Auman mesin terdengar. Sesuatu menembus tembok beton kediaman Herman. Aku berdiri paling depan dan menunduk begitu musuh menembakkan meriamnya.
“ Taaaaaank!”
Teriak Toni
“Mereka punya Tank M1!”
Tank M1A2C masuk daftar alutsista TNI setelah mundurnya Amerika dari daratan China. Yonkav 5 adalah salah satu satuan tempur yang dipersenjatai dengan Tank mematikan ini. TNI hanya menghancurkan beberapa sedangkan sebagian dirampas dari tentara Amerika.
Aku mundur mencari perlindungan. Tank M1A2C menembakkan meriamnya, menyapu bersih siapa saja yang menghalanginya. Dua prajurit Koalisi berusaha menembakkan roket namun tank itu menghujaninya dengan senapan mesin.
Prajurit Koalisi berlindung sementara anak buah Bang Toni lari ketakutan. Tank menembak mereka dengan meriam dan senapan mesin coaxial, mencegah mereka melarikan diri. Mereka semua tewas. Aku berlari ke belakang lalu Rome berteriak
“ Edi! Mobil itu! Mobil Hilux putih paling belakang! Naik ke mobil terus ledakkan tank itu! Aku alihkan perhatian mereka!”
Rome dan prajurit Koalisi mengalihkan perhatian tank M1A2C TNI. Aku naik ke mobil Toyota Hilux paling belakang. Mobil itu dipersenjatai dengan bom IED (Improvised Explosive Device/ Alat peledak lanjut) aku tancap gas mengendarai mobil sedekat mungkin dengan tank musuh. Tank musuh menyadari keberadaanku. Aku terjun dari mobil dan saat itulah
“ Boom!!”
Tank itu meledak, membunuh seluruh kru. Aku tak percaya kami melakukannya. Menghancurkan tank paling mematikan di dunia dengan bom ratusan kilo dari Toyota Hilux.
Aksi pertama bisa dikatakan berhasil. Dengan bantuan puluhan tentara Koalisi. Kami maju menyerbu gerbang kediaman Herman. Dengan senapan mesin m249 aku menembak Prajurit TNI dan brimob yang tersisa. Helikopter kembali dan memberi bantuan udara.
Suara gemuruh terdengar dari udara. Aku terdiam dan menoleh ke arah langit. Aku melihat sesuatu dari kejauhan dan segera berteriak
“ Rudaaaal”
“Duar!”
Helikopter itu meledak dan terhempas ke tanah. Jet tempur muncul dari balik awan yang mendung.
“ Su-35!!”
Teriak Toni. Jet bermanuver lalu terbang dan menghujani posisi kami dengan bom dua bom 500kg
“ Duar!!!”
Belasan tentara koalisi tewas sekaligus. Aku terhempas. Rome dan Toni berlindung. Jet itu kembali bermanuver dan kembali ke posisi kami
“Edi!!”
Rome menunjuk rudal Manpads TNI yang tergeletak di pekarangan kediaman Herman. Prajurit Tontaipur dan datasemen rudal keluar dari rumah Herman. Rome, Toni dan pasukan Koalisi memberikan tembakan perlindungan.
“ Brrrrrtt”
Jet itu kembali, menembakkan meriam 30mm ke posisi kami. Beberapa tentara koalisi tewas ditempat. Aku berlari sambil menembaki musuh. Aku rebut Manpads itu dan mulai membidik jet su-35 yang menghantui kami dari angkasa
“ Duar”
Roket melesat dan menghantam jet su-35 musuh. Jet itu sempat memuntahkan suar, namun roket itu mengacuhkannya dan menghantam jet musuh. Jet itu berasap, lalu kehilangan kendala dan terhempas ke tanah. Ledakan terjadi. Itu jet ketiga yang berhasil kuburu.
Aku menembaki musuh dari luar dengan senapan mesinku. Rome dan Toni melempar flashbang dari jendela, lalu masuk dan menghabisi musuh secara membabi-buta. Saat kami naik ke kediaman Wirajaya, empat tentara Koalisi langsung menyerang dari belakang untuk membantu Rome dan Bang Toni. Aku dan tiga tentara lainnya bersiaga menyerbu bagian dalam rumah, membunuh keluarga Wirajaya , menyelamatkan Xiao dan melarikan diri.
“ DUAR! DUAR!!”
Ketika pelontar granat itu meledak dari belakang, mereka sempat kocar kacir dan tercerai berai. Rome dan Bang Toni langsung menghabisi musuh dengan rasio satu orang satu peluru. Rome membunuh belesan dan langsung menghabisi regu satgultor yang nyaris membunuhnya. Sedangkan Bang Toni membunuh enam personal Tontaipur. Sedangkan ke empat tentara Koalisi dari belakang menembak dan menghabisi aparat brimob yang tersisa. Musuh akhirnya terjebak sedangkan Rome dan Bang Toni maju untuk membunuh mereka semua. Masih ada satu regu satgultor dan dua regu Tontaipur di dalam rumah. Namun ketika mereka hendak menembak dari dalam,
“ BRUK!! “ “ DOR! DOR!! DOR!!”
Kutendang pintu itu dan langsung menembak tiga orang salgultor yang hendak menyerbu keluar. Mereka langsung berbalik dan nyaris membunuhku , namun saat itu juga waktu seolah berhenti. Mereka berdua , dengan senjata SS2V5 dan H&K G36. Reaksi tim satgultor sebenarnya tidak usah diragukan lagi. Namun ketika jemari mereka hendak menekan pelatuk
“DOR!! DOR!!” aku membunuh keduanya dengan revolverku. Tentara-tentara Tontaipur menembakiku dari ruang tamu dan lantai dua. Aku sempat bersembunyi namun ketiga temanku tidak. Mereka semua bersenjatakan SS2V5 dan beberapa senapan mesin FN M249. Aku mengisi ulang peluru sambil berpindah tempat persembunyian. Di saat ada kesempatan, aku keluar dan langsung menembak mati enam orang. Dua pemegang senapan mesin , dan empat orang dengan senjata SS2. Namun aku sempat beberapa kali terserempet peluru dan rasanya cukup nyeri. Rome menembak empat orang yang berdiri di dekat kaca dan mereka langsung panik. Beberapa menembak keluar dan beberapa menembak ke arah dapur secara membabi buta. Di saat itulah aku menembak mati mereka semua tanpa ampun.
Rome dan Bang Toni masuk dengan empat tentara koalisi diluar. Bang Toni menjarah rumah kediaman Theo, sedangkan aku langsung naik ke lantai dua tanpa menunggu Rome. Kutendang kamar Theo dan disanalah aku melihat Xiao sudah bersimbah darah dengan beberapa luka tusukan.
“ Tidak......” Tidak ada Herman hanya putranya si pengecut Bung Hendra. Ia hampir menembakku namun
“ DOR!!” aku langsung menembak revolvernya.
“ Urusan kami hanya membunuh tuan putri ini, kau tidak membayar kami untuk menghabisi dia!” Dan dua orang misterius yang pernah memegang tangan Xiao tiba-tiba muncul lagi.
“ BAJINGAN!!” “ DOR!! DOR!!” Aku membunuh mereka berdua. Hanya tersisa Hendra yang saking ketakutannya sudah terkencing di celana.
“ APA SALAH KAMI!!”
Bentakku geram. Aku hendak menembak Hendra namun ia langsung menerbab pistolku. Revolverku terjatuh dan ia hampir mematahkan leherku. Kudorong dia kuat-kuat lalu kupukul beberapa kali tepat di wajahnya. Hendra belum menyerah. Ia keluarkan sebuah keris dan nyaris saja menusuk perutku. Beruntung kuterbab keris itu lalu kubanting dia sehingga terhempas ke lantai. Aku berusaha menendang kepalanya namun dia menghindar. Ia menendang perutku cukup kuat sehingga aku termundur dan terjatuh. Ia rebut kembali keris itu dan kembali menghujamku. Langsung kutendang biji pelirnya sekuat tenaga lalu kuterbab dan kucekik lehernya.
“ KENAPA LU GANGGU KELUARGA GUE LAGI! “ Bentakku
“ LONTE INI MAU BUNUH BOKAP GUA !! DIA BUNUH ANAK GUA , ISTRI GUA, DAN DIA HAMPIR BUNUH BAPAK GUA. LU KIRA GUA DIEM AJA?!”
“ Apa?” Dan kuncianku mengendur dan saat itulah ia memukul kepalaku dan berbalik mencekikku.
“ ARRGGHHH!!”
“ Ya! Bodoh kau Edi! Selama ini kau tak tahu kalau Lonte ini si Helm hitam hah? LIHAT HELM PUTIH! NYAWA SUAMIMU SEKARANG DITANGAN...”
“DOR!!” Dan Rome muncul saat aku hampir dicekik sampai mati.
“ Astaga! Maaf aku terlambat!!” Rome langsung membantuku berdiri , dan aku langsung berlari menghampiri istriku Xiao.”
“ Honey .... “ rintihnya lemah. Ia ditusuk tepat di perutnya dan darahnya terus mengucur. Tak Lama Bang Toni juga naik ke lantai dua dan ikut membantuku membawa Xiao keluar dari kediaman Theo.
Rome membantu mengakali luka Xiao agar pendarahan tidak makin memburuk. Xiao sangat lemah akibat pukulan dan beberapa kali tusukan. Ia beruntung masih hidup. Aku tidak bisa apa-apa waktu itu , bahkan aku beruntung ada Rome yang membantuku. Berkat bantuannya lah , Xiao masih bisa diselamatkan.
Kami melarikan dari sebelum lebih banyak polisi dan AD tiba di TKP. Bang Toni sempat menjarah emas senilai miliaran dan uang tunai ratusan juta rupiah. Tidak termasuk berkantung-kantung perhiasan super mewah yang setiap kepingannya saja , mungkin senilai ratusan juta rupiah. Rumah seharga puluhan Miliar itu dibakar dan apinya bisa dilihat sampai berkilo-kilo.
Mobil itu jadi penuh dengan darah. Xiao , yang sudah sangat lemah , akhirnya memberitahuku yang sebenarnya. Dialah si helm putih itu. Dialah yang membunuh tiga anak buah Santoso dan dia juga lah yang pernah hampir membunuhku. Dia jugalah yang meledakkan jembatan dan bandara lampung. Meski ia sempat memiliki kekuatan supranatural, ia sekarang sudah sangat lemah.
Bukan Hermanlah yang mengejar kami hingga ke britannia tapi Xiao lah yang entah bagaimana bisa berpindah dari London ke Indonesia. Xiao akhirnya jujur , jika selama ini , ia mengidap penyakit komplikasi dan hidupnya mungkin tidak lama lagi. Tapi ia merahasiakannya. Ia tidak ingin membebaniku. Namun ia bersumpah , akan membalas kematian Jisun , sebelum ia mati.
Sayangnya , Herman tahu ia akan datang . Herman menyewa dua orang misterius , yang seharusnya menangkap Xiao hidup-hidup , untuk menangkap , menyiksa dan membunuh Xiao. Mereka juga bisa berpindah tempat secepat kilat , namun mereka tidak tahu Xiao lari ke London. Dan ketika Xiao membunuh istri dan anak Hendra, di kediaman Theo di Palembang, mereka berdua segera menangkap dan menyiksa Xiao. Merekalah yang ke London dan mengirim surat itu. Saat kami menyerang kediaman Theo, saat itulah mereka menusuk Xiao.
“ Sudah jangan bicara lagi, semua pasti akan baik-baik saja. Mari kita pulang .... “
Ia terus memegang tanganku. Kami ke bandara melalui pintu masuk bandara lama. Pintu itu khusus untuk penerbangan pribadi. Mobil kami langsung masuk ke runway , dan berhenti di dekat jet sewaanku. Aku menggendong Xiao turun, namun sayangnya , kejadian di lampung terjadi lagi. Dua Jeep densus berhenti tepat di belakang kami. Empat anggota densus turun dengan senjata laras panjang terbaru dan perlengkapan lengkap, dan dari mobil satunya turun Kapoltabes Palembang , dengan dua ajudannya bersenjata Sig Sauer.
Aku menoleh pasrah ke arah mereka. Belum cukup, dari belakangku muncul lagi empat anggota densus. Kami terkepung. Satu langkah yang salah saja , mereka bisa menembakku. Xiao makin melemah dipelukanku. Rome dan Bang Toni bahkan tidak bisa membantu apa-apa. Tentu saja mereka sudah menunggu kami di Bandara itu.
“ Tiga penjahat dalam satu hari sekaligus. Rome , Edi Koboi, dan Helm putih. Seharusnya dari awal lebih baik Densus yang menangangi kasus seperti ini. “
Aku sempat menurunkan Xiao di lantai. Xiao memejamkan matanya , tanda ia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Begitu juga dengan Rome. Mereka terlalu dekat dan bersenjata lebih lengkap. Namun ada alasan kenapa mereka tidak pernah lupa siapa aku. Ada alasan kenapa namaku tidak kalah menakutkan dibandingkan “ Rome” . Saat itulah terjadi peristiwa paling fenomenal di sepanjang sejarah penggrebekan Densus 88.
Satu detik lagi saja , mereka pasti akan memberondong kami dengan peluru. Aku punya satu lagi revolver yang belum aku gunakan. Kutarik nafasku dalam-dalam , lalu kutahan dan saat itu juga kutarik kedua revolvitu. Kuputar sedikit badanku sehingga tangan kiriku menembak ke rombongan Kapoltabes dan tangan kananku menembak ke anggota-anggota Densus yang dibelakangku.
“DOR!DOR!DOR!DOR!DOR!”
Waktu seolah berjalan begitu lambat. Dalam kedipan mata, kutembak ke delapan anggota densus yang di kiri dan di kananku. Kedua ajudan kapoltabes hampir saja menembak kami namun aku segera menembak mereka berdua. Banyak yang tidak percaya dengan apa yang terjadi hari itu. Delapan anggota densus dengan persenjataan terbaru , dibantu dua ajudan kepolisian, melawan seorang narapidana mantan anggota wajib militer yang hanya bersenjatakan dua revolver tua. Hanya satu orang saksi mata , yang membuat banyak orang percaya dengan legenda itu, Sang Kapoltabes yang setelah kejadian itu langsung dipukul oleh Bang Toni hingga pingsan.
Aku tidak tahu bagaimana Rome dan Bang Toni melarikan diri. Aku naik ke pesawat itu dan langsung terbang ke Hong Kong. AU yang sebenarnya di sana tidak mau ikut campur karena menganggap kejadian itu murni kasus kriminal yang harus ditangani kepolisian. Namun mungkin lebih tepatnya, Herman tidak membayar mereka untuk membunuhku.
Berkat Rome , Xiao bisa bertahan hingga kami mendarat di Hong Kong. Kutuntun ia turun dari pesawat itu , dan tadinya aku ingin membawanya ke rumah sakit untuk mengobati lukanya. Namun di run way itu , ia menggenggam tanganku , lalu menggelengkan kepalanya.
“ Honey .... tidak usah bawa aku ke rumah sakit. Aku cuma ingin bersamamu” rintihnya lemah
“ Kalo kita langsung pulang , fisik kamu makin lemah!!” Gerutuku namun ia justru tersenyum
“ Sejak di London, aku memang sudah lama melemah namun aku menyembunyikannya darimu. Maafkan aku.... Honey...” simpati dengan apa yang kami alami , sang pilot , yang juga pemilik jet pribadi itu sendiri, kembali menghampiri kami dan berkata.
“ Maaf Pak... bawa aja mobil saya selama kalian di Hong Kong. Tenang , Polisi sini tidak akan ganggu kalian.” Dia bahkan meminjamkan mobilnya kepada kami. Aku sungguh berterima kasih. Aku tuntun Xiao masuk ke dalam mobil , lalu saat di dalamnya, Xiao memegang tanganku dan berbisik
“ Aku ingin ke Victoria peak... sama kamu... “
Tatap matanya sudah berbeda saat itu. Saat itu sudah malam dan kota Hong Kong tidak seramai dahulu lagi. Kami satu-satunya mobil yang menuju ke sana . Jalanan ke sana sungguh tidak mudah bahkan kami harus berjalan kaki cukup jauh. Tapi demi Xiao , aku rela menggendongnya hingga kami sampai di Victoria peak.
“ tempat ini, jauh berbeda dari yang aku ingat ...”
Di masa lalu , kita bisa melihat pemandangan kota Hong Kong yang sangat indah. Namun perang mengubah semuanya. Kami duduk di sana , dan ia menyandarkan kepalanya di pundakku.
“ Aku ingat , waktu pertama kali kamu cium aku , saat itu juga aku bisa merasakan penyesalan dan kesedihan yang sangat dalam di diri kamu. Kamu ... kamu sangat mirip dengan Bao an ... tapi kalian sangat berbeda. Bao An hidup bahagia dengan segala yang ia miliki, ia bahagia dengan orang lain. Sedangkan kau saat itu , dihantui penyeselan yang sangat dalam. Xingqiao benar, sulit rasanya untuk tidak menyukaimu .... Saat Xingqiao meninggal dan kau bersedih , rasanya aku... aku... aku ingin berusaha sampai mati demi melihat kamu tersenyum lagi. Dan aku berhasil, kau bahagia dan aku pun ikut bahagia. Aku senang .... sekarang tidak ada lagi penyesalan di dalam diri kamu , selama ribuan tahun tinggal di alam semesta, akhirnya aku mengerti bagaimana rasanya , melihat orang yang kita cintai bahagia. Namun maafkanku , jika dendam kusumatku ini, menghancurkan apa yang sudah kita bangun bertahun-tahun....”
Ia tidak bisa menangis lagi karena kondisi fisiknya sudah sangat lemah. Aku tak kuasa menahan air mataku . Aku memeluknya erat, dan jantungku terus berdetak hebat. Bahkan di usiaku yang sudah tua itu , aku masih tidak mampu menahan emosiku.
“ Sayang .... ambillah seluruh kekuatan yang tersisa di dalam diriku. Kembalilah menjadi anak muda, hidup bahagialah , dan lupakan semua dendammu , dan kerinduanmu kepada diriku. Rindu itu sangat menyakitkan , dan aku tak ingin , kau semakin menderita karenanya...”
Ia ingin aku mengambil seluruh kekuatan supranatural yang tersisa di dalam dirinya. Ia ingin aku kembali muda , dan memiliki kekuatan sakti seperti Bao An di dunia ia berasal. Namun aku sempat mencumbu bibirnya untuk yang terakhir kali dan menolak pemberiannya.
“ Pergilah dengan damai sayangku ... cinta dan doaku akan selalu bersamamu. Lima belas tahun ini, adalah lima belas tahun terindah sepanjang hidupku. Biarkanlah , aku akhiri cerita ini , dengan caraku sendiri. “
Xiao memelukku makin erat . Sambil menangis ia akhirnya mengucapkan kata terakhirnya
“ Cinta yang indah , mengapa kita harus terpisah....”
Dan ia menghembuskan nafas terakhirnya. Seperti itulah aku kehilangan istri keduaku yang sangat aku cintai. Pertama Xingqiao, kedua Xiao. Aku bingung kenapa aku selalu kehilangan orang yang aku cintai. Bukan luka itu yang membunuh Xiao, tapi penyakit yang ia alami. Aku masih memeluknya , dan menangis sepanjang malam. Sungguh sakit , dua kali kehilangan orang yang kita cintai. Dan disaat terakhirnya , aku sempat berjanji , untuk mengakhiri kisah ini , dengan caraku sendiri. Bukan dengan kekuatan supranatural seperti diriku di dunia tempat Xiao berasal.