Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
Bimabet
MDT SEASON 1 – PART 8

------------------------------------------

30000010.jpg

Mendadak kamar Anin dan Bagas penuh. Kami semua ada di sana. Termasuk Ai. Mukanya sudah menunjukkan gelagat yang aneh dari tadi. Tapi dia mau untuk play along. Memastikan apakah Stefan benar-benar tidur dengan Rissa, atau apapun. Atau apapun.

Kami semua berusaha diam, mencoba mendengarkan suara dari kamar sebelah.

"Boong lu ya kalo kedengeran?" tanyaku ke Bagas.
"Gak boong" jawabnya datar sambil terdiam di atas kasur.

"Ini kok jadi gini sih?" Ai duduk di atas kursi sambil memeluk kakinya, berusaha berkonsentrasi juga untuk mendengar suara yang datang dari kamar sebelah.
"Tuh ada tuh..." teriak Jacob.
"Mana gak kedengeran.." balasku ingin tahu.

Kami terus diam.

"Uhh..." suara itu terdengar namun tipis. Kami semua membelalakkan mata. Anin berinisiatif membuka pintu balkon, sambil menyuruh kami semua diam dengan isyarat tangannya.

"Uhhh...." Anin mendadak ekspresinya menjadi kaget, melihat ke arah kami semua. Ada yang benar-benar terjadi malam itu. Entah Stefan dengan siapa.

"Jelek juga nih hotel... Suaranya tembus dari sebelah.." keluh Anin sambil menutup pintu balkon.
"Kalo di sebelah buka pintu balkon juga wajar kedengeran..." jawabku.
"Buat apa gituan buka pintu balkon?"
"Biar seluruh dunia tau kali? Ketok sebelah dong nanya, biar tau buat apa..." ledekku ke Anin.

"Geli ih..." keluh Ai.
"Geli kenapa?" tanya Jacob.
"Iya itu disebelah, kalo bener Rissa, ancur udah image dia di kepala gue tau..."

"Yah... itulah... Yang gituan mah kalo bener ga akan masuk berita gosip juga... Bukannya apa-apa, tapi kehidupan dunia ini emang kadang-kadang gitu. Maklum lah, entertainer kan kerjanya ngehibur orang, dan dalam kondisi apapun dia harus bikin orang seneng, makanya rata-rata pada kayak orang stress gitu, cari hiburan gak bener..." aku menjelaskan panjang lebar ke Ai. "Paling yang bocor ke media kalo yang ada fotonya atau narkoba lah... Soalnya urusannya kan sama polisi..." lanjutku.

"Kalo Mas Arya gini juga gak?" selidiknya.
"Enggak dong..." jawabku sambil tersenyum.
"Si bangsat, adek sendiri diboongin" ledek Anin. Ai hanya menjulurkan lidahnya.

"Mending kamu nyanyi..." aku mengalihkan perhatian dari pembicaraan ini. Aku mengambil gitar akustik yang selalu dibawa Anin kemanapun dia pergi.

"Emang lo bisa nyanyi?" tanya Anin ke Ai.
"Gak tau" balasnya sok sinis.

"Udah ah..." Aku langsung memainkan intro gitar. Ai langsung mengerti lagu apa yang aku ingin mainkan.



Hening. Mendadak semua melongo. Kecuali Bagas tentunya. Robot sialan itu tampaknya tidak bisa berekspresi dan tak punya hati. Semua terhanyut dalam suara Ai yang mereka tidak sangka-sangka sebagus ini. Aku sebagai kakaknya tidak heran. Dulu, sewaktu ayahku masih hidup dan masih menjadi momok di rumah, tidak jarang Ai menangis dan mencoba melerai ayahku dan ibuku. Tapi gagal. Gagal total. Ayahku malah mengalihkan siksaan verbal dan mentalnya ke Ai. Adikku yang tidak berdosa. Merendahkannya, dan mencampakkan semua usaha baiknya untuk menghentikan kemarahan ayahku.

Biasanya ia lantas menyerah dan kembali ke kamarnya. Menangis sendirian disana. Ketika suasana sudah reda, aku biasanya menyelinap, membawa gitar. Pada awalnya aku hanya bermain disana, sambil bergumam, bermaksud menghiburnya yang sedang menangis dan terkulai di kasur sambil menghadap dinding.

Lama-lama ia ikut bersenandung. Lama-lama ia menyanyi. Lama-lama suaranya terbentuk. Menjadi seperti sekarang.

Dan ketika selesai Ai menyanyi, mereka semua terpukau.

"Geblek.. setelah sekian lama kenal, baru tau gue kalo suara lu kacau gitu kerennya... Kenapa gak jadi penyanyi aja sih?"

"Ga mau. Ntar stress terus kayak orang di sebelah" balasnya sinis.
"Ga sayang apa cuma kerja kantoran?"
"Kalo gue gak kerja kantoran ntar siapa yang ngurusin asuransi jiwa elo, bego" ledek Ai sambil membuat muka jelek.

"Gue gak punya asuransi jiwa...." keluh Anin.
"Hmm... gak sayang sama idupnya sendiri"

Mendadak Sena masuk ke kamar yang kami lupa kunci itu.
"Hah, apaan nih kok pada disini?" tanyanya aneh.

Aku hanya menepuk jidat. Dan yang lain memandanginya dengan tatapan aneh. Kecuali Bagas, tentunya.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

"Bangun, udah pagi" aku membangunkan Ai pagi hari itu. Pukul setengah delapan. Dia tidur dengan bodohnya di kasur kamar Anin. Kasur satu lagi dipakai Bagas. Sisanya, termasuk aku, para penguping seks tersebar menggelepar di karpet. Ai bangun dengan malas, beringsut dan bangkit dengan lambat. Ia lalu berdiri dan mengikutiku ke kamar. Aku menuntunnya dengan memegang kepalanya, menariknya dengan bodoh.

Aku membuka pintu. Dan pintu sebelah pun terbuka. Sesosok perempuan yang familiar lantas lewat. Rissa.

Aku dan Ai mendadak hilang ngantuknya. Aku dan adikku lantas melongok ke kamar samping. Dan menahan pintu kamar samping agar tak langsung tertutup.

"Eh" Stefan kaget melihat kami.
"Eh juga" jawabku sambil menatap sinis ke arahnya. Ai juga menatap penuh selidik.

"Apaan nih?" tanya Stefan dengan muka tersenyum.
"Jangan bilang kalo lo semalem ama yang tadi lewat"
"Emang kenapa?"
"Masa sih Fan?" tanyaku.

"Nih" mendadak Stefan menunjukkan foto di handphonenya. Foto Rissa yang tanpa busana sedang tertidur pulas di kasur, di sebelah tangan yang penuh bertato. Tato Stefan. "Ah... lega deh... Hari ini cobain cari yang lain ah..." Stefan meregangkan badannya.

"Cari mangsa maksud lo?"
"Yoi"

"Idih..." suara Ai terdengar.
"Sory ya sayang... Gue lagi pusing, butuh temen-temen lucu" balas Stefan ke komentar singkat Ai.

"Jadi nyesel gue ikut..." keluh Ai sambil berlalu ke arah kamar kami.
"Hadeh... yaudah, gue tinggal dulu. Ampe ketemu tar siang pas kita-kita nonton venue minggu ya..." ucapku pelan ke Stefan.
"Siap... Jangan incest ya Ya.." Stefan melambaikan tangannya ke aku dan Ai, yang dibalas oleh juluran lidah Ai.

------------------------------------------

soundr10.jpg

"Keren" komentar Ai sehabis menonton Hore.
"Pasti lah, Hore gitu" jawabku sambil tersenyum di balik kacamata hitamku yang menahan teriknya matahari. Anin ada bersama kami berdua, sambil merokok di satu sudut Venue.

Dia tampak kepanasan. Mendadak Sena datang.

"Eh kalian di mari rupanya...." Sena langsung merogoh kantong celana pendek Anin, merebut rokoknya dan membakarnya dengan cepat.
"Eh si Tai" kaget Anin. Sena hanya tersenyum.

"Lo semua mesti denger, terutama Bang Stefan sih..." bisiknya ke aku, Anin dan Ai.
"Apaan?"
"Dying Inside My Heart mau diisengin ama kru..." senyum Sena lebar.
"Wah, kenapa?"

"Masih inget selebaran songong mereka kemaren kan?"
"Yang minta mereka boleh masuk tanpa ID dan boleh bawa orang sesuka mereka?" tanya Ai.

"Yoi, jadi mereka bawa-bawa cewek gak jelas gitu ke backstage. Kan bikin rempong kru ya, entah masalah keamanan, atau teknis yang keganggu gara-gara mereka sok sok keren bawa groupies kacangan itu... Pas dikasih tau, biasa, resenya keluar. Jadi pada males...." jelas Sena panjang.

"Terus gimana diisenginnya? Equalizernya pas manggung disabotase?"
"Ya kagak Bang... Kan mereka bawa soundman sendiri..." bantah Sena kepadaku.

"Jadi?" tanyaku balik.

"Minuman si vokalisnya mau dicampur pencahar...." seringai Sena.

"Ahahahaha..."

Kami tertawa kecil, membayangkan bajingan kurus berambut hijau dan bertato krayon itu murus-murus sehabis manggung.

"Eh, Anin?" mendadak ada suara familiar yang mengagetkan kami, membuat kami berhenti tertawa.
"Eh... Anggia... Ehehehehe... Apa kabar? Ah iya, udah denger dari Arya ya katanya emang lagi nonton Soundrenaline, hehehhehe... Apa kabar?"

"Baik! udah lama gak ketemu lo-lo pada.." senyum Anggia terlihat lebar.
"Kenalin, ini adek gue..."
"Anggia"
"Ai.." senyum Ai terlihat lebar.

"Oh iya, baru Arya aja ya yang kenalan ama Adrian.."
"Adrian"
"Anin"
"Adrian"
"Ai"
"Adrian"
"Sena"

"Lo manggung kemaren kan?" tanya Anggia. Adrian menyalakan rokok dan menghisapnya dalam, sambil melihat ke arah kami. Mungkin mereka menonton kami juga kemarin.

"Iya, nonton?" tanyaku tanpa menghiraukan Anin yang tampak agak kaku.
"Sayangnya enggak..."
"Haha... yowes.. Tar kalo manggung lagi kita kasih tau, masih kontak ama Rendy kan?"

"Masih dong..." senyum Anggia.
"Kirain abis sobat kalian itu nikah ama Dian terus sendiri-sendiri kalian bertiga" balasku.

"Enggak lah, kan suaminya Dian sekantor ama gue, dan Rendy walau sekarang ngekos di tempat lain juga masih suka ketemu kita kok..."
"Yowis..."
"Oke.. Ampe ketemu ya!" Anggia melambaikan tangan kepada kami.

Anggia terlihat sangat cantik, makin cantik dengan rambut pendeknya. Paduan jaket windrunner warna shocking pink, t-shirt polos abu-abu, hot pants hitam, dan converse pink itu terlihat sangat cocok untuknya.

"Temen Mas Arya?"
"Iya, temen kuliah" jawabku atas pertanyaan Ai.
"Model?"
"Bukan"
"Oh.."

"Bang, kok diem aja?" tanya Sena menegur Anin yang terpaku melihat Anggia yang sudah berlalu dari jauh.

"Eh, apa?"
"Kok diem aja"

"Siapa yang diem aja?"
"Elu, bego" aku menengahi.

"Itu tadi cowoknya, yang lo bilang itu?" tanya Anin kepadaku.
"Iya."
"Anjing lo liat jam tangan tu cowok ama sepatunya kan?"
"Ga merhatiin..."

"Itu Adidas Tubular Radial... Gak mahal-mahal amat sih aslinya, 2 jutaan, tapi warnanya ga pernah gue liat! pasti kastem atau beli yang limited... Anjing" keluh Anin.

"Terus kalo jam nya?" tanyaku bingung.
"Itu G Shock Frogman yang warnanya juga aneh, pasti limited juga!"
"Horang kayah kali Nin..."

"NAH! Itulah yang bikin Anggia ga bakal tertarik ama orang model gue! Orang cowoknya pasti tajir mampus gitu!"

"Dah gitu ganteng banget lagi... Ya ampuuunnn..." Ai malah mengagumi Adrian.
"Ah, kan, mampus gue"
"Umur lo 31 Nin.. Behave dong jangan kayak ABG" tegurku sambil meledek.
"Elo sendiri ama Kanaya aja gak jelas, pake nasihatin gue!" Anin tampak ngambek. Hatinya sepertinya terluka.

"Iya ya ampun... Kan udah gue bilang temen..."

------------------------------------------

30000010.jpg

Malam hari. Aku sudah siap tidur, sedang berbincang dengan Kanaya.

"Pasti seru deh, taun depan kesana ah.." ujarnya
"Kalo ga di Bali gimana?"
"Ya gapapa"
"Kalo kita ga maen gimana?"
"Emangnya cuma buat nonton eluuu "
"Jakarta aman?"
"Aman... eh, dapet bocoran, kayaknya ntar abis lo balik dari Jepang, Mbak Cheryl mau bikin acara farewellnya dia deh.."

"Kok baru ntar farewellnya?"
"Kagak tau, nunggu persiapan nikahannya adem dulu kali, tapi..."

Dia mengetik lama.

"Tapi apaan?" aku tak sabar.
"Dying Inside My Heart juga diundang...."
"Astrojim..."
"Kan mereka awal karirnya juga sering manggung disini kata Mbak Cheryl...."
"Aduh... Bisa dipipisin itu sama Stefan di panggung..."

Mendadak ada suara ketukan di pintu. Aku beranjak, melempar handphoneku entah kemana dan membuka pintu. Stefan.

"Eh, masuk boleh?"
"Boleh"
"Ai mana?"
"Mandi"
"Gak mandi bareng?"
"Lo pikir gue bocah apa mandi bareng" jawabku kesal.

"Ngapain?" tanyaku sambil duduk di kasur dan Stefan di kursi.

"Gapapa, bosen aja... Kayaknya gara-gara gue gak jadi deh anak-anak minum ama Bimo dan Wira" senyumnya mengingat kejadian kemaren.
"Iya, pada lupa gara-gara mau ngupingin elu... BTW... gimana Rissa?" tanyaku berbisik, takut terdengar Ai.
"Yah, rasanya gak beda ama perempuan kebanyakan... haha. Tapi secara visual memuaskan lah..."
"Mayan lah ya"
"Mayan banget"

"Udah denger dari Cheryl atau Kanaya?" tanyaku ke Stefan.
"Farewell? Udah"
"Terus?"
"Hajar lah"
"Udah tau siapa aja yang main?" tanyaku lagi.

"Udah semua.... Biarin lah... Suka--suka yang punya acara mau ngundang siapa....." dia beranjak ke balkon, untuk membakar rokok. Aku menemaninya. Dia terdiam, lama, membiarkan rambut gondrongnya ditiup angin. Tatonya tampak terlihat sangat artistik di cahaya yang temaram. Aku bersender pada railing.

"Gue khawatir..." Stefan mendadak serius. Langka.

"Karna?"
"Jangan bilang-bilang Anin tapi..."
"Oke.."
"Dia khawatir soal lo ke Jepang..."
"Loh apa yang harus dikhawatirin, cuma sebulan kok"

"Masalahnya lo ke Jepang kan mau safari musik... Dia takut lo kecantol ama scene musik disono terus gak balik-balik..."
"Men, dideportasi ntar gue kalo ga balik-balik"
"Bukan itu, dia takut kalo lo mutusin untuk tinggal disana for good..." jelas Stefan.

"Which is ga mungkin, gue gak ada keluarga dan gue gak bisa bahasa jepang blas..." jawabku. Siluet Ai dalam pakaian tidur keluar dari kamar mandi. Melihat Stefan, dia langsung bergegas mencari sweater atau jaket untuk menutupi tubuhnya.

"Yaudah... itu kekhawatiran kita sih..."
"Santai lah sob.."

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

interl10.jpg

Senin pagi. Pesawat terbang. Aku makin tak sabar untuk menaikinya lagi, ke Jepang. Aku melirik pada mereka semua. Ai yang sedang tidur dan bersandar ke bahuku. Anin yang sedang tidur. Jacob yang sedang melihat video di handphonenya. Sena yang sedang baca komik. Bagas yang sedang diam menatap ke depan, tidak tahu menatap apa. Tapi sepertinya serius sekali.

Dan Stefan yang sedang antri WC, sambil mengobrol dengan pramugari yang cantik. Pramugari yang sedang ia berusaha dapatkan nomornya.

"Gak tidur mas?" Ai membuka mata dan melirik kepadaku. Ia meluruskan kepalanya.
"Enggak, excited soalnya"
"Kepikiran Jepang ya?"
"Ho oh"

"Itu ngapain sih si anak setan"
"Ngegoda pramugari, biasa" bisikku ke Ai.
"Dasar maniak..."
"Biarin aja lah.. Namanya juga Stefan..."

"Dia ga pernah kepikiran apa, nikah punya pacar..." keluh Ai

"Kamu mau nikahin dia?"
"Dih... bukan itu... "
"Ya... yang punya pacar diantara kita berempat paling cuma Bagas..." jawabku sambil mencoba meluruskan tangan ke atas.

"Mas kan ada Kanaya"

"Dia bukan pacar gue..."
"Cepetan dipacarin, biar Mama punya cucu"
"Buset dah, kenapa kesitu arahnya?" kagetku.
"Haha... enggak, becanda, soalnya dulu mama yakin banget kalo Mas Arya bakal nikah ama Karina"

"Kamu sendiri?"
"Pengennya sih cepet nikah... Cuman ya tau sendiri kan, ga cocok mulu, yang sekarang gak tau, baru juga bentar pacarannya..." keluh Ai.
"Tau-tau curhat kamu..."
"Biarin deh"

Aku tersenyum dan gantian bersender pada Ai. Jepang. Sebulan. Aku sudah siap secara mental. Akan aku coba lihat disana, scene nya seperti apa. Kalaupun aku tidak berkesempatan manggung disanapun tak apa. Yang penting aku sudah sampai sana. Land of my musical dream.

"Tuh kan" Stefan lewat dan beringsut untuk duduk di belakang kami.
"Apa tuhkan tuhkan?"
"Incest"
"Dasar kurang kasih sayang" ledekku ke Stefan.

Dia hanya tersenyum dan menendang kursiku dari belakang.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Bacanya agak bingung karena bbrp nama berubah , feelnya kurang dapat, kalo boleh kasi masukan daripada ganti nama lebih baik kayak cerita-cerita erotica dikasi disclaimer di depan kalo ini masuknya genre fanfic

Tapi kenapa bukan di subforum fiksi? Ya karena episodenya panjang lebih dari 3 jadi masuknya cerbung
 
Wah asyik juga lapak MDTnya suhu @racebannon nyentil ke lapak sebelah pula
Ngak banyak SS tapi seru bin kocak
Btw akhirnya Dian jadi nikah juga tha & Angia jadian sama Ardian....
 
"Enggaklah, kan suaminya Dian sekantor ama gue, dan Rendy walau sekarang ngekos di tempat lain juga masih suka ketemu kita kok..."

Fix ya, balikan ama Dian n urusan dgn Nica di sebelah, kelarrr...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd