Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah Selingkuh di Masa Lalu

Bagus nih ceritanya. Ijin nongkrong dulu gan. :ngeteh:
 
Chapter 5: Puncak Perselingkuhan Puncak Kenikmatan

Selepas Winda curhat mengenai persetubuhannya dengan Tommy hari Rabu lalu, aku menjadi galau membayangkan kesendirianku di weekend minggu ini, sudah cukup lama aku tidak merasakan nikmatnya persetubuhan, walau malam minggu lalu nyaris melakukannya dengan Om Sadewo. Darren sempat mengabari ingin ke Jakarta namun akhirnya batal karena harus ada pekerjaan yang diselesaikan, entah apakah benar atau tidak, namun apapun kebenaran dari alasannya, hal itu membuyarkan bayangan indahku untuk bermesraan dengannya...kembali aku bayangkan kesendirianku ditemani buku dan suasana kos yang sepi.

Sabtu itu aku mengambil giliran piket setengah hari menggantikan rekanku yang sedang ada perlu, aku tidak keberatan karena memang tidak ada rencana apapun, dan kebetulan dapat uang makan yang lumayan untuk anak kos seperti aku. Bekerja di hari Sabtu memang menjemukan, namun aku memanfaatkan waktu untuk merapihkan file di komputer atau bahkan dokumen-dokumen yang kadang tersebar tidak karuan, selama kita menikmatinya, waktu akan berlalu begitu saja dan akhirnya tiba waktunya untuk pulang!
Suasana kos di hari Sabtu begitu sepi, karena kebanyakan dari penghuni libur dan punya acara masing-masing, entah pulang ke rumah orang tua atau saudara atau sekedar pergi keluar kota bersama teman-teman sekerja mereka. Aku naikin tangga menuju lantai 2, dan kudapati pintu kamar Om Sadewo sedikit terbuka, aku tak berani mengintip, namun detak jantungku bertambah cepat...apakah secara tidak langsung aku mengharapkan Om Sadewo di weekend ini, atau aku malu bertemu dengannya setelah kejadian minggu lalu.

“Hai Mita! Kok kayak kaget gitu mukanya....”, Om Sadewo mengejutkanku, dengan balutan handuk dan dada bidangnya yang kekar, dia begitu saja keluar dari kamar mandi lantai 2 yang bersebalahan dengan tangga menuju lantai 3.

“Aduh Om, ya kagetlah, kirain ada di kamar, soalnya pintunya agak terbuka...eh tau-tau muncul dari kamar mandi”, jawabku sambil menghela nafas dan memegang dadaku karena cukup terkejut.

“Loh ya diintip aja tadi, ada didalam kamar atau tidak hehe...kamu ga kemana-mana?”, kata Om Sadewo menggoda dan dilanjutkan dengan pertanyaan.

“Enggak Om, di kos aja...Om Sadewo besok ke Bandung ya?”, jawabku diiringi pertanyaan, pertanyaan spontan begitu saja, mengingat minggu lalu dia ke Bandung di minggu pagi setelah malamnya ‘menelanjangi’ diriku.

“Enggak, kemarin sudah pulang agak lama, karena beberapa minggu ini bakal lemburan terus kejar proyek kelar, kalo ga kemana-mana kita nonton yuk....”, jawab Om Sadewo diakhiri ajakan nonton yang tidak kusangka-sangka.

“Mmm...gimana ya...boleh aja sih, daripada bengong di kos”, jawabku dengan mimik pura-pura ragu, padahal aku senang sekali karena sudah cukup lama tidak nonton ke bioskop.

“Okay, dandan yang cantik ya...Om ganti baju dulu...”, kata Om Sadewo sambil berlalu ke kamarnya.

Aku sempat tertegun dengan maksud perkataan ‘dandan yang cantik', setahuku bioskop tidak jauh dari kos dan untuk nonton kenapa harus pakai dandan segala, aku memang bukan wanita yang terlalu suka dandan karena agak tomboy saat masih remaja dulu, apalagi kalau hanya pergi ke tempat yang tidak terlalu jauh letaknya.

“Om...maksudnya dandan yang cantik memang apa Om?”, aku mengirim sms ke Om Sadewo begitu sampai kamar dan sebelum ke kamar mandi.

Bunyi sms masuk tak lama setelah aku mengambil peralatan mandiku, “Ya pake rok misalnya, kan biasanya kamu pake clana panjang pas ngantor”, isi sms balasan dari Om Sadewo. Aku begitu naif dan polos, mungkin Om Sadewo ingin aku kelihatan agak berbeda ketika berjalan bersamanya, terlintas pikiran dalam pikiranku mungkin istrinya Om Sadewo pintar berdandan dan selalu membuatnya bangga berjalan bersama saat keluar di tempat umum.

“Trus atasannya pake apa Om?”, jawabku yang sebenarnya kelihatan bodoh, seperti wanita yang tak tahu harus berpenampilan seperti apa untuk mengimbangi lelaki yang mengajaknya jalan keluar.

“Maunya ga pke atasan tp kan ga mungkin hehe,pake apa aja...tapi ga pke bh klo boleh”, balasan sms dari On Sadewo yang membuatku menjadi gugup, entah apa yang sedang direncanakannya.

“Iya Om, tp aku pake sweater ya”, balas smsku dengan cepat, entah kenapa aku seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, dulu Darren memang pernah memintaku tidak memakai daleman saat kuliah dan selepas kuliah diakhiri dengan persetubuhan kilat di warnet belakang kampus yang memacu adrenalin kita berdua, kenangan itu begitu melekat dan jujur saja kami berdua begitu menikmati sensasinya. Om Sadewo tidak menjawab sms terakhirku hingga aku selesai mandi, dan saat selesai mengenakan rok kainku yang agak sedikit dibawah lutut, sms dari Om Sadewo masuk dan hanya menjawab “Ok”.

Aku menuruni anak tangga dengan langkah gugup, rok kain motif bungaku dipadukan dengan kaos youcansee hitam yang kututupi dengan cardigan warna hijau (gambar ilustrasi), kulihat dibawah tangga Om Sadewo tak berkedip menatapku, dia seperti terpana...”Kamu manis sekali Mita....”, ujarnya memberikan tangannya saat menuruni anak tangga terakhir, aku tersipu malu dan sudah cukup lama tidak menerima pujian dari seorang lelaki.


Om Sadewo memesan taksi ternyata, walau bioskop tidak jauh dari kos, namun berjalan kaki kesana bukan ide yang bagus mengingat polusi Jakarta dan trotoar yang kadang habis dimakan pedagang kaki lima atau pengendara motor yang tidak sabaran. Di dalam taksi kami duduk berdampingan dan terlihat kikuk, mata sang supir kelihatan sesekali mengamati kami berdua dari kaca spion tengah, aku tak ambil pusing, mungkin dia agak heran melihat pasangan wanita muda umur 20an dengan Om-Om berusia paruh baya, atau mungkin dipikir aku adalah ‘wanita nakal' untuk Om Sadewo.


(To be continued....pegel tangan ngetik di hape)
 
Sediain space buat lanjutannya....

Lanjutan Chapter 5:

Lanjutan Chapter 5...
Setibanya di pusat perbelanjaan, aku turun dari taksi sambil merapihkan cardigan hijauku, agak risih walau dari luar sebenarnya tidak terlalu tampak jika aku tidak menggunakan beha. Om Sadewo menggandeng tanganku memasuki pusat perbelanjaan dan segera menuju bioskop mengingat waktu tayang yang tak lama lagi, kita sengaja memilih agak sore sehingga nanti masih sempat untuk makan malam.

Sudah lama aku tidak pergi ke bioskop, biasanya dulu Darren rajin mengajakku nonton karena kebetulan kami sama-sama pecinta film, yang penting bukan film horror. Film yang kami tonton adalah film action hollywood yang sebenarnya pemeran utamanya tidak terlalu kusuka, namun untuk menghargai Om Sadewo aku iyakan saja ajakannya menonton film itu. Om Sadewo memesan kursi agak dibelakang dan pojok, kebetulan pusat perbelanjaan itu memang kurang ramai, sehingga bioskopnya pun terbilang sepi sehingga lebih leluasa untuk memilih kursi yang diinginkan.

Tak lama film diputar, Om Sadewo yang duduk disebelah kananku berbisik, “Lepasin cardigannya...”, aku sempat menolak karena dinginnya ruang dalam bioskop, ditambah lagi puting susuku mengeras karenanya, namun Om Sadewo sedikit memaksa sambil tangan kirinya memeluk bahuku memberikan kehangatan.

Dengan kaos hitam tanpa lengan dan beha, udara dingin menyapu bahu dan dadaku, Om Sadewo merangkul tubuhku dekat kepadanya sambil menciumi kepalaku dengan lembut. Ciuman lembutnya perlahan meyusuri telinga dan pipiku, diakhiri kuluman di mulutku, dia sempat berbisik memintaku membuka sedikit mulutku untuk menyapu lidahku yang kini sudah berpagutan. Tangan kanan Om Sadewo mulai menjelajah mengusap lenganku hingga meremang bulu kudukku, pelan namun pasti, kini bongkahan payudara kiriku yang masih tertutupi kaos mulai diremasi perlahan. Bibir kami bersatu penuh kehangatan dan gairah, aku begitu terbakar dengan rangsangan Om Sadewo yang kini mulai berani menurunkan kaosku sehingga payudara kiriku mulai terbuka bebas dengan puting susu coklat kemerahan yang mengeras.

Kami berhenti sesaat sambil mengamati sekeliling dan melihat film yang diputar, namun tak lama kemudian tangan kanan Om Sadewo menuntunku menggenggam penisnya yang ternyata sudah terbuka dibalik restleting celana yang dikenakannya, penisnya begitu hangat dan keras, aku sempat terkejut namun hanya melihatnya sekilas dalam kegelapan ruang bioskop. Kukocok perlahan penisnya sambil menikmati ciuman lembut di bahuku yang terbuka, “Om buka ya kaosnya....ssshhh ahhh”, pinta Om Sadewo sambil sedikit mendesah. Tanpa menunggu persetujuanku, kaos hitamku diturunkan hingga ke perut sehingga kedua payudaraku yang tak seberapa besar namun tidak kecil juga terpampang bebas dihadapannya. Kulihat sekilas wajah Om Sadewo yang menatap samar kedua payudaraku yang terkena kilatan cahaya dari film, dia mendekatkan wajahnya dan mulai menciuminya pelan-pelan, puting susu semakin keras dan menegang, genggaman tanganku di penisnya terlepas karena posisi yang kurang pas. Kubusungkan dadaku dan membiarkan Om Sadewo melahapi kedua payudaraku bergantian sambil sesekali mengulum puting susunya, tangan kanannya pelan tapi pasti menyelinap ke dalam rok dan mengusap-usap pahaku, desahanku tertahan karena rangsangan yang diberikannya.

“Mau apa Om?...mmmffhh..”, sergahku sambil menahan tangan kanan Om Sadewo yang sudah menyelinap terlalu dalam ke rok yang kukenakan, tangannya berusaha menarik celana dalam katunku.
“Dilepas aja ya, Om mau usap memek kamu....”, jawab Om Sadewo dengan nafas tak beraturan dan air liur disekitar bibirnya sehabis menikmati kedua payudaraku. Seperti terhipnotis atau tak kuasa menikmati sensasi yang diberikan, aku pasrah saja membiarkan tangannya meloloskan celana dalamku, meminta aku menyimpannya di tas dan kembali menyelinapkan tangannya ke dalam rokku.

“Arrgggh Om...”, desahku tertahan saat jari tengahnya menyentuh klitorisku, rokku memang dibiarkan menutupi pahaku, namun tangannya tepat berada diantara kemaluanku, memintaku membuka sedikit pahaku agar dapat membelai belahannya yang sudah basah.

Om Sadewo mengulum bibirku diiringi dengan gigitan lembut dan kembali menikmati puting susuku yang mengeras, aku menahan tangan kanannya agar tidak mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang vaginaku, aku takmau dia melakukannya dengan jarinya di tempat umum seperti saat itu.

“Basah sekali memek kamu sayang...”, kata Om Sadewo dekat dengan cuping telingaku, kata sayang membuatku semakin terbuai dan tubuhku bergetar, tanganku mencengkram kuat tangan Om Sadewo yang sesekali sibuk mencubiti klitorisku.....aku orgasme untuk pertama kalinya.

“Uffhmm aku mau pipis dulu Om....”, pintaku sambil menarik tangannya keluar dari rokku, kami sama sekali tidak memperhatikan film yang mungkin sudah tiga perempat bagian diputar.

“Ya udah sekalian aja, Om juga mau pipis...”, katanya dan selanjutnya kami merapihkan diri masing-masing, sempat kulihat Om Sadewo agak kesulitan memasukkan penisnya yang masih agak tegang ke dalam celananya. Kunaikkan kembali kaosku, mengenakan kembali cardiganku namun tak sempat lagi mengenakan celana dalamku.

Keluar dari toilet Om Sadewo mengajakku makan malam sebelum pulang, kami menghabiskan waktu dengan bercengkrama namun sedikitpun tak menyinggung apa yang kami lakukan didalam bioskop tadi. Dengan waktu yang tersisa malam itu, kami menghabiskan waktu untuk cuci mata dan melihat-lihat sekeliling pusat perbelanjaan hingga pukul 9 malam.

“Kamu manis sekali malam ini....”, bisik Om Sadewo di dalam taksi saat pulang, tangannya menggerayangi pahaku dan menyelinap masuk, kugigit bibirku menahan desahan saat tangannya menarik celana dalamku kembali, aku coba menepisnya namun takut membuat gerakan mencurigakan yang dapat dilihat supir taksi dari spion, walau posisi dibelakang cukup gelap. Celana dalamku kembali diloloskan Om Sadewo, namun kali ini dia menggenggamnya dan memasukkan ke kantung celananya sendiri, dan anehnya dia berhenti menggerayangi paha bagian dalamku.

“Kita turun disini saja, Om mau beli rokok dulu”, kata Om Sadewo sambil menyetop taksi di depan toko retail yang ada dimana-mana itu, padahal kos kami ada di belakang toko itu dan masih harus berbelok ke kiri didepan jika dengan mobil atau bisa jalan kaki melewati gang sempit yang gelap jika berjalan kaki.
Dengan perasaan risih karena tidak memakai beha dan celana dalam, aku turun dari taksi dan ikut masuk ke dalam toko, mata pegawai toko itu seperti menelanjangiku walau sebenarnya dia menatapku biasa saja. Tak lama Om Sadewo selesai membayar rokok dan segera mengajakku pulang, kami jalan beriringan melewati gang yang sempit dan gelap tanpa penerangan itu, dan tiba-tiba....”Uffhmmm Om mau ngapain......”, kataku saat Om Sadewo menghimpit tubuhku di dinding gang dan menciumi leherku. Dengan penuh nafsu tangannya menggerayangi seluruh bagian intimku dan mengangkat rokku, kemaluanku dibelai-belai sambil menciumi bibirku seperti menahanku tidak mengeluarkan suara.

“Shhhh....jangan teriak, Om ga tahan mau jilat memek kamu...”, katanya sambil menutup bibirku dengan jari telunjuknya memberi isyarat untuk diam, dia berlutut, menyibak rokku dan menjilati belahan kemaluanku yang basah karena belaian jenarinya. Aku begitu khawatir akan ada orang yang lewat dan melihat kami malam itu, kugigit bibirku menahan rintih kenikmatan dan dengan sisa tenaga yang ada kuangkat lengan Om Sadewo mengangkatnya untuk berdiri....”Jangan disini Om...please....”, kataku memelas. Aku cukup lega Om Sadewo masih mau mendengarkanku dan bergegas menuju kos yang letaknya sudah tak jauh lagi.

Suasana kos sangat sepi, di lantai 1 dan 2 tidak ada satupun penghuni yang tinggal akhir pekan itu, bahkan di lantai 3 pun dugaanku Winda juga sedang berkunjung ke kos kekasihnya atau ke rumah tantenya. Baru sampai ditengah tangga ke lantai 2, Om Sadewo kembali menghimpit tubuhku ke tembok dan memaksa melepas cardiganku, menarik turun kaos hitamku dan menghisap kedua puting susuku bergantian dengan kasar, aku mencoba berontak dan menarik tubuhku menuju lantai 2.

“Mita, tunggu...di kamar Om aja ya....”, kata Om Sadewo yang menarik tanganku saat ingin naik ke lantai 2, tubuhku saat itu setengah telanjang dengan kedua payudara yang dapat dilihat siapapun jika ada disitu saat itu juga.

....Bersambung
 
Terakhir diubah:
Lanjutan chapter 5 (yg kayaknya kepanjangan dan perlu dibagi 2 chapter) sudah tersedia...
 
Lanjutan Chapter 5....

Om Sadewo tergesa-gesa membuka kunci pintu kamar kosnya, dengan nafsu yang tak tertahankan, dia menarikku masuk ke dalam kamarnya dan tanpa sempat mengunci pintu, Om Sadewo meremasi payudaraku dan mencumbu bibirku kembali. Tak seberapa lama, dia memintaku berlutut untuk membukakan celana panjang dan celana dalam yang dikenakannya, aku tertegun menatap langsung penis Om Sadewo yang diameternya lebih besar dan lebih panjang dari milik Darren atau mantan kekasihku yang lainnya, malam minggu kemarin aku tak dapat melihatnya dengan jelas karena lampu kamar yang sudah dimatikan dan dalam posisi tidur berdua.

“Isepin yah...tolong....”, pinta Om Sadewo saat aku menengadahkan wajahku menatapnya sayu. Aku tidak terlalu pintar melakukan blowjob, dan kebetulan selalu dipaksa untuk melakukannya baik dengan Darren atau mantanku lainnya, namun kali ini aku coba memberanikan diriku dengan mulai mengocokinya perlahan, mengecup lembut tepat di lubang kencing penis besar itu sambil menyapunya pelan dengan lidahku, terasa asin karena sedari di bioskop tampaknya cairan precum Om Sadewo sudah beberapa kali keluar. Dengan penuh keberanian, aku membuka lebar mulutku dan mengulum perlahan kepala penisnya sambil memejamkan mata, aku takut Om Sadewo akan menilaiku payah dalam melakukan blowjob. Sambil membayangkan permen lollypop yang memang menjadi kesukaanku hingga saat ini sedari kecil, aku mengulumi dan menyapunya dengan lidahku, Om Sadewo mendesah menikmati pelayanan yang aku berikan.

“Ssshhj ahhh Mita....ternyata kamu pinter juga nyepong titit...argghhh iyah begituuu...”, Om Sadewo meracau dan mulai menggunakan kata-kata kotor yang anehnya justru malah membuatku birahi.

Mulutku mulai terasa pegal disesaki oleh penis Om Sadewo, apalagi dia memegangi kepalaku seolah-olah tak ingin penisnya keluar dari mulutku, beberapa kali aku agak tersedak karena dia mendorong penisnya begitu dalam hingga menyentuh kerongkonganku, air liurku menetes membasahi penis besar yang begitu kokoh tegak berdiri. Beruntung tak berapa lama kemudian Om Sadewo mengangkatku berdiri, dia mengangkat tubuhku ke ranjang dan melucuti sisa pakaian dan rok yang aku kenakan sehingga aku terbaring telanjang bulat di depan lelaki yang pantas menjadi Omku itu! Matanya menyapu mulai dari ujung kaki hingga wajahku, Om Sadewo sepertinya ingin mendapatkan ingatan indah tubuh telanjang gadis 22 tahun yang jauh lebih kencang dari istrinya.

Keberuntunganku ternyata tak berlangsung lama, begitu Om Sadewo melucuti semua pakaiannya sehingga ikut bertelanjang bulat, dia menyapu kemaluanku dan membentuk posisi 69, posisi dimana mulutku masih juga dijejali oleh penis besarnya, namun kali ini kemaluanku dilahap habis kadang dengan lembut dan kadang dengan agak kasar.

“Slurtpp...ehmm memek kamu enak sekali sayang....ini itilnya keras bangettt....”, Om Sadewo meracau sendiri sambil menikmati kemaluanku, lidanya menyapu dinding lubang vaginaku yang basah, sesekali klitorisku diemutnya dengan kuat. Aku sendiri tak nyaman dengan mulut yang disesaki penis besarnya, sehingga pikiranku lebih terfokus menikmati permainan Om Sadewo di kemaluanku.

Om Sadewo sepertinya merasakan apa yang aku rasakan ketika melakukan blowjob, dia menarik penisnya dan kini rebah diatas tubuh telanjangku sambil menatap wajahku....”Kamu ga suka nyepong ya?....”, tanya Om Sadewo yang langsung kujawab dengan anggukan kepala.

“Uhmm kalo dientot mau?...kamu pernah dientot kan?”, tanyanya lagi dengan bahasa kasar memancing birahiku.

“Iyahhh mau....sdh pernah kok Om sebelumnya....”, jawabku pelan.

“Nakal juga kamu....Om masukin ya titinya ke memek kamu....”, kata Om Sadewo sambil berusaha memasukkan penisnya ke dalam lubang vaginaku dengan posisi misionaris.

“Arrggghh...pelan Om, punya Om kegedean.....sakittt...”, rintihku saat kepala penisnya menyeruak masuk ke dalam lubang vaginaku. Sudah cukup lama aku tak disetubuhi oleh Darren, mungkin itu membuat lubanh vaginaku begitu rapat dan kaget menerima penetrasi penis lelaki yang apalagi ukurannya cukup besar.

Dengan penuh pengertian, Om Sadewo mendorong penisnya perlahan ke dalam kemaluanku hingga amblas sepenuhnya, kemaluanku berdenyut-denyut dan mulai beradaptasi dengan keberadaan penis Om Sadewo yang begitu besar. Aku merintih, mendesah dan mencengkram punggung Om Sadewo saat penis besarnya mulai bergerak keluar masuk dalam liang vaginaku, begitu nikmat walau kadang diiringi rasa sakit.

“Ahhhh Mitaaa....memek kamu sempit sekali....pasti udh lama ga dientot ya sayang....enak sekali...”, kata Om Sadewo sambil menatap wajahku yang sedang merintih kenikmatan, dia begitu menikmati ekspresi wajahku saat sedang disetubuhinya.

“Iyahhh Om, Mita udh lama ga dientot.....titit Om gede bangettt....memek Mita agak sakit....”, kataku mulai mengimbangi pembicaraan dengan kata-kata kasar. Untuk pria berusia 40 tahunan, stamina Om Sadewo cukup prima, sudah beberapa saat aku disetubuhinya dengan posisi misionaris, namun sepertinya dia masih belum juga ingin keluar. Payudaraku dilahapnya dengan kasar hingga meninggalkan memar kemerahan, puting susuku agak perih, sepertinya sedikit lecet karena gigitan kasar Om Sadewo, dia bilang gemas dengan payudara dan puting susuku. Aku tak tahan lagi dan mendapatkan orgasmeku diiringi lenguhan panjang, sudah lama aku tak merasakan orgasme sehebat ini.

“Om mau keluarin di dalem ya....”, kata Om Sadewo setelah memberikanku orgasme, aku kaget dan takut.

“Enggak Om...jangannnn...tolong Om...jangan di dalem”, aku menolak dan mencoba mendorong tubuhnya walau sebenarnya percuma karena tenagaku kalah kuat.

“Om bercanda kok hehe, maksudnya keluar di dalem tapi pake kondom....”, wajahnya agak konyol dan sempat membuatku kesal, dia mencabut penisnya diikuti dengan eranganku, liang vaginaku sepertinya masih menginginkan penis besar itu berada di dalam.

Om Sadewo beranjak berdiri dan mengambil kondom yang ternyata sudah disiapkannya, badannya yang kekar berisi walau sudah 40 tahunan, dengan dada bidang dan penis besar yang mengacung membuat pertahanan diriku begitu lemah. Dia kembali menghampiriku yang tertangkap basah sedang mengamati tubuh telanjangnya, paha telanjangku diusapnya dan mencengkram pantatku sambil membalikkan tubuhku.

“Nungging ya sayang...Om mau entot kamu dari belakang....pantat kamu montok banget...”, katanya sambil memposisilan diri siap menghujamkan penisnya dari belakang.

Dengan mencengkram pinggulku, Om Sadewo mengarahkan penisnya ke liang vaginaku, tak seperti saat awal persetubuhan tadi, kali ini dia menghujamkannya dengan cepat hingga amblas seluruhnya, aku terpekik kaget bercampur terasa nikmat, untungnya kemaluanku masih cukup basah sisa orgasme pertamaku, kedua sebenarnya setelah di dalam bioskop saat jari jemari Om Sadewo memainkan klitorisku.

Berbeda dengan persetubuhan pertama, kali ini Om Sadewo sedikit kasar dengan beberapa kali menampari pantatku dan menghujam penisnya kuat-kuat dengan gerakan cepat keluar masuk ke liang vaginaku, kedua tangannya kali ini meremas kuat-kuat kedua payudara mungilku sambil sesekali memuntir puting susunya.

“Arrhhhh Mita....Om mau keluar.....arrhhhhgh”, Om Sadewo ejakulasi berbarengan dengan orgasmeku, payudaraku sakit dengan remasannya yang kuat, tubuhnya ambruk setelah cairan spermanya sepenuhnya keluar di dalam kondom yang dia kenakan, walau memakai kondom, namun aku dapat merasakan begitu kuatnya penis Om Sadewo menyemprotkan sperma, aku tak membayangkan jika dia tidak menggunakan kondom, mungkin spermanya sudah menyentuh dinding rahimku dan memenuhi liang vaginaku...dan kemungkinan besar aku bisa hamil.

Selesai Om Sadewo mencabut penisnya yang mulai layu dan melepas kondom serta membuangnya ke tempat sampah, setelah dibungkus dengan tissue tentunya, aku berdiri dalam keadaaan telanjang bulat mengambil minum karena walau kamar kosnya ada AC, persetubuhan yang kami lakukan cukup membuat tetesan keringat yang membuatku haus.

“Mita tidur sini aja ya...temani Om, lagipula kan ga ada siapa-siapa di kos sampe besok...”, kata Om Sadewo, dan kebetulan aku juga malas naik ke atas dengan tubuh lemas setelah 3x orgasme dari sore tadi, aku menuruti permintaan Om Sadewo dan membiarkan tubuh telanjangku dipeluknya untuk tidur bersama, On Sadewo ternyata juga masih telanjang bulat saat memelukku untuk tidur. Sebelum tertidur, aku teringat Darren, mungkin malam ini dia juga sedang menikmati apa yang sedang aku rasakan, ada rasa menyesal namu kutepis saja, yang ada dalam pikiranku adalah entah apa yang akan aku lakukan dengan Om Sadewo esok hari Minggu saat semua penghuni kos masih juga belum kembali hingga sore atau malam, apakah aku harus mengulanginya lagi? Atau menahan diri dengan menolaknya dengan halus? Entahlah, yang pasti malam ini aku ingin tertidur dalam dekapan hangat Om Sadewo, dada bidangnya begitu nyaman melekat dipunggung telanjangku.
 
Mohon komennya suhu, kalo positif ane lanjut terus...
 
Best..... good story with real feeling.... terasa perasaan bersalah Mita..... Heharap winda diajar berselingkuh dgn om Sadewo.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd