Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA PERJALANAN.

Ini real story atau fiksi huu...??? Boleh donk tambahin mulustrasi. Biar lbh dapet aja mbayanginnya... Peace hu 😁😁😁
karakter orang2 dan beberapa events inspired by true stories. tapi banyak hiperbola karna drama. mungkin 30% real 70% fiksi.

mulustrasi saya masih blm bisa gimana cara masukin gambar. + saya ha mungkin share foto2 asli karakter terlalu riskan. kalau mau mungkin saya kasi ilustrasi via digital painting nanti2..
 
karakter orang2 dan beberapa events inspired by true stories. tapi banyak hiperbola karna drama. mungkin 30% real 70% fiksi.

mulustrasi saya masih blm bisa gimana cara masukin gambar. + saya ha mungkin share foto2 asli karakter terlalu riskan. kalau mau mungkin saya kasi ilustrasi via digital painting nanti2..
Siap huu... G perlu harus real sih, bisa sensor atau ambil dr google yg ciri fisiknya hmpir sama. Hehehe.... Kamsia huu atensinya 😁😁😁😁
 
CHAPTER 5​

Sambil jalan di dalam mobil, aku melihat ke arah luar. Hujan deras membuat kaca mobil dipenuhi bintik-bintik hujan nan indah. Laju mobilku pun tidak terlalu kencag karena jarak pandang yang berkurang. Aku senyum-senyum sendiri sambil mengingat masa-masa indah saat aku dan tante Fia mulai dekat dan mengungkapkan perasaan kami secara terang-terangan.

Masih 10 tahun lalu...​

Aku tergeletak lemas di kasur. Penisku yang tadi sempat tegang lagi kini terkulai lemas, dan aku pun perlahan tertidur. Entah berapa jam berlalu sampai aku terbangun, dan tubuhku sudah dilapisi selimut. Aku beranjak dari tempat tidur dan kembali mengenakan pakaianku. Kubuka pintu kamar tante Fia dan keluar menuju dapur.

Aku melihat ke arah kamar Dio dan kulihat dia masih tertidur. Aku menuju dapur ke arah tante Fia yang sedang mencuci piring. “Dio masih tidur apa udah tidur lagi tante?” kataku sedikit mengagetkannya.

“udah tidur lagi..” katanya santai. “Arman ga makan dulu? Udah jam 8 tuh, kamu tidur lama banget sampe malem gini. Capek banget ya? Hehe..” katanya sambil senyum membuat matanya sampai tersipit. Aku langsung memeluknya dari belakang, dan merangkulkuan tanganku di pinggangnya. Tante Fia masih mengenakan gaun yang tadi di pakainya.

“iya capek banget. Udah di tahan berbulan-bulan soalnya.” Kataku sambil mencium pipi kanannya. “mau makan, tapi mau makan yang ini aja.” Kataku lagi sambil tangan kananku meremas selangkangannya. “tente, ngentot lagi yuk.” Sambil aku arahkan kepalanya ke arahku dan aku cium mesra bibirnya. Ia pun membalas ceiumanku dengan lembut.

Tanganku mengangkat gaunnya dari bawah sampai ke perut. Aku mulai meremas vaginanya secara langsung. Tangan kiriku meremas payudaranya dan tangan kananku mulai mengulas-ulas belahan vagina tante Fia. Tante Fia menghentikan kegiatannya mencuci piring dan mengelap tangannya tanpa melihat, karena bibirnya masih berpangutan dengan bibirku. Tangan kirinya ikut membantu tangan kananku meremas payudaranya, tangan kanannya memegang tanganku dan mengarahkan jarinku ke lubang vaginanya.

Ia melepaskan ciuman kami lalu berkata... “ini loh sayang... disini, jangan susah nyarinya.” Katanya sambil sedikit memasukkan jariku ke dalam lobang vaginanya. Aku cium lagi bibir tante Fia. Kami beradu lidah satu sama lain. “ummmchhh...” “ummmcchhhhhh” bunyi ciuman kami terdengar sangat ganas dan menggoda membuat penisku ingin keluar mendobrak celana.

Segera kulepaskan celana, dan celana dalamku. Aku hadapkan tante Fia ke arahku dan kuarahkan penisku sejajar dengan vaginanya. Aku gesek-gesekkan penisku dan aku coba memasukkannya ke lubang vagina tante Fia. Melihat aku yang masih sedikit kesulitan, tante Fiapun memegang penisku dan diarahkannya.. “mendek dikit” katanya padaku. Kemudian aku sedikit menekuk kakiku, mengarahkan penisku menjulang keatas. Posisi kami masih berdiri. Tante Fia sedikit menjinjit dan mengepaskan vaginanya ke arah penisku. Kemudian ia masukkan penisku secara perlahan dan, blesssss... penisku masuk ke vaginanya. Kakiku dan kaki tante Fia sama-sama bergetar.

“ummmhhh.. ssstttttt ahhhh” kata tante Fia menahan suaranya. “tahan pantat tante sayang.” Kata tante Fia. Aku segera menahan pantat tante Fia dengan kedua tanganku. Kakinya kemudian mengangkat dan melingkar di pinggangku. “genjot yang.” Tante Fia memberi aba-aba.

“aahhhh... ummmhh umhhhh... ahh... ahh.. ahh...” tante Fia menjerit ketika kugenjot pinggulku naik turun. Aku pun merasa nikmat tak tertara. Entah kenapa penisku kali ini tahan lama walau pijatan daging liang vagina tante Fia membuat penisku terasa begitu nikmat. Aku genjot lagi naik tutun membuat sodokan penisku kandas sampai ke ujung liang vagina tante Fia. Ia pun tak bisa menahan jeritannya walau sudah di tahan dengan satu tangannya. “ummhhh ummhh ummhh umhhh.” Katanya.

Tiba tiba tante Fia menepak-nepak pundakku. “pindah kamar aja sayang nanti kedengeran Dio” katanya. Aku angkat tante Fia masih dengan posisi semula. Kugendong dia menuju kamarnya dengan posisi penisku masih menancap di vaginanya. Kami melewati kamar Dio dan kulihat Dio masih pulas tidur di matras kecilnya. Sampai di kamar kututup pintu dan menuju ranjang tante Fia. Aku menaikan satu kakiku di ranjang dan mulai ke genjot lagi tante Fia. “aaahhhhhh ahhhh ahhhh... enak Sayang enawwqqq.. ehh ehhh ehhh..” tante Fia merancu sambil memegang kepalaku dan diarahkan ke payudaranya. Aku lumat payudaranya dengan bibirku, sedikit aku gigit putingnya dengan nakal. “ummmhhh dia mendesah dan menggenjot sendiri pingulnya. Aku genjot balik dengan irama yang lebih kuat lagi.. “ummmhhhh sayaaangghhh emmmmhhhh ahhhhh aaaahhhh ahhhhhh.... sayangggghhh.” Tante Fia makin merancu tidak jelas.

Tidak lama setelah itu tubuhnya kejang dan menekan pinggulnya ke depan. Kurasakan cairan hangat mengalir dalam vaginanya dan lumer keluar mengalir ke pahanya dan menetes sedikit ke pahaku. Tubuhnya lemas, aku letakkan ia terlentang di kasur, sembari kulepaskan gaun yang masih mengikat di lehernya. Aku pun melepaskan kemeja yang kukenakan. Kini kami bertelanjang bulat berdua. Penisku masih tertancap ke vaginanya. Aku kini menindih bagian bawahnya. Ia melepaskan lingkaran kakinya di pinggulku dan meletakkannya di atas kasur, masih dengan posisi terkangkang menekuk.

Setelah satu menit berlalu. Dan kurasa kejutan dalam daging vaginanya sudah mereda, mulai kusodok –sodok lagi penisku keluar masuk vaginanya. “tante.. 4 ronde masih kuat nih.” Kataku sambil menjatuhkan tubuh dan menindih dua gunung kembarnya dengan dadaku. Tante Fia melihat kearahku dan berkata..”masa? awas ya kalo ga kuat.” Katanya sambil menggengam rambutku dan mendekatkan kepalaku untuk mencium bibirnya.

Kami berciuman dengan lembut, saling memainkan bibir lalu mulai menjadi ganas. Saling beradu lidah dan terkadang saling menggigit halus bibir masing-masing. Tanganku memeluknya dengan erat sehingga payudaranya melekat di dadaku. Pinggulku aktif menggenjot kemaluannya dengan penis yang terus keluar masuk vaginanya yang sudah sangat basah. Tak lama setelah itu kurasakan penisku sudah akan menyemburkan spermanya. Kami sama-sama mengerang sambil berciuman...

“muuchhh,,,ahhnnn mmhhhh ahhhhhh muchhhh uhmmmm...” suara ciuman dan erangan tertahan kami beradu. Kusodok vagina tante Fia makin cepat. Ciuman kamipu terlepas dan kami saling menjerit mengeluarkan suara kenikmatan... “ahhhhhhhh.... ahhhhh...” kusodok penisku dalam-dalam ke liang vagina tante Fia. Cairan sperma kembali tersembur dalam ke liang kewanitaannya.

Tubuhku ambruk ke tubuh tante Fia. Aku lemas dan penisku perlahan mengecil dan keluar sendiri. Kubentangkan tubuh kesamping tante Fia sambil melihat ke arah wajahnya yang masih terpejam. Kuelus elus rambutnya, telinganya, lalu pipinya. Ia menoleh ke arahku.

“perasaan tante aja apa kontol kamu makin gede sih.” Kata tante Fia menggodaku. Aku tersenyum saja dan memjawab. “bukan cuma makin gede sayang.. makin kuat juga. Kita ngentot sampe pagi ya.” Dia tertawa mendengar celotehku. “bener ya.. tante bangunin kalo kamu sampe ketiduran lagi.” Balasnya sambil menepak dadaku.

Aku arahkan tubuhku menyamping dengan tangan kananku menyanggah kepala. Tangan kiriku kembali kuarahkan untuk mengelus elus vagina tante Fia. Ku remat-remat lagi vaginanya yang masih licin karena air kemaluan kami yang bercampur di liang vaginanya.

Tante Fia senyum-senyum saja sambil berkata.. “kamu ni kalo tante perhatiin, suka banget sama memek tante ya. Sama yang ini ga suka?” katanya sambil menekan kedua payudaranya ketengah sehingga menyembul keatas. Aku langsung menyosor payudaranya dan mengemut kedua putingnya bergantian. “suka juga sayang..” kataku memblas..”tapi memek tante enak banget.. mulus lagi kaya apem. Enak di elus, enak di jilat, terus di celupin.” Kami pun tertawa bersama.

Tante Fia menoleh ke samping dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. Ia menatapku dalam-dalam dan memberikan kecupan lembut. “kamu kok berani banget sih... emang bener tante yang pertama?”

“bener sayang... Arman bahkan belum pernah pacaran.”

“masa? Tante cinta pertama kamu dong.” Kata tante Fia melekatkan hidungnya ke hidungku.

“iya, justru mungkin karena belum pengalaman, makanya Arman berani. Arman ga begitu berpikir kejadian jeleknya. Tante juga sih mancing-mancing pake kimono seksi ga pake daleman.”

“eeeh.. kapan ya tante pake kimono aja ga pake daleman?”

“loh, jadi tante beneran ga sadar waktu pertama kali arman ngocok ke paha tante ya?” tanyaku bingung.

“hahahaha.. sadarlah.” Katanya kembali mengecup bibirku. “mucchhhhh.. munnncchhhh” dia mencium bibirku dua kali.

“tante hobby banget dah godain arman.” Kataku sambil mengusap-usap vaginanya dengan cukup kencang. Kemudian jemari tanganku yang sudah cukup lihai-pun menemukan lobang vaginanya. Aku masukkan jari tengahku dan ku kocok vagina tante Fia secara mendadak.

“ahhhmmmff...”katanya kaget sambil menepak tanganku. “nakal ya main ngocok memek tante aja ga bilang-bilang.” Ia menggigit bibir bawahnya lagi.

“abis tante suka godain aku sih...heheheh” aku kocok vagina tante Fia dengan makin kencang. Kedua tangannya kini mengeras melingkar ke leherku. Matanya terpejam menikmati. Aku lanjutkan dengan menyedot kedua payudaranya bergantian. Tanganku masih belum selesai mengocok vagina tante Fia dengan intensitas makin tinggi. Tak lupa jari jempolku sedikit mencuil-cuil klitorisnya.

“aahhhhaahhhhahhhmmmhmmhmmm...” tante Fia kembali merancu. Lalu secara tiba-tiba aku hentikan kocokanku dan melepaskan tanganku dari vagina tante Fia. “ahh...” tante Fia sedikit mengerutkan dahinya melihat ke arahku. “kenapa sayang?” katanya kebingungan.

Aku berguling terlentang dan menunjukkan penisku yang sudah kembali tegak membesar. “sini kalo mau tante yang gantian genjot aku.” Kataku sambil tersenyum kepadanya. Tak main lama ia langsung duduk dan menyingkap rambutnya kebelakang. Kemudian tante Fia naik ke atas pangkuanku sambil memegang penisku dan diarahkan ke liang kewanitaannya tanpa basa-basi. Blessss...

“aaahhhhhhh” tante Fia menjerit sambil menaikan tangan memegang kepalanya menoleh ke arah atas. Tanganku reaktif langsung meremas kedua payudaranya sambil diam terlentang. Ia kemudian menggenjot naik turun membuat penisku di pilin pilin nikmat. Vaginanya yang makin licin dengan daging yang berdenyut denyut memijat penisku. Rasa nikmatnya membuat mataku sampai naik ke atas tak terlihat.

Tangan kami kemudian saling menggenggam. Pinggulku ikut naik turun membantu agar tante Fia tidak terlalu kelelahan. Makin lama gerkan kami makin cepat dan erangan tante Fia pun tak tertahankan. Payudaranya memantul-mantul naik turun. “sayyy..aaanggg... ahhh... enak.. enak.. enak... aht aht aht aht aht aht ahf ahm ahm... aaaahhhhhhhhhqqq......” tante Fia menjerit di ujung kemenangan kami. Aku rasakan vagina tante Fia kembali menyemburkan air dan mengaliri melewati penisku. Air maniku juga tumpah ke dalam liang kewanitaannya, namun sepertinya tidak sebanyak yang tadi.

Tubuh tante Fia terjatuh ke pelukanku. Aku ciumi lagi bibirnya yang terbuka karena terengah-engah setelah melakukan kegiatan barusan. Kami menempel seperti lemper lumer yang saling melekat satu sama lain. Tubuh kami di balut keringat yang sudah menyatu. Kemudian tubuh tante Fia tergeletak bergeser kembali terlentang di sebelahku.

Ku arahkan tanganku ke vagina tante Fia dan lagi-lagi ku elus sambil sedikit kuremas-remas. Aku pegangi bagian selangkangannya itu dan aku usap-usap perlahan.

“iiih.. masih mau lagi?” tante Fia bertanya seakan protes. Ia bahkan belum selesai mengatur napasnya untuk kembali normal.

“hahaha... mau udahan atau nggak, aku mau pegang terus memek tante. mau tidur sambil aku pegangin terus. Gemesss...” kataku sambil meremas vagina tante Fia.

“kamu ah... ambil aja deh buat kamu. Kapan mau langsung buka aja celana tante. ga keberatan tante kalo kamu yang entotin di manapun kapanpun.” Katanya kembali menggoda sambil ikut memegang tanganku yang sedang meremas-remas vaginanya.

“maunya sih gitu tante. pengen deh ngentot tante tiap malem, sekali ngentot sampe pagi gitu. Hahahaha” kataku di balas dengan cubitan manja tante Fia pada tanganku yang masih tak berhenti mengelus vaginanya. “aku iri deh sama Om Juri, enak banget dia bisa begini tiap malem. Rasanya pengen jadi kaya Om Juri bisa remes-remes ini kapanpun.” Kataku sambil sedikit menekan vagina tante Fia.

Tante Fia menghela nafas panjang dan berkata..”Ya elah Arman... ga usah iri kalo itumah.” Aku mendengarkan sambil berdecak heran. “kalo emang kami begini seminggu sekaliiii aja, ga mungkin tante tergoda sama kamu sayang...” katanya sambil mulai terlihat agak lesu. Aku tarik tanganku yang tadi mengelus kemaluannya. Hari mulai malam, aku melingkarkan tanganku di pinggangnya dan mulai mendengarkan ceritanya yang agak panjang.

Dari cerita tante Fia aku tahu bahwa ia adalah anak yatim. Dalam keluarganya hanya ada Ibunya, tante Fia dan adiknya. Saat kuliah tante Fia kenal dengan Om Juri yang usianya terpaut jauh. Om Juri menyukai tante Fia dan ingin segera melanjutkan ke jenjang pernikahan. Bagi tante Fia, itu juga merupakan pilihan logis. Karena ia bisa membantu ibunya meringankan beban keluarga. Selain itu karena Om Juri cukup mapan, ia bisa membantu biaya sekolah adiknya yang saat itu masih duduk di bangku SD. Jadilah mereka menikah hanya empat bulan setelah mereka saling kenal.

Sedangkan dari sisi Om Juri. Sepertinya sudah tabi’at Om Juri untuk cepat mengambil keputusan tanpa berpikir jauh ke depan. Singkatnya, ia hanya menyukai tante Fia dari bentuk fisiknya saja. Terlihat setelah dua tahun menikah dan memiliki anak (Dio). Om Juri mulai bosan dan sering berselingkuh. Tante Fia tahu karena ia paham betul aroma-aroma perempuan di pakaian om Juri saat pulang kerumah. Ia juga pernah memergoki foto Om Juri bersama perempuan lain di sebuah kamar hotel, dengan memaerkan minuman keras bermerk, mereka bertelanjang dada ria dengan posisi telungkup saling tindih.

Namun tante Fia tidak pernah mengkonfrontasi Om Juri. Ia malah berpura-pura tidak tahu (sepertinya tante Fia memang mahir pura-pura tidak tahu). ia sadar bahwa saat ini sumber pemasukannya hanyalah dari Om Juri, bagaimana nasib ia dan Dio jika Om Juri sampai menggugat cerai dirinya? Belum lagi Ibu dan adik tante Fia yang kini baru masuk SMA.

Sejak beberapa tahun terakhir Tante Fia dan Om juri hanya melakukan hubungan seksual jika om Juri mau, dan itupun tanpa memperhatikan kepuasan tante Fia. Ia diperlakukan seperti budak seks saja. Tante Fia sudah mencoba memperbaiki hubungan dengan membeli beberapa pakaian tidur yang lumayan menggoda, dan berdandan sedikit menor untuk menarik perhatian Om Juri, tapi yah... hanya segitu saja yang bisa dia lakukan. Kadang berhasil, seringkali tidak. Itulah alasan tante Fia sering mengenakan make up cukup tebal, walau sebenarnya ia tidak menyukainya.

Posisi kami saat ini sudah saling rangkul menyamping di dalam selimut. aku mengusap-usap perut tante Fia sembari mendengarkan ceritanya. Tangan kananku sudah menjadi bantal untuk kepalanya.

“Arman suka kok, wajah tante yang natural kaya sekarang. Tau gak.. waktu pertama ketemu, aku malah mikirnya tante terlalu menor. Cantikan begini ga pake make up.”

“cantikan pas ga pake make up atau pas ga pake baju sayang?” kata tante Fia menggoda lagi.

“ mulaiiii deh...” kataku melebarkan bibir.”eh tapi tante, dari tadi aku keluarin di dalem memek tante terus... nanti kalo tante hamil gimana?”

“ya hamil pastilah ini. Kamu sih ga pengalaman pas keluar malah di sodok dalem-dalem bukannya di keluarin” kata tante Fia santai.

“ya namanya juga baru pertama tante. rasanya nikmat sampe ubun-ubun. Apalagi pas Arman nyodok pas keluar itu.. behhh.. kontol Arman kaya dipijit-pijit sambil ada anget-anget air memek tante juga.” Kataku bercerita seperti anak kecil.

“iya... tante juga enak sayaaanggg..” katanya sambil mengarahkan tangannya ke belakang untuk meremas kemaluanku. “jadi kamu siap ya, jadi ayah untuk anak kita nanti.” Tambahnya.

“serius tante?” tanyaku.

“panik ga tuh...” tate Fia malah tertawa.

“isss kaaan kaaan..” aku mencubit hidung tante Fia.

“tante udah suntik KB Sayaaaang, kamu tenang aja entot tante keluarin dalem sampe puassss..” katanya sambil tersenyum nakal. Kemudian tante Fia terdiam sejenak dan bertanya, “kamu beneran suka sama tante man?” kata tante Fia sedikit melirik ke arahku dengan wajah yang mulai serius.

“ya bener tante.” aku mengecup pundaknya. “tante itu beneran cinta pertama aku.” Kataku mantap.

Tante Fia hanya tersenyum dan berbalik menghadap ke arahku. Ia memegang wajahku dengan kedua telapak tangannya dan berkata “kalo kamu, bukan cinta pertama tante. tapi kamu orang pertama yang ngentotin tante sehari sampe keluar lima kali. Hahahaha”.

“tuh kan balik godain lagi.. tadi udah serius ceritanya.” Kataku sambil memeluknya.

Kamipun tertawa lepas sampai tertidur.

5 menit kemuadian..

”man, katanya mau megang memek tante walau sambil tidur?” tante Fia masih menggodaku padahal mataku sudah terpejam..

“ampun dah kalo mani ga ada batesnya aku entot ampe ga bisa ngomong ni bini orang.” Balasku.

Kami pun tertawa lepas dan kemudian benar-benar tertidur...

Bersambung...



CUPLIKAN CHAPTER 6.​

Aku terbangun, kamar yang tadinya berantakan sudah rapi. kubuka selimut dan tutun dari ranjang, kemudian aku rapikan lagi ranjang dan selimut tante Fia. Posisiku masih telanjang bulat. Aku lihat tante Fia sudah tidak ada di kamar ini dan kamar mandi. Kamudian kubuka sedikit tirai jendela, masih gelap.

Aku keluar kamar, tidak ada suara Dio, mungkin dia masih tertidur. Aku lihat jam dinding masih menunjukkan pukul 04.45 dini hari. Kemudian aku lihat ke arah dapur, ternyata tante Fia sudah mulai memasak. Oh ya, dia harus menyiapkan sarapan dan juga bekal Dio hari ini. Aku berjalan pelan tanpa suara ke arah tante Fia. Masih dalam kondisi telanjang.

Aku perhatikan pundak tante Fia dari belakang. Ia mengenakan kaus oversize tipis berwarna putih yang menampakkan tulang pundaknya.. bawahannya celana tidur pendek yang longgar nan seksi. Sepertinya ini celana yang ia kenakan saat aku menjamahnya di sofa malam itu. Kemaluanku mulai berdiri lagi. Aku jongkok dan memposisikan wajahku di hadapan pantat tante fia. Kemudian secara tiba tiba aku pelorotkan celanana.

“ya ampun!” tante Fia kaget, melepaskan tangannya yang sedang mencuci sayuran kemudian berbalik ke arahku. Kemaluannya kini tepat di hadapanku. Langsung saja...happp. aku melahap kemaluan tante Fia dengan mulutku. “anak tuyul bikin kaget aja” kata tante Fia sambil melotot namun tidak dengan nada marah...

Aku biarkan saja sambil terus menjilat dan melumat kemaluannya. Tante Fia pun tidak keberatan dan tangannya berpindah memilin milin rambutku. “emmhhh...” katanya sedikit bersuara. “sayang... ga bau apa tante belum mandi loh...” katanya.

“iyasih agak asemm” kataku sambil menoleh ke atas. Srettt kemudian ia menjambak rambutku dan di tariknya ke atas sampai aku berdiri. “eeee.... sakit sayang.” Kataku manja.

“mana yang asem?” katanya sambil melotot lucu lagi.

“ini..” kataku sambil menjulurkan lidah.

Kemudian tante Fia mendekatkan bibirnya dan menjilat lidahku dengan penuh penghayatan. Aku balas jilatannya dan kudekap pinggangnya merekat ke arahku. Kemudian kami fokus saling jilat dan saling menggesekkan kemaluan.

Aku gesek-gesek perlahan... kemaluanku yang tegang aku maju mundurkan untuk di himpit selaput-selaput vagina tante Fia. Tante Fiapun mengimbangi gerakanku, terkadang ia goyangkan pinggulnya ke kiri dan kanan membuat penisku semakin tegang.

“ding donggg” suara bel pagar rumah berbunyi.

Kami berhenti sejenak dan sama-sama melihat ke arah pintu depan. Dapur dan ruang tamu hanya berbataskan meja yang menempel dinding seperti meja bar. Jadi kami bisa melihat pintu depan dari sana.

“siapa pagi buta begini?” kataku. “om Juri?”

Tante Fia hanya menaikkan bahu sambil menggeleng. “katanya sih pulang selasa, harusnya besok.” Kata tante Fia.

Tidak perduli, aku balik menoleh ke arah tante Fia lagi dan kembali menciumnya dan menggesekkan kemaluan kami. “ahhhhh” “muuuhcchhhh”

“dok dok dok..” pintu depan di gedor. “BUKAK PINTUNYA!” suara om Juri samar terdengar menjerit dari luar pintu.

“masuk kamar man..” tante Fia cepat menghentikan aksi kami. Aku langsung cepat sedikit berlari dan masuk ke kamarku. Tante Fia bergegas menuju pintu depan untuk membukanya.

Sampai di kamar aku tutup dan melekatkan telingaku di pintu. Ada apa Om Juri pulang pagi buta begini? Pakai acara panjat pagar segala.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd