Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
and that's how writer made a mess with readers mind.
and another one, altough all your writings are fiction I can see, as old mans tale tell me, that a story reflect a writers life;
music industry? or I can say, high baller of Indonesian Music Industry?
with a little bit Bandung as a background, you used to live in Bandung, or still?
early 30s, music industry, Bandung background
and Saras that moved to UK
and Architecture work of Amyra, Design World in Lucky Bastard
ability to play plot, and made them meet in a junction of story
and this is getting creepier as I play fortune teller with you haha, but no, I'm not that creepy, I just admire your work.
but keep it up m8, cheers from down under!
 
Terakhir diubah:
Nunggu season 2 nya om, keep posting cerita keren jangan sampai tenggelam
 
MDT SEASON 1 – PART 7

------------------------------

30000010.jpg

"Anggia? Mampus gue..." Anin menepuk jidatnya sendiri.

"Alah kayak yang bakal ketemu aja... Areanya luas lho..." balas Ai yang sedang fokus di laptopnya. Dia terpaksa membawa sedikit pekerjaannya dari kantor karena dia mengambil cuti. Untung saja dia ada gunanya disini, jadi ibunya anak-anak, yang mengatur jadwal, mengatur makanan, untuk urusan-urusan tetek bengek semacam itu lah. Dan sepertinya dia bisa diandalkan lebih baik sebagai manajer daripada hanya mengandalkan Anin saja. Off the record tapi, agar Anin tak sakit hati.

Malam itu, jam 12 malam, di kamarku, Anin ada disana, menunggu kabar dari Kang Bimo yang katanya malam itu akan mengabari soal kolaborasi kami, apakah bisa direalisasikan atau tidak.

Ini kesempatan besar bagi kami, bukan apa-apa, mereka kami anggap sebagai senior. Band keren itu, yang cuma beranggota dua orang itu, dengan sound yang tebal, dan agresi yang luar biasa, seperti The White Stripes versi Seattle Sound, menjadi panutan buat kami, Hantaman.

Anin dan aku memperhatikan jadwal untuk Sabtu besok.

LOUDER THEN EVER STAGE



03:00 OPEN GATE

04:00 THE KNTL

04:30 BREAK & PREPARATION

04:45 ABCD

05:15 BREAK & PREPARATION

05:30 XYZ

06:15 BREAK MAGHRIB

06:30 TARING

07:10 BREAK & PREPARATION

07:25 FRANK'S CHAMBER

08:10 BREAK & PREPARATION

08:25 HANTAMAN

09:10 BREAK & PREPARATION

09:25 PARABUNYI

10:10 BREAK & PREPARATION

10:25 WONDERWOMAN IS ALIVE


"Abis kita, ada Parabunyi dan W.I.A.... tapi Stefan malah milih nonton Rissa... korslet tu anak..." keluh Anin.

"Biarin, biar coli di panggung tuh..." jawabku asal.
"Ga sopan ih mas.." keluh Ai mendengar candaanku.
"Eh sori, lupa kalo ada kamu hahahaha..."

Mendadak, ada ketukan di pintu.

"Assalamualaikum, polda garut, mohon buka pintunya.." suara yang aku hapal. Suara yang kental logat sunda. Kang Wira. Aku membuka pintu, dan menemukan dua orang yang berusia 30an hampir akhir itu di depan pintu kamar, ditemani manajer mereka, aku tak tahu nama aslinya, tapi pria kurus itu terkenal dengan sebutan Giting.

"Eh ada Kang Giting juga..." sapa Anin. Giting lumayan dikenal sebagai salah satu otak di balik kesuksesan beberapa band indie label di Bandung.
"Nah, berhubung saya males ngomong, biar Bimo ama Wira aja yang kasih tau..." jawab Giting sekenanya. "Nah, saya cari tempat ngerokok yah, tadi ngejemput mereka dari tempat minum gak tau apa belom sempet ngerokok..." permisi Giting.

"Nah, jadi kieu... Bisa kolaborasi, tapi ngan satu lagu, gapapa?" tanya Bimo.
"Setengah lagu juga gapapa kang" jawab Anin dengan mata berbinar-binar.
"Kalo gitu seperempat lagu atuh..." balas Bimo bercanda.

"Ntar pas lagi preparation, alat kalian gotong aja ke panggung yah ama kru, tapi ntar besok jam 10 sebelum acara, kita cek sound barengan, biar gak aneh suaranya pas kalian mau gegeberan... Oke?" lanjut Bimo.

"Siap kang" jawabku sumringah.
"Laguna naon tapi" tanya Wira ke Bimo.

"Teuing, liat besok lah yah, kalo ada ide baru kasih tau, sekarang gak kepikir... Lagu nu gampang we... Tokecang misalnya..." canda Bimo terus-terusan. Mereka memang susah untuk bicara serius.

"Siap kang, lagu apa aja bisa..." jawabku.
"Elu mah, ntar lagunya susah, gue ama Stefan keteteran..."
"Sayang Bagas ga mau ikutan ya?" sesalku.

"Bagas mah diajak ke surga aja ga mau ikutan kayaknya...." keluh Anin soal saudara sepupunya yang terlalu pendiam itu.

"Eh, kamu dipikir pikir lama lama diliat makin cantik yah.." Bimo tampak menggoda Ai yang sedang fokus di depan laptop.
"Kang..." keluhku.
"Coba saya belom nikah saya kawin da beneran..." celetuk Bimo sambil memainkan rokok yang belum dibakar di tangannya. Ai cuma meringis awkward, seperti ingin tertawa.

"Poligami aja atuh" celetuk Wira.
"Mbung ah, punya istri satu aja kayak ngasih makan satu kecamatan..." keluh Bimo. "Yaudah, Anin, kamu ayo temenin kami ngerokok dibawah... Tadi ada si Ina nya C.O.P.Y. lewat-lewat, siapa tau minta ditemenin sama kita.." canda Bimo.

"Kan dia udah kawin Kang" balasku.
"Ah kamu yang ga ngerokok gak usah berisik..." ledek Bimo. "Hayu ah..."

------------------------------

soundr10.jpg

Hari Sabtu. Hari dimana kami manggung. Aku, Stefan dan Anin ditemani Sena, Ai dan Jacob habis check sound bersama Frank's Chamber. Lagu yang akan kami bawakan sudah didapat. Tapi kami lantas bingung melihat beberapa kertas yang tertempel di area backstage acara.

"BAGI PANITIA YANG MELIHAT ORANG-ORANG INI, JANGAN HENTIKAN MEREKA WALAUPUN MEREKA TIDAK MEMBAWA ID PASS, DAN IZINKAN MEREKA MASUK MEMBAWA SIAPAPUN YANG MEREKA INGINKAN. CHEERS"

Font yang sok lucu dan muka-muka di kertas itu yang kuhapal. Dying Inside My Heart. "Songong amat sih..." keluh Sena.
"Sok kecakepan banget ya..." keluh Ai.
"Asli gue bikin ni orang ga bisa nyanyi lagi" keluh Stefan.
"Jangan Fan kasian" keluh Anin.
"Mending cari makan siang yuk, dan Anin siap-siap supaya gak salting kalo ketemu Anggia" keluhku.

------------------------------

83d13d10.jpg

Sabtu. 7.15 malam.

Wira dan Bimo sudah bersiap-siap untuk naik panggung. Seorang kru memberi Wira sebotol air mineral dingin ukuran besar. Riders untuk manggungnya pasti. Bimo menghisap rokok dalam-dalam. Kru Hantaman beserta Ai ada di belakang panggung. Jacob dan Sena ada di FOH Mixer, bersama kru sound Frank's Chamber. Mereka akan mengawal kami sampai semua rangkaian manggung kami - Frank's Chamber beres. Penonton sudah riuh rendah sedari tadi sore. Sangat padat. Beberapa kali kami dimintai permintaan foto bersama, dan tentu yang paling banyak Stefan. Aku lupa sudah beberapa belas kali menandatangani CD. Dan Anin belum bertemu Anggia hari itu. Untunglah.

Wira memakai celana pendek coklat khas nya, dengan Conver Chuck Taylor berwarna merah yang sudah belel sebagai alas kakinya. Dia memakai T-Shirt bergambar Robocop berwarna hitam. Dia tampak meregangkan tubuhnya, membiarkan rambut gondrongnya terurai.

Bimo masih asyik merokok. Dia mengenakan celana pendek jeans, dengan sneakers Nike Dunk hitam yang tampak baru, T-shirt hitam dan kemeja kotak-kotak merah khas Jokowi sebagai luaran. T-shirt yang sangat unik. Bergambar muka perempuan cantik. Bertuliskan "CELINE DION". Kontras dengan musik keras yang mereka bawakan. Dia mendekat ke Stefan.

"Coba besok saya masih disini yah, kita nato bareng, saya pengen nambah tato euy di Bali..." bisiknya ke Stefan. Stefan balas berbisik, tapi tidak bisa kudengar bisikan mereka. Suara penonton sudah ramai dan backsound tanda Frank's Chamber akan manggung sudah dimulai. Panitia memberi tanda, kru memperingatkan. Mereka berdua lari pelan ke arah panggung. Penonton mulai bersorak, meneriakkan nama mereka. Bimo menggenggam gitar Fender Jaguar Baritonenya, berwarna putih, dengan stiker Doraemon di bodinya.

"Assalamualaikum.... Eh punten, ini Bali yah, mayoritas non muslim kan?" suaranya terdengar nyaring di Speaker Line Array yang berjejer. Sapaannya disambut salam balik penonton dan tawa. Suara dengan logat sunda yang kental. Mendadak dia membunyikan gitarnya kasar.

"YEAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" penonton bersorak.

"Hajar lur" teriakan Wira menggema lewat mikrofon, dan lagu pertama pun dimulai. Riff-riff gitar kasar, dengan suara rendah yang berasal dari senar gitar Baritone pun terdengar. Gebukan drum yang rumit dengan groove yang luar biasa. Penonton sudah mulai bergoyang, membentuk lingkaran, saling menubrukkan badan. Beberapa dari mereka sing-along mengikuti suara Bimo yang datar dan berat, ditimpali oleh backing vokal Wira yang sengau dan melengking.

Gila. Dua personel. Menghajar Bali berdua. Gaung gegap gempita dan kemarahan yang berbalut dengan musik keras yang mengalir lancar menggembirakan para penonton. Aku jadi makin tak sabar dengan kolaborasi di akhir pertunjukkan mereka.

------------------------------

glo29210.jpg

"Bali, Garuda Wisnu Kencana, Kalian semua emejing!" teriak Bimo yang sudah bersimbah peluh. T-shirt Celine Dionnya sudah basah. Kemeja kotak-kotaknya sudah entah kemana.

"Ada hadiah buat kalian para penongton" logat sunda Bimo terdengar lantang. "Kita mau bawa temen ke panggung..."

"Wooooo..." teriak penonton bahagia.

"Mau tau siapa?"
"MAUUUUUUUUUUU"
"Dengerin nih..."

Suara bass mengalun pelan. Lagu yang familiar di telinga penonton. "Dem... Dem dem dem dem deeeem dem..." Penonton makin berisik, menebak-nebak siapa yang akan muncul.

Mendadak sosok Anin yang tinggi besar, hitam dan botak muncul. Penonton bersorak.
"Anin.. Anin! Woh Hantaman!"

Wira menimpalinya dengan drumnya. Intro lagu yang sangat familiar di telinga pecinta musik Modern Rock. Mendadak Stefan muncul dengan microphone, menyanyikan bait pertama.

I'm gonna fight 'em off

A seven nation army couldn't hold me back

They're gonna rip it off

Taking their time right behind my back

And I'm talkin' to myself at night

Because I can't forget

Back and forth through my mind

Behind a cigarette



And the message comin' from my eyes says, "Leave it alone."


Dan saat itulah aku membunyikan gitarku bersamaan dengan Bimo. Penonton makin gila. Suara kami berlima beradu di panggung, membawakan Seven Nation Army-nya White Stripes. Tak jarang Bimo mengeluarkan suara aneh dari efek gitar dengan gitarnya. Penonton menggila, panas, dan semua ikut sing along menyanyikan nada riff gitar lagu tersebut.


------------------------------

9.20. Penampilan Hantaman sudah berakhir. Aku duduk di backstage dengan lega. Kolaborasi berhasil, begitu juga aksi panggung kami. Puas. Aku duduk ditemani oleh Ai yang tak henti-hentinya mengambil gambar apapun yang bisa diambil. Anin sedang berbincang dengan Isa Mawardi. Stefan tampak berusaha meminta nomer telponnya Akterisna, salah satu vokalis perempuan Barasuara.

"Keren Mas haha... Puas aku hari ini" tegur Ai.
"Yoi, sering-sering ikut makanya..." balasku.
"Pengenn haha..."

Parabunyi akhirnya naik panggung. Stefan menghampiri kami. "Nah, gue lari ke Rissa dulu ya?" mukanya sumringah dengan mesumnya. Aku dan Anin mengiyakan. Bagas mana? Oh itu dia. Sedang diam di ujung sana. Entah sedang apa.

"Eh, sempet liat Anggia gak tadi kalian berdua?"
"Kayak apa sih emang orangnya?" tanya Ai balik.
"Kayak bidadari gitu lah..." jelas Anin tidak jelas.
"Udah gue bilang kan dia ama cowoknya..." aku mencoba menyadarkan Anin dari mimpi bodohnya.

"Cowoknya kayak apa sih..." Anin malah gusar sendiri tak keruan.
"Kayak Kinan Pirs, Nin..." jawabku.
"Serius lo?" tanyanya.

"Niiih, follow instagramnya dong makanya!" aku memberi handphoneku. Foto Anggia sedang bersama lelaki yang aku tahu bernama Adrian. Memang benar, agak mirip Kinan Pirs tambah kacamata dan brewok yang lebat.

"Mampus gue..." jawab Anin.
"Wow.. cowoknya yummy abis" celetuk Ai.
"Nah, elu kayak Harambe gitu mana bisa ngelawan sih Nin..." ledekku.
"Bangsat.."

------------------------------

30000010.jpg

Aku puas menonton Parabunyi dan Wonderwoman Is Alive. Besok aku akan menonton apa? The G.I.G.I.T.S. ? Naciluva? atau malah Ridwan? Sebenarnya aku sangat penasaran akan band pendukungnya Fren Breddly. Kita lihat saja besok kemana angin akan membawa aku menonton musik siapa. Musik Indonesia dibilang jelek? Yang bilang pasti kurang piknik. Kurang datang ke acara-acara seperti ini dan hanya melihat acara-acara aneh di televisi.

Sudah lewat tengah malam, Aku, Anin dan Ai berjalan balik ke hotel yang tidak jauh dari venue. Anin tampak tak putus-putus merokok. Antisipasi bertemu dengan Anggia mungkin.

Kami berjalan ke kamar, dan kulihat dari kejauhan ada sosok yang teronggok lunglai di depan kamarku. Fuck. Apa itu? Oh Jacob.

"Mas, kok di sini, abis digaruk satpol pp ya?" canda Anin sambil menyapa.
"Eh buset... Kaget gue..."
"Ngapain sih..."
"Itu, apa, gue numpang di kamar lo dong Ya..."
"Hah, ngapain? Gila lu, gue kan ama Adek gue..."
"Ya numpang bentar lah ya, plis..."
"Gak numpang ke Anin atau ke Sena? Sena sendirian tuh..."
"Sena gak ada, dan tadi pas gue mau masuk kamar Anin, ditolak ama Bagas mentah-mentah.."

"Sampe kapan?" tanyaku menyelidik.
"Sampe pintu kamar dibukain Stefan..."
"Kok? Ngapain si setan?" tanya Anin.

"Dia... ama cewek di kamar..."
"Ama siapa?"
"Ama Rissa..."

"******? SERIUS?" kami bertiga terbelalak.

"Serius..."
"Ngapain ama Rissa?"
"Gini..."

Jacob melingkarkan jari telunjuk dan jempol kirinya. Lalu telunjuk kanannya masuk ke lingkaran itu, menunjukkan gerakan seseorang yang sedang bercinta.

"Serius lo, jangan bohong, gila!" bentak Anin pelan.
"Beneran suer... Ya masa gue halusinasi liat Rissa ama Stefan duduk-duduk lendot-lendotan di kasur.... Pas mau masuk kamar, terus gue diusir Stefan..."

"Bohong lu kampret!" Anin tampak tidak percaya.

"Seriussss"
"Bohong"
"Serius"

"Serius" mendadak ada suara lain. Suara Bagas yang muncul seperti hantu di dekat kami. "Suara having sex nya kedengaran sampai kamar kita. Jelek juga dinding hotelnya, padahal bintang empat" Keluh Bagas.

"Dibuka balkonnya pasti si Anjing" keluh Jacob.

"Oke... Kita tunggu sampe pagi kalo gitu, beneran atau enggak". Dan kami berempatpun bergegas ke kamar Anin.

------------------------------


BERSAMBUNG
 
orang lagi mL ditungguin, haddeuuh
gebleeek, pade penasaran ame mekinye neng rissa, memang mas epan sungguh sakti, ga sia2 dapet julukan dewa kontol

lanjutkan, masta
keep the faith
 
Terima kasih atas updatenya Om @racebannon, semakin mantap.

Tetap semangat Om dalam berkarya, sukses selalu RLnya.
Pantesan kunaon jd sempit rupanya part 5 na kaliwat.
 
LAGI LAGI LAGI LAGI LAGI LAGIIIIIIIIIIIII ......!!!
pembaca mulai menggila
HANTAMAN ayo HANTAM forum semprot tercinta kita ini WOOOOOAAAAAAAHHHHH
:semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd