Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
BAB VII

Makan malamku bersisa, tidak habis. Perut kembung akibat minum kopi saat bertemu Rani senja hari. Beruntung aku tak lama-lama di sana. Aku mengejar waktu agar cepat sampai di rumah. Penjelasan Rani sepenuhnya cukup meyakinkan bahwa dia tidak bisa disalahkan mutlak. Aku siap membelanya jika dia terancam sanksi pemecatan, tetapi aku perlu pembuktian lain dari Rani. Aku menunggu jawaban. Mirna sudah kuceritakam bagaimana pertemuanku dengan Rani. Menurutnya aku harus bisa memandang dari sudut pandang psikologis perempuan. Tak bisa perempuan dituduh sepihak seolah-olah tidak ada peran laki-laki yang terkadang justru ialah dalang utama. Mirna memintaku untuk menolong Rani atas nama perempuan yang tersakiti karena ia pernah berada di posisinya. Aku bersedia.

Aku dan Mirna duduk teras, tepat di depan kamar kami. Mirna mengatakan bahwa hari ini ia sudah mulai berkerudung lagi. Aku turut senang dan menyesal tidak melihatnya. Rengga yang libur kuliah keluar menyimak obrolan kami. Dia juga besar harapan agar mamanya komitmen berkerudung untuk selanjutnya, tidak lepas-copot.

"Aku tidur duluan yaa Maah, Paaahh"

"Iyaaa, besok kamu kuliah?", tanya Mirna mengenakan kaos biru muda dan celana pendek.

"Kuliah, kayak biasa. Oh ya Paah, magangnya temen aku bagaimana kabar?"

"Ditunggu aja, sabar yaa. Dilihat-lihat sih diterima, mudah-mudahan", jawabku sambil memeriksa ponsel, berulang kali Pak Yanto menelepon, tetapi tidak aku angkat. Aku sengaja mengerjainya. Ketika aku memeriksa chat, Pak Yanto sudah mengirimkan sebuah pesan. Aku lekas membaca.

Malam Hari Pukul 21:20

Pak Yanto: Pak boleh ke rumah gak?
Aku: mau ngapain Pak? Udah malam. Hehehe.
Pak Yanto: nengokkin bapak dan ibu.
Aku: nengokkin saya aja bagaimana? Hahaha.
Pak Yanto: Aduh. Enggak seru dong.
Aku: kemarin aja bisa nahan enggak ronde kedua. Sekarang masa enggak. Hahaha
Pak Yanto: baik saya coba dulu.
Aku: hahahahahaha

Percakapan di atas lantas aku perlihatkan ke istriku, sambil berkata, "ada yang kangenin nih ceritanya..."

"Ihh kamu apaan sih..."

"Aku harus bilang apa?", tanyaku ke Mirna jahil. "libur dulu?"

"Eeemmm... yaudah libur dulu, istirahat"

"Beneran nih?"

"Enghhh menurut kamu bagaimana?", Mirna ragu.

"Hhmmmmm yaudah libur dulu aja, giliran aku malam ini, ya?"

"Iya boleh Mas", angguk Mirna lekas masuk ke dalam.

"Pakai daster yang seksi ya sayang!", pesanku.

"Iyaa!

Sebelum beranjak menyusul Mirna, aku mengirimkan pesan terlebih dahulu ke Pak Yanto agar mengunjungi rumahku dengan pakaian rapi sebagaimana dia biasanya. Pak Yanto lantas sumringah. Penantian akhirnya tiba. Namun aku mengingatkan Pak Yanto bahwa ketika sampai, ia hanya boleh masuk sampai batas halaman depan dahulu. Selanjutnya ia harus menunggu arahan lanjutan dariku. Selagi menunggu Pak Yanto datang, Aku mengecek ke dalam kamar. Mirna sedang melucuti pakaian yang menempel di tubuhnya. Ia lalu mengenakan daster pemberian Pak Yanto berwarna biru. AHA! NAH INI DIA! AKU SUKA! Mirna belum tahu kalau Pak Yanto jadi datang. Aku merahasiakan sebuah skenario darinya. Mirna tidak sedikitpun curiga

Kemudian Aku menelanjangi tubuhku hingga polos tak sehelai benang pun, Mirna sudah duduk di ranjang menyambutku. Aku kemudian memintanya mengenakan penutup mata tidur. Mirna menurut. Kami pernah melakukan ini sebelumnya. Tak berhenti sampai di situ, aku mengambil seutas kain katun untuk diikatkan ke tangan Mirna yang berada di belakang. Aku mengikatnya dengan lembut sehingga tidak akan menyakitinya. Lagipula tidak apa apa juga kalau lepas sendiri. Mirna yang berbalut daster berbaring, dengan kedua tangan terikat ke belakang dan mata tertutup. Kedua kakinya lurus berselunjur. Aku matikan lampu kamarku supaya suasana semakin mendebarkan.

"Maassss, buruan, jangan lama-lama... keburu ngantuk", pinta Mirna memelas di atas tempat tidur.

"Sabar ya sayang, aku ke kamar mandi dulu", jawabku berbohong. Padahal, aku keluar kamar berbalut handuk untuk menjemput Pak Yanto yang telah berdiri entah berapa lama. Aku mempersilakannya masuk sambil menutup pintu. Kami berbarengan jalan masuk ke kamar.

"Masss, kapan mulainya? Ishhh bete nih lama-lama"

"Iya sabar sayang", balasku, memerhatikan Pak Yanto sedang mengendurkan semua celana, melepas baju satu demi satu. Iya sudah telanjang bulat.

"Langsung sikat Pak?", bisik Pak Yanto hendak menaikki ranjang.

"Iyaa, tapi bagian atasnya dulu yaaah", balasku lirih

"Siyaaaphhh"

Pak Yanto pelan-pelan merangkak ke atas tempat tidur. Ia terkekeh memandangi tubuh Mirna. Ia biasanya meladeni dengan tangan terbuka, kini sengaja berbeda, ganti suasana. Sesuai arahan dariku. Pak Yanto mula-mula menggerayangi payudara istriku. Kebetulan ia sudah tidak memakai BH sehingga sensitiflah efek yang ditimbulkan. Mirna mengaduh. Pak Yanto merenyuk-renyuk kedua buah dada ranum istriku. Kakinya meliak-liuk merasakan sensasi yang didapat. Gairahnya dipancing meluap. Kepalanya mengeluk kiri-kanan. Aku berdiri memandangi.

"Aaaaaahhhhhhh"

"RrRrrmmmm"

"Aaaihhhhhh"

"Bagaimana sayang?", tanyaku supaya Mirna tidak curiga.

"Hhhhh enaaak Mass, tanganmu agak panas dan kasar ya sekarang..."

"Hehehe", aku menahan senyum dalam gelap. Tangan Pak Yanto terus menjamah payudara istriku.

"Aaaaaahhh"

"Rrrrmmmm.....", kedua tangan itu lalu menyusup masuk dalam sela-sela daster. Merayap, meraih puting susu istriku. Mirna sontak melonjak karena ada salah satu putingnya dipilin. Bokongnya terangkat karena kakinya menekuk akibat serangan Pak Yanto. Mirna menggigit bibirnya sendiri.

"Aaaaaauuuhhhhh"

"Rrrmmmmm..."

"Boleh hisap susunya Pak?", tanya Pak Yanto mengecilkan suaranya.

"Nanti, sekarang jilatin vagina Mirna dulu"

"Baikkk"

Aku menghampiri mereka berdua. Kedua jenjang kaki Mirna kupegangi kua-kuat sambil berdiri. Dari bawah kepala Pak Yanto mendekati selangkangan istriku. Dikeker sedikit, disosorlah klitoris Mirna. Kaki Mirna bergejolak. Aku mengerahkan tenaga lebih untuk mengendalikan. Bibir Pak Yanto menyambar bibir vagina istriku. Mirna tersentak. Kedua kakinya memberontak. Aku mulai kewalahan. Pak Yanto semakin beringas menyedot vagina Mirna. Lidahnya terselip keluar-masuk.

"Aaaaaaaaaahhhh!!"

"Sllllrrrrfhhhhhrr"

"Aaaaaaaaahhhhh!!!

"Errreemmmffffhhhh"

"Aaaaaaaaaaaihhhhhh! Basah Masss!!!"

"Iyyaaaah"

"Tumben banget kamu begini ishh, jadi keinget Pak Yanto akuh..."

"Hehehehe", aku mengusap keringat di dahi.

Pak Yanto berhenti sejenak. Ia menyodorkan batang penisnya yang sudah mengeras ke mulut Mirna. Lekas dilahaplah batang laki-laki paruh baya tersebut. Mirna tidak bertanya sekalipun mengenai batang kemaluan siapa yang sedang dihisap. Barangkali ia sudah terlanjur dikuasai nafsu. Penis itu keluar-masuk perlahan teratur, bertambah licin nan basah. Pak Yanto membelai dahi Mirna, mengamati bibir Mirna yang sedang mengemut batang kejantanannya. Salah satu tangannya meremas-remas payudara istriku lagi. Mirna sontak membuka kedua pahanya lebar-lebar.

"Hhhhmpphhhhhhh"

"Ouuhhhh"

"Hhhhhmmmmppphhhh"

"Ppyyyooppphhh aaaaaaahhhh", penis tersebut tertarik keluar dari bibir istriku. Mirn berkata,"Masss mau dimasukkin sekarang, ayooo"

"Uurghhh gimana pak?", tanya Pak Yanto bingung. Aku dengan isyarat lekas meminta Pak Yanto memposisikan badan Mirna menungging. Pak Yanto mengamini. Lalu ia menyingkap bagian bawah daster Mirna. Terpampang liang peranakan istriku yang sudah siap meladeni perkawinan. Pak Yanto mengacungkan batang penisnya. Diarahkan kepala penis itu ke lubang vagina Mirna. Istriku menekan mundur agar penis Pak Yanto bisa masuk. Akan tetapi agak tersendat. Pak Yanto mendorongnya kuat-kuat. Mirna menjerit.

"Aaaaaaaaaaaahhhh!!!"

"Urghhhhhhhh....."

"Aaaahhhhh ini bukan kontol kamu Masss... aku tahu ini kontolnya Pak Yanto Ahhhhh...."

"Urghhhhhh", Pak Yanto menarik kedua tangan istriku ke belakang agar penisnya bisa seluruhnya tertanam.

"Aaaaaaaaahhhh buka aja iketannya paakk, supaya bisa kita nikmati"

"Urghhhh iyaaa", Pak Yanto sempat melirik. Aku menjawab dengan mengangguk. Setelah dilepas, Mirna menjatuhkan penutup matanya. Kedua tangannya menopang di atas tempat tidur. Tatapannya sekilas ke arahku, lalu Pak Yanto mengajaknya berpagut bibir. "Hhhmmmmmmfff...." Dalam ciuman mesra itu, istriku tetap dalam kuasa Pak Yanto yang bergeliat menyodokkan penisnya. Tubuh Mirna bergelayut, mengikuti iringan terjangan penis Pak Yanto.

"Hhhmmmfffhhh"

"Aaaaaaaaaaaahhhh"

"Maafin aku ya bohongin kamu"

"Aaaah gapapa massss, malah jadi enaaakkk", desah Mirna.

"Urghhhhhh"

"Bukain dasternya pakk"

"Urghhhh iyaaaaah", Pak Yanto meloloskan daster istriku dari atas. Keduanya kini dalam keadaan polos. Pak Yanto juga lebih mudah meraba-raba buah dada istriku dengan posisi doggystyle. Mereka telah bermandikan keringat. Tak peduli sekarang jam berapa.

"Aaahhh fantasimu gimana Mass? Udah gak pernah penasaran lagi kan?"

"Iyaaa sayaangg", jawabku manis.

"Urghhhhhhhh", tiba-tiba Pak Yanto menggenjot cepat.

"Aaaaaaaaaiihhhhh", Mirna kelojotan. Tubuhnya terdorong-dorong tiap hentakan penis Pak Yanto.

"Urghghhhh aku gak kuat lagiii..."

"Aaaaaahhh Mirna jugaaa.... peluk dari belakang paaak"

"Arghhhhhhh iyaaahhhhh"

"Aaaaaaauuhhhhhh ayoo keluariin aaaaaaahhhh!! Akuu Keluaar!!"

"Arghhhhhh iyaaaaaah!!!"

CROOOT CROOOT CROOOOTT

Ambruklah keduanya saling menimpa.....

Bersambung...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd