Chapter IV-Pagi Gemuruh
Bu Stevi
06.15 A.M
Midun terbangun. Sementara Stevi masih tertidur pulas karena kehabisan tenaga yang diakibatkan oleh orgasme yang ia alami.
Midun mengocok pelan penisnya dan menyentuh-nyentuhkan palkonnya pada bibir bu Stevi. Setelah penisnya mulai menegang keras, iapun melakukan penetrasi di vagina Stevi. Midun tak ingin dinding vagina bu Stevi lecet karena nanti siang Midun berencana menyetubuhi bu Stevi lagi. akibat penetrasi yang dilakukan Midun, bu Stevi pun terbangun. Bu Stevi menatap kosong kearah wajah Midun.
Ia menatap wajah pembantu yang tega memperkosanya. Ia tak berdaya melawan, ia tak berdaya dengan ancaman Midun. Wajah tanpa pengharapan bu Stevi seolah-olah bagaikan catur yang mana rajanya di skakmat oleh perdana mentri, dan kuda. Air mata bu Stevi kembali menetes dari sudut samping matanya. Ia hanya mampu mengangkang tak berdaya. Rasa emosi yang pada pemerkosaan pertama yang telah berbaris hebat di pikirannya kini sirna di terpa rasa kebingungan dan kegelisahan. Rasa kebingungan dan kegelisahan itu telah mampu mengalahkan emosi yang menggebu-gebu dengan mudah. Bahkan telah menusuk dan merusak setiap lapis psikologis yang menerpanya. Ia lupa kalau kodrat dan posisinya adalah majikan yang memiliki segala tampuk pengaruh dan kekuasaan dari segala lapisan di rumahnya.
Ketika penis Midun masuk dan tertancap penuh di vagina bu Stevi, rasa sakit kembali menerpanya di area selangkangannya.
“Ahhhhhhh.....ahhhhhh..... sakkkittt..” ucap bu Stevi sambil mengkerutkan dahinya.
“sabar Stev, bentar lagi berubah menjadi nikmat kok” ucap Midun sambil tertawa keras. Sambil menggenjot batang penisnya dengan tempo yang teratur. Midun telah berhasil menguasai pikiran, psikologis dan hati Bu Stevi.
“ahhh....ahhh.....ahhh...” bu Stevi kembali menjerit akibat tusukan penis berukuran terong di vaginanya. Penis yang paling besar yang pernah ia rasakan selama masa hidupnya.
hhhhhmmm...hmmmm rasakan kau perek.. “ ucap Midun dengan nada merendahkan bu Stevi.
Bu Stevi hanya mampu menjerit dan mengangkang lebar dibuat Midun. Sementara kedua tangannya masih terikat pada sebatang besi diatas kepalanya.
kali ini Midun bermain sedikit lebih lama dari ronde pertama. Midun benar-benar menikmati setiap centi demi centi kontol yang masuk ke dalam vagina bu Stevi.
“aahhh....ahhh....ahh.......”bu Stevi terus menjerit hebat
“rasakan kau perek.. rasakan kotol hitamku...rasakan.....!”
“ampun... ahh.... amm..puunn mi..dun..ahhh....”
Mereka berteriak, mereka menjerit, mereka berkeringat Dalam permainan itu.
bu Stevipun kembali mengejang denga hebatnya dalam posisi mengangkang..
aaaaaaarrrkkkkkkkssstttthhh ....! hhheehhhhhh...hehhhh...” ucap bu Stevi dengan nada meninggi diterpa orgasme yang dashyat.
sementara itu Midun menarik spermanya dan memuntahkannya di perut bu Stevi. Setelah sperma Midun keluar, Midunpun pergi ke dapur mengambil sebuah sendok dan kemudian kemali ke kamar.
“Stevi, kamu harus telan sperma saya sampai tak ada yang tersisa” ucap Midun sambil menyendokan sperma dari atas perut bu Stevi dan mengarahkannya ke mulut bu Stevi.
“hmm....hmmmm...” ucap bu Stevi menolak perintah Midun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“baiklah kalau kamu tidak mau.. sperma ini akan saya masukan kedalam vaginamu dan dalam beberapa minggu akan membuahi seorang anak di dalam perutmu.. ha..haa..haa” ucap Midun dengan santai.
“jangannn..jangann.. baiklah Midun.. saya akan menelannya” ucap bu Stevi tak berdaya.
“bagus perek... baguss! Itu yang aku maksud” ujar Midun sambil menyendokan spermanya dan menuangkannya pada mulut bu sttevi..
########
Terik Matahari semakin meninggi. Suasana di kamar bu Stevi sangat panas. Wajah bu Stevi tampak kusam, tubuhnya meneteskan keringat yang membasahi daster indah yang ia kenakan. Bu Stevi hanya terdiam menatap kosong kearah kakinya yang menjulur lurus kebawah sementara kedua tangannya masih terikat pada batang besi diatas kepalanya. Bu Stevi terkulai lemah dengan penuh keringat di kasur, Midun tidak menghidupkan AC di kamar mewah milik bu Stevi dan pak alen. Bu Stevi masih berharap sebuah keajaiban timbul dari sudut luar kamarnya untuk melepaskan tali ikatannya. Perut yang keroncongan membuat bu Stevi semakin terkulai lemah di kasur empuk miliknya.
Tak lama kemudian, sosok pria berkulit hitam, rambut yang tersisir rapi, wajah yang cerah dan bersinar, mengenakan baju hem lengan panjang warna biru tua, bercelana panjang warna hitam, serta mengenakan sepatu pantofel hitam mengkilat dan berparfum wangi ala pak alen seolah-olah memberikan kesan bahwa ia orang kantoran dengan jabatan tinggi.
Pria itu melangkah mendekati bu Stevi sambil membawakan sebuah tas jinjing dan sebuah piring berisi makanan ala ekspatriat.
“oouuhhh... bu Stevi.... cup-cup..cup...... “ ucap Midun sambil menaruh koper dan piring makanan keatas meja samping kiri kamar. Midun kemudian mencium kening, pipi, hingga leher bu Stevi dengan lembut. Melihat bu Stevi yang berkeringat Midun langsung menyalakan AC di kamar mewah tersebut.
“Midun, saya tidak pernah tidak mandi ketika pagi hari. Namun sekarang sudah tengah hari, diriku berbau tak sedap, berkeringat seharian, kucel, dan aku lapar,” ucap bu Stevi sambil menangis.
hati Midun, seketika itu teguncang hebat mendengar majikannya berbicara layaknya orang yang tak punya apa-apa. Seketika itu juga Midun memeluk bu Stevi dan mengusapkan air mata yang membasahi pipinya...
“maafkan aku ya stev. Aku sudah membuatmu begini. Tapi habis kamu mandi dan makan, kita lanjut lagi ya” ucap Midun lembut sambil mencium keningnya
***********
Midun melepaskan ikatan yang melilit tangan bu Stevi. Dan mengijinkan bu Stevi untuk mandi
Mata Midun mengawasi dengan tajam setiap senti pergerakan bu Stevi. Bahkan ketika mandipun Midun tak mengijinkan bu Stevi mengunci pintu kamar mandi. Untuk mempermudah Midun melakukan pengawasan.
Bu Stevi tampak canggung ketika sedang mandi. Ia, dia tampak kurang nyaman ditatap dengan tajam oleh pria yang sudah dua kali memperkosanya. Namun Midun tampak menikmati setiap liukan indah tubuh bu Stevi saat diguyur air. Midun ingin sekali bergabung dengan aktivitas bu Stevi, namun dia tidak ingin aroma parfum mahal milik Pak Alen yang menempel pada dirinya hilang akibat diguyur air.
Midun melipat kedua baju lengan panjangnya sampai ke mata sikunya dan melangkah anggun mendekati bu Stevi untuk menyabuninya. Tanpa di komando Midun meraih sabun yang di genggam bu Stevi dan mulain mengusap-usapkannya dari leher hingga ke telapak kaki bu Stevi. Bu Stevi hanya mematung tak bergerak akibat kecanggungan yang menerpa hati dan pemikirannya. Sementara sentuhan-demi sentuhan sabun yang menari indah di kulit halusnya membuat bu Stevi menutup matanya. Ya, ia kini mulai menikmati pergerakan sabun yang menari indah dikulit halusnya. Hingga pada sesi terakhir Midun mengoles-oleskan batang sabun yang di genggamnya menuju ke vagina bu Stevi. Midun menggerakan maju mundur pada bagian vagina bu Stevi.
“hmmhhhh” nafas bu Stevi mulai tak berirama lagi..
Sedangkan Midun asik menikmati tangannya yang menyabuni area vagina bu Stevi. Dengan penuh penghayatan dan perasaan Midun melakukan hal tersebut.
“stev, sekarang siram yang bersih yah.” Ucap Midun menatap halus wajah bu Stevi sambil mengelus kening bu Stevi dengan lembut. Bu Stevi hanya mengangguk pendek menandakan ia mengerti instruksi Midun.
Midun melangkah menuju kasur mewah tempat bu Stevi tidur dan duduk diatas kasur dengan kaki yang masih mengenakan sepatu hitam menyentuh ke lantai. Midun kembali mengawasi Stevi yang ada di kamar mandi. Stevi akhirnya melilit tubuhnya dengan handuk putih bersih tanpa noda dan berjalan melangkah mendekati Midun. Midun terpaku sejenak pada lingkaran mata sipit bu Stevi. Aura aggun bu Stevi terlihat jelas setelah ia mandi. Suasana di ruangan itu terasa begitu sunyi. Tak ada suara apapun kecuali sisa tetesan air dari wastafel yang menyentuh lantai kamar mandi.
Mata bu Stevi menatap kosong pada wajah hitam Midun. Tubuhnya seperti patung pahatan tanpa pergerakan. Nafasnya berirama lembut melewati hidungnya. Ia menunggu pergerakan dari Midun untuk menyentuh tubuh halusnya.
Midun yang awalnya duduk terpaku kini berdiri dan memeluk bu tevi. Ia mencium kening bu Stevi dengan penuh penghayatan. Kali ini bu Stevi tampak menikmati ciuman lembut di keningnya itu. suasana pemerkosaan pada kamar itu kini berubah menjadi suasana persetubuhan atas dasar suka sama pasrah. Sungguh pemandangan yang tak lazim melihat kontrasnya kulit mereka bersentuhan pada area-area sensitif satu sama lain. Awan gemuruh terlihat begitu jelas menyelimuti langit dari kaca jedela dalam kamar sang majikan. Entah pertanda apa yang ditunjukan alam akibat dua orang dari golongan kasta yang berbeda dan status pernikahan yang berbeda berkumpul menjadi satu dalam ruangan itu.
Midun melepas dengan lembut handuk yang meliliti putih bu Stevi, sementara nafas Midun mengalir tidak stabil di leher bu Stevi. Nampaknya nafas tersebut berhasil membuat Stevi merasakan kegelian lembut di area lehernya. Midun langsung melakukan french kiss terhadap bibir lembut wanita anggun bermata sipit dan bekulih putih yang lembut nan halus. Namun tiba-tiba bu Stevi menggigit keras bibir bagian bawah Midun hingga mengeluarkan darah yang lumayan banyak membanjiri mulut bu Stevi. Gigitan itu kemudian ia lepaskan dan darah yang ada di dalam mulutnya ditelan habis oleh bu Stevi. Bu Stevi kemudian membalas ciuman Midun dengan penuh nafsu
.
Midun meremas-remas dengan lembut payudara wanita cantik tersebut dengan penuh perasaan. Sementara bibir mereka masih berpagutan antara satu sama lain. Midun tampaknya menikmati rasa nyeri akibar air liur yang membasahi luka di bibir bagian bawahnya
Setelah puas berciuman, Midun merebahkan bu Stevi di ranjang dan menyerang payudara Stevi dengan rakus serta menari-narikan lidahnya pada puting payudara wanita sipit itu. Sementara mata bu Stevi merem-melek menikmati tarian demi tarian di daerah puting payudaranya. Desahan mereka menjadi mengeras dan menjadi tak karuan. Lilitan nafsu kembali menerpa pria berkulit hitam dengan wanita berkulit putih bak istri raja china tersebut.
Midun yang tak tahan dengan aroma tubuh bu Stevi langsung mengarahkan bibirnya kearea kewanitaan bu Stevi. Rasa sakit yang menerpa bibirnya kalah dengan gairah nafsu yang menyelimuti seluruh tubuhnya. “Stevi, vagina mu harum sekali.... rasa vagina lendirmu pun begitu gurih dari yang biasanya.”ucap Midun sambil mendesah.
“iiirrhhh ....” bu Stevi tak menjawab. Pinggulnya ters bergoyang kesegala arah menahan rasa nimat dari lidah lembut Midun. Bu Stevi hanya bersikap deffensive. Rupanya Secuil logika masih bertahan dipikirannya sehingga ia tak mau terlihat murahan di hadapan pembantunya.
Midun yang sudah berada di puncak gairahnya pun melepaskan semua pakaian termasuk sepatu hitam yang ia kenakan. Ia langsung berusaha memasukan penis hitam berukuran terong miliknya ke vagina yang sudah basah.
“aaaaaarggghh.... ahhh.... iiiikkhhh” ucap bu Stevi mendesah menerima serangan batang hitam berukuran terong masak itu. Tangannya menggenggam keraas sprei kasur miliknya
“stev, mmuucahh.. ” ucap Midun mengecup bibir merah muda tersebut.
Midun kemudian melakukan french kiss dalam keadaan sedang bercinta. Aura nafsu menguasai mereka berdua. Cuman bu Stevi diterpa secuil logika sehingga membuat dirinya diperkosa dengan sikap anggun nan pasrah.
Keringat mulai bercucuran pada tubuh masing-masing dari mereka. Mereka mendesah, mereka berciuman, mereka berpelukan, dan mereka mendapat orgasme bersama.
Setelah kejadian di hari itu Midun berhasil membuat bu Stevi tak berdaya melaporkan kebejatan Midun yang menimpa dirinya.
Update berikutnya di page 7.
jangan lupa cendolnya ya hu