Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mam... Aku Minta Maaf

Survey pertimbangan Plot NTR/cuckold buat cerita baru nanti (kalau ada yang lain boleh dm)

  • adik laki-laki vs Kakak Perempuan + adik laki

    Votes: 61 10,6%
  • adik laki-laki vs Kakak Perempuan (no incest)

    Votes: 42 7,3%
  • suami vs istri

    Votes: 58 10,1%
  • Ayah vs anak perempuan

    Votes: 69 12,0%
  • anak laki vs ibu kandung + anak/adik kandung yang lain.

    Votes: 248 43,2%
  • anak laki vs ibu kandung (no incest)

    Votes: 172 30,0%
  • Suami vs istri + anak perempuan

    Votes: 45 7,8%

  • Total voters
    574
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part 14a

PoV Henry


“Enak ya sayang……..".

Suara yang sangat merdu namun terdengar bagai sambaran petir di siang hari, yang menggetarkan hati dan tubuhku. Seketika aku memutar tubuhku ke belakang……

Sosok wanita yang selama ini kutunggu-tunggu berada di depanku…….

Mama…..

Mama berada di hadapanku….

Mama berada di kamarku.

Seminggu lamanya aku tidak bertemu dengan mama. Meski ada rasa amarah, tak kupungkiri ada rasa rindu dalam benakku.

Ia hadir di hadapanku, memakai kemeja yang dimasukkan ke dalam celana bahannya, mama memandangku dengan senyuman tersungging di wajahnya. Senyuman mama yang sudah lama tidak kulihat secara langsung, membuat diriku terasa hangat dan bahagia. Sayangnya aku menerima senyuman itu dalam kondisi diriku yang menyedihkan.

Ia lirik ke arah bawah tubuhku, lalu tersenyum semakin lebar. Kuikuti arah matanya….. Astaga! aku lupa kalau kemaluanku yang lemas, habis muncrat masih bergelantungan bebas di luar celana. Dengan tergesa-gesa aku mencoba memasukan penisku kedalam celana.

“Hihihhi…..” tawanya, melihat diriku yang panik, berusaha memasukan kemaluanku masuk ke dalam celana lagi.

Jadilah aku tertangkap basah dengan kemaluan terpampang bebas di lihat mama. Ditambah pula keadaan meja beserta komputerku yang kotor dengan spermaku sendiri, menambahkan daftar di aibku sendiri.

“Hihihihi….Idiihhhh….kamu habis mainin titit yaaaa?” serunya lah dengan nada menggoda iseng. Aku hanya terdiam malu.

"Enak ngocok titit sambil nonton video mama ngentot sama Andre?" tanyanya lagi. Aku terperangah mendengar ucapannya, Ini pertama kalinya aku mendengar secara langsung mama ngomong vulgar. Kemarin-kemarin aku hanya mendengar dari rekaman video yang dibuatnya bersama Andre.

Mama menunjuk ke arah selangkanganku, ia berucap “Sampe kontol kamu…., ehhh.. salahhhh…., maksud mama titit, bukan kontol. Titit kamu sampai loyo gitu hihihihi…..”.

“Suka lihat mama ngentot sama Andre ya? Seneng lihat mama di kontolin sama Andre? Mau lihat mama di entot sama Andre lagi? Mau denger mama desah-desah keenakan…Ahh…ahh…ahh….Andreeee…ahhh…. kayak gitu hihihi…. Mau nggak Hen?" tanyanya bertubi-tubi. Ia terkekeh.

Aku hanya diam seribu bahasa. Percuma membantah, karena di layar komputer masih terpampang wajah mama yang habis menjilati mukaku. Dugaanku dia menikmati menggoda diriku. Ia menikmati keadaanku yang tidak berdaya ini.

“Henry jawab dong....” pintanya dengan cemberut, sedangkan aku tetap tidak bersuara. Sampai lama kami hanya diam-diaman. Aku hanya tertunduk, dan mama terus memperhatikan aku.

“Henry!” ucap mama dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya. Ia terlihat mulai tidak sabaran dengan diamnya diriku.

“Masa diem aja sih kamu, giliran ngocok titit aja kamu semangat!, jadi suka apa nggak?” tanyanya.

“A-aku….” ucapku terbata-bata, bingung harus menjawab apa. Antara iya atau tidak. Secara moral, aku seharusnya menjawab kalau marah melihatnya disetubuhi orang lain selain papah. Namun kini sejak video yang ia berikan, aku sejatinya malah suka melihat mama bersenggama dengan….. Siapapun, termasuk Andre. Dicekoki tontonan pertempuran birahi mama, membuat diriku berubah. Tapi aku tidak yakin harus menjawab iya.

Karena tidak ada jawaban juga yang keluar dari mulutku, Mama mendecak diikuti dengan delikan mata ke atas seolah muak dengan tingkahku.

Akhirnya mama yang bersuara duluan “Suka dong ya…., buktinya kalau kamu muncrat terus tuh”. Tuduh mama, mana mungkin dia bisa tahu kalau aku sering coli dengan video buatan dia dan Andre.

Mendengar tuduhan aku beranikan diri untuk berbohong. “Ng-nggak kok mam, ba-baru ini doang kok”. Elakanku yang terdengar konyol.

“Halah…….kamu malah ngeles sama mama!?” lanjut mama berucap yang mulai terlihat kesal.

“Padahal jelas-jelas kamu sering ngecrot kan? Peju kamu tuh dimana-dimana, baunya aneh lagi…jijik banget ihhhh….".

“Terus…… nih lihat!”. Mama menunjukan sesuatu di layar Hp-nya. Kulihat layar hpnya….. Aku terbelalak kaget melihat diriku sendiri sedang coli. Terlihat aku sedang duduk di depan komputerku, sambil mengocok kemaluanku sendiri dengan membabi buta. Aku bisa mendengar eranganku sendiri, sekalian terdengar aku memanggil-manggil mama. Terdengar juga makianku yang memanggilnya binal.

“Hihihihi……, heboh banget sih kamu, sampe teriak-teriak panggil mama, ngatain mama binal pula!” ujarnya.

Jadi mama dan Andre sudah memasang cctv di kamarku. Jadi kegiatanku selama ini diawasi oleh mereka. Mereka sudah benar-benar berencana dengan matang sekali. Berarti hingga detik ini semua sudah dipersiapkan oleh mereka.

“Gimana Hen? kamu masih mau ngeles sama mama?” tanya mama dengan senyum kemenangan yang menghiasi wajahnya, tatkala aku tidak bisa lagi beralasan. Diriku tertunduk tanpa bisa ngomong apa-apa lagi.

“Hmmm….. ini kamu coli pake video yang mama lagi ena-ena sama Ara ya” ucap mama sambil melihat sendiri rekaman di hpnya sendiri. Dia mengetuk-mengetuk dagunya dengan jarinya.

“Hihihhi…., lihat tuh sampe kamu muncratnya gak karuan-karuan, mana banyak banget lagi” mama kembali memperlihatkan videonya kepadaku.

“Duhhh…. enak ya banget muncratnya?” tanyanya.

Mama melepaskan pandangannya dari hpnya dan menoleh kepadaku. “Bagus nggak videonya? Kamu suka nggak video buatan mama sama Andre? Jujur aja sama mama”. Aku pun mengangguk tanda suka, karena percuma lagi aku mengelak. Sudah jelas aku masturbasi sambil menonton video mereka semua.

“Justru mama senang kok” ujar mama kepadaku. Eh… ‘Senang?’ mama senang kenapa? tanyaku dalam hati.

“Senang?" tanyaku pelan.

“Iya mama senang, karena kali ini kamu nurut sama kata-kata mama” jawabnya.

“Maksud mama?”.

Mama tersenyum dengan kebingunganku. “Mama sudah bilang berkali-kali sama kamu lewat video yang kamu tonton, kalau kamu harus menikmati mama di setubuhi sama Andre, teman kamu sendiri" jelas mama panjang lebar. Mama mengatakan itu seolah tidak ada yang salah dengan kata-katanya.

“Dan nyatanya kamu benar-benar sangat menikmati kan? Sampai-sampai coli terus non-stop”.

Mama menunduk, hingga kepalanya sejajar dengan milikku. Matanya menatap lekat mataku. Tak tahan, aku alihkan pandanganku.

”Kamu memang anak yang pecundang ya Hen, bisa-bisanya kamu senang ibu kandung di entotin sama teman kamu sendiri” ucap mama dengan tajamnya.

Mendengar tuduhan mama, membuat diriku bergejolak marah untuk membela diri “Ng-nggak kok mam, aku bukan pecundang, da-dan aku…..”

“Ahhh masa…….” Potong mama tidak yakin dengan kata-kataku.

“I-iya aku bukan PECUNDANG!!!” ucapku lantang keras.

“Ok, kalau memang bukan pecundang tidak berguna, kenapa kamu membiarkan mama dimiliki Andre”. Aku tercekat tidak bisa menjawab.

“Ehh.. Ka-karena……” diriku terbata-bata.

“Karena kamu terlalu tolol untuk menyadari itu” hardik mama. Omongan mama semakin membuat diriku sakit hati.

“Sudah lama mama tidur bareng sama Andre, ehhh….. kamu nggak pernah sadar tuh, karena cuma ada game dan game yang ada di kepala kosong kamu itu” ucap mama dengan tajamnya.

“Dan kamukan bisa saja lapor p0lis. Kamu juga sudah tahu kalau tante Hani juga ikutan di tidurin sama Andre kan? Kenapa kamu gak lapor ke Om Doni”. Kata-kata yang dikeluarkan oleh mama sangatlah menyudutkan. Padahal aku sempat berpikir kemungkinan untuk melapor kepada polisi tetapi ku urungkan niatku, karena takut mereka tidak membantu. Dan bisa saja aku lapor ke Om Doni, tapi aku terlalu takut untuk merusak rumah tangga tante Hani. Aku kasihan sama Jessi kalau orangtuanya bercerai.

"Bukannya berusaha untuk mencari mama, yang ada kamu hanya coli dan coli, sampe bau banget kamar mu ini".

Kalah. Aku kalah. Tidak bisa lagi mengelak.

“Kok diem aja kamu? Jawab dong” seru mama.

“A-aku nggak berani mam” jawabku lesu dengan kepala tertunduk lemas.

“Huhhh…, sudah pecundang, tolol, penakut pula, payah banget sih kamu jadi orang, nggak pantes hidup kamu tahu” ujar mama terus menghina diriku.

Suasana menjadi sunyi di kamar, hanya ada aku yang terduduk lesu sambil terus menatap lantai dan mama yang terus sedang memelototi aku.

“Lihat mama sini!” perintah mama. Aku naikkan kepalaku, memberanikan diri untuk menatap mama.

“Kamu harus di hukum!”

“Eh?!” Hah?! Hukuman?!

“Kamu harus melihat mama di entot Andre, itu sebagai hukuman kamu yang terus mengecewakan mama”. Tercengang dengan ucapan mama. Gila! Mama akan bersetubuh di depanku.

Aku hanya bisa melotot ke arah mama.

“Andreeee…. sayanggggg…… sini masuk dong”. Pintu kamarku terbuka, lalu sosok yang kubenci muncul di hadapanku.

“Halooo….. Broooo…….” sapa Andre dengan tampang tanpa menunjukan rasa bersalah sama sekali, padahal dia sudah mengkhianati diriku. Ia sudah merebut mama dariku, bahkan merusak mama.

Melihat mukanya, mendadak darahku mendidih. Dengan emosi yang sudah tinggi, kukepalkan kedua tanganku. Lalu dengan secepat kilat bagai ninja, aku beranjak dari kursi, hendak menerjang si keparat laknat yang pernah kupanggil sebagai teman.

“Eits….mau ngapain kamu?”. Sergapan Ku terhenti di tempat. Mama mencegat diriku yang hendak melayangkan pukulan ke muka Andre. Jadilah mama saat ini diantara aku dan Andre. Andre yang berada di belakang mama hanya tersenyum sombong merendahkan.

“Mau mukul Andre HAH?!” tanya mama dengan geram. Aku takut melihat mama.

Aku mengangguk lemah. Jawabanku dijawab keduanya dengan tertawa-tawa yang sangat menyakitkan telingaku, sekaligus hatiku.

“Cihhh…, yakin bisa?” tantang mama, seraya melipat kedua tangannya di dadanya, membuat payudara di balik kemejanya menyembul. Nada bicara mama terkesan meremehkan. Aku tak percaya mamaku sendiri meremehkanku, bahkan terkesan melindungi dan lebih memilih Andre.

“Sebenernya sih mama nggak peduli kalau kamu bonyok-bonyok sih, tapi kalau kamu tetep maksa ya….. Mama bisa saja persilahkan Andre untuk…… ya tahu lah” ucap mama datar. Dia benar-benar memilih Andre seutuhnya, daripada aku, anak kandungnya sendiri.

“Kamu tuh ya….., cuma pecundang, nggak pernah olahraga, mana bisa ngalahin Andre yang perkasa dan berotot gini……" lanjutnya memuji Andre sekaligus merendahkan diriku.

“Nihhhh….., Andre kekar banget badannya, gagah dan perkasa” kata mama saat meremas lengan Andre, memamerkannya kepadaku atau malah membanggakannya. Mama ada benarnya, melihat tubuh Andre yang gagah dan berotot, membuat nyaliku ciut. Apalagi mamaku sendiri bukannya membela anaknya, malah meragukan kemampuan anaknya sendiri untuk membela harga dirinya. Jadi bakal percuma aku berjuang. Runtuh duniaku ini sudah.

"Hen, Elu mau gw bikin babak belur HAH? Dasar lemah!" hardiknya.

"Tuh denger, kamu mau dibikin mampus sama Andre?" lanjut mama dengan enteng, yang membuatku terdiam takut. Mama benar-benar sudah gila pikirku.

“Ke-kenapa mama berbuat seperti ini ke Henry?” melasku.

“Karena kamu pantas mendapatkannya” ucap mama dengan dingin.

"Kamu juga pasti ingatkan alasannya?". Aku kembali menganggukkan kepalaku. Aku ingat ia berbuat semua ini karena kecewa kepadaku.

“Kamu ingatkan sama ucapan mama di video, kalau mama sekarang sudah menjadi milik Andre seutuhnya?,” ucap mama. Aku pun menggangguk lagi, aku ingat dia pernah berucap seperti itu.

“Berarti kamu paham kalau hati dan tubuh mama sudah milik Andre. Sebagai hukuman, sekarang mama minta kamu diam, pengen kamu ngeliat mama di setubuhi sama Andre” ucap mama.

Tidak mungkin aku membiarkan, lantas aku melayangkan protes “Tap…..”.

“Stop Henryyyy!” teriak mama, menghentikan aku untuk mengeluarkan suara dari mulutku.

“Kamu bisa menuruti kata-kata mama dengan tenang, atau kamu mama paksa dengan cara yang……” tegas mama tapi tidak menyelesaikan ucapannya. Mengisyaratkan sesuatu yang mengerikan bakal terjadi kepadaku apabila aku tidak nurut.

“Ya…… bisa dibilang sedikit kasar dan menyakitkan. Terserah kamu maunya gimana” ancam mama. Andre yang berada di belakang mama, menunjukan kepalan tangannya yang begitu besar. Mama rela menyakiti diriku agar ia bisa disetubuhi oleh Andre di depan anaknya sendiri. Dia benar-benar sakit jiwa. Suasana dalam kamarku menjadi hening. Hanya aura amarah mama dan aura ketakutan dariku yang terasa di kamarku.

Mama menghela nafas panjang, menenangkan diri dari emosinya. Ia tatap diriku, dan berucap dengan lembut kepadaku “Lagipula….kamu mau lihat mama main sama Andre kan? Daripada kamu cuma bisa melihat melalui layar komputer, sekarang kamu punya kesempatan untuk melihat langsung lhoooo…., mau kan?". Pertanyaan yang benar-benar tidak masuk akal.

Aku benar-benar tidak mengerti dengan situasi sekarang, aku seorang anak yang di hinakan, di paksa oleh ibunya untuk menonton dirinya bersetubuh dengan teman anaknya. Walau sejujurnya aku pengen lihat, bahkan ingin ikutan kalau bisa. Tapi…. Ini kan terlalu gila.

Apakah mama memiliki fantasi untuk disetubuhi sambil nonton orang lain. Atau ia hanya ingin sekedar menghukum diriku tanpa alasan yang jelas. Sampai sekarang aku benar-benar tidak tahu apa perbuatanku yang mengecewakannya.

"Heiii… Henry! mama tanya…. kok malah bengong aja kamu!". Aku masih terdiam enggan menjawab.

"Ya sudahlaahhhhh….. suka tidak suka, kamu juga bakal lihat mama di pake sama Andre. Tapi saran mama ke kamu, lebih baik kamu nikmati saja daripada kamu tersiksa" anjur mama kepadaku.

Pasrah menuruti kata-kata mama, aku akan mencoba menikmati. Lantas aku kembali duduk. Hanya dengan jarak satu meter dari tempat aku duduk, aku akan melihat mama dan Andre yang akan segera bersenggama dengan bebasnya.

Mama kemudian merangkul leher Andre. Dan Andre pun membalasnya, dengan merangkul pinggang mama. Ia menoleh ke arahku, tersenyum. Dari yang emosi, tiba-tiba menjadi lembut kembali.

“Henry…..”

“Lihat mama ya…..”

"Tonton mama ya…."

“Lihat mama menggapai nikmat sama Andre, lihat mama di kasih enak sama Andre” ucapnya lembut.

"Dan Henry…."

"Nikmati….."

Ia tatap Andre dalam-dalam, berucap “Kita tunjukan percintaan kita ke Henry ya sayang”. Kemudian wajahnya mendekati wajah Andre. Bibir mereka bertemu, saling berpagut dengan mesra. *Cuph Cuph Cuph Slurph…Slurph…Slurp..Cuph. Bunyi cumbuan merdu masuk ke telingaku, mulai mengusik birahiku. Keduanya terpejam menikmati cumbuan. Ciuman mereka terkesan syahdu dan romantis, seolah aku tidak ada bersama mereka di ruangan ini. Aku yang menonton hanya bisa menahan marah dan menahan rasa cemburu.

Andre meremas bongkahan pantat mama. Garis celana dalam mama yang tercetak di balik celana bahan hitamnya, menurutku seksi sekali. Sesekali Andre menampar kecil pantat mama, yang di jawab dengan lenguhan manja mama. Andre membuka matanya untuk melihatku. Tatapan Andre kuterima sebagai ejakan.

Begitu juga dengan mama, ia melirik dan tersenyum, seolah memamerkan kemesraan dia dengan Andre. Lalu Ia julurkan lidahnya keluar, Andre pun juga turut mengeluarkan lidahnya. Lidah mama langsung mengait lidah Andre, maka sekarang aku sedang melihat mereka sedang bersilat lidah. Saking buasnya pertempuran lidah mama dan Andre, liur pun tumpah membasahi kemeja mama. Puas bersilat, mama nyosor mulut Andre dengan buas.

Cukup lama mereka saling mengunci mulut dengan intim. Mama melepaskan diri dari dekapan Andre. Ia kini yang berdiri di samping Andre, meremas-remas selangkangan Andre. “Sshhh….ahhhh…..Ini nihhh….yang bikin mama tunduk sama Andre” ucap mama lirih, telapak tangannya merayap di cetakan kontol Andre. Aku bisa melihat jari-jari lentik mama menelusuri cetakan kemaluan Andre yang terdapat di jeansnya.

Sesuatu yang berkilau menyadarkanku, dan itu adalah cincin perkawinan mama dan papa. Padahal benda kecil itu adalah buktinya cinta antara papa dan mama. Yang karena cinta mereka, aku hadir ke dunia ini. Namun sampai saat ini mama masih saja melecehkan benda sakral. Dan apabila dahulu aku melihatnya melalui layar, sekarang dengan mata di kepalaku sendiri, bagaimana mama menghina mendiang papa. Aku mau marah kepada mama, tapi apa yang bisa kulakukan sekarang. ‘Maafkan aku pah’ ucapku dalam hati.
“Buka celana kamu sayang, biar si pencundang bisa lihat kontol yang sudah ngasih mamanya ini kenikmatan tiada tara” pinta mama.

Andre segera menurunkan celana jeans dan celana dalam sampai sebatas lututnya. Sekarang kemaluan besar Andre terpajang bebas. Aku menelan ludahku. Meski sudah pernah lihat di video, aku tetap terperanjat dengan ukuran kontol Andre. Walau masih belum ereksi sepenuhnya, benda itu tetap saja besar, sangat besar malahan. Jika dibandingkan, punyaku ketika ereksi penuh saja masih kalah dengan punyanya yang masih lemas.

“Hihihih……, kamu kenapa sayang? Sampe benggong gitu ngeliatin kontolnya Andre” tanya mama sambil mengusap kontol besar itu dengan satu tangan. Tanpa ada rasa bersalah mama terus mengusap batang berurat itu dengan cincin perkawinan masih tersemat di jari manisnya. Ujung jari mama yang sedang memegang benda besar itu, tidak saling bertemu karena saking besarnya lingkaran penis Andre.

Lama-lama benda besar itu semakin keras dan tegak, dalam usapan lembut tangan mama. Andre merangkul mama yang bersandar di tubuhnya. Dan mama merangkul pinggul Andre.

“Hahaha, pasti dia ngiri tan, dia kan nggak punya kontol tapi punyanya titit, ya kan Hen? hahahaha…” ejek Andre.

“Bener kata kamu Dre, kayaknya papanya hihihihi…..” timpal mama. Di depan anaknya, mama menghina mendiang papa. Hatiku semakin sesak mendengar penuturan mama.

“Coba Hen, kamu buka celanamu, biar Andre bisa lihat titit kamu yang menyedihkan itu”. Dengan rasa enggan, aku buka celanaku. Terpampanglah kemaluanku yang masih belepotan dengan pejuku sendiri. Keduanya tertawa lepas saat melihat kemaluanku. Aku terasa hina.

“Hihihihi…, tuh kan benar kata-kata tante, si Henry punya titit kayak papa nya” sindir mama kepadaku.

“Beda sama kontolnya Andre kan tan?” ucap Andre yang terlihat bangga, selagi barangnya terus diusap-usap dengan lembut. Senyuman mama semakin tersungging lebar, lalu menjawab “Yaaaa... jelas beda dong sayang! Punya kamu ini besarrr…panjangggg…kerassss….kuat lagi!.”.

"Kalau punya Henry gimana tan?" tanya Andre memprovokasi.

"Menyedihkan…..".

"Payah….".

"Pokoknya nggak banget dehhh!" jawab mama.

Jari-jari mama menelusuri batang Andre. “Terus punyamu ini berurat-urat gede lagi… uhhhhh… enak bangetttt kalo masuk ke memek. Ahhhh… memek tante jadi gatel pengen di garukin pake kontol kamu Dre” ucapnya dengan lirih.

Aku yakin kalau mama sedang dalam kondisi birahi tinggi. Tatapan semakin sayu, dia bergantian menatap antara diriku dengan kontol Andre.

“Shhhh…..besarrr banget sihhhh!” desis mama gemas.

“Sayang sama kontol Andre?” tanya Andre ke mama, lalu mengecup pipinya.

“Iya”.

“Iya apa?”

“Iya, tante sayang sama kontol kamu” jawab mama, tanpa berhenti membelai batang kontol Andre yang sudah tegak.

“Kenapa sayang?”.

“Karena kontol ini sudah ngasih kebahagiaan buat tante” jawab mama, sambil menggelayut manja, walau begitu tangannya tak pernah berhenti bergerak.

“Hmmm, kalau sama Henry, sayang nggak?” tanyanya lagi.

Aku teringat di salah satu di videonya, mama pernah menyatakan kalau dirinya lebih sayang sama sebuah kontol, yang tiada lain adalah kontol yang sedang di usapnya dari pada aku, anak yang lahir dari rahimnya sendiri.

Kini mama menatapku dalam-dalam. Aku berharap mama tidak pernah akan mengulang ucapannya seperti di video kemarin.

“Tante……”.

“Lebih…".

"Sayang sama kontol kamu!" jawab mama tanpa ragu. Aku hanya bisa pasrah mendengar ucapannya.

“Kalau begitu tante rela melakukan apapun untuk kontol aku?”

"Iya sayang, apapun demi kontol ini, tante bersedia melakukan apapun”.

“Kalau begitu cium kontol aku dong tante” pinta Andre.

Sambil menatap ke arahku mama menunduk dan memberikan kecupan singkat persis di lubang kencing Andre. *Cuph. Ketika mama menarik kepalanya menjauh, juntaian benang pre-cum tercipta dari bibir manis mama ke kepala kontol Andre. Melihatnya penisku bereaksi. Aku kembali terangsang.

"Nggak cuma sayang sama kontol kamu, tapi juga kamu Dre, tante sayang sama kamu. Kamu Dre…… ganteng, pintar, baik sama tante dan juga….Jantan. Gak kayak……hihihihi…”. Mama berkata seperti itu selagi menatap kearah ku. Jelas ia menyindir diriku.

Mama buka mulutnya sedikit, lalu air liur dari mulutnya turun ke penis Andre. Aku bisa melihat juntaian saliva yang keluar dari mulut mama dan turun ke kepala kontol Andre. Kemudian dengan jarinya ia usap liurnya rata di lubang kencing Andre. Mencampurkan liur mama dan pre-cum Andre.

“Shhhhh……kontol kamu perkasa banget sayang, selalu bikin tante puasss…shhhhh…” lirih mama. Lalu Ia terpejam mengusapi kontol Andre, terasa terlalu menikmati genggamanya di benda itu. Ia juga sambil mengendusi leher-leher Andre. Aku bisa melihat mama seperti orang yang sudah sangat mabuk. Bukan karena alkohol, tapi karena nafsu. Mama di mabuk birahi.

Dari yang hanya mengusap-ngusap, sekarang mama mengocok kontol Andre dengan satu tangan. Sedangkan tangan satunya masih merangkul punggung Andre.

“Cuhh…Cuhh….Cuhh...Cuhh….ohhh…Andreeee…kontol kamu…..kerasss…” lirih mama sambil terus meludahi batang penis Andre. Dengan satu tangannya ia ratakan liurnya, membasahi seluruh perkakas Andre. Lalu mama mengocoknya *Clek Clek Clek Clek Clek. Aku hanya bisa menelan ludah, melihat tangan lembut mama melayani kontol Andre. Tangannya yang seharusnya mengasihiku, malah mengasihi sebuah kontol besar.

“Ohhhh…..Santyyy…” erang Andre. Pasti rasanya enak sekali pikirku. Seandainya aku boleh digitukan sama mama juga.

“Kamu pengen yaaa?”. Mama tersadar dengan mupeng ku.

Tak lagi malu, ku beranikan diri, menjawab "I-i-iya, aku mau mam".

Ia malah menggodaku dengan menggigit bibir bawahnya, lalu berucap “Wuekkk… nggak boleh dong! Hihihi…..lihat tangan mama Hen, lihat. Ohhhhh……yeshhhh” desah mama sambil tetap mengocok. Ia mendesah-desah hanya untuk memanasi. Cincinnya pun sekarang basah karena air liur dan cairan kontol Andre.

“Mantep ya kontol ini Hen, seksi dan perkasa, sangat perkasa!” puji mama ke kontol Andre. Tanpa letih tangannya terus mengurut-urut daging besar itu. Hingga kini seluruh batang kontol Andre sudah basah. Sesekali jempol mama memainkan moncong kontol Andre, menggelitik lubang kencing yang terus mengalirkan pelumasnya. Aku hanya bisa melihatnya iri.

Mama menghentikan handjob-nya, lalu ia menghampiri aku yang duduk. Dia menunduk di depanku, sehingga wajah cantiknya sejajar dengan wajahku. Dia tunjukan tangannya yang basah karena air liurnya dan pre-cum Andre. Cincin perkawinan mama dan papa yang tersemat di jari manisnya, terlihat basah dan lengket.

Senyuman hangat dan suara yang lembut, mama memanggil diriku “Henry….".

"I-ya mah?" gugupku melihat mama yang berlutut di depanku. Aku membayangkan akan mendapatkan sesuatu dari mama. Apakah aku akan menerima apa yang Andre rasakan. Setidaknya di kocok oleh tangannya yang lembut sudah cukup bagiku.

Namun yang ada mama mengarahkan telunjuknya yang masih basah itu ke depan mulutku. Lalu dengan lembut mama berkata "buka mulut kamu dong...”.

“Eh….” kagetku. Melihat reaksiku mama menyeringai di depan mukaku. Dan Andre yang berada di belakang mama, terlihat menahan tawanya.

“Kenapa Hen?”.

"Ma-ma mau nga-ngapain?" tanyaku gugup, takut apa yang akan ia lakukan. Jari mama hanya berjarak beberapa centi dari mulutku.

"Sudah ah Hen, nurut saja sama mama. Lagipula kamu kan lagi mama hukum" ucapnya dengan nada yang terdengar jengkel.

Tak mau memperkeruh keadaan, dengan pasrah, kubuka mulutku kecil. Lalu mama memasukan telunjuk basahnya ke dalam mulutku. Setengah jari telunjuk mama berada di dalam mulutku. Terasa lidahku menyentuh jari basah mama, seketika aku merasa mual. Mengingat ini adalah air liur mama berserta pre-cum Andre. Kalau hanya liur mama aku masih mau, sangat mau malahan. Tapi ini juga ada cairan dari kontol Andre. Sialllll!!!.

Aku mengernyit karena rasa mual “Nghhh….”.

"Tahan Hen! Emut jari mama ya…." pinta mama dengan lembut. Perlahan aku mulai mengemut jari telunjuk mama. Aku melakukannya bagai sedang makan permen lolipop. Aku bisa merasakan jarinya yang lembut namun basah lengket. Lidahku menelusuri jari mama. Ia pun memaju mundurkan jarinya di mulutku.

“Ganti jari Hen”. Mama menarik jari telunjuk dari mulutku, dan menggantinya dengan jari yang basah lainnya. Dengan begini tugasku atau lebih tepat hukumanku adalah, membersihkan jari-jari mama. Jari demi jari mama ku emuti. Jari manis beserta cincin perkawinan pun juga ikut masuk ke dalam mulutku. Ku emut cincin perkawinan papa dan mama hingga bersih dari campuran ludah mama dan precum Andre.

“Makasih sudah bersihin jari mama, mau lagi?”.

Aku menggeleng, tanda tidak mau. Meski enak mengemuti jari mama, aku tidak mau kalau ada cairan hina si brengsek Andre.

“Hihihi…., sini Dre, tante mau kontol kamu”. Andre mendekat. Ia arahkan kontolnya ke muka mama, yang langsung di cium moncongnya sama mama.

*Cuph.

"Tan…..".

"Ya Dre?" jawab mama sambil membiarkan kontol Andre bersandar manis di pipinya

"Kapan terakhir kali cium Henry pake bibir tante?" tanya Andre sambil memukul-mukul bibir mama dengan kontolnya.

*Puk puk pukk Puk Puk Puk Puk.

"Ehhh…kapan ya…. sudah lupa juga tante" jawab mama.

“Masa lupa sih tan?”

"Entahlah Dre, nggak penting juga. Sekarang kan bibir dan mulut tante untuk melayani kamu ajah” ucap mama. Ia genggam kemaluan Andre, ia tempelkan hidungnya disana. Ia mengendus-endus sekujur batang itu. Hidungnya bergesekan dengan urat-urat kontol Andre.

“Kamu pengen mama sepong nggak? Pasti mau dong ya” ucap mama. Aku mengangguk mau.

“Nggak ah, nggak boleh, jijik ama punya kamu”. Bersabar, aku hanya bisa bersabar menghadapi hinaan dan godaan mama.

"Ini kontol Andre sudah sering mama sepong loh, padahal papa kamu aja jarang lho" ujar mama.
Lalu Mama usapkan mukanya dengan batang penis Andre. Kini aku bisa lebih dekat saat urat-urat kontol Andre yang besar- besar menggesek wajah mama. Urat-urat itu terasa hidup, berkedut-kedut dengan kuat. Dengan ilmu pengetahuan seks yang kupunya, urat-urat itu pasti membuat wanita tergila-gila. Buktinya adalah mama yang sudah tunduk kepada kontol Andre.

"Hmmmm…." gumam mama. Ia terlihat menikmati kala wajahnya di geseki oleh benda keras dan panas seperti itu.

"Sepongin dong tan, biar Henry lihat betapa mamanya suka kontol aku" pinta Andre kepada mama.

Mama mengangguk, kemudian ia genggam batang besar yang sudah basah itu. Seperti yang sudah kulihat di tadi, dua tangan mama tak bisa mencakup seluruh panjang dari penis Andre. Jari-jari lentik mama pun tak bisa saling bertemu ketika melingkari. Aku benar-benar terkagum sekaligus iri dengan Andre.

Tatapan mata mama nanar saat melihat ujung dari batang kontol yang sudah banjir dengan cairan bening. Ia berucap "Pre-cum kamu aja pekat banget Dre, apalagi peju mu nanti hihihihi…".

"Pastimu kalau kalau punya encer Hen" ucap mama kepadaku. Aku tidak bersuara, tak mau menanggapi mama.

"iya dong tan dia kan cuma pecundang, beda sama aku yang pejantan, makanya peju nya banyak dan kental, subur pula!" timpal Andre mengejek.

"He-eh, pasti setiap yang wanita pernah kamu kontolin bisa-bisa pasti pada hamil sama nih kontol" ujar mama sembari menggoyang-goyangkan benda besar itu.

"Wahhhh….bisa jadi tan, aku mungkin punya banyak anak yang aku nggak tahu tan hahaha…" tawa Andre.

"Termasuk tante nanti ya kan" ucap mama sambil melirik ke arahku.

"Tentu dong, pasti tante akan kuhamili".

"Hihihi……, duuhh…..tante gak sabar pengen punya anak dari kamu".

Diriku kaget mendengar percakapan mereka. Mama minta di hamili Andre? Kenapa? Untuk Apa?

Tersadar dengan keterkejutan ku, mama menyeringai kepadaku, kemudian bertanya "kenapa Hen, kok kamu kayak kaget gitu sih?".

"Ma-ma mau hamil anaknya Andre?" tanyaku balik.

"Iyaaaahh…, memangnya kenapa? Nggak boleh?" ucap sambil mulai menjilati kecil lubang kencing Andre. Lidahnya mengais cairan pelumas alami penis yang berwarna bening itu.

"Kenapa mama mau punya anak dari Andre?".

"Yaaaa….. untuk gantiin kamu yang tidak berguna" jawab mama.

"Hah?!" diriku kaget mendengar pernyataan mama.

"Hihihi…..,bukannya berulang kali mama ucapin kalau kamu itu anak yang tidak berguna dan cuma bisa ngecewain mama, sering kan Hen!?" tanyanya menekan.

Aku mengganggu, ia memang berulang kali berucap seperti itu. Tapi tak pernah tak kubayangkan kalau dia benar-benar ingin di hamili oleh Andre. Diriku mengira ucapannya cuma bercanda belaka untuk memanasi diriku.

"Nah makanya mama mau punya anak dari Andre, capek punya anak kayak kamu".

Aku sedih mendengar ucapannya, apakah benar-benar aku sudah tidak dianggap anak lagi olehnya? Oleh ibu kandungku sendiri yang melahirkan aku ke dunia ini, padahal aku tidak pernah memintanya.

"Iya sobbbb…, gw buatin adik buat lu hahaha…" tawa Andre yang membuat telingaku semakin panas.

"Semoga nanti anaknya kayak kamu ya Dre. Kalau anaknya cowok nanti ganteng, pintar, baik, kuat, perkasa seperti kamu juga. Kelak wanita yang ditidurinya tidak pernah kecewa, bahkan ketagihan hihihi…" ucapnya dengan harapan yang terdengar kacau dan konyol.

"Nahhh… kalau cewek semoga nanti cantik dan seksi kayak tante hehehe" ucap Andre sambil mengelus kepala mama yang masih sesekali menjilati kontolnya layaknya sebuah es krim.

"Ihhh….Andreeee….pasti kamu mau ngentot sama anak kita nanti kan?" tuduh mama kepada Andre.

"Hehehe… iya dong tan".

"Hmmmm…..berartiii…kalau begituuuu….." gumam mama sambil memikirkan sesuatu.

"Berarti….. kalau anaknya cowok, pas sudah gede boleh ngentotin tante dong, mamanya sendiri" ucap mama.

"Boleh dong tan, pasti nanti kontolnya kayak punyaku juga, besar, panjang, kuat dan perkasa".

"Hihihi…. sudah pasti, kan kamu bapaknya".

"Tapi kalau anaknya cewek, juga nggak apa-apa sih nanti tante ajarin dia mainin memek mamanya sendiri hihihihi" lanjut mama.

"Jadi mau cowok atau cewek nggak masalah ya tan?".

"He-eh nggak masalah kok, yang penting anaknya kamu Dre, dan bisa muasin Tante nanti. Auhhh….jadi pengen cepet-cepet hamil anak kamu Dre" ujar mama dengan semangat.

Aku yang mendengar percakapan mereka hanya bisa bilang dalam hati kalau mereka……..

Gila! Gila mereka! Sangat gila! bisa-bisa mereka membicarakan hal gila seperti itu. Tapi dalam lubuk hatiku, kalau itu benar-benar terjadi, membuat aku terangsang juga. Kelak anak mama dengan Andre yang notabene adalah adikku, di ajak bersenggama sama mama. Sedangkan aku yang merupakan anak sah dari perkawinan mama dan mendiang papa, cuma bisa meratapi nasib.

Rasa birahi dan rasa merana ini bercampur menjadi satu, membuat diriku perlahan menjadi semakin gila.

"Jadi Hennn….., kamu bakal punya adik hihihi. Nah, sekarang kamu lihat proses pembuatan adikmu ya".

Meskipun aku terangsang, aku tetap protes perihal dia ingin punya anak dari Andre, "Ma, mama beneran mau hamil anaknya Andre?".

"Iya Henry…..Putusan mama sudah bulat, tidak bisa diganggu gugat lagi. Sudah, kamu duduk manis aja. Kamu kalau mau sambil coli nggak apa-apa kok, mama nggak ngelarang. Lagipula sudah mama bilang tadi kamu harus nikmati kala mama di nikmati Andre" jelas mama panjang lebar. Aku sudah tidak bisa apa-apa lagi.

"Henry ingat….enjoy the show ya….” ucap mama dengan seduktif.

Mama langsung melahap kepala kontol Andre. Hanya setengah saja yang bisa masuk ke dalam mulutnya. Namun itu tidak menyurutkan keinginannya untuk menikmati batang daging yang besar dan keras itu. *Slurp…Slurp…Slurp…. Dengan lembutnya mama menghisap kontol Andre, layaknya ia ingin menunjukan aku betapa nikmat dan enaknya benda besar itu.

Pemandangan dimana mulut mama penuh dengan kontol sangatlah memabukkan birahi. Tak ada lagi kata-kata seorang ibu yang keluar dari mulut itu, hanya ada ucapan vulgar yang keluar dan kontol besar yang masuk ke dalam memenuhi mulut mama.

Sebelumnya hanya sebatas melalui rekaman video, kini aku bisa melihat bibir mama yang menjepit ketat benda keras milik Andre dari jarak sedekat ini. Benar-bener seperti tidak rela melepaskan benda keras itu keluar dari mulutnya. Bibirnya terlihat basah, memberikan kesan seksi. Shitttt!.

Telapak tangan mama dengan lembut mengusap bagian yang tidak masuk ke dalam mulutnya. Dengan telaten ia urut batang kontol Andre. Tak lupa biji peler Andre yang besar tidak wajar itu juga di manja oleh mama. Ia benar sudah seperti pelacur profesional yang sedang melayani seorang klien.

Penisku bereaksi mengeras melihat adegan di depan mataku, tanpa di sentuh saja precum mengalir kencang keluar dari lubang kencingku.

Di sela memblowjob Andre, Mama melirik ke arahku. Lalu ia keluarkan kemaluan Andre ketika tersadar dengan betapa tegangnya kemaluanku "Hihihihihi….. itu titit kamu sudah ngences aja sih, sange kan lihat mama nyepongin kontol gede".

"Kamu suka nggak, lihat mama ngisepin kontolnya Andre kan?" tanyanya. Aku mengganguk pelan, lalu ia balas dengan senyuman.

Mama kembali memasukan kontol Andre ke dalam mulutnya, kali ini ia menghisap dengan buas. Bunyi hisapan yang basah sangat seksi di telingaku. Selagi menyelomoti kepala kontol Andre, sesekali mama melirik ke arahku. Ia memberikan senyuman dengan mulut masih penuh.

"Ohhhh…broooo….ohhhh….lidahhh…. nyokap…elu ohhhhh…mainin…lubang gw! shittt! enak bangetttt!" ucap Andre menjabarkan keadaan kontolnya yang berada di dalam mulut mama. Aku merinding mendengar, membayangkan aku yang digitukan oleh mama.

"Puahhh….. enak Dre?" tanya mama sambil mengocok kontolnya dengan kedua tangannya.

"Banget sayang, tante makin jago nyepong lhooo, enak banget mulut tante" jawab Andre sembari mengusap kepala mama. Mama tampak senang menerima usapan di kepalanya.

"Makasih sayang, kontol kamu enak sih hihihi…" balas mama mesra, ia tatap balik dengan matanya yang indah. Ia gesekan batang kontol Andre di pipinya, bagai menyayangi suatu benda yang sangat spesial bagi dirinya.

"Ayo dong Hen, kamu coli dong, mama pengen lihat kamu mainin titit kamu sendiri" dorongnya. Kemudian ia kembali masukan penis Andre ke dalam mulutnya.

Mendengar dorongan mama, membuat diriku tak tahan lagi untuk tidak masturbasi, tanpa malu lagi, aku layani diriku sendiri sambil menonton mama. Aku genggam kemaluanku sendiri, teresa menyedihkan, tapi apalah daya ketika nafsu sudah di ubun-ubun, mengalahkan logika yang ada.

Ku mulai masturbasi, sambil melihat mama melayani Andre dengan mulutnya. Aku bisa melihat kontol Andre yang keluar masuk menjejali mulut mama. *Cleck Cleck Cleck Sluprh Sluprh Sluprh

"Puahhhh…..Nahhhh… gitu dong, kamu coli, Andre mama sepong hihihi…" ucapnya saat melihat aku sedang coli sambil menonton dirinya.

"Enak colinya Hen?" tanyanya. Aku pun mengangguk, sambil terus mengurut penisku dengan hebat. Masturbasi di depan mama ternyata sangat nikmat, membuatku buta akan nafsu.

"Hihihihi… Happ…" * Slurpp…Slurpp…Slurpp….Mama kembali mengocok kontol Andre dengan mulutnya.

Mamaku, Santy memanjakan kontol Andre dengan mulutnya, dan saat bersamaan aku, anaknya, mengurut-urut kemaluan sendiri.

*Slurpp….slurpppp…."Puahhh….kontol kamu enak banget sayang…Happ…."* Slurpp… Slurpp… Puji mama tengah-tengah melayani benda keras yang sudah basah itu.

"Ohhhh….mammmm….." erangku enak saat mengocok diri sendiri. *Clek…Cleck…Clek… bunyi kerjaan tanganku bersandingan dengan bunyi hisapan mama.

"Hmmmm…." gumam mama senang melihat aku, mengerang keenakan. Lalu ia kembali fokus dengan kontol Andre.

Cukup lama memanjakan penis Andre dengan mulutnya, sampai-sampai sekitar mulutnya belepotan. Kemejanya pun juga ikutan sedikit basah.

"Mau mama bantuin nggak?" tawarnya tiba-tiba.

Mendengarnya aku sumringah seketika, lantas aku pun mengangguk dengan hebat. Tak mau melewatkan kesempatan berharga ini. Dari kemarin aku selalu berharap mendapatkan sesuatu dari mama.

Tanpa melepaskan pegangannya di kontol keras Andre, mama dekatkan mulutnya ke penisku yang sudah ngaceng dengan sempurna. Aku bisa merasakan nafasnya panas terhembus menyelimuti batangku. Geli dan enak rasanya, aku pun mengerang "Mahhhhh……".

Ia senang melihatku reaksiku. Lalu ia simpulkan bibirnya, hendak mencium kemaluanku. Akankah ia benar-benar mencium kontol anaknya sendiri? Dari penderitaan yang ia berikan, akan kah mama melakukannya.

Detik demi detik berlalu, namun bibir mama tak pernah menempel di penisku. Hanya hembusan nafas mama yang kurasakan. Membuat gusar tak sabar, menanti kecupannya di kejantananku. Tak tahan lagi, aku meminta kepadanya "Mamm…cium plisss….".

"Enak aja cium-cium, siapa juga yang mau cium titit kamu, ge-er banget sih kamu, yang ada mama jijik tau" ejeknya sambil memeletkan lidahnya.

"Ka-katanya mama bantuin Henry" tanyaku melas, masih berharap dengan tawarannya.

"Nihh…Cuhh…Cuhh…Cuhh….". Ternyata mama malah meludahi kemaluanku. Sebanyak tiga kali mama meludah ke diriku.

"Agrhhh…." geramku saat batang kontolku di ludahi. Bisa kurasakan ketika ludah mama menampar kulit penisku.

"Tuh Hen sudah mama bantuin, biar kamu gampang ngocok titit kamu sendiri, biar gak keset hihihi….." ucapnya.

Aku menatap lekat-lekat ludah mama yang mengalir turun perlahan ke bawah hingga membasahi rambut kemaluanku. Nafasku semakin memburu melihatnya. Ku urut kontolku dengan pelan, meratakan ludah mama. Hal ini terlalu gila bagiku, birahiku sudah terbakar hebat. Akibatnya precum semakin luber, bercampur dengan ludah mama.

"Ohhhh….mamaaa….." erangku parau, lalu mengocok kemaluanku yang sudah di ludahi mama. Aku coli dengan brutal.

"Ayo Hennnn….. Mama mau lihat munctratin sperma encer mu".

"Ayo, Muncrat untuk mamaaaaa, ayoooo….." ujar mama menyemangati.

"Semangat Bro! Mainkan titit menyedihkan lu broooo…." ucap Andre memanasi. Aku tak peduli lagi dengan ejekan makhluk sial itu. Karena nafsu diriku sudah gelap mata.

"Kamu suka di hukum sama mama? tanya mama.

"Iyaaa… mahhh….ohhhh…" jawabku sebisanya.
"Iya apa Hen?".

"A-aku suka di hukum sama mamahhhh….ohhhh…". Aku semakin cepat mengocok kontolku sendiri. Mama dan Andre hanya memperhatikan aku yang sedang memuaskan diriku.

"Hihihi…..kamu keenakan sama hukuman mama. Mau mama hukum terus?" tanyanya lagi.

"Mauuuu….mahhhh…Nghhhh…ohhhh…." jawabku sambil mengerang-erang.

"Kalau begitu……"

"Kamu bakal mama hukum terus….." ucapnya, kemudian tersenyum lebar. Aku sudah tidak bisa lagi fokus, terlalu enak akibat mengurut kemaluan ku sendiri yang sudah ludahi mama.

Aku merasakan spermaku sudah diujung tanduk. Aku lihat mama yang tersenyum kepadaku, lalu aku teriak "Mamaaaaa……oghhhh…..".

*Crot Crot Crot Crot Crot

Berkali kontolku menyemburkan isi pelerku, membasahi tanganku sendiri yang masih menggenggamnya. Mama dan Andre seraya tertawa heboh, selagi aku memuntahkan cairan kentalku.

"Hosh….Hosh….Hoshhh…" nafasku berat. Suara Nafas yang tersengal-sengal, dan tawa mereka berdua memenuhi kamarku.

"Duhhh….anak mama ngecrot pake panggil-panggil 'mama' ihhhh…..hihihi…" tawanya.

"Hahaha…, ngocok titit payah aja heboh banget Bro" celoteh Andre.

"Ehhhhh….. beneran dong Dre, itu peju nya Henry encer amat" ucap mama.

"Ya elah Hen, titit elu culun banget sih, tadi gw liat crotnya juga lemah banget hahahaha…." tambah Andre.

“Punya anak kok, menyedihkan gini sih. Kayaknya kamu nggak pantes lagi mama panggil anak” ujar mama dengan sadisnya. Sedangkan aku hanya terpejam kelelahan.

“Hen, buka mata kamu, lihat mama sini” pinta mama.

Dengan masih sedikit ada rasa lelah, kubuka kedua mataku. Mama berdiri di depanku yang masih lemas duduk habis ejakulasi untuk kedua kalinya. Mama berikan lirikan yang menggoda kepadaku. Ia meremas kedua buah dadanya yang masih berada di balik kemeja yang ia pakai. Aku penasaran dengan apa yang mau mama perlihatkan.

"Dre, kamu minggir dulu ya. Tante mau kasih lihat sesuatu ke Henry" pinta Mama. Ia kedipkan mata ke Andre.

"Ohhhh…Ok deh tanteku sayang". Andre mengerti maksud dari kedipan tersebut, lantas ia menuruti mama, ia duduk di kasurku, dengan kontolnya yang masih mengacung keras bagai tugu. Dan benda itu juga mengkilap basah karena ulah mama tadi. Sedangkan milikku sudah tumbang, loyo menyedihkan.

Kembali ke mama, ia sambil menggigit bibir bawahnya, perlahan melepaskan kancing kemeja. Satu persatu kancing dilepas, lambat laun memamerkan benda keramat di balik kemeja. BH warna hitam yang menutupi kedua payudaranya terpampang di mukaku. Di saat semua kancing terlepas, terlihat perutnya yang mulus, walaupun tidak langsing bak seorang model, tapi berbentuk dan seksi.

"Mau lihat ini mama?" tawarnya sambil meremas buah dadanya yang masih berada di balik BH.

Tanpa ditanya lagi, aku jawab dengan semangat "Mau mah, aku mau liat!". Melihat mama berperilaku menggoda begini senjataku kembali berkedut-kedut kecil. Nampaknya aku akan kembali ngaceng lagi.

"Hihihi….." tawanya.

"Kamu dulu nyusu di sini kan" ujar mama sambil terus meremasi bongkahan kenyalnya yang masih berada di balik penyangga warna hitam itu.

Kemudian mama mengeluarkan payudara sebelah kirinya dari cup BH-nya. Kini aku bisa melihat benda kenyal nan indah itu, namun…..

Hah?!!!

"Mahhhh….kok…i-itu….". Aku tertegun ketika mama memperlihatkan payudara kirinya, layaknya tante Hani dan Ara, putingnya juga di tindik! Gilaaaaa! puting susu mama di tindik. Mama cekikian melihat aku yang kaget, tidak percaya.

Payudara mama yang kiri bergelantung indah, dengan putingnya sudah di tindik dengan besi kecil. Aku bisa melihat putingnya yang sudah tegak mancung itu dilalui dengan besi kecil.

"Bagus nggak tindikan di puting mama?" tanyanya sambil jarinya memutari areolanya, juga memainkan putingnya yang bertindik, menggoda hasratku kembali. Penisku perlahan mengeras lagi.

"Iya Mam, bagus banget mam, mama jadi tambah seksi" jawabku jujur memujinya.

"Wahhh….makasih ya Henryyy…" jawabnya senang karena dipuji oleh ku. Ia terus memainkan puting kirinya, ditarik-tarik, dicubit-cubit, dan diusap-usap. Sudah pasti dia mendesah-desah akibat perbuatannya sendiri.

"Ahhh…Ahhh…Ehhhhh…hihihi…., kamu suka sama tetek mama ya… sampe titit kecil kamu berdiri lagi tuh" ucapnya ketika ngeh dengan keadaan penisku yang mulai siaga lagi. Meski sudah keluar dua kali, penis ku kembali bangun hampir sempurna. Semuanya karena mama, aku terbakar birahi terus menerus.

"Nih mama kasih lihat yang tetek yang kanan juga" ucap mama, lalu ia menarik keluar bongkahan payudaranya yang satu lagi.

"Ouuuhhh….mammmaaaaa….gila!" jeritku ketika melihat puting kanannya ternyata juga sudah di tindik. Kini aku memandangi dengan jelas kedua buah dada mama dengan masing-masing puting sudah tertindik dengan sempurna. Aku semakin terangsang melihatnya, bergantian kupandangi bongkahan kenyal itu. Sumber makanan untukku ketika bayi, sudah di tindik.

Kemudian mama menggoyangkan tubuhnya, sehingga buah dada mama bergetar hebat. Mataku tak lepas, mengikuti kemana arah dada mama terlontar dengan indahnya. Mama tertawa melihat kelakuanku. Andre pun juga cengengesan ke arahku, seraya terus mengasah kemaluannya agar tetap tegang.

Andre beranjak dari kasur, ia memeluk mama dari belakang. Ia menangkup kedua buah dada mama dengan tangan besarnya, lalu meremasnya kuat.

"Andree……ahhh!" erang mama saat Andre mempermainkan kedua payudara mama. Benda kenyal yang sejatinya milik mendiang papa seorang, malah di permainkan oleh temanku sendiri. Dan parahnya aku sedang menyaksikannya. Maafkan aku pah, aku tak bisa menjaga mama dari terkaman birahi temanku sendiri.

"Cuma pria jantan yang berhak atas toket mama…ohhhh…kayakkk….Andreeee-ku..….ahhhhh….yang kencenggg…. remesnyaaa….ohhhh….." ucap mama, seraya mendesah-desah karena putingnya terus di jahili oleh Andre.

"Hehehe, ini punya gw Hen! Elu nggak boleh!" timpal Andre sambil terus menarik puting-puting mama di hadapanku. Ia menyeringai penuh kemenangan. Kesal rasanya.

Melihat perubahan raut wajah mama, menimbulkan pertanyaan di benak ku, lantas dengan pelan ku bertanya "Memangnya ditusuk 'itu-nya' nggak sakit mah?".

"Aaahhhh….a-awalnya doang…sakit, lama-lama jadi biasa kok, malah tambah enak buat mamaaaa…. tarik lebih kencengggg…..Dreeee….aihhhh…ahhh!" erang mama karena ulah Andre.

Andre menarik-narik kedua puting mama yang ditindik. Akibatnya mama mengerang keras, awalnya mama mengernyit kesakitan namun lambat laun mimik wajah berubah, memperlihatkan kalau ia justru menikmatinya.

"Sippp…., enak yah Andre mainin pentil tante kayak gini?" tanya Andre sambil menarik-narik puting mama.

"Enakkk….Dree…Enakkk…terusss…..pentil susu tante enak banget kamu mainin kayak ginihhhh….".

"Toket nyokap elu enak banget lohhhh…lembut bangettt, empuk lageee… hehehehe…." ucap Andre, sengaja membuat ku iri hati melihatnya.

"Mau?" tanyanya.

Aku pun mengangguk, menjawab tawaran Andre. Mama menyeringai di tengah remasan-remasan Andre.

*Ctek. Mama membuka kaitan BH-nya, lalu melemparkannya ke diriku. Kutangkap Bh hitam mama. Ku pandangi benda keramat mama ini, benda yang baru saja menampung bongkahan empuk mama.

"Kamu itu saja Hen, kan kamu pecundang, jadi nggak boleh megang-megang mama" ucap mama.

Tanpa banyak protes, langsung kuhirup dalam-dalam benda yang berfungsi sebagai penyangga payudara mama. "Okhh….." erangku ketika menciumi baunya. Bau keringat mama menusuk tajam indera penciuman ku. Aku langsung kembali mengurut pelan kemaluanku yang sudah tegang lagi.

Mereka tertawa. Mama dan Andre terus tertawa melihat tingkahku yang sudah mengikuti permainan mereka. Pasrah, aku hanya pasrah menikmati nasibku.

Andre pindah posisinya, dari di belakang mama kini ia berdiri di samping kirinya. Ia tundukan kepala hingga sejajar dengan dada mama.

"Lihat nih bro". Ia julurkan lidahnya, menyentil-nyentil puting mama.

"Ouhhh…iseng ah kamu Dre…ishh…." seru mama ketika puting keras bertindiknya di sentil-sentil oleh lidah Andre. Aku bisa melihat lidah Andre yang besar bermain di dada mama, terutama di puting yang di tindik itu Lidahnya mengusap seluruh areola mama.

"Dreeee…isep plis iseppppinn…." pinta mama dengan paksa, tak tahan.

Andre pun menyedot puting mama kuat-kuat. Sampai-sampai mulut monyong.

“Ahhh….yahh… gituhhh…. Iseppp… terusss….Ahhh!” desah mama akibat hisapan Andre di puting nya.

"Happ…." Andre masukan seluruh bagian depan payudara kiri mama, sehingga puting dan Areola masuk ke dalam mulut mama. Aku yakin lidah Andre memanjakan puting mama.

Mama memeluk kepala Andre, mengelus lembut. Kurasa saking rasa enaknya permainan lidah Andre di putingnya, ia sesekali menengadah ke atas lalu menatap mesra Andre yang sedang menyusu pada dirinya.

"Hmmmm…slurppp…" gumam Andre saat mengulum susu mama.

"Ohhh…sayangggg…yang kanan Dre, yang kanan juga plissss…mainin jugaaahhh" teriak mama tak sabar. Andre lepas hisapannya di payudara kiri mama, dan pindah ke yang kanan.

"Hennn…. toked nyokap lu enak banget lho….. lihat nih gw sedot-sedot" ucap Andre, lalu menyedot kuat luting mama.

"Hennryyyy….puting mama di sedottttt…..enakkkkk…ohhhh…" erang mama ikut memanasi. Diriku ku terpaku memandangi si brengsek mengulum sumber susu itu. 'Seandainya gw juga boleh nyusu di dada mama, padahal gw lebih berhak ketimbang si brengsek' harapku dalam benakku.

"Aku gak sabar tante hamil anaknya Andre, pengen susu keluar dari sini, biar Andre bisa minum juga hehehe".

"Makanya kamu rajin-rajin nyemburin rahim tante pake peju kental kamu sayangggg... " balas mama sambil mengelus kepala Andre.

"Ya kan Hen?" tanya mama.

"I-i-iya apanya mah?" tanyaku tidak mengerti, karena aku terlalu fokus melihat Andre yang sedang menyedot puting mama, jadi tidak begitu memperhatikan obrolan mereka.

"Astagaaa….. kamu bloon banget sih, jadi si Andre tuh kalau mau minum susu dari mama, harus sering-sering numpahin peju ke tempat kamu dulu, biar mama hamil tauuu..ngerti kan?".

Aku mengganguk mengerti.

"Tolol banget sih lu Hen, gitu aja gak ngerti" ikut Andre menghardik.

Kini sambil terus bergerilya, satu tangan Andre mengusap-usap selangkangan mama dengan lembut. Mama mengerang keenakan, terkadang ia mendongak akibat nikmat yang diberikan Andre. Titik sensitifnya di serang oleh Andre.

"Nakal kamu Dreee…" ucap mama. Saat selangkanganya di usap-usap oleh Andre.

Andre menjauhkan mulutnya dari pucuk payudara mama, ia membisikan sesuatu kepada mama. Mama pun menangganguk.

"Hihihihi…, ok deh. Mama mau ngasih lihat kamu sesuatu Hen….".

Andre menjauh dari mama, kembali duduk di kasurku.

Mama membelakangiku, punggung putihnya kulihat indah dan sangat mulus. Sedikit basah berkeringat, menambah kesan yang begitu sensual. Mama menoleh kebelakang sambil menampilkan wajahnya yang seduktif menggoda. Dengan suara yang dibuat seduktif mungkin ia memanggilku "Hen….". Mendengarnya pun membuat merinding seluruh tubuhku.

*Plak. Mama menampar pantatnya sendiri.

"Ouhhhh…." reaksi spontan yang keluar dari mulutku. Suara tamparan di pantat itu bener-benar menggugah birahi. Dan aku bisa melihat getaran di balik celana mama. Penisku pun ikut berkedut

Mama tertawa dengan reaksiku. Kemudian ia meremas-remas gemas, memamerkan kekenyalan bokongnya.

"Bagus ya bokongnya mama" ujar mama, sama terus meraba bagian belakangnya sendiri. Aku setuju dengan mama. Selama ini aku tidak pernah melihat secara seksual kepada mama, namun sejak ia sering pakai jersey sepeda ketat, semuanya berubah. Dan yang menjadi perhatianku adalah bokong indahnya.

“Kamu suka?” tanyanya sambil terus memainkan pantatnya.

“Suka mah”.

“Hihihi… nihhh… puas-puasin deh liatnya”.

Ia menungging, menyodorkan pantatnya tepat ke muka ku. Aku menelan ludah lagi. Lalu dengan sangat-sangat perlahan mama menurunkan celananya. Waktu terasa berjalan dengan lambat. Mili demi mili, kulit putih pipi kenyal mama terekspos. Nafasku semakin ngos-ngosan, seiring pantat indah nan mulus mama yang perlahan terlihat. Celana dalam hitamnya yang senada dengan bhnya tadi, juga ikut mama lepaskan sekalian dengan celana bahannya.

Ketika celananya turun melewati bokong indahnya, aku bisa melihat kedua pipi pantat mama yang menggemaskan, terlihat kenyal sekali. Tersadar akan sesuatu, aku seketika terpukau saat melihat apa yang terungkap di antara pipi pantat mama.

Sebuah buttplug dengan ujung berlian putih, menyumpal lubang anus mama dengan ketat sempurna. Ternyata mama masih menggunakan mainan seks yang memang khusus buat lubang anus itu.

"Kamu pernah lihat mama pakai buttplug kan?".

"Pernah mahhhh…, aku pernah lihat pas mama lagi nungging di depan kulkas".

"Hihihi…. mama sengaja lho liatin ke kamu, terus waktu itu kamu gimana reaksimu?".

"Jujur aku kaget mah, nggak nyangka mama pake gituan".

"Hihihi…, dan kamu tahu Hen?".

"Apa mah?".

"Lubang anal mama masih perawan lohhh…belum di kontolin Andre lhooo…".

Aku benggong mendengarnya.

"Jadi masihhh…. sempit bangetttt…..hihihihi" goda mama, sambil menyibak pantatnya lebar-lebar, kembali memamerkan lubang anusnya yang masih tersumpal buttplug. Mama ada benarnya, lingkaran anusnya menjepit ketat Buttplug itu. Sudah aku tonton semua video dari mama, dan aku ingat tidak ada sama sekali adegan mama di anal oleh Andre.

Mama memutar tubuhnya menghadapku, memperlihat tubuh bagian depannya. *Glek. Aku menelan ludah, tubuh bugil mama kutelusuri dari kepala, ke perut terbentuknya, hingga ke benda keramat milik mama, vagina miliknya yang belakangan ini menjadi pusat rasa penasaranku. Tempat aku keluar dulu terpampang di depanku. Selama ini aku hanya bisa melihat melalui video, vagina mama indah, menggiurkan dengan bulu kemaluan tipis yang dicukur rapi segaris.

"Badan mama jadi seksi dan baguskan Hen? gara-gara sering gowes bareng Andre nih, sama….."

“Sama apa hayoo….tau nggak?” tanyanya.

“Olahraga mah?” jawabku sekenanya.

"Wah pinter juga kamu, tapi olahraga enakkkkk…..".

"Olahraga ranjang sama Andre hihihi….." tawa mama karena ucapannya sendiri. Aku hanya bisa nyengir.

Mama mengusap-usap memeknya. Bulu-bulu jembutnya terusap seiring gerakan telapak tangannya. Ia sadar akan tatapanku yang melotot ke sana, lalu ia bertanya "Ini apa Hen?".

"Ehmmm…vagina kan mah" jawabku polos.

"Bukan Hen, ini memek Hen. Coba ulang, Hayoo… ini apa? tanyanya lagi. Ia bertanya seraya menepuk-nepuk memeknya *puk puk puk. Terdengar sudah basah di sana.

"Me-me-mek…. mah". Aku ucap layaknya seperti anak kecil yang di kasih kuis oleh gurunya.

"Nah gitu, jangan lagi malu sama mamah ah… Coba memek mama punya siapa Hen?".

"Enghhh…punyaa….punyaaa….". Tak kunjung mendapatkan jawab dariku, mama melirik ke Andre, memberi petunjuk atas jawaban pertanyaannya tadi. Aku dengan sendirinya akan menyatakan apa yang akan ku kutuk nantinya.

Kutarik nafas panjang, pasrah kujawab "Pu-punya Andre mah".

Andre cengengesan yang mengakibatkan bergoyangnya kontol yang besarnya itu.

"Nah bener, tapi apa cuma memek mama saja yang punya Andre?" tanyanya lagi.

Aku mengerti apa yang mama mau dengan bertanya seperti itu. Ia ingin mempertegas kepemilikan dirinya. Mengingat apa yang bakal terjadi, lantas aku ikuti apa yang mama mau. Aku benar-benar dipermainkan oleh mama sendiri. Lagipula, ini hukuman buatku kan? Walau aku tidak mengerti kesalahanku. Katanya aku selalu bikin kecewa, tapi apa? Itulah yang tidak kumengerti. Setidaknya aku menikmati permainan gila ini. Permainan yang gila atau hukuman yang gila? Entahlah yang penting aku bisa melihat bersetubuh nanti.

"Nggak mah, tubuh dan hati mama sekarang milik Andre kan". Mama tersenyum lebar mendengar jawaban yang keluar dari mulutku. Ia suka dengan ucapanku.

"Kamu mulai pinter deh kayaknya ihhh…. kirain bakal ****** terus hihihi…" hardiknya.

"Mama tanya lagi, kenapa mama bisa jadi milik Andre?" lagi mama bertanya.

"Karena mama kecewa sama aku kan?" jawabku.

"Dan……" ujar mama, merasa ada yang kurang dari jawabanku. Kemudian ia menunjuk ke arah kontol Andre yang besar itu. Aku mengerti apa yang ia mau.

"Karena kontol Andre" jawabku.

"Kenapa memang sama kontolnya Andre?". Astaga mama belum puas dengan jawabanku.

"Be-besar mah".

"Terussss apa lagi?".

"Keras".

“Apa lagi?”.

“Panjang”.

“Beda nggak sama punya kamu?”. Sial! mama malah mencoba untuk aku merendahkan diri sendiri.

“Ngghhh……” gumamku.

“Ayo jawab! Punya kamu itu kayak gimana!” tanya mama dengan nada tinggi.

Dengan berat hati, aku katakan apa yang mama mau dengar, “Ka…kalau punya aku ke-kecil”. Aku benar-benar kesal mengatakan nya.

“Ini titit atau kontol ?” tanyanya sambil menunjuk ke arah penisku yang tegang.

“Titit mah…” jawabku lesu.

"Hihihi…." tawanya puas menjawab semua pertanyaan yang ia berikan.

Mama kembali memunggungiku. Pantat sekal kembali terhidang bagai santapan untuk mataku. Ia memegang ujung buttplug yang berbentuk berlian itu "Nghhh…okhhhhh" geram mama saat berusaha mencabut mainan itu dari liang sempitnya. *Plop. Akhirnya benda itu tercabut, memberikan suara yang nyaring.

Kulihat lubang anus mama menganga sedikit. Aku bisa melihat lubang itu kembang kempis, layaknya sedang menggundang diriku untuk ke sana.

"Jadi tuhhh…. mama pake buttplug buat latihan kalau di anal sama Andre" jelas mama, sambil menunjukan buttplug yang baru saja singgah dari lubang belakangnya sendiri. Aku menerka barang itu lebih besar daripada yang kemarin.

“Memang gak sakit mah?” tanyaku.

"Mama suka kok pake buttplug, awalnya memang nggak nyaman sih, tapi lama-lama jadi biasa kok, malahan enak hihihi”. Mama benar-benar menjadi di buat maniak seks oleh Andre.

"Mau entot mama di sini?" ucap mama menawarkan lubang anus sempitnya yang belum tertembus kontol kepadaku. Mataku berbinar mendengarnya, ada sepenggal kenikmatan untukku dari hukuman ini. Lantas dengan semangat aku menjawab "Mau mah, aku mauuuu!".

"Hihihi… coba tanya Andre gih, boleh gak kamu masukin kontol ke sini, lubang anus mama?".

“Dre…” panggilku pelan.

“Hmm..?” balas Andre dengan gumaman.

"Dre, gw boleh masukin kontol ke lubang anus mama gw?" tanyaku penuh harapan ke Andre yang sedang mengurut pelan kemaluannya yang masih tegak perkasa.

Ia tidak langsung memberikan jawaban. Ia beranjak dari kasur, memeluk mama lagi dari belakang. Ia cium tengkuk mama, hingga mama melenguh “Ohhhh… Andre”. Mamapun meremas rambut Andre yang berada dibalik dirinya.

Kemudian Andre menatapku dengan perangai sombong, "Nggak Boleh lah Tot! Nyokap elu punya gw, dan hanya yang LAKI kayak gw yang boleh ngentotin Mama lu!" sergah Andre keras. Aku terdiam kecewa mendengar penuturan Andre.

"Tuh kamu dengar sendiri kan, sama orang yang berhak atas mama. Lagi pulaaa….. kalau boleh sama Andre pun mama nggak mau kok, mama jijik sama kamu". Kata-kata dari mulut mama sangat kejam.

Mama letakan satu kaki menginjak paha kiriku, sehingga kini vagina terpampang dengan jelas. Terlihat benda berwarna pink itu sudah merekah basah, karena mama sudah terangsang hebat. Dari situlah aku keluar ke dunia ini. Dan sekarang lubang itu sudah menjadi milik Andre. Padahal aku ingin kembali kesana. Kembali kesana dengan penisku, alias bersetubuh dengan mama. Tapi nasib sial menimpa diriku, yang ada aku akan melihat orang lain memasuki tubuh mama.

“Kamu keluar dari sini dulu, tapi Andre sudah sering masukin kontolnya ke sini, hihihihi….”” ucap mama sambil menyibak bibir vagina. Klitorisnya sudah membesar kaku. Ia mainkan sendiri benda mungil itu, ia belai-belai dan terkadang mencubitnya. Sepengetahuanku biji kecil itu adalah titik saraf nikmat para wanita, dan sekarang mama sedang memainkan sendiri di hadapanku. Makanya mama mendesah-desah merdu di depan ku.

“Kamu suka kan kalau memek mama di kontolin sama Andre?” tanyanya.

“Suka mah” singkatku.

“Suka apa? Kamu kalau jawab yang lengkap dong” sergah mama.

“Aku suka lihat mama di kontolin Andre”.

“Nanti adik kamu keluar dari sini. Kamu mau khan punya adik dari Andre?” tanyanya. Ia terus bicara tanpa menghentikan gerakan telapak tangannya di memeknya.

Dengan berat hati kujawab “Mau mah, aku mau punya adik dari Andre”. Ucapan barusan membuat pikiranku muter-muter tidak karuan. Apa kata orang nanti, mama yang janda hamil. Khan tidak mungkin dibilang hamil sama anak tetangga, yang juga teman anaknya sendiri.

“Tuh sayang, si pencundang minta dibikinin adik ” ucap mama ke Andre.

“Siap Bro!, gw kasih adek buat elu, hahaha”. Termenung adalah yang bisa kulakukan sekarang. Membayangkan di rumah ini ada anak kecil lagi. Anak hasil persetubuhan mama dan Andre. Kuatkah diriku menghadapi itu semua.

“Memek mama sudah basah banget Hen, pengen di masukin kontol gede Andre” ucap Mama sambil terus membelai kemaluannya yang sudah basah itu

“Sama tan, aku pengen ngentotin memek tante sekarang”.

“Iya sayang, aku juga pengen di entot sama kamu”.

Andre memeluk mama dari belakang, lalu menarik kepala mama ke arahnya, tak ayal mereka saling mencumbu. Tangan kanan Andre meremas selangkangan mama, mengelus bibir memek mama. Sedangkan tangan satunya meremas susu kenyal mama. Terlihat mereka berdua begitu sensual dan intim.

Selagi itu pandangan mataku tak pernah lari dari memek mama yang sedang di sayang-sayang oleh Andre. Betapa irinya dan kesalnya hatiku.

Next Part…





 
Part 14b
Pov Henry


Puas pamer kemesraan. Andre menggiring mama ke arah kasurku. Ia duduk, sedangkan mama masih berdiri di depannya. Lalui ia ciumi perut mama yang mulus itu. Perut yang pernah membulat karena aku, yang nantinya akan membulat lagi untuk 9 bulan lamanya. Mama pun membalas dengan mengelus pelan kepala Andre. Aku bisa merasakan kasih sayang yang mama salurkan di setiap elusannya.

Andre menjauh dari perut mama, ia duduk dengan bertumpukan kedua tangannya ke belakang. Kemaluan terhunus ke atas, menjulang tinggi bagaikan tiang bendera. Pre-cum sudah begitu banyak terkumpul di ujungnya. Kurasa kadar pejuku kalah jauh dengan precum Andre. Tidak mungkin mama belum hamil juga, atau jangan-jangan…… sudah ada janin disana.

“Tan…” panggil Andre.

“Iya sayang?”.

Andre mengedut-ngedutkan batang kerasnya, sehingga benda keras itu bergoyang-goyang, menjadikannya sebagai pancingan untuk mama agar meraihnya. Dan umpannya berhasil, satu sejari mama menyentuh kepala kontol Andre. Telunjuknya menyeka precum yang berada di ujung kontol Andre. Tanpa melepaskan pandangan matanya ke Andre, mama mengemut jari yang barusan mengambil banyak precum. Ia emut dengan pelan juga sensual, menggoda Andre. Aku yang melihat juga ikutan horny.

“Andre, tolong ambilkan satu bantal dong” pinta mama. Andre berikan satu bantal yang biasa dipakai sebagai tempat rebahan kepalaku. Mama letakan bantal itu di lantai. Ia taruh kedua lututnya di atas bantalku. Wah sial, ternyata mama gunakan bantal untuk alas kedua lututnya agar tidak sakit saat memberikan BJ kepada Andre.

Jari lentik mama melingkari batang Andre. Tanpa aling-aling, ia langsung memasukan kontol yang berada di depannya kedalam mulutnya. Mama sudah sangat nafsu sekali, karena kali ini buas sekali memuaskan batang keras itu.

Nampaknya dia sudah begitu sange karena sudah merendahkan aku dari tadi. Satu tangannya ia arahkan ke selangkangannya sendiri. Di tengah hisapannya ia melenguh sendiri. Bunyi basah nyaring terdengar dari selangkangannya. Meski tidak bisa melihat, pastilah bantal di bawah mama basah karena cairan kewanitaannya.

“Ughhhh….” geramku. Ku urut pelan kemaluanku, mencoba membangkitkannya lagi. Tak ingin kulewati momen spesial ini. Aku sudah terangsang sejak tadi karena sudah disajikan pemandangan indah, tubuh mama tanpa sehenang benang pun. Disuguhkan kedua puting yang di tindik, lubang anus tersumpal buttplug serta memek indah mama, sebenarnya membuat tidak tahan untuk tidak muncrat lagi untuk ketiga kalinya dalam hari ini.

Andre sibakan rambut mama, agar aku bisa melihat mama memainkan kontolnya dengan mulutnya. Hanya setengah yang bisa masuk, karena terlalu panjang dan besar. Bagian yang tidak masuk itu di urut oleh telapak tangan oleh mama. Tak lupa bola berkerut pabrik sperma Andre turut mama manjakan dengan lembut.

“Nyokap elu emang jago kalo ngisep kontol” ucap Andre, memuji kemampuan mulut mama dalam memuaskan kemaluan pria. Entah aku harus senang atau marah mendengar ucapannya. Yah senang kalau kebagian jatah juga, marah kalau nggak kebagian, hehehe.

“Puahhh….. Hihihi… kan mulut tante buat kontol besar kayak punya kamu aja”. *Slick…Slick…Slick… Mama menjilat-jilat kontol itu bagai es krim. Ia jilat dari pangkalnya hingga ke ujung moncong yang sudah berlendir hebat. Tak hanya menjilat, lidah mama mengitari kepala kontol Andre. Daging lunak basah berwarna merah mama, terlihat kontras dengan warna kulit batang kontol Andre yang cenderung agak kehitaman.

“Nghhh… yeahhhhh….shittt! Enak banget anjingggg….fuck!”. Mama membuat Andre mengerang-erang enak. Beruntung sekali makhluk itu pikirku.

Puas menjilati, mama kembali melahap benda itu bulat-bulat, dan melanjutkan blowjobnya. Dia tidak tersedak sama sekali, ketika mencoba memasukan dalam-dalam jauh ke teronggokannya. Beberapa detik mama melakukan deepthroat, bergumpal-gumpal saliva kental membasahi mulut dan bibirnya. Mama terlihat sangat seksi dengan muka belepotan.

Ia keluarkan kontol dari mulutnya, mengocoknya hingga cairan yang kental itu membasahi batang kontol Andre sepenuhnya. Kemudian ia kembali menyepong Andre lagi.

“Suka nyepong kontol aku kan tan?”.

“Hi-ha (iya).....swukah (suka)...” ucap mama di saat mulut masih ada kontol Andre.

“Mau ngisep punya Henry nggak?”.

“Owgah (Ogah)....jwijwik (jijik)...” ucap mama. Aku sudah tidak heran dengan jawaban mama.

Seraya kontolnya masih bersemayam di mulut hangat mama, Andre berucap kepadaku “lihat nyokap elu, mulutnya lagi penuh ama kontol gw, tapi sebentar lagi mulut bawahnya bakal penuh ama kontol gw”.

Aku mengerti maksudnya, yang tak lain adalah sebentar lagi dia akan menyetubuhi mama di depanku. Itulah yang ku tunggu-tunggu dari sejak aku menonton habis semua video buatan dia dan mama. Melihat mama bersetubuh adalah tujuanku sekarang, meski harus menerima berbagai hinaan dan cercaan dari mamaku sendiri.

“Elu mau lihat gw ngentot sama nyokap lu kan?”.

“Mau Dre…..” jawabku lesu. Senyuman tersimpul di wajah mama.

“Bakal gue liatin ke elu, betapa sukanya tante Santy gw entot, ya kan tante?” ucap Andre.

“Swukah (suka)...mwamah (mama)...swukah (suka)...diwentot (di entot)...” sahut mama dengan mulut masih penuh dengan daging keras.

Mama sudahi kegiatannya menghisapnya, lantas ia mendorong tubuh Andre hingga rebahan di atas kasurku. Ia naik ke atas tubuh Andre, merangkak di atasnya. Mata mereka saling berpandang, kepala mama semakin turun. Bibir mereka bertemu, saling melumat. Mereka saling menggerayangi. Mereka berdua tenggelam dalam cumbuan yang intim. Aku yang berada di dekat mereka, merasa terasingkan lagi seperti tadi.

Mama menarik mulutnya, masih menindih Andre, ia pegang kedua pipi Andre, dengan syahdu ia berucap “tante sayang kamu…. ”. Lalu ia mengecup bibirnya.

“Lebih dari Henry?” tanya Andre.

Mama menoleh ke arah ku sebentar, sebentar ia memperhatikan aku yang sedang terduduk di kursi sambil memegang penisku sendiri. Lalu kembali ia alihkan matanya ke Andre. Ia kecup singkat bibir Andre.

“Henry sudah nggak ada dalam hati tante, hanya ada kamu sekarang……” ucap mama dengan nada begitu yakin. Andre menoleh kepadaku, senyum penuh kemenangan terukir di wajahnya. Sementara aku hanya terdiam getir.

Mama lanjut menciumi seluruh wajah Andre. Ciuman mama pelan bergerak turun, hingga badan bidang Andre dikecup mesra. Lalu bibir basah mama turun dan turun lagi, hingga akhirnya mulut mama sampai di penis keras Andre lagi. Ia dorong kontol itu hingga menempel di perut Andre. Ia jilat-jilat bagian bawah kontol Andre bak es krim yang tidak pernah meleleh. Lidahnya menelusuri urat-urat yang bertaburan di sana. Erangan keluar dari mulut dari Andre. Bibirnya berturut-turut melayang kecupan di sekujur tugu keras itu.

Mama berdiri, meminta Andre untuk merubah posisi menjadi di tiduran di atas kasurku. Lantas orang yang telah melahirkan aku itu, naik ke atas tubuh Andre. Ia berjongkok diatas wajah Andre. Hanya berjarak beberapa jengkal, Andre menarik pinggul mama turun ke kepalanya. Belahan memek mama menjadi santapan. Lidahnya mengusap-usap permukaan memek mama, menjilat rakus. Lidahnya membelah-belah garis memek mama. Aku bisa melihat sari memek mama yang tumpah meruah ke mulut Andre.

Mama melenguh dengan merdu. Andre menyedot lubang memek mama kuat-kuat. Terdengar suara basah, ia menyeruput habis cairan memek mama.

Penisku yang kugenggam berkedut-kedut lumayan kuat, sensasi melihat mama bersama Andre membuatku terangsang maksimum. Aku mencoba bertahan untuk tidak ejakulasi sekarang, masih banyak yang ingin kulihat dari persenggamaan mereka yang gila dan panas.

“Henry…..” suara lembut mama memanggilku, membuyarkan pandanganku ke Andre yang sedang bermain di memek mama. Matanya terlihat sangat sayu, sambil dirinya terus melenguh.

“Ouhhhh….Hennn….Lidah Andre ngorek-ngorek memek mama…” lenguh mama. Ia mendongak, merasakan nikmat dari Andre. Mama bergoyang di atas Andre. Bisa dibilang muka Andre sedang di gilas memek mama yang basah.

Andre menahan pinggul mama, kemudian mengkokop seluruh permukaan memek mama. Mama dibuat meracau tidak karuan-karuan. Bibir memek mama dan clitoris terjebak dalam tangkapan mulut Andre. Tak bisa kubayangkan apa yang dilakukan oleh lidah Andre disana. Yang pasti mama di buat merem melek olehnya.

“Andreeeeee……yesssss….suckkk….myyyyy…clittttt….isepppp….Ahhh! Ahhh!.” racau mama.

Mama pun menambahkan rangsangan ke dirinya sendiri dengan menarik-menarik kedua puting bertindik nya. Adegan di depanku ini membuat aku semakin gila dan nafsu, sekuat tenaga aku tidak mau menyentuh penisku. Tak ingin isi pelerku sia-sia. Aku masih mau lihat persetubuhan yang sesungguhnya.

“Aduhhh… akuhhh… sudah nggak tahan lagiiihh.…ahhhhh….Ahhhh….” seru mama. Tubuh mama bergetar diatas kepala Andre. Ia meraih orgasmenya. Ini pertama kali melihat mama orgasme secara langsung. Mama terlihat menggairahkan kala rasa nikmat menerpa seluruh tubuhnya. Andre hebat sekali pikirku, hanya dengan mulut saja sudah bikin mama ngecrit enak. Vaginanya menyemburkan cairan kewanitaannya ke mulut Andre. Andre meminumnya dengan lahap. Aku juga mau meneguk lendir mama.

Selesai orgasmenya, mama menyingkir dari atas tubuh Andre, dan berbaring di sebelahnya. Ia langsung di rangkul oleh Andre. Mama pun membalasnya. Mama dan Andre kembali memamerkan kemesraannya.

“Makasih sayang, jilmekan kamu enak sungguh enak Dre, bikin tante melayang terus” ucap mama seraya mengelus dada bidang Andre.

“Sama-sama sayang, memek kamu juga enak, legit” balas Andre mengecup kening mama.

“Capek? Mau istirahat dulu?” tanya Andre, ia elus punggung mama.

“Gak sayang, tante masih kuat kok. Aku pengen di entot pake kontol besar kamu” pinta mama manja.

“Sama aku juga pengen ngentot sama kamu. Tapi sepong lagi dong tan, yuk kamu isepin, aku juga mainin lagi punya kamu”.

Mama naik lagi ke atas tubuh Andre. Kini mereka masing-masing dihadapkan dengan kemaluan pasangan-pasangan masing. Alias mereka sedang berposisi 69*nice di atas ranjangku. Tak kusangka bakal ada hari dimana aku melihat mama berposisi angka 69. Angka yang selalu menjadi bahan candaan.

Sudah berapa kali dalam satu hari ini melihat mulut kembali terisi penuh dengan kontol Andre. Bunyi hisapan mama sungguh sangatlah merdu. Ia lakukan itu sambil terus menatap mataku, membuatku salah tingkah, sekaligus terangsang juga. Andre juga tidak tinggal diam, ia layani lagi liang cinta mama.

Sebentar saja saling mereka melayani kemaluan masing-masing, Andre menepuk pantat sekel mama. Mengerti maksudnya, mama pun berdiri. Jika tadi dia ada di atas wajah Andre, kini ia tepat berada di atas selangkangan Andre. Dengan nafas yang memburu ia turunkan kan tubuhnya, seraya meraih kontol Andre yang tegak menjulang tinggi. Ia ludahi telapaknya tangannya, lalu mengusap kemaluan Andre.

Dengan sendirinya, mama menggesek ujung kontol Andre di belahan vaginanya yang sudah merah merekah. Ia melenguh karena gesekannya. Aku bisa melihat cairan pelumas memek mama merembes ke kepala kontol Andre. Pre-cum Andre bercampur dengan lendir memek mama, hingga terlihat sangat becek sekali kemaluan mereka.

“Saatnya kamu menyaksikan bagaimana betapa hebatnya kontol Andre” ucap mama sayu. Mukanya sudah begitu merah, menahan nafsu hingga ubun-ubun.

“Kamu mau liat mama ngentot kan?” tanyanya.

“Mau mah” jawabku sambil mengangguk.

“Mau apa? Yang jelas dong”.

“Aku mau lihat mama ngentot” ucapku. Mama tersenyum. Sudah tidak ada kata mundur lagi, sudah kupasrahkan harga diriku. Inilah momen yang kutunggu-tunggu dari kemarin, persetubuhan sejati antara mama dan Andre. Hinaan dan penyiksaan fisik kuterima hanya untuk melihatnya secara langsung mama bersetubuh dengan temanku sendiri.

“Kontol berotot Andre ini akan memuasi mama, menguasai mama!” ucapnya seraya mulai mengarahkan ujung kontol Andre ke memeknya yang sudah basah.

Secara bersamaan ia turunkan tubuhnya, hingga ujung kontol Andre yang banjir precum menyentuh lubang memek mama yang sempit itu. Topi baja itu mulai membelah memek bibir mama. Menusuk masuk. Mama melenguh. Saking besarnya kepala kontol Andre, lubang memeknya terpaksa terbuka lebar.

“Ohhh…Henryyyy…..kontol Andre masuk ke memek mamaaaa….ahhh…yesshhhh!”.

*Blesh. “Aihhhh..…gedeeeeenyaaa…..” teriak mama kala kepala kontol Andre berhasil menyusup masuk ke lubang sempit basahnya, memaksanya terbuka lebih lagi untuk menampung batangnya Andre yang lebar dan penuh dengan urat-urat besar yang tampak hidup itu. Andre memegang kedua pinggul mama, membantu mama untuk menelan tugu tegaknya. Proses penetrasi ini benar-benar terasa sangat lama, waktu terasa lambat. Detik Demi detik begitu terasa. Alur nafasku seperti tercekik kala melihat penetrasi kontol besar Andre ke lubang memek mama.

“Ouhhh….pe-pelannnn…Kontol kamu terlalu gedeee….jumbooo…Ahhh!” lirih mama.

Padahal baru kepalanya saja yang masuk, tapi sudah terlihat sulit untuk masuk lebih dalam. Padahal memek mama itu sudah sering kali ditembus oleh Andre. Apa mereka selalu begini kalau setiap akan bersetubuh, tanyaku dalam hati. Jadi meski sudah sering dipakai, ternyata memek mama tetaplah sempit. Aku takjub. Diriku penasaran dibuatnya. Padahal aku juga lahir dari lubang yang sama dengan yang sedang Andre masukin, tapi kenapa terlihat sempit sekali. Seingatku mama di rumah memang tetap merawat tubuhnya. Kurasa itu termasuk menjaga kewanitaannya, ah betapa beruntungnya Andre, pikirku.

Kembali ke pergulatan mama dan Andre. Dengan susah payah, tubuh mama semakin turun. Batang berurat Andre berangsur-angsur hilang dari peredaran, semakin masuk menjauh mengisi lerung-lerung memek legit mama. Mama mendongak selama proses penetrasi. Entah karena menahan rasa sakit atau malah rasa enak yang terlalu hebat, atau bahkan malah keduanya.

“Oghhhhh….nhghhh….” geram mama saat kontol Andre semakin masuk, mengisi dirinya mili demi mili. Dengan mata kepalaku sendiri, lubang yang seharusnya milik papa seorang sedang di tembusi oleh temanku sendiri dengan kontol besarnya.

*Blugh. “Oughhh….mentokkk…Ahhhh….dapetttt…tanteee….ohhh!” erang mama meraih orgasme, kala kontol Andre amblas seluruhnya. Aku menyaksikan mama meraih orgasme untuk pertama kali di depan mataku sendiri, tidak lagi hanya melalui layar komputerku. Tubuh tersentak-sentak hebat karena rasa nikmat yang mendera saraf-sarafnya. Matanya memutih. Aku terkejut melihat mama yang meraih klimaks hanya dengan menancapkan kemaluan Andre ke dalam memeknya. Gila pikirku, cuma karena berhasil masukin kontol ke dalam lubang peranakannya, mama orgasme. Sehebat itukah kontol Andre, tanyaku dalam hati.

“Tanteeee…” seru Andre di bawah mama. Aku rasa dia mengerang karena kemaluannya yang masih tertancap pasti di siram sama cairan orgasme. Memek mama berkedut-kedut. Lalu Aku bisa melihat cairan vagina mama merembes dari sela-sela himpitan kemaluan miliknya dengan Andre. Cairan itu membasahi selangkangan mereka.

Mama terhempas ke belakang, berbaring atas tubuh Andre. Karena kontol Andre yang begitu panjang, tautan kemaluan mereka tidak lepas. Andre memeluk tubuh mama, sambil memainkan payudara mama.

“Hh…hh…hh…Huft…uhhhh…. Otot-otot kontol kamu kerasa banget di dalem mamek tante!” ucap mama.

“Suka kan?” tanya Andre sambil menarik-narik puting tindik mama.

“Nhggg…Sukaaaa dong! Sangat enak sayang,” balas mama.

“Memek tante juga enak, Andre nggak pernah bosen, bawaannya pengen ngentotin tante terus”.

“Hihihihi….Yuk Dre, kita ngentot sekarang” ucap mama.

Mama kembali duduk di atas selangkangan Andre. Ia buka sedikit kakinya, memperlihatkan selangkangannya kepadaku. Terlihat mulut memek mama menjepit ketat batang berurat Andre. Bahkan memek mama menggelembung karena kontol Andre. Bibir memeknya terlihat menjadi lebih tembem.

“Lihat Hen, kontol Andre sudah menerobos masuk ke tempat kamu dulu lho” ucap sambil menyibak bibir vaginanya dengan dua jarinya. Batang Kontol Andre benar-benar dicengkram dengan kuat olehnya. Klitorisnya terlihat juga sudah menonjol keras, membengkak merah.

“Nih memek ngejepit banget sih!, kayak nggak mau kontol gw lepas” timpal Andre, menggambarkan apa yang dia rasakan sekarang, sekaligus ingin membuatku iri.

“Titit kamu yang menyedihkan itu pasti nggak bakal bisa begini loh” ucap mama, seraya mengelus-ngelus memeknya yang masih ada kontol bersemayam di sana. Terlihat menggelembung.

“Dan kamu tahu…..”.

“Papa kamu nggak pernah mentok kayak gini lhoooo, cuma punya Andre yang bisa” ucap mama. Ia begitu membanggakan kemaluan Andre, ketimbang milik mendiang suaminya sendiri.

“Apalagi kamu yang punya titit kayak anak kecil gituhhh! paling geli-geli doang, gak berasa sama sekali hihihihi…”.

“Nah sekarang kamu diem aja ya, liat mama ngentotin kontol Andre yaaaa…”. Akupun menyiapkan diri. Mama mulai menggerakan tubuh naik turun dengan tempo yang pelan. Desahan mulai keluar dari mulut di setiap tumbukan kontol Andre.

Ditengah-tengah desahan lembutnya, ia berucap “Nghhh…Coli Hennnn…, Ahhh! mainin titit jelek kamu! Coli!”. Erangan demi erangan keluar dari mulut mama. Suara desahannya begitu merdu dan seksi.

Lama kelamaan, mama semakin cepat naik turun di atas tubuh Andre. Tak ayal desahannya pun semakin menggema. Andre pun turut membantu dengan mendorong pinggulnya ke atas, menjemput tubuh mama yang turun menggenjot.

*Plok Plok Plok Plok.

“Enak…enakkkk! Ahhh….Ahhhhh….Uhhhh!”. Ia remas rambutnya sendiri, pelampiasan rasa nikmat yang diberikan oleh kontol Andre. Mama sangat terlihat hot, tubuhnya begitu indah saat naik turun. Payudaranya berguncang hebat, serta puting bertindik benar-benar membuatnya tambah seksi. Masih tak bisa dicerna, satu bulan yang lalu mama masih seorang ibu yang baik-baik. Namun kini sudah bertolak belakang, ia sudah menjadi binal. Mama menjadi perempuan yang haus akan kenikmatan yang diberikan teman anaknya sendiri.

Sebentar saja genjotannya, gerakan tubuh mama mulai kacau tidak beraturan. Mukanya sudah sangat merah sekali, memancarkan sedang merasakan rasa nikmat yang begitu tiada tara. Keringat pun sudah bercucuran. Dugaanku mama segera mendapatkan klimaksnya. Kupercepat kocokan tanganku. Aku ingin muncrat bersamaan dengan mama. Jadilah aku seorang anak yang sedang masturbasi sambil melihat ibunya sendiri bersetubuh dengan temannya sendiri.

“Tanteeee…mauuuu…dapettt!” seru mama, gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Benar saja, dalam waktu singkat ia sudah mau orgasme saja.

Mama semakin beringas menaik turunkan tubuhnya, menusukan memeknya sendiri dengan kontol Andre yang berada di bawahnya. Cairan vagina mama melimpah keluar membasahi selangkangan mereka.

*Plok Plok Plok Plok. Suara pertemuan kulit mama dengan kulit Andre begitu menggairahkan. Suara kocokan di tanganku bersanding suara yang mereka hasilkan.

“Yesss….yessss…ahhh..dikit lagi Dre!, dikit lagi! Ahhh!”. Mama akan mendapatkan orgasmenya. Kugerakan tanganku mengurut batang penisku dengan cepat. Sensasi hendak ejakulasi juga menghampiri diriku, terasa spermaku sudah berkumpul di ujung, siap ditembakkan lagi.

*Plok Plok Plok Plok.

“Mama….dapetttt….ohhhhhh…. Kontolll…Andreee…ahhhhh!” tubuhnya luluh lantak, bagai gempa bumi menerjang dirinya. Mama terpejam, dengan mulutnya terbuka mengeluarkan erangan. “Ouhhhh….Ahhhh!”. Mama yang di serang orgasme yang hebat, membuat pertahanan ku jebol. Untuk ketiga kalinya aku keluarkan isi pelerku.

“Fuckkk….mamahhhh!” teriakku saat merasakan peju mengalir kuat dari zakar ke saluran kencing. *Crot Crot Crot. Aku semprotkan pejuku dengan kuat, hingga terbang dan jatuh ke lantai di depanku. Tembakan demi tembakan spermaku keluar. Terasa begitu nikmat. Aku puas sekali berejakulasi sambil menonton mama ngentot.

Mama terhempas ke belakang, menjadikan Andre sebagai bantalan tubuhnya. Mama menggelepar di pelukan Andre. Tengkuk nya di kecupi oleh Andre.

Mama tegakan badannya. Dengan kontol Andre yang masih menancap dalam tubuhnya mama bertanya kepadaku “Henry… kamu muncrat lagi ya?”.

Aku yang masih lesu tak menjawab pertanyaan mama, biar lah peju ku yang berceceran di lantai menjadi jawaban atas pernyataannya. Bagaimana tidak muncrat, melihat mama orgasme tampak sangat seksi dan menggairahkan.

“Gila juga ya kamu ya, saking nafsu ngeliat mama di entot sama Andre, sampe-sampe sudah keluar tiga kali aja, awas nanti kering tuh peler kamu” sindir mama.

“Andre aja belum keluar-keluar lho….” sindir mama lagi.

"Kamu memang nggak jauh beda sama papa kamu".

“Jangan-jangan mendiang om letoy ya?” timpal Andre bertanya,

“Iyahhh….sejak bobo bareng kamu, tante jadi tahu kalau suami tante itu payah dan letoy di ranjang”. Lagi dan lagi, Mama mengucapkan kata-kata yang begitu merendahkan papa. Tidak cukupkah diriku aja yang di hina, kenapa mesti papa juga kena imbasnya.

Ia tersadar dengan wajahku yang tidak menunjukan rasa ketidak kesukaan “Oops hihihi….mau gimana lagi Hen, tapi itu memang kenyataannya toh. Papamu nggak ada apa-apanya dibandingkan Andre, apalagi kamu”.

“Mulut rahim mama aja di ciumin terus dari sama kepala kontol Andre hihihihi….pokoknya sampe mentok, papa kamu aja nggak pernah lho”.

Mama berdiri, hingga penis Andre terlepas dari jepitan memeknya, lalu berbaring di samping Andre .K ontol Andre terbalur cairan putih yang begitu tebal.

“Sana, kamu bersihkan dulu, mama nggak mau nginjek spermamu, jijik” perintah mama dengan yang masih berbaring di atas Andre.

Malas berkilah dengan mama, dengan segenap tenaga yang kupunya, aku pergi keluar kamar. Sebelum aku mengambil pel dan ember di teras belakang, aku ambil minum air dingin terlebih dahulu, menghilangkan rasa dahagaku sekalian menenangkan diriku.

Pikiranku benar-benar berkecamuk, bingung apa yang terjadi, kenapa semua bisa jadi begini. Hukuman? Kecewa? Kesalahan apa yang telah kulakukan kepada mama, hingga ia menjadi jahat dan gila seperti ini.

Dalam pusingku, tiba-tiba tersirat sesuatu dalam hatiku, untuk melakukan yang di luar masuk akal. Aku buka sebuah laci di dapurku, melihat tumpukan pisau yang berkilau dan begitu tajam di ujungnya. Membunuh? Bisakah aku melakukannya? Tapi aku munafik, aku marah namun tadi menikmatinya juga.

Lantas ku urungkan niat membunuh itu. Lagipula sebenci apapun yang dia telah lakukan terhadapku, dia tetaplah sosok yang telah melahirkanku. Aku berharap ada secercah harapan untuk mama kembali padaku. Aku menghela nafas panjang, menguatkan diriku kembali.

Sekembalinya aku ke kamarku sendiri, mama dan Andre sudah saling merangkul di atas tempat tidurku. Bibir mereka sedang bersentuhan satu sama lain, saling melumat. Mereka terlihat benar-benar mesra dan intim. Satu tangan mama menggenggam batang kontol Andre yang masih saja keras. Cincin perkawinan mama berkilau disana, terlihat kontras dengan warna kulit batang kontol Andre. Dadaku sesak melihatnya.

*Cuph…Cuph…Cuph…Slurp. Mama dan Andre hanyut dalam cumbuan, hingga tidak sadar dengan kedatanganku. Lantas tak ku hiraukan mereka, lanjut membersihkan cairan ku sendiri yang tercecer di lantai.

“Ehhhh….sudah balik bro…” Andre sadar aku yang sedang mengepel lantai. Namun aku hanya diam saja.

“Yang bersih ya Hen, mama nggak mau kena peju kamu” perintah mama.

“Sepong dong tan” pinta Andre, seraya mengedut-ngedutkan batang kontolnya, hingga bergoyang kesana kemari.

Meski baru saja meraih orgasme yang untuk kedua kalinya, tenaga mama seperti tidak pernah surut sama sekali. Mama langsung memasukan kontol Andre ke mulutnya, menghisapnya lagi. Ia tidak jijik dengan cairannya orgasmenya sendiri. Ia bersihkan kemaluan Andre, sesekali melirik ke arahku. Lalu ia meletakan kepalanya di perut Andre. Mulutnya tak pernah lepas dari kontol Andre, ia menghisap kepala benda itu layaknya bayi yang sedang ngempeng dot.

“Kalau elu bersihkan lantai, nyokap elu bersihin kontol gw, hahahaha….” ucap Andre.

“Hihihi…Bener kamu Dre” ujar mama menanggapi ucapan Andre. Aku tetap terus mengepel lantai, hingga bersih dari spermaku. Sudah bersih aku kembalikan pel dan embernya ke belakang rumah, lalu segera kembali ke kamar. Dan ternyata mama masih menyelomoti barang Andre.

Lantas dengan terhuyung aku duduk di kursi lagi. Aku alihkan pandangan ke arah plafon di atasku. Diriku terasa sangat lemas, setelah ejakulasi. Di tengah pejaman mataku, terdengar suara grasak-grusuk.

Ternyata mama menyudahi menyedot kontol Andre, ia menungging dengan bertumpu ke kasurku. Andre turun dari kasur, dia bergerak ke belakang mama. *Plak. Menampar bongkahan kenyal belakang. Mama pun memekik manja “Aawww!”.

*Puk Puk Puk. Andre menepuk punuk tembem mama dengan kontolnya. Ia gesek belahan yang basah itu, lalu ia hunuskan kontolnya kedalam memek mama. Tidak seperti tadi, kali ini penetrasi lebih lancar. Meski hanya bisa melihat, namun aku tahu kalau lubang memek mama tetap peret dan sempit.

Ketika sudah tertancap dengan sempurna, Andre langsung menggoyangkan pinggulnya, memberikan mama rasa nikmat lagi. Desahan pun lepas dari mulut mama. Pantat mama tak luput dari remasannya Andre. Aku juga bisa melihat getaran lemak pantat mama akibat gempuran pinggulan Andre yang menubruk pantantnya.

Dadaku bergemuruh, kembali api birahi menyala. Padahal beberapa saat lalu aku hampir gelap mata. Tapi melihat mama disetubuhi lagi, aku malah horny lagi. Kemaluanku menggeliat di balik celanaku. Aku usap kembali kemaluanku dari luar celana.

Tanpa menghentikan laju pinggulnya, Andre gapai kedua payudara mama yang bergelantungan indah. Lalu ia meremas kedua bongkahan kenyal nan indah. Ia juga memainkan ujung payudara mama, puting bertindik, ia tarik, cubit, pelintir. Desahan mama begitu kuat saat Andre jahili benda mungil itu.

*Plok Plok Plok Plok. “Fucccckkk! Kontol kamu enak! Ah…Ah…ah!”. Andre hanya mendengus, ia terus mengayunkan pinggulnya dengan tempo yang stabil. Tak ada jeda sama sekali.

“Urat kontol kamu kerasa bangetttt! Ahhh! bikin memek tante enakkk! Ahhh!” erang mama yang membahana, merasakan garis-garis pembuluh darah di sekujur kontol Andre.

“Punya Om kayak punya ku gak tan, berurat-urat gituh?” tanya Andre di sela-sela desakan pinggulnya, menusuk tempatku lahir dulu.

“Ngggaaahhhhh…..punya dia mulus gak berotot kayak punya kamuhhh! Ahhh! Fuckkk…..” jawab mama. Andre tersenyum kepadaku. Ia terus mencoba memancing mama untuk menjelek-jelekan papa.

“Ahhh….ahhh! Kencengin Dre….ahhhh!” pinta mama.

Andre percepat hantamannya “Nih rasain kontol Andre!”. Tak hanya menjadi lebih cepat, namun juga terasa lebih kuat. Mama pun mengerang enak lebih hebat. Kedua telapak tangannya meremas-remas spreiku, hingga menjadi acak-acakan. Aku sendiri masih terus mengelus kemaluanku dari luar celana.

“Bukahhh…ajahhh…Hen….Coli lagihhhh….” ujar mama yang sedang di genjotin ternyata memperhatikan aku. Nafasnya terdengar parau.

“Ayooohhhh….Coli! Ahhh! Terussss….. Kocok titut kamu, Ahhhh!” terus mama memaksa.

Ku ikuti kemauan mama, namun pada dasarnya gejolak birahi dalam diriku sudah bangkit kembali. Kukeluarkan kemaluanku yang masih lengket dan kotor. Sudah setengah ereksi lagi

“Hihihihihihi…. menyedihkan banget kamu…Ahhh….ahhh…oughhh!” ejek mama di tengah desahannya.

“Terussss…. Dreeee….Terussss….Dreeee….Ahhhhh!.”

“Iniiii… seksss… paling nikmat yang pernah tante rasakannnnn…ahhhhh!” racau mama. Ia terus merem melek menghadapi gempuran Andre. Ia pun tidak tinggal diam menghadapi gempuran kontol Andre, mama maju mundurkan pinggul menjemput serangan Andre. Terkadang ia berikan gerakan memutar, mengulek kontol Andre yang bersemayam di dalam memeknya.

*Plok Plok Plok Plok

“Nikmattttnyaaaa! Ahhhhh…..Shhhhh…..Ahhhh….mama mau dapet lagiiii….Ahhh! Yeshhhh...”.

“Yeahhh…Ohhhh!” seru Andre, ia tingkatkan tempo permainannya. Ayunan pinggulnya begitu hebat dan kuat. Secara kasar ia menarik kedua puting bertindik mama, hingga mama meringis kesakitan. Tapi tidak melayangkan protes, kurasa ia juga menikmati perbuatan Andre di dadanya.

“Lagiiihhh….Cubit pentil tanteee! Cubit! Ahhhh!” pinta mama.

Andre pun menarik kedua puting mama, sekaligus mencubit gemas.

“Iyahhhh… gituuu….dikitttt…lagiii….Ahhhh! Ahhhh! Ahhhh!” erang mama. Mukanya sudah sangat merah. Dengan dua jariku, aku urut kemaluanku. Tak ayal penisku tegak sempurna melihat mama yang mengerang-ngerang hendak meraih orgasme lagi.

“Yessshhh….lagiiii…dapettt….lagiiii….okkhhhhh! Enakkkk!” erang mama. Tubuh tersentak-sentak dengan kuat. Terlihat cipratan air jatuh ke lantai di bawah mereka, juga ada yang ke kasurku. Andre menahan kuat di kedua sisi tubuh mama agar tidak melepaskan kuncian kelamin mereka. Andre mendongak, aku bisa pastikan barang di remas begitu kuat oleh dinding memek mama yang sedang orgasme. Aku ingin juga merasakannya. Tak kuat lagi bertumpu kan kedua tangannya, lantas mama hempaskan kepalanya ke kasurku. Tubuhnya masih merinding, bergetar karena rasa orgasme yang masih menyerang dirinya. Pantat mama masih menungging, di tahan oleh Andre agar tidak jatuh. Tak lupa Andre meremas-remas bongkahan pantat mama, selagi membiarkan mama istirahat sejenak

“Hh…hh…hh…he-hebat kamu sayang, sudah ngasih tante nikmat dua kali hari ini” ucap mama dengan nafas yang masih tersengal.

“Masih kuat tan?” tanya Andre

“Masihhhhh….kamu belum keluar kan?”.

“Belum dong Tan” jawab Andre dengan bangga.

Tanpa mengeluarkan kontolnya, Andre menaikan kedua lutut mama ke kasur dengan kaki tetap menjulur keluar. Perlahan ia mulai kembali memompa pelan memek mama dengan batang kontolnya yang bersemayam di sana.

“Auhhh…pelannnn….masih ngilu Dre!” gusar mama. Tapi tidak dihiraukan oleh Andre, ia tetap memaju mundurkan pinggulnya dengan lambat.

Andre menatap ke arah diriku, sambil batang kontolnya terus menggerus lubang cinta mama pelan. Ia tersenyum licik kepadaku. “Nyokap elu sudah gw kasih orgasme dua kali bro, bilang apa ke gw Hen?” Tanya Andre. Hmmm? Aku tidak mengerti apa yang Andre mau.

Mama menoleh ke arahku, Ia gunakan lengannya sebagai bantalan kepalanya. Mukanya memancarkan keletihan namun juga tersirat kebahagian disana.

“Nghh…Ahhhh! Hayooo… kamu harus bilang apa ke Andre?”. Kini giliran mama bersuara. Ia menuntut aku untuk mengatakan sesuatu kepada Andre. Tapi aku tidak tahu apa yang mereka. Sebentar…..masa iya aku harus bilang terima kasih kepada Andre, kan tidak mungkin.

Akupun hanya bergumam tidak mengerti “Ngggg…..”.

“Duh! kamu nggak tahu terima kasih banget sih jadi orang” ujar mama. *Degh. Ternyata benar dugaanku. Lagi dan lagi aku di minta untuk mempermalukan diriku sendiri. Sialan sekali mereka.

“Kamu tuh harus bilang gini ke Andre ‘Dre, Ohhh! terima kasih sudah ngasih mama gw orgasme dua kali, gw mohon kasih nyokap gw enak terus ya Ahhh!’. Tuh kamu harusnya ngomong gitu ke Andre” perintah mama yang disertai desahan-desahan karena memeknya tetap di sodok pelan oleh Andre.

“Nah bener, coba ngomong gitu ke gw sekarang” perintah Andre kepadaku.

Kutarik nafasku, mulutku mengucapkan “Dre, terima kasih sudah ngasih mama gw orgasme dua kali, gw mohon kasih nyokap enak terus ya”.

“Hehehe… sama-sama bro, tenang aja, gw jamin nyokap elu bakal gw bikin enak terus”.

Hanya tersenyum pasi yang bisa kuberikan.

“Auhhh….nghhhh!” Mama mengeram kala Andre selipkan telunjuknya ke lubang anusnya. Jadilah kini kedua lubang mama di terisi oleh Andre. Satu jari bersemayam di lubang anus, dan kontol besar di Memeknya. Meski begitu Andre tetap meneruskan genjotannya dengan pelan.

“Aku mau ngentot lubang tante yang ini” ucap Andre, seraya masih memaju mundurkan telunjuk di sana. Sesekali ia melakukan gerakan memutar di sana. Kurasa buttplug yang sering dipakai mama tampaknya membantu, ia tidak memperlihatkan adanya rasa sakit karena serangan jari Andre. Malahan mulutnya terbuka sedikit, mengeluarkan desahan yang begitu pelan.

“I-iyahhhh… sayang, lubang pantat tante buat kamuuuhhh….nghhh!” ucap mama. Ia terus mendesah pelan di saat Andre memainkan telunjuknya di lubung anusnya.

Satu lagi momen yang tidak pernah ku impikan sebelumnya, melihat mama melakukan anal sex dengan temanku sendiri. Melihatnya bersetubuh saja sudah kelewat batas, malahan kini aku akan melihat ia melakukan anal sex.

Andre mencabut senjatanya yang sudah basah dengan lendir mama. Mama pun melenguh, merasakan benda sebesar kontol Andre hilang begitu saja dari lubang memeknya. Kemudian Andre posisikan mama menungging agak rendah dari sebelumnya. *Cuh Cuh Cuh. Andre meludahi lubang anus mama. “Nghhh!” Mama mengeram kala merasakan ludah Andre mendarat di lubang kerucutnya yang masih perawan. Andre ratakan ludahnya disana, ia juga tusakan lagi jarinya ke lubang mama. Berkali ia maju mundurkan jarinya, memastikan lubang kecil itu terlubrikasi.

“Siap ya tante, ini bakal sakit, tapi aku jamin tante nanti bakal ketagihan Andre analin” ucap Andre meyakinkan mama.

“Iya Andre-ku sayang, tante sudah siap kok, buat kamu apapun tante kasih”. Walau begitu wajah mama terlihat was-was. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa takut. Mungkin ini perasaan seorang perempuan ketika akan di perawani. Tapi kali ini lubang anus yang di perawani. Banyak pandangan di masyarakat menyatakan anal seks adalah hal yang sangat tabu. Lucunya aku akan menyaksikan proses Andre memerawani anus mama.

“Sini Hen, mama mau kamu lihat lubang anus mama di perawani sama Andre” panggil mama, ia meminta aku mendekati dirinya dan Andre. Lantas aku mendekati mereka. Kini aku bisa melihat pantat mama yang indah, serta kontol besar Andre yang beristirahat di belahannya. Terlihat urat-urat kontol Andre yang begitu besar, dan berkedut-kedut kuat seperti hidup.

“Tonton lubang anus mama mau di lebarin pake kontol perkasa…. Hihihihi….” tawanya.

“Jangan kedip Hen!” ujar Andre.

Andre letakan ujung kontolnya di lubang mama yang keriput itu. Lalu ia dorong pinggulnya, memaksa lubang itu terbuka untuk menerima benda tumpul yang besar, yang tak lain adalah kepala kontol Andre. Dengan susah payah, kepala kontol Andre mencoba untuk membongkar pertahanan lubang kecil itu. Tidak bisa kubayangkan apabila mama tidak pernah menggunakan buttplug sebelumnya, pasti kontol Andre mustahil bisa menembusi lubang belakang mama.

Perlahan namun pasti kepala kontol itu mulai menyeruak lubang anus mama. Mama dan Andre sama-sama mengeram. Dengan jarak sedekat ini aku bisa melihat bagaimana moncong kontol Andre mulai menusuk masuk. Kepala kontol Andre berhasil membobol pertahanan lubang anus mama.

“Aduhhhh….Oghhh! Sakitttt! Pelanin Dre! uhhhh….”. Mama mengernyit, tangannya meremas seprei kasur. Mama menahan rasa sakit. Aku khawatir dengan apa yang mama rasakan. Apakah mama bakal kuat menahan rasa sakit dari penetrasi di anus, tanyaku dalam hati.

“Shittt! Sempit banget ini! Oghhhh!” erang Andre. Lingkaran cincin anus itu benar-benar menjepit kepala kontol Andre yang berhasil masuk. Aku penasaran dengan rasa jepitan anus mama pada kontol. Ah ada-ada saja, memek saja tidak di kasih apalagi anus, pikirku konyol.

Kepalanya kontolnya Andre sudah bersemayam di dalam lubang anus mama. Nafas mama cenderung lebih cepat.

“Sempit banget tan, kontol Andre terasa dicekik kuat…Nghhh!”. Mama tidak bergeming, Ia juga masih terpejam.

*Cuh cuh cuh. Karena terlalu peret, Andre ludahi batangnya yang belum masuk. Lalu ia kembali dorong kontolnya masuk. Lubang anus mama semakin terpaksa terbuka lebar untuk menampung sisa batang Andre. Lubang anus melahap sisa batang Andre mili demi mili. Kedua mataku bisa melihat bagaimana urat-urat yang timbul di sekujur kontol Andre, perlahan hilang masuk ke lubang pembuangan mama.

“Andreeee…Nghhh…” teriak mama. Manusia mana pun pasti akan teriak ketika lubang pembuangan ditembus benda sebesar kontol Andre.

*Plok. Suaranya nyaring di saat selangkangan Andre menabrak pantat mama. Keduanya pun juga mengeram di saat kontol Andre berhasil amblas seluruhnya. Aku tak percaya anus mama dapat menampung kontol Andre yang besar. Sekarang keduanya hanya terdiam, sama-sama memejamkan mata. Lama mereka hanya berdiam.

“Gimana rasanya? Masih sakit nggak tan? ” tanya Andre memecah keheningan.

Mama tidak menjawab. Ia hanya membenamkan kepalanya di kasur. Tangan nya mengepal begitu kuat. Sepertinya dia merasakan sakit yang begitu hebat. Nafasnya saja seperti sedang tertahan.

Lantas aku juga bertanya kepada mama, “Mama nggak apa-apa kan? Kalau sakit sudahan aja mah”. Aku khawatir dengan dirinya. Meskipun aku sudah disakiti olehnya, tapi tetaplah dia ibuku.

Akhirnya mama berbicara “Se-sebentar sayang…, biarin lubang pantat tante di biasain dulu sama kontol gede kamu”.

Andre hanya berdiam diri sambil meremas bongkahan pantat mama. Sekitar lima menit lamanya barulah nafas mama kembali normal seperti sedia kala.

“Masih sakit mah?” tanyaku lagi khawatir dengan mama.

“Kalau tante nggak kuat, kita stop aja yah” anjur Andre.

“Nghhh……lanjut ajahhh… nghhh…, sudah nggak apa-apa sayang, sudah mulai agak mendingan kok sekarang” ucap mama yang melegakan kami berdua. Namun yang bisa kutangkap bahwa kata ‘sayang’ itu tidak ditujukan kepadaku, tetapi kepada Andre. Ia mengacuhkan diriku. Ya sudahlah.

“Baiklah, aku mulai genjot ya tan” pinta Andre.

“Iyahhh… Tapi pelan-pelan dulu ya,, terasa sesak banget sayang” pinta mama.

Mendengar persetujuan mama, barulah Andre menggerakan tubuhnya. Secara perlahan, ia menarik pinggul lalu mendorongnya lagi. Andre terlihat susah sekali melakukannya. Dari jarak yang sedekat ini, aku bisa melihat urat-urat kontol Andre itu di tekan dengan kuat oleh lingkaran anus mama. Tak bisa kubayangkan apa rasanya.

“Nghhh…uhhhhh…pelannnn Dre….uhhhh…” geram mama.

“Gila sempitnya!” erang Andre.

“Hggggg…..Ahhhh!” dengus mama.

Terus Andre bergerak, membenamkan kontol besar di anus mama. Berangsur keluar masuknya kontol Andre semakin lancar. Mama juga terlihat mulai mendesah kecil. Nampaknya anus mama sudah terbiasa dengan kehadiran kontol Andre.

“Ok tan, aku kencengin ya” ujar Andre.

“He-eh” singkat mama. Andre kemudian meningkatkan hujamannya di anus mama. Awalnya mama meringis sakit lagi, ia keluarkan geraman tertahan. Namun lama-lama tergantikan desahan-desahan kecil. Aku rasa dia mulai terbiasa dengan kehadiran kontol di dalam Anusnya.

Mama menggapai ke selangkangan sendiri, mengusap-usap kemaluannya, memainkan klitorisnya.

“Gilaaaaaa! Sempit bangettttt!” erang Andre. Terlihat ia begitu kesusahan menggenjot anus mama. Walau begitu

“Ahhhh….Ahhhh…..Ahhhh….Oghhhh!” erang mama ketika anusnya di gempur lebih cepat.

“Tan…aghh! Aghhh! Aghhh!”.

“Nghh! Sudah nggak sakit tan??” tanya Andre di sela-sela dengusannya.

“Nggaaak...Dre, mulai kerasa enaknyaaaa…” jawab mama sambil terus mengucek memeknya. Bunyi kecipak becek pun terdengar nyaring. Mama angkat kepalanya dari kasurku, kembali bertumpu dengan kedua tangannya. Genjotan Andre seolah memberikannya tenaga baru.

Sekarang genjotan Andre di anus mama semakin cepat, dan mama tidak lagi menunjukan rasa sakit. Yang ada desahan nikmat yang terdengar keluar dari mulut manis mama.

“Ahhh….Ahhhh….Tante nggak nyangka bakal seenak inihhhhh….Aihhh!” erang mama yang tampaknya mulai menikmati anal seks. Apa kata orang kalau tahu mama, seorang janda berumur 38 tahun di anal seks oleh pemuda berumur 18 tahun.

“Gak sia-sia tante sering pake buttplug kan?” tanya Andre tanpa mengendurkan genjotannnya.

“Gakhhhh…Ahhh! Ahhh! Ahhh! Terus Dreeee… entot pantat tanteeee yang kuatttt!”.

*Plok Plok Plok. Kini temponya permainan pinggul Andre terjaga, menumbuk mama, memberikan nikmat. Harus ku akui, dia tidak kalah hebat dengan bintang porno yang sering aku tonton. Pantas saja mama di taklukan sama Andre dengan begitu mudah.

Dengusan Andre semakin kuat, nafasnya semakin tidak teratur begitu juga dengan ayunan pinggulnya yang mulai sembarangan “Tanteeee….aku mau keluar! Nghhh…..”. “Keluarin di memek tante Dre!” sergah mama.

“Jangan di buang di situ Dre, jangan buang-buang peju kamu plissss! Di Memek tanteeee ajahhhhh….Ahhhh!” pinta mama.

Andre mencabut kontol besarnya yang basah dan lengket, lalu disusul dengan lenguhan mama. Anus mama menganga lebar, terlihat membuka tidak rapat seperti dahulu kala lagi. Andre langsung menghunus memek mama. *Jleb. Tak lagi ada kendala, ia langsung genjot memek mama dengan kecepatan tinggi.

*Plok Plok Plok Plok Plok

“Siram rahim tante, hamilin tanteeeee….Ahhhh! Tante mau hamil anak kamuhhh! Ahhhh! Yeshhhh…” racau mama.

“Kasih tante peju kamu, peju kamu, Ahhh! Ahhh! Ahhh!” sambungnya meracau.

Keduanya sudah bermandikan keringat yang membanjiri seluruh tubuh mereka. Persenggaman mereka di depan mataku terlihat sangat penuh gairah dan seksi. Tak lupa penisku juga kukocok dengan semangat, mengimbangi mereka yang segera klimaks.

Raut wajah Andre menunjukan dia sebentar lagi muncrat. Jantungku berdetak lebih cepat karena sebentar lagi aku akan menyaksikan Andre klimaks. Aku akan melihat secara langsung dirinya akan menyemburkan peju nya ke tempat aku di kandung selama sembilan bulan lamanya, yang tak lain adalah rahim mama. Yang nanti akan terisi lagi, penghuni baru selama sembilan bulan, adikku, anak mama dengan Andre, temanku sendiri.

Beberapa kali sodokan kemudian, Andre meraih orgasmenya. Ia tumbuk memek mama dengan hentakan kuat, lalu tubuhnya bergetar, mengisi mama memek mama dengan peju mudanya yang subur. “Ohhhh! Tan-tanteee… aku keluarrrrr!” teriak Andre, kemudian mendongak. Kemudian ia melolong membahana “Oghhhh….Fuckkkk!”.

“Tanteeee…jugaaaa….. sayanggggg…..Ahhhhh! Peju kamuuu angetttt… ahhhhh! Nyembur rahim tanteee…Ahhh!” balas mama yang tidak kalah heboh, kala meraih orgasme bersamaan dengan Andre. Tubuh keduanya tersentak-sentak dengan hebat. Aku yakin di setiap hentakan tubuhnya, kontolnya Andre memuncratkan pejunya, mengisi seluruh sudut rahim mama.

“Uhhhh…rahim tante hangat…Shhhhh…” lirih mama. Cukup lama efek dari orgasme yang mereka dapatkan, tubuh keduanya masih menggigil-gigil nikmat. Sedangkan aku tidak berhasil muncrat bersamaan dengan mereka. Terlalu terpana melihat mereka berdua orgasme membuatku hanya menonton mereka tanpa aku coli.

*Plop.. Mama langsung terkapar saat Andre mencabut kemaluannya. Andre ikutan berbaring di sebelah mama.

Kontol Andre di selimuti dengan cairan putih yang begitu pekat, cairan orgasme mama dan spermanya. Aku kagum melihat kontol Andre yang ternyata tidak layu sama sekali, masih setengah ereksi. Padahal dia sudah keluar sekaligus memberikan mama tiga kali orgasme.

“Hh….hh…hh….” nafas mama terdengar parau. Kurasa ia meraih orgasme yang hebat sekali. Mama yang sedang telungkup, memperlihatkan dua lubangnya yang baru saja di masukan kontol besar Andre. Lubang keriputnya menganga tidak tertutup seperti sebelum di hujam Andre. Sedang lubang peranakan mama penuh tertutup dengan cairan putih yang begitu kental. Tak hanya itu, memeknya begitu memerah bengkak.
Lalu mama duduk di dengan bertumpukan dengan satu tangan. Ia buka kakinya lebar-lebar, dan dengan dua jarinya ia perlihatkan lubang memeknya yang penuh dengan peju Andre. Terlihat cairan peju yang meleleh keluar turun ke sela-sela pantatnya, lalu membasahi kasurku.

“Uhhhh…..pejunya banyak bangettt, anget lagiiiihhhh…mama pasti hamil nih Hen, hihihi… Mama sudah nggak sabar pengen punyak anak lagi” lirih mama dengan menggigit bibir bawahnya. Wajahnya pun sangat sayu.

Aku bingung melihatnya, antara nafsu atau marah. Dengan mata kepalaku sendiri pejuh temanku meleleh dari tempat aku lahir dulu. Pikiran mengenai ternodanya rahim mama oleh peju kental Andre membuat ku sangat bergairah. Membayangkan sel-sel sperma Andre berlomba menuju sel telur mama untuk menghamili, malah membuatku semakin di butakan oleh nafsu.

Mama menyadari aku yang bernafsu melihat dirinya, lalu dengan nada seduktif ia berucap “Terus Hen, terus kocok titit kamu, lihat memek mama isi peju Andre”.

“Bilang apa sama Andre” tanya mama provokatif. Seperti tadi, aku sudah tahu apa yang harus ku ucapkan.

“Makasih Dre, sudah mejuhin nyokap gw” ucapku tanpa ada rasa malu lagi. Berlanjut aku menggerakan tangan di penisku.

“Sama-sama Bro, tenang aja, tuh memek bakal gw pejuin terus kok sampe hamil hahahaha” timpal Andre yang duduk di samping mama.

“Pinter…Kamu mau mama hamil anaknya Andre kan?” tanyanya sambil mengorek-ngorek memeknya, mengais cairan Andre di depanku yang sedang sedang bersimpuh.

“Ma-ma-mauuu… mahhh! Aghhhh!” erangku.

Ia mengais lubangnya sendiri menggunakan jari manis yang tersemat cincin pernikahan. Bukannya ada rasa marah, tapi rasa semakin terangsang. Aku terus coli di depan mereka, sambil melihat memek mama yang sudah di nodai peju. Gila, sangat gila!.

“Bayangin tempat kamu lahir dulu, di isi anaknya Andre. Terus anak mama dan Andre akan keluar, lubang memek mama, Hihihihi…“ ucap mama memprovokasi agar aku segera muncrat. Dan itu berhasil. Tak lama, dari ujung penisku tersembur lahar panas yang cukup banyak. Beberapa cairanku terlontar mendarat di kaki mama. Terus aku berkali-kali menyirami kaki mami dengan pejuku. Aku terus mengocok dengan kuat, memompa peju keluar. Ejakulasi ini terlalu nikmat bagiku, ku pejamkan mataku, meresapi kenikmatan ini. Nafas tersengal-sengal “Hh…hh…hh…”.

Tiba-tiba…..

*Plak.

Tamparan keras hinggap di pipiku. Aku tersungkur ke lantai. Kubuka mataku menerka apa yang terjadi.

“Dasar anak goblokkk! Ihhhh!” geram mama murka.

Aku melihat wajah mama yang begitu penuh amarah. Sebelumnya mama tidak seperti ini. Aku begitu ketakutan melihatnya. Ternyata aku di tampar oleh mama. Aku pegang pipiku yang panas akibat di tamparnya.

“Gila kamu ya! Beraninya kamu ngotorin mama pake peju menjijikan kamu hah?! Dasar anak tolol!” hardik mama kasar.

“Lihat nih, peju encer kamu yang menjijikan” ujar sambilnya menyodorkan kakinya ke muka ku. Cairan sperma ku sangat banyak sekali di kaki mama, sampai menetes ke lantai.

“Bersihkan kaki mama pakai lidah, sekarang!”. Diriku tercengang mendengar perintahnya yang gila. Menurutku kali ini benar-benar terlewat batas.

Kucoba untuk menolak permintaanya “Ta-tapi mahhh…..”

“Diam!” potong mama dengan nada tinggi. Aku terdiam, tak lagi melanjutkan protes.

“Nggak ada tapi-tapian! Mama nggak mau tahu, pokoknya kamu harus bersihkan kaki mama pakai lidah. Kamu sudah ngotorin kaki mama, jadi kamu harus bersihkan, ngerti?”. Haruskah aku melakukan apa yang mama perintahkan? Aku perhatikan pejuku yang encer itu mengalir turun ke lantai.

“Ayo, tunggu apa lagi, ayo jilat kaki mama!” perintahnya. Aku mematung dengan kaki mama yang masih bergerak-gerak di depan wajahku.

“Kamu lupa kalau surga ada di telapak kaki ibu?” tanyanya. Aku sakit hati mendengarnya. Memang benar ucapannya nya, tapi bukan berarti aku harus menjilat pejuh ku sendiri.

“Bukannya ini juga kesempatan buat kamu untuk menjilat mama lagi?”. Tadi aku memang menjilat jari-jarinya yang basah dengan liur mama dan precum Andre.

Dengan terpaksa aku menjulurkan lidahku. Ujung dari lidahku menyentuh kaki mama yang mulus itu. Lalu kujilat kulit kaki mama, menyapu spermaku sendiri. Asin yang bisa kurasakan dari pejuku sendiri. Aku merasa mual, tapi ku kuatkan diriku untuk menahannya. Ini adalah salah satu pelecehan yang begitu sadis dan tidak manusiawi.


“Terus jilat terus sampai bersih kaki mama, ughh… jijik banget sih”. Terus aku menjilat kaki mama, membersihkanya dari pejuku sendiri. Beberapa saat kemudian tidak ada lagi sisa spermaku di kaki mama. Mama memperhatikan kakinya, memastikan tidak ada lagi yang sperma tersisa disana.

Suasana kamar menjadi hening. Aku tertunduk menatap lantai sambil terus mengusap pipiku yang di tampar mama.

“Huh! Kamu bikin badmood mama aja bisanya! Itu hukuman kamu yang selalu bikin mama kecewa” ujarnya.

“Yuk sayang kita mandi” ajak mama seraya mengulurkan tangannya ke Andre.

Andre berdiri dari kasurku, dia hanya menatapku. Tak ada senyum, tak ada sepatah katapun dari dia, hanya tatapan yang diberikan. Bersyukur, dia tidak berkomentar-komentar tentang apa yang terjadi barusan.

Keduanya sudah pergi meninggalkan aku yang masih berada di lantai. Aku meringkuk di lantai yang dingin, kupeluk dua kakiku. Aku sudah dihina, di ludahi, di suruh menjilat pejuh sendiri oleh ibu sendiri. Awalnya aku mampu menghadapi semua ini demi kenikmatan melihat mama bersetubuh dengan Andre. Perasaan marah timbul dan pergi begitu saja ketika melihat mereguk kenikmatan duniawi. Tapi di saat nafsu itu pudar, segala pikiran rasional kembali ke diriku.

Mataku terpejam lelah, berangsur-angsur aku ke dunia mimpi. Mungkin disana lebih baik.

Next Part….
 
Part 14c


Besoknya

PoV Henry


Aku terbangun dari tidurku. Badanku terasa pegal-pegal, karena tidur di lantai kamar yang begitu dingin. Ternyata hari sudah berganti. Kasurku yang menjadi arena persenggaman, acak-acakan serta basah dengan peluh, cairan kewanitaan mama, dan juga sperma Andre.

Aku duduk di kasur, merenungi nasibku. Masih kuatkah diriku? Apakah rasa enak yang kudapatkan sebanding dengan perbuatan mama yang diberikan kepadaku? Ibu kandungku sendiri telah menghinaku, meludahi ke diriku, memuncratkan cairan orgasmenya ke diriku, memintaku aku untuk menjilati spermaku sendiri. Dada terasa sesak dan sakit mengingat kejadian yang telah menimpa diriku.

Lama aku merenung, kuputuskan aku tidak peduli lagi dengan mereka berdua. Aku harus bisa melawan nafsu. Dari luar kamarku sudah terdengar desah-desahan mama. Aku menggeleng kepalaku, heran dengan tingkah mereka. Pagi-pagi sudah nge-seks saja. Aku keluar kamar, langsung disuguhkan pertempuran birahi.

“Ohhh…si pencundang sudah bangun, Ahhh! Ahhh! Ahhh!” sapa mama sekaligus mengejek. Ia sedang naik turunkan tubuhnya di pangkuan Andre. Ia membelakangi Andre. Kedua puting bertindiknya di mainkan oleh Andre. Keringat sudah membanjiri tubuh mereka. Rasanya mereka sudah dari tadi bersetubuh.

“Ahhh! Ahhh! Ahhh!” desah mama.

Aku sempat terdiam menonton mereka, dan ada reaksi di balik celanaku. Mengingat keputusanku tadi, lantas kulangkahkan kaki ke dapur mencari makan untuk mengisi perutku di pagi hari ini. Erangan mama memenuhi seluruh isi penjuru rumah. Sial! Padahal baru saja kuputuskan untuk tidak peduli dengan mereka lagi, tapi suara desahan mama yang seksi mengusik nafsuku lagi. Aku yang sedang merebus mie menjadi tidak tenang. Bangsat! Tekadku mulai goyah.

Jadilah mie rebus yang akan menjadi santapanku. Ketika aku keluar dari dapur, ternyata mereka sudah pindah dari sofa ke ruang makan. Mama sedang berada di atas meja makan, dengan kepala Andre berada di antara kakinya. Ku coba untuk tidak memperhatikan mereka lebih jauh.

Di saat aku sedang berjalan ke kamar seraya membawa sarapan, mama memanggil diriku “Sini, makan disini kamu! Ingat kamu masih mama hukum!” perintah mama kepadaku.

Tak mau berantem, pasrah aku turuti permintaannya. Langkah gontai mengiringi perjalanan ku ke meja makan. Aku menyantap mie rebus, sedangkan Andre menyantap memek mama yang sudah sangat basah. Aku menyeruput mie beserta kuahnya yang panas, Andre menyeruput cairan kewanitaan mama dengan rakus. Perbedaan yang begitu jauh bukan? Hah…. kapan dewi fortuna akan memihakku.



Puas menjilati lembah cinta milik mama, Andre meminta mama untuk di entot dengan posisi anjing kawin. Mama pun menuruti permintaan Andre. Mama merangkak di atas meja dengan kepalanya menghadapku. Dengan begini aku dan mama saling tatapan.

“Enak makannya sambil liat mama ngentot?” tanyanya. Aku mengangguk, lalu melanjutkan mengunyah.

“Mama juga lagi enak nih, enak dientot kontol gede hihihi…Nghhh,...Ohhhh!” tawanya terputus dengan erangan. Sepertinya Andre sudah menghunuskan senjatanya ke tubuh mama. Sekarang pemandangan di depanku adalah wajah keenakan mama. Sesekali mama melemparkan senyuman kepadaku. Di bawah meja, kemaluanku sudah mengeras maksimal.

Berbagai posisi seks mereka praktekan di atas meja. Setelah mie rebus ku habis, dengan sukarela aku mengurut kemaluanku dari luar celana. Huh?! Aku memang manusia labil, tadi saja bertekad untuk tidak lagi menikmati, eh sekarang malah mainin titit lagi, eh penis, eh kontol. Entahlah.

Dengan begitu panas dan seksinya, mama di atas meja. “Ahhh…Ahhh…kamu selalu bikin tante puas sayang! Ahhh…Ahhh….” ucap mama sambil mengendarai Andre yang berada di bawahnya. Meski aku masih marah kepada mama, tapi kemaluan ku sudah menghirup udara bebas lagi. Aku benar-benar menyedihkan.

“Aghhh….Aku mau keluar tan!” seru Andre.

“Keluarin di muka tante aja sayang” pinta mama.

Mama turun dari meja, disusul oleh Andre. Mama berlutut di depan Andre. Tanpa banyak bicara mama langsung menghisap kontol besar Andre. Andre berdecak pinggang sambil mengerang-ngerang nikmat karena kuluman mama. Mulut mama sampai mengempot kala menyedoti Andre. Selain mengocok batangnya, tangan mama yang lain memainkan zakar Andre yang besar itu.

*Slurp….Slurp….Slurp….

“Oghhhh….tante mulutnya enak bangetttt!” erang Andre.

“Kamu mau lihat muka mama di pejuin Andre kan?” tanyanya padaku di tengah blowjobnya.

“Mau mah, aku mau lihat Andre pejuin muka mama” jawabku.

“Nah gitu dong, kamu sudah tahu harus jawab apa kalau ditanya”. Kembali ia menyepong Andre.
Kemudian berselang waktu, Andre menarik kontolnya dari mulut mama. Lalu ia mengocoknya dengan cepat. Andre Arahkan moncongnya ke muka mama. Mama dengan senang hati menengadahkan kepalanya, bersiap menerima cairan kental panas di mukanya.

“Hennn…muka mama mau di pejuin” ujar mama.

“Oghhh…tanteeee, terima pejukuuuu….ohhhh!” erang Andre memuntahkan pejunya keluar dari lubang kencing.

*Crot Crot Crot Crot. Berturut-turut peju Andre mendarat di permukaan wajah mama. Seketika muka mama jadi berantakan dengan cairan putih pekat yang begitu kental. Hebat juga si Andre, padahal dia kemarin sudah muncrat di memek dengan jumlah yang sangat banyak, tapi pagi ini pejunya tetap banyak melimpah yang keluar di muka mama.

Andre terus mengocok kontolnya, mendorong keluar seluruh isi zakar agar muntah ke wajah mama. Cukup lama Andre mengeluarkan spermanya. Setelah tak ada lagi yang keluar, mama memasukan kontol ke dalam mulutnya lagi.

“Tanteeee….Ohhh!” erang Andre kala mama membersihkan kemaluannya. Sekiranya bersih, mama lepaskan kulumannya. Lalu menoleh kepadaku, ia tersenyum lebar kepadaku. Wajah keibuan dari mama tidak terlihat lagi, tapi yang ada wajah seorang wanita binal penuh dengan cairan putih kental.

“Gimana sayang, mama cantik nggak kalau gini?” tanyanya dengan wajah penuh pejuh. ‘Ughhh…gila!’ teriak batinku melihat mama yang belepotan. Peju Andre juga menetes jatuh ke payudaranya.

“Oughhh… seksi mah” jawabku jujur. Mama memang terlihat sangat seksi di saat wajahnya penuh pejuh. Siapapun juga pasti akan setuju denganku.

“Hihihi…Makasih ya Andre, pagi-pagi sudah ngasih tante facial ajah” ucap mama sambil meratakan seluruh sperma Andre ke seluruh wajahnya.

“Sama-sama tante, biar makin cantik!” balas Andre. Kemudian ia mengecup singkat bibir mama, yang ada pejunya sendiri. Dia tidak jijik.

Tak hanya muka mama yang belepotan cairan kental putih, tanganku juga sudah belepotan dengan pejuh. Aku benar-benar menyedihkan.




Beberapa hari kemudian.

Beberapa hari telah berlalu, mereka terus bersetubuh di depanku tanpa henti. Aku sudah menyaksikan mereka mereguk nikmat di segala penjuru rumah. Tidak ada tempat yang terlewatkan. Bahkan mereka sempat bersetubuh di depan rumah yang notabene tidak ada pagar yang menutupi. Walaupun di tengah malam hari, tapi tetap saja ada resiko orang melihat perbuatan mereka. Sempat ada rasa khawatir, namun ku buang perasaan itu. Karena melihat persetubuhan di tempat umum gini ternyata membawa sensasi yang lebih memabukan birahi.

Berkali-kali melihat memek di sembur peju kental Andre. Mama selalu memamerkan hasil jerih payah Andre kepadaku. Selama ini juga aku di jadikan babu oleh mereka berdua. Terutama mama yang sering memberikan perintah. Tapi aku tidak melawan, karena sebagai imbalannya aku boleh menjilati jari-jari mama.

Seberapa kuatnya aku mencoba melawan, aku tetap jatuh ke lembah birahi. Keputusan belaka yang kubuat kemarin telah pupus.



Beberapa hari kemudian lagi.

“Ahhh! Ahhh! Ahhh!” desah mama saat sedang di sodomi di sofa ruang tamu. Ia di genjot dari bawah, alias sedang posisi woman on top. Ia tampak begitu menikmati anus di rojoki oleh Andre. Tak ada lagi kata sakit darinya, hanya ada erangan nikmat tiap kali anusnya diisi oleh benda besar milik Andre. Memek mama sudah memerah karena sudah dihujam berkali-kali hari ini. Cairan putih kental meleleh dari lubang basah tempat aku keluar dulu. Mama mengusap memeknya, sambil terus menusukan anusnya dengan kontol Andre.

Namun aku hanya diam saja melihat mama bergumul dengan Andre. Setelah berhari-hari di siksa birahi dan mental, akhirnya aku sudah muak. Aku sudah capek dengan ini semua. Tak ada lagi sensasi nikmat. Hanya hampa yang kurasakan. Terlebih lagi hinaan kepada mendiang papa yang selalu keluar dari mulut kotor mama. Keputusan yang kuambil beberapa hari yang lalu, kutegakkan kembali hari ini.

“Kenapa kamu? Kok nggak coli? Nghhhh!” tanya mama di sela-sela anusnya di tumbuki kuat-kuat oleh Andre.

Diam, aku hanya diam.

“Sudah bosen ngeliat mama ngentot sama Andre?” tanyanya lagi.

“Hei pecundang kok diem aja pas ditanya, kenapa kamu gak coli lagi? Itu kan hukuman kamu”.

“Hu-hukuman mah?” pelan suaraku.

Lanjut dengan getir aku bertanya kepada mama “Apa salahku mah?”. Aku menatapnya dengan penuh iba, menuntut penjelasan darinya.

Mama hanya memandangku sambil terus mendesah-desah. Tubuhnya tak pernah berhenti bergerak mengejar nikmat.

“Kamu mau tahu kenapa semua ini bisa terjadi?” tanyanya.

Aku mengangguk pelan.

“Berkali-kali sudah mama bilang, kamu itu cuma bisa ngecewain mama ajahhh! Ahhh! Terusss!”.

“Tapi apa mah? Apa yang telah aku perbuat sampai mama tega sama Henry?” tanyaku balik. Mama langsung menghentikan gerakan tubuhnya. Kontol Andre tetap terbenam di memek mama.

“Kamu bodoh dan tolol banget yaaaa……” ucapnya tajam.

“Heh! Pantas saja lah kamu bodoh, isi otakmu kan hanya game dan game saja. Sampai-sampai tidak tahu kesalahan kamu sendiri” lanjutnya.

“Apa cuman karena game mah?” tanyaku pelan.

“Apa ‘Cuman’ ?! Cuman karena game katamu?” geram mama.

“Bukan cuma karena game! Mama sudah wanti-wanti ke kamu soal kuliah ke kamu, dan apa hasilnya? Nihil kan? Coba sekarang kamu sudah daftar kemana aja?”. Aku terbelalak, lupa dengan hal itu. Karena game dan nafsuku yang terlalu buta karena video mama dan Andre, membuat aku lupa segalanya. Aku kutuk kebodohanku sendiri.

“Belum daftar mah….” jawabku lesu.

“Huh! Sudah mama duga. Mau jadi apa kamu? Gimana nggak bikin mama marah dan kecewa terus sama kamu, gitu aja kamu nggak bisa lakukan. Sudah habis kesabaran mama”.

“Karena game juga sampai-sampai kamu tidak pernah peduli dengan mama. Kamu lebih memilih game ketimbang pergi jalan sama mama, dah tahu hasilnya apa?” mama berhasil di entot kontol Andre. Temanmu ini adalah pejantan yang peduli dengan mama, hingga akhirnya mama takluk kepadanya”.

“Asalkan kamu tahu Hen, ngentot dengan Andre adalah bentuk pelarian mama dari kekecewaan terhadap kamu setelah bertahun-tahun. Dengan ditiduri Andre, mama bisa merasakan kebahagian setelah bertahun-tahun mengurusi kamu yang tidak berguna”.

“Maka seharusnya mama berterima kasih sama kamu juga, karena kamu mama bisa merasakan kontol perkasa Andre”.

Omongan panjang lebar dari mama, menyadarkan aku atas kesalahanku sendiri. Namun ada sesuatu yang belum terjawab sampai sekarang. Papa, apa dengan mendiang papa.

“Dan mengapa mama selalu menghina papa, ia sudah tiada mah! ia sudah tiada lagi bersama kita! Apa salah papa mah? Bukankah ia cinta sejati mama? Suami mama?” tanyaku bertubi-tubi dengan serak, menahan air mata.

“Lalu apa yang mama lakukan kepadaku sangatlah tidak manusiawi” kilahku lagi.

Mama terdiam mendengar kata-kataku. Ia seperti kaget dengan ucapan yang keluar dari mulutku. Tak lama ia menjawab “Mama kesal kepada papamu, karena telah memberikan mama anak pecundang seperti kamu”.

“A-apaa?!” teriakku serak. Mata terbuka lebar saat mendengar alasan mama. Konyol sekali alasan mama, namun seandainya aku tidak mengecewakan mama, maka semua ini tidak akan terjadi. ‘Maafkan aku pah, ternyata karena kesalahan aku, papa dihinakan oleh mama. Aku berharap papa hidup tenang di alam sana’ ucapku sedih dalam batin.

“Dan jujur, mama lebih bahagia sama Andre daripada kamu. Mama berharap cepat hamil Anak Andre untuk menggantikan kamu, mama sudah tidak peduli dengan kamu. Kalau kamu mau pergi silahkan saja” sambung mama. Ucapannya menyayat hatiku.

Berbeda dengan kemarin, sekarang mama memancarkan aura yang sangat serius. Sehingga kali ini aku merasa ucapan mama barusan benar-benar sungguh-sungguh. Batinku bertanya ‘Benarkan aku bukan siapa-siapa lagi bagi mama?’.

Aku terdiam menunduk. Mendengar alasanya kenapa dia begitu membenciku, aku mengerti sekarang. Aku sadar apa yang telah kuperbuat kepada mama. Tidak ada yang membahagiakan dia, melainkan hanya kekecewaan.

Selesai menjelaskannya alasannya, ia kembali memacu kontol Andre. Tanpa memperdulikan aku yang sudah putus asa.

"Ahhh!….hhh…..ahhh….ahhhh…yeshhh….terusss…enakkhhh…”. Erangan mama tadinya begitu memancing birahi, namun sekarang terdengar sangat menyakitkan bagiku.

Aku pejamkan mataku erat-erat, tak lagi bisa melihat mama. Tidak kuat lagi, Aku tersungkur dari sofaku, di hadapan mama aku bersujud. Kupeluk dadaku sendiri, keningku berada di lantai yang dingin. Setitik air mata keluar dari mataku.

Dengan perasaan terdalam dari hatiku, sungguh-sungguh aku berkata…

“Mam…….”.

“Mam….aku minta maaf”.

“Henry minta maaf”.

Tangisku pecah. Air mataku membasahi lantai.

“Aku minta maaf……..”.

“Atas apa yang telah Henry lakukan kepada mama….”.

“Aku minta maaf karena membuat mama kecewa dan marah sama Henry”.

*Hiks Hiks Hiks

“Aku mohon kepada mama untuk menghentikan kegilaan ini semua, Henry berjanji akan berubah mah. Aku mohon berhenti mah, stop mah plis stop, Henry sudah nggak kuat lagi”.

“Apa yang harus Henry perbuat untuk menebus kesalahan Henry?” tanyaku terisak.

*Hiks Hiks Hiks.

“Sekali lagi Aku minta maaf mah, setidaknya kalau mama tidak bisa memaafkanku, akhirilah hidup Henry. Aku sudah tidak kuat mah” ucapku pasrah dengan air mata terus mengalir tanpa henti. Sambil terus bersujud dan menangis, terus aku meminta maaf kepada mama.

Tiba-tiba sesuatu yang hangat menyentuh kedua pipiku, mengangkat diriku dari sujud. Kubuka mataku. Yang kulihat adalah wajah cantik mama. Kedua matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis.

“Ma-mama?”. Kataku terbata-bata, aku sangat kaget dengan ini.

“Mama minta maaf juga sayang!” ucapnya. Mama memelukku sangat erat, hingga terasa sakit. Aku yang terkejut, hanya bisa membisu kaku.

Ia menangis sangat hebat sambil memelukku kaut. Lantas aku membalas pelukannya. Aku dan mama saling berpelukan hangat, tidak ada ucapan yang keluar dari kami berdua. Hanya tangisan yang terdengar, luapan emosi begitu kuat di ruangan ini.

Mama melepaskan pelukannya. Kami saling berpandangan. Ia mengusap lembut kedua pipiku, lalu berucap “Sayang ku Henry, anak mama, mama harap kamu mau memaafkan mama, atas segala perbuatan dan ucapan mama kepada kamu”.

“Apa yang telah mama lakukan kepada kamu dan papa, mama akui sudah kelewat batas dan sangatlah jahat” ucapnya dengan sesegukan.

“Mama benar-benar terbawa suasana Hen. Karena dibutakan oleh nafsu sesaat, mama bisa sesadis dan segila ini”.

Aku hanya diam mendengar penjelasan mama. Ia terus menatapku sambil mengelus kedua pipiku. Kali ini ia memperlihatkan sisi keibuannya, setelah sekian lama hilang.

“Mama yakin, kamu tidak bisa memaafkan mama. Tapi tak apa, mama mengerti kok. Tapi kamu harus tahu Hen, cinta mama tetap ada untuk papa dan kamu”.

Kemudian kami saling berdiam-diaman. Aku menimang-nimang ucapan mama.

Aku membuka suara ”Jujur mah, aku sangat benci kepada mama, karena apa yang mama telah lakukan dan ucapkan kepada Henry dan juga papa”. Mama tertunduk lesu mendengar penuturan.

Kupegang tangan mama yang berada di kedua pipiku, kutarik dan ku genggam dengan erat. Kupandangi mata mama dalam-dalam

“Aku akan memaafkan mama, asalkan mama memaafkan Henry juga dan menghentikan semua kegilaan dengan Andre”.

“Henry baru tersadar, selama ini selalu mengecewakan mama. Aku tidak pernah sadar dengan pengorbanan yang mama berikan kepada Henry. Aku sudah egois terhadap mama, maka dari itu aku juga minta mama memaafkan aku juga”.

Mama memelukku lagi, ia mengecup pipiku. “Makasih ya sayang, kamu sudah mau memaafkan mama. Mama juga memaafkan kamu, mama harap kamu berubah ya sayang”.

Dalam hati, aku merasakan lega yang amat sangat. Semuanya akan kembali ke sedia kala. Kami saling bertatapan dengan senyuman yang hangat. Kegilaan ini telah berakhir. Aku tersadar Andre sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya.

“Tapi Henry…..” ucap.

“Apa mah?”.

“Mama tidak bisa lepas dari Andre.”

“Hah?! Apa mah?”. Padahal baru saja kita saling memaafkan. Tapi nyatanya dia masih mau ngentot sama Andre.

“Maaf sayang, mama tidak bisa melepaskan kenikmatan dari kontol Andre begitu saja”.

“Lalu bagaimana dengan cinta mama ke papah? Padahal tadi mama bilang sendiri kalau masih cinta papa” ucapku dengan nada tinggi. Mama terlihat murung mendengar tekanan ku.

“Papa sudah nggak ada sayang, papa sudah tenang di sana”.

“Tapi mama tetap butuh sentuhan seorang pria sayang, mama ingin terus merasakan kepuasan seksual”.

“Jadi mama benar cinta sama Andre? Pemuda 18 tahun? Teman anak mama sendiri” tanyaku tidak percaya.

Mama menggeleng, seraya tertawa kecil, “Apa yang mama lakukan hanya sebatas seks saja sayang, tidak ada cinta. Semua kata-kata yang keluar dari mulut mama hanya bualan belaka untuk menaikan gairah mama sayang”.

“Seperti mama bilang tadi, cinta mama tetap ada untuk papa dan kamu, anak mama” lanjutnya. Ia menggenggam tanganku erat. Ia meyakinkan aku kalau tidak ada cinta di antara dia dan Andre.

“Ketimbang mama sama Andre, kenapa mama tidak mencari pasangan untuk menikah lagi? Henry nggak bakal melarang kok, pasti aku restui mama untuk menikah lagi. Daripada mama melakukan hal yang luar biasa gila seperti ini”.

“Nggggg…. Mama nggak butuh pendamping hidup lagi sayang, mama nggak butuh rasa cinta lagi selain kamu dan papa”.

“Jadi mama butuh apa? Seks?”.

“Iya sayang, kamu bener, mama butuh seks, mama masih butuh dengan kenikmatan akan seks”.

“Dan mama meminta izin kepada kamu bukan hanya untuk bersama Andre saja, tapi dengan yang lain juga…..”.

Aku terperangah mendengarnya, mama sudah benar-benar menjadi seorang wanita yang haus akan kontol. Tidak cukup satu orang saja, kini dia minta aku untuk mengizinkannya untuk bersenggama dengan banyak pria. Dengan satu saja salah, ini malah minta lebih.

“Sekarang aku mau mama jujur, selain Andre, Kiryo dan Albert. Siapa lagi yang pernah, ehmmm… ‘main’ sama mama?”. Setelah kejadian tadi, aku ragu menggunakan kata-kata vulgar lagi.

“Main? Maksud kamu ngentot?”.

“I-iya mah”.

“Sayang kita sudah kayak begini, nggak perlu sungkan lagi ngomong jorok gitu ah, coba ulangi lagi” pintanya.

“Ehmmm…Mama pernah ngentot sama siapa aja?”

“Gitu dong, jadiiii…. mama itu tuh pernah tidur sama Andre, Kiryo, Albert dan……”.

“Om Doni”.

“Eh?! Om Doni? Om Doni suaminya tante Hani?”.

“Iyahhh, dia pernah ngentotin mama juga, cukup sering juga” jawabnya santai tanpa ada rasa salah. Mulutku terbuka, kaget mengetahui kalau Om Doni pernah meniduri mama juga.

“Ko-kok bisa mah? Berarti tante Hani tahu juga?”.

“Nanti mama ceritain. Jadi gimana sayang, maukah kamu memberi izin kepada mama untuk ngentot sama Andre dan yang lain?”.

Aku tidak tahu harus berkata apa. Memberikan dia izin bersetubuh dengan banyak orang, sangatlah tidak waras. Namun di satu sisi, aku terangsang membayangkannya. Eh apa aku saja yang ngentot sama mama, pikirku.

“Mama sadar kalau kamu berat memberikan izin itu, tapi mama berharap kamu mengerti akan kebutuhan mama”.

“Tapi kalau aku yang menggantikan Andre, mama mau?” tawarku penuh harap.

Ia menatapku dalam-dalam. Nampak dia sedang memikirkannya, seraya mengelus-elus tanganku dengan lembut.

“Maaf sayang…. Kamu kan anak mama, jadi kamu tidak boleh menyetubuhi ibu kandung sendiri dong”.

Aku tertunduk lesu, padahal sudah berbagai kegilaan sudah ia lakukan, tapi nampaknya mama masih punya sedikit moral.

“Tapi…..” ucapnya gantung.

‘Ehhh?! Ada tapi nya’ ucapku dalam batin.

“Kalau kamu janji untuk berubah mungkin mama izinkan kamu untuk menyetubuhi mama”.

“Se-serius mah?” tanyaku memastikan.

Mama mengangguk, “Inget ‘mungkin ya’, tapi kamu harus membuktikan kalau kamu bisa berubah menjadi orang yang lebih baik, tidak lagi mengecewakan mama.”.

“Janji mah, aku janji, aku pasti berubah” janjiku dengan semangat.

“Hihihihihi…..duh semangat banget nih, yang mau ngentot sama mamanya” tawanya. Aku tersipu malu. Siapa yang tidak girang kalau diberikan kesempatan untuk menyetubuhi mama.

“Dan kamu harus sering-sering olahraga ya sayang, belajar sama Andre. Biar kuat nanti ‘main’ sama mama nya” ucapnya menggoda.

“SIAP!!” teriakku semangat. Aku dan mama tertawa. Suasana sudah menjadi cair.

Tiba-tiba mama memelukku lagi. *Cuph. Ia mengecup pipiku. Mama membisikan sesuatu ke telingaku “Jadi gimana sayang? Boleh nggak mama ngentot lagi? Di boboin enak sama Andre, Kiryo, Albert, Om Doni, dan mungkin nanti nambah orang lain lagi……”.

Ternyata dia masih ingin bersikeras untuk tetap ngentot dengan banyak orang. “Eh, i-itu, ta-tapi…” ucapku terbata-bata.

“Kan kamu suka lihat mama ngentot sama Andre…..” bisiknya lagi di telingaku dengan seduktif.

Aku merinding mendengarnya.

“Bagaimana sayang, kok diem aja sih. Kamu suka kan?” tanyanya lagi.

“Suka mah” jawabku jujur. Aku memang suka ngeliat dia ngentot dengan Andre.

“Suka apa?”.

“Suka ngeliat mama ngentot sama Andre”.

“Kalau begitu…mau lihat mama ngentot sama yang lain?”.

Pertanyaan mama membuat hati dan pikiranku berkecamuk. Mama sudah memberi lampu hijau kepadaku asalkan aku bisa berubah. Tapi kini aku harus memberinya izin untuk bersetubuh dengan orang lain juga. Tapi dengan memberikan izin, mama akan bahagia. Aku teringat, aku tidak boleh egois kepada mama. Aku harus ikhlas. ‘Lalu bagaimana dengan papa?’ Tanyaku dalam hati. Yahhhh… dia sudah tenang di alam yang lain.

Lantas dengan kejujuran hatiku, aku jawab pertanyaan mama “Mau mah”.

“Mau apa? Masa kamu sudah lupa sih cara jawab yang bener gimana”.

“Ehmm…anu… mau mah, aku mau lihat mama ngentot sama Kiryo, Albert dan Om Doni juga”.

“Jadi mama boleh ngentot sama mereka?”.

“Mama boleh ngentot sama siapapun!” ucapku lantang dengan yakin memberikan mama restuku.

“Hihihi… makasih sayang” *Cuph. Ia cium lagi pipiku mesra.

“Sekarang mama mau ngentot lagi ya sama Andre, Boleh kan sayang?”.

“Astaga mamaaaa! Padahal tadi kita habis nangis bareng, eh mama malah mau ngentot lagi. Ah elah mama” ucapku kesal.

“Hihihihi… maaf sayang, habisnya nanggung sih. Kan kamu sudah ngasih ijin, boleh ya sayang, plissss. Kan kamu bisa lihat juga” mohon mama melas dengan cemberut manja. Diriku luluh melihatnya

“Hadeh…. Iya boleh deh mam”.

“Andreeeee….sini sayang” teriak mama memanggil Andre yang tadi sempat keluar dari rumah. Si brengsek itu terlihat sumringah, sepertinya dia menguping pembicaraan aku dan mama barusan. Kalau begitu ia sudah tahu, sekarang ia bisa bebas mengentoti mama sepuasnya.

“Hehehe… mau ngentot lagi tan?” tanya Andre ke mama.

“Iya dong, kan tadi belum selesai. Hen, Bilang apa ke Andre sayang?” tanya mama kepadaku. Waduh, ternyata mama masih begitu terus terhadapku.

“Dre, nyokap gw mau ngentot lagi sama elu. Tolong puasin nyokap gw”. Mama tersenyum senang karena jawabanku sesuai dengan kemauannya.

“Siap Bro! Tenang aja, mama elu nggak bakal kecewa sama gw”. Ucapan Andre benar-benar menyindirku.

“Hush Andre, jangan nyindir Henry kayak gitu ah!” hardik mama.

“Hehehe… maaf ya Hen”.

“Iye-iye, sudah sana genjot nyokap gw” ucapku malas.

“Henry, anak ku sayang, jangan lupa yah”.

“Lupa apa mah?”.

“Jangan lupa pas kamu melihat mama di entot Andre nanti, kamu harus menikmati ya”.

Aku tersenyum, segera kulepaskan celanaku. Penisku sudah mengacung keras.

“Hihihihihi… sudah ngaceng aja tuh titit” ujar mama.

“Kok nyebutnya masih titit sih?” protesku.

“Iya dong, kalau ini baru yang namanya kontol” ucap mama sambil menunjuk kontol besar Andre yang masih lemas.

“Nah kalau punya kamu masih titit”. Aku lesu mendengarnya. Tiba-tiba ia menyentil kemaluanku. Aku pun terpekik kesakitan “Auh!… sakit mah!”. Kupegang kemaluanku.

“Hihihihi…makanya kamu harus berubah, biar tuh titit jadi kontol” ucapnya. Aku tersenyum pasi mendengarnya. Ya sudahlah aku harus berjuang agar aku tidak lagi mengecewakan mama lagi, serta menguatkan diriku agar aku bisa ngentot dengan mama.

“Yuk Dre, kita ngentot” ajak mama.

“Mah” panggiku.

Mama menoleh kepadaku, bergumam “Hmmmm?.”

“Nikmatin ya mah, puas-puasin memek mama” ucapku, membalas ucapan mama tadi.

Mama tersenyum lebar, lalu menjawab “Pasti sayang, pasti mama nikmati kontol gede Andre”.

Lalu ia menarik Andre ke sofa. Kembalilah mereka bersetubuh di depanku. Erangan kami bertiga menggema di rumah ini.

Tadinya aku adalah seorang anak yang tidak peduli apapun selain game. Karena itu sekarang aku adalah seorang anak, yang sudah memberikan izin mamanya untuk bebas bersetubuh dengan siapapun ia mau. Dan aku suka menontonnya! Benar-benar perubahan drastis dalam waktu singkat. Tapi aku suka dan menikmati.

Tamat.





 
Epilogue

Beberapa bulan kemudian.

Kulangkahkan kakiku ke arah pintu rumah. Sudah 6 bulan lamanya aku pergi dari rumah, kabur kah? Bukan kok, untuk kuliah di luar kota hehehe. Satu semester telah selesai, aku pulang ke rumah untuk liburan.

Aku putar kenop pintu depan rumahku. *Cleck.

Kudorong pintu rumahku pelan. Baru terbuka sedikit, langsung disambut dengan suara-suara yang indah dari persetubuhan yang panas. Hmmm…aku sudah tahu apa yang menanti diriku.

Aku melihat mama…..

Tentu dia tidak sendiri di sana….

Tapi juga tidak berdua saja, melainkan empat orang sudah tidak berbusana ada disana. Yep, sekarang mama sedang di setubuhi di atas Sofa oleh tiga orang sekaligus. Ia membelakangi aku, jadi tidak bisa melihat kedatanganku.




Apakah aku marah? Dulu iya, sekarang tidak lagi. Malah aku senang. Aku dan mama sudah berdamai, saling memaafkan. Aku sudah memberinya izin untuk bersetubuh dengan siapapun yang ia mau. Dan aku boleh menontonnya langsung.

Aku mengerti, dengan kebutuhan mama akan sentuhan pria…..dan tentu juga wanita. Demi kebahagiaan mama, aku mengikhlaskan dirinya untuk mengekspresikan dirinya secara seksual. Mencari kenikmatan dengan duniawi, dengan siapapun yang ia mau.

Lalu aku sudah berjanji juga kepada mama untuk berubah menjadi lebih baik, menjadi lebih dewasa. Ia tidak melarang diriku untuk tidak bermain game lagi, tapi ia ingin aku menguranginya. Dia mau aku fokus kuliah dan menguatkan diriku. Iya, aku memiliki kesempatan untuk bersetubuh dengan mama. Namun sayangnya sampai sekarang aku dinilai belum pantas oleh mama. Aku harus berusaha lebih keras lagi.





Kembali ke adegan panas di ruang tamu ini. Aku yakin pria yang berada di bawah mama adalah Andre. Lalu ada Om Doni di sisi kanan mama dan orang yang berada di kiri aku belum kenal secara langsung, tapi aku tahu namanya adalah Albert, temannya Andre.

Mama naik turun di atas tubuh Andre dengan ganasnya. Erangan mama tertahan karena mulutnya penuh dengan kemaluan Albert. Sedangkan tangannya satunya mengocok kontol om Doni.

Mereka semua tidak sadar dengan kehadiranku, terlalu tenggelam mencari kenikmatan duniawi. Aku terus saja memperhatikan permainan mereka yang seru dan panas. Aku mulai raba kemaluan ku dari luar celanaku.

"Lho Henry!" seru Om Doni yang sadar dengan kehadiranku. Sontak semuanya terkejut.

"Ahhhh! Kamuuuhhh…. sudah pulang Hen…ahhhh! Se-sebentar yaaa…sayang…Ahhh! Ohhh! Enaknya kontol kamu Andreee!” ucap mama, meski kaget dengan adanya aku yang baru pulang, ia terus saja ngentot dengan Andre. Huh, dasar mama binal.

“Iya mah, aku tunggu. Ngentot aja dulu hehehe…” ucapku.

“Sabar ya Brooo….Ohhh… tante…Oghh!” ujar Andre, yang lalu mengerang karena mama mengulek pinggulnya.

Om Doni menjauhkan diri dari mama, melepaskan genggaman mama di kontolnya. Ia menghampiriku. Terlihat kemaluannya yang cukup besar bergoyang kesana kemari. Terlihat sudah basah mengkilap, nampaknya sudah di sepong mama. Suatu fakta yang sudah kuketahui dari mama, ternyata Om Doni, adik ipar mama, suaminya tante Hani, adik mama adalah penganut keluarga sex bebas. Jessi anak mereka, sepupuku itu juga ikut bagian dari kehidupan gila mereka. Aku sudah mendengar beberapa cerita dari mama, bahkan melihat langsung permainan sekeluarga itu. Yang bisa kubilang setelah melihatnya adalah gila, meraka gila semua!!!! Tapi tentu aku suka dong, siapa sih yang nggak suka liat live show incest. Aku ingat, aku sampai berkali-kali ejakulasi saat itu.

"Gimana kuliahmu? Aman?" tanya Om Doni, lalu menepuk pundakku.

"Hehehe… lancar kok om. Oh iya om Doni, makasih ya sudah mau bantuin Henry".

"Sama-sama Hen. Untung aja om punya kenalan di Universitas X, jadi kamu bisa kuliah. Nah kamu kuliah yang bener dan kamu jangan ngecewain mama kamu lagi" ucap om Doni dengan bijaksana. Ia mengatakan itu semua dengan tanpa busana, alias bugil dengan kontol mengacung keras dan basah. Hadeh.

"Iya om, aku sudah janji sama mama untuk berubah, dan aku sudah janji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama".

"Sip! Nah, kamu kalau butuh bantuan bilang saja om ya, jangan sungkan sama om, Ok?".

"Ok om, makasih ya. Terus kabar tante Hani dan Jessi gimana om?" tanyaku.

“Mereka sehat kok Hen. Kalau om nggak salah inget sih, mereka sama Ara juga, lagi ke puncak deh hari ini” jawabnya tidak yakin.

“Ahhh… om Doni, masa lupa sama istri dan anak kemana sih, bahaya ini sih” sindirku bercanda.

“Hahaha… iya nih keasikan genjotin mama kamu sih” guraunya. Aku pun tertawa juga mendengar penuturannya.

“Ke puncak ya om? Enggg….mereka ke ‘Menu Club’ kah?” tanyaku lagi. Yah, aku masih ingat dengan klub nyeleneh itu.

“Oh iya bisa jadi, eh namanya ‘White Menu Club’, bukan ‘Menu Club’ Hen”.

“Eh iya ‘White Menu Club” maksudku.

“Kamu sudah pernah kesana?” tanya om Doni. Aku menggeleng pertanda belum.

“Kapan-kapan kamu ke sana gih, sama mama mu” anjurnya.

“Iya om, mungkin nanti kalau ada waktu”. ‘Gila saja aku kesana dengan mama, ada-ada saja om Doni’ batinku bicara

Kami berdua terus ngobrol, dengan diiringi desahan indah mama. Terkadang kami berdua melirik ke arah mama yang masih bersenggama dengan heboh

Pemuda tadi yang seumuran dengan diriku, mendekati aku dan Om Doni. Ia meninggalkan mama dan Andre berdua saja. Kini mama bisa fokus dengan satu orang saja.

“Halo, kenalin gw Albert temannya Andre” sapanya.

“Ehhh… iya, gw Henry” balasku, seraya menyambut jabatan tangannya.

“Sorry ya sob, kalau gw sudah lancang, belum kenal sama elu tapi sudah main sama tante Santy” ucap Albert sungkan seraya menggaruk kepalanya.

Ada kecanggungan diantara kami. Bagaimana tidak canggung, baru saja kemaluan dia bersemayam di mulut mamaku, padahal kita berdua saja belum pernah kenal sebelumnya. Hanya melalui cerita, kita saling tahu nama masing-masing. Iya sih aku sudah memberikan mama izin, tapi setidaknya aku harus kenal orangnya. Tapi ya sudahlah.

“Santai aja Bert, selama nyokap gw mau, senang dan bahagia, gw gak mempermasalahkan kok” ucapku dengan tenang. Lalu kami bertiga bercengkrama lebih jauh, saling mengenali satu sama lain lebih jauh. Di tengah obrolan kami bertiga, aku mengintip keadaan mama. Ia masih naik turun di atas Andre, mengejar nikmat orgasme.

“Ahhh….dikit lagi Ahhh! Ahhh! Ahhh! Dikit lagi Ahhh! enakkk!”.

Tahu mama segera klimaks, kami bertiga pun terpaku memandangi mama. Sambil menonton mama, om Doni dan Albert mengocok kemaluan masing-masing.

“Akuhhhh nyampeee….Ahhh! Ahhhh! Ouhhhh! Yeshhh!" erang mama saat orgasme. Ia berdiri, hingga kontol Andre tercabut dari himpitan memeknya. Tersembur cairan begitu deras dari memeknya, ia squirting. Berkali-kali tubuhnya tersentak-sentak, bersamaan dengan memeknya menyemburkan cairan dengan deras, membasahi kontol dan selangkangan Andre.

Reda orgasmenya, mama mencumbu Andre mesra. “Makasih sayang” ucap mama kepada Andre.

Lalu mama turun dari pangkuan Andre. Ketika mama membalikan tubuhnya, terlihat perut mama yang sudah membulat sangat besar karena sedang hamil 7 bulan.

Ya mama hamil….

Anaknya Andre.

Aku akan punya adik dari tetanggaku, temanku sendiri. Ucapan lalu mama yang dia ingin hamil anak Andre, aku kira hanya bualan belaka. Ternyata sungguhan ingin dia di hamili oleh Andre. Alasan mama sebenarnya, ia hanya ingin punya anak lagi untuk memenuhi keinginan gilanya. Hanya itu alasannya. Namun aku tidak marah, selama mama senang dan bahagia. Lagipula melihat dengan perut hamil itu terlihat seksi juga ternyata.

Mama menghampiriku, langsung memelukku hangat. Aku pun balas pelukannya. Terasa perut mama yang sudah berisi janin itu mendorong perutku. Mama mengecup kedua pipiku. Kecupannya terasa sangat basah, ya namanya juga habis nyepong kontol.

Senyuman keibuannya hadir di wajahnya. Hatiku merasa tenang melihatnya

“Bagaimana kuliah kamu sayang?” tanya mama.

“Lancar-lancar aja koh mah” jawabku.

“Kalau mama sendiri, gimana ngentot-ngentotannya?”.

“Ihhh… kamu mah malah nanya gituan langsung, bukannya nanya kabar atau apa kek!” cibir mama, seraya menyubit perutku gemas, namun terasa sangat sakit.

“Aduh mam sakittt….” erangku. Yang langsung disambut gelak tawa oleh yang lain.

“Bro…” sapa Andre yang sudah bergabung dengan kami semua.

“Hei Dre” balasku. Dia akhirnya juga meminta maaf kepadaku, dirinya mengakui perbuatannya kepadaku telah melewati batas. Aku tersenyum menilik kembali ke hari-hari setelah hari saling memaafkan itu. Aku ingat di saat kami bermain game di kamarku. Aku sedang duduk di kursi biasaku. Sedangkan dia selonjoran di kasur, dengan mama sedang menyepong kontol besarnya. Aku menggeleng kala mengenang hari itu.

“Nghhh… Sayang, mama mau ngentot lagi ya?”

“Masih belum puas mah? Aku baru pulang lohhh…” tanyaku heran. Baru saja dia orgasme, ehhhh ia sudah mau ngentot lagi aja.

Ia mengeleng. “Maaf sayang, memek masih gatel banget ini. Kayaknya karena hamil jadi bawaannya pengen kontol terus”.

“Wah tandanya anak cewek nih” ujarku bercanda.

“Ohh iyaaaa…. mama belum ngasih tahu kamu ya, kalau adik kamu kembar”.

“Hah?! Kembar mah?”.

“Hihihi… iya sayang, cowok-cewek loh”.

“Astaga, kembar cowok-cewek mah!” Mendapatkan adik dari Andre saja tidak masuk akal. Kini aku akan memiliki dua adik sekaligus, cowok-cewek pula.

“Wow, San, anak mu kembar toh pantas aja perut kamu besar banget ini” timpal om Doni seraya mengelus perut mama.

“Tuh Bro, langsung gw kasih dua adik buat elu hahahaha” tawa Andre. Kesal mendengarnya, padahal berbulan-bulan lalu terbesit untuk membunuh dia. Tapi tidak ada lagi keinginan itu. Aku ikhlas demi mama. Walau aku juga menikmati semua ini.

“Wah selamat ya Hen” ucap Albert dengan ramah.

Tapi kalau kembar begini, angan-angan mama bakal terkabul dong. Aku ingat dia ingin ngentot dengan anaknya kalau cowok. Dan mengajari lesbi kalau anaknya cewek. Berarti ada kemungkinan aku boleh ikutan garap anak yang cewek dong, eh adikku yang cewek. Hmmmm… 18 tahun lagi yaaa…. Sial masih lama sekali.

“Ehhh…kamu kok malah benggong, hayooo…. Kamu mikirin yang enggak-enggak yaaaaa?” goda mama.

“Ehhhh…. mikiran apa ? nggak kok mah” elak ku.

“Pasti kamu mikir yang nggak-nggak sama adik kamu yang cewek kan? Iya kaaaannnn….., sudah deh gak usah boong. Mama tahu kok, bagaimana pun aku ini mama kamu tahu! Jadi tahu isi pikiran kamu Hen”.

Tertebak, tak bisa beralasan lagi. Aku hanya bisa cengegesan “Hehehehe….”.

“Tapi memangnya mama bolehin kamu?” tanya mama.

“Boleh donggg mahhh…” rajukku.

“Hihihi…Kita lihat nanti saja, kamu sudah kuat atau belum nanti”.

“Pasti aku bisa menjadi kuat” ucapku dengan yakin. Mama tersenyum dengan ucapanku,

“Buktikan nanti, tapi sudah ya sayang, mama mau ngentot lagi ya Andre belum keluar soalnya, yang lain juga belum lho… kan kasian, boleh yaaaa? Kan kamu juga bisa nonton sambil coli kan?” mohonnya dengan manja.

Aku selalu pasrah ketika melihat memohon begitu “Hmmm iya deh, mah”.

“Makasih sayang…Muachhh….” ucap mama yang kemudian mencium bibirku dengan bibirnya yang basah.

“Ayo pejantan-pejantanku, kita ngentot lagi, puasin Santy sekarang juga” ajak mama kepada ketiga pria yang bugil. Ia menarik kontol Andre dan Om Doni, untuk mengikutinya ke sofa lagi

“Gw ngentot lagi ya bro, tenang nyokap elu pasti keenakan hehehe….” ujar Andre.

“Om ngentotin mama kamu dulu ya Hen, mau jenguk keponakan om dulu nih hahahah….” ucap Om Doni lalu tertawa mendengar ucapan nya sendiri.

“Mari bro” ucap Albert sopan.

Lantas mereka berempat kembali bergumul di ruang tamu ini. Di depanku.

Dan aku…..

Membuka celanaku….

END

Season 2?

Catatan Penulis

  1. Akhirnya setelah sekian lama, cerita ini tamat juga.
  2. Penulis harap pembaca menikmati.​
  3. Maafkan, dan harap maklum apabila alur, plot, cerita terlalu absurd, jelek, gak jelas, Namanya juga penulis amatiran, jadi masih berantakan.​
  4. Kritik dan Saran boleh hehehe.​
  5. Untuk season 2 atau spin-off masih ada kemungkinan. Penulis sudah ada ngasih beberapa hint untuk cerita selanjutnya.
Baca cerita lainnya :



 
Terakhir diubah:
Waduuuh.....
Ternyata malah masih ada Epilogue-nya.....

o_Oo_Oo_Oo_Oo_Oo_Oo_Oo_Oo_Oo_O

yang paling menarik dari Epilogue-nya suhu @gravekeeper76 , entah kenapa berhasil memutarbalikan emosi pembaca

Harus diakui, suhu bener2 punya kemampuan istimewa dalam menulis cerita......

:tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan::tepuktangan:


Benar2 juara hu...
:n1::n1::n1::n1::n1::n1::n1::n1::n1::n1:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd