Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANG SUNYI

Di Gangbang

"Rara, itu kamu?" Suara Emaknya Rara terdengar dari kamar tidur.
"Iya Mak. Rara baru pulang."
"Mana Bapak?"
"Rapat di rumah RW. Katanya rapat keamanan."
"Oh, ya udah. Kalau kamu lapar, emak udah masak semur jengkol."
"Aduh mak masa malam-malam makan semur jengkol. Bau atuh. Udah emak tidur aja lagi."
"Ya, udah emak tidur lagi. Emak ngantuk dan capek." Katanya.
"Iya mak."

Rara masuk ke dalam kamar mandi dan menggosok gigi. Walau dingin, dia memaksakan mandi sambil mengelus-elus memeknya yang gatel. "Tenang nyai... tenang... sebentar lagi kamu dapat kontol manajer." Bisiknya sambil menyabuni memeknya. Wajahnya tersenyum membayangkan kontol besar itu akan memuaskan dahaganya yang sudah hampir setahun menganggur. Sejak Joni meninggal, otomatis dia tak pernah disentuh oleh lelaki manapun.

Memang sih selama ini banyak juga lelaki yang melakukan PDKT kepadanya. Tapi mereka cuma Tukang Ojeg, Tukang Sayur bahkan ada yang pengangguran juga ngebet kepadanya.
"Huh, siapa yang mau!" Bisik Rara dalam hatinya.

Selesai mengeringkan tubuhnya dengan handuk, dia langsung mengenakan gaun daster mini tanpa memakai apa-apa lagi di dalamnya. Pelahan, dia mengendap-endap ke luar rumah dan dengan cepat melangkah menuju ke rumah kontrakkannya Kak Adit.
"Kakak... "Bisik Rara.
"Ra, sini, masuk ke kamar."
"Ih, kakak udah telanjang." Kata Tamara, dia melihat Adit berbaring di ranjang dalam keadaan telanjang bulat. Kontolnya tampak masih ngaceng.
"Tapi kamu suka kan?"
"Suka." Jawab Tamara sambil menjatuhkan diri ke kasur. "Kak, kontolnya mau diisep enggak?"
"Mau." Jawab Adit.
"Tapi memek Rara juga dijilatin yah?"
"Iya, sini kamu nunging ke sini." Kata Adit.

Tamara langsung mengangkangi wajah Adit dengan cara menungginginya.
"Kamu sengaja ya ga pake CD?"
"Iya, Kak. Jilat dong, udah gatel nih... agh... enak..." Kata Rara. Dia mengeluh ketika tanpa basa-basi Adit menjilati belahan memeknya. Mengocok liangnya dengan lidah pemuda itu yang lancip. Rara mengerang-erang dan dia lupa untuk mengisap kontol Adit.
"Akh... terusssshhh... kak... enak.. adduuuhhh... enaaakkk..." Kata Rara mengerang-erang lirih.
"Memekmu enak, Ra, gurih... akh, memek 17 tahun memang enak... nyam... nyam... nyam... slurrppp...slurrppp...."
"Ough kakak... Rara ngecrot barusan... akhhhhh... terushhh... Kak... Kakaakkkk.... ke luar lagi..."

Pada saat Adit dan Tamara sedang menikmati foreplay yang memabukkan, di rumah sebelah, Alisha terkejut dan terjaga dari tidurnya.

Dia merasa bersalah. Dia telah membiarkan Adit terbenngkalai dan dia sangat egois hanya memikirkan kenikmatan memeknya sendiri. Seketika Alisha meloncat dari sofa dan mengenakan celana dasternya.

Dia langsung ke luar rumah dan menuju rumah sebelah. Alisha berniat mengetuk pintu rumah itu ketika secara samar dia mendengar suara desahan kenikmatan dari seorang perempuan. Alisha mengurungkan niatnya mengetuk pintu. Dia pelahan membuka pintu yang tak terkunci tanpa bersuara. Melangkah mengendap-endap dan mendapatkan pintu kamar Adit juga tidak ditutup.

Bahkan terbuka setengahnya.

Alisha terbelalak bagaimana Adit dengan lahap menjilati memek anaknya Pak RT yang masih abg itu seperti seorang yang tergila-gila dengan es krim yang sangat lezat.

Ugh! Alisha mengeluh. Pelahan dan tanpa sadar Alisha mengelus memeknya sendiri yang belum lama diambyarkan dengan kontol Adit, yang kini tengah berdiri dipegangi saja oleh Rara tanpa dijilati.

"Harusnya si Rara mengulum kontol itu!" Bisik Alisha sambil menggosok-gosok kelentitnya yang kini menegang lagi dan berdenyut-denyut. Dia tak kuasa menahan air liur di mulutnya yang menetes melihat bagaimana Rara terpejam dengan mulut nyengir tidak karuan.
"Kak Adit... akhh... udahhh... Kakakhhh... udahkkhh... " Desah Rara. Dia melepaskan tangan Adit yang mencengkram buah pantatnya dengan keras. Lalu Rara berdiri dengan mengangkang dan melangkah dengan kedua paha membuka sangat lebar. Bibir-bibir memeknya yang tembem kecil mirip jambu air itu meneteskan campuran lendir dan air ludah dari lubangnya yang sudah membuka dan mengembang.
"Oh Tuhan!" Bisik Alisha dalam hatinya. "Liang memek yang kecil dan sempit itu meminta untuk dicoblos dengan kontol yang besar... ahhh... apakah dia sanggup menahannya?"

"Kakak maaf ya Rara pengen langsung diewe..." Kata Rara sambil berjongkok di atas kontol Adit yang sudah mengacung-acung. Dia memegang batang kontol Adit dan menunduk, melihat apakah kepala kontol itu pas atau tidak ke dalam liang memeknya. Setelah pas tepat di mulut liang yang melongo itu, Rara menjejalkannya agar masuk membenam ke dalam liang memeknya.

Blessssss.....
"Agh... kontolnya anget kakak... enak..."

Pelahan kepala kontol itu masuk menyelam ke dalam liang memek yang sudah basah itu. Bibir-bibir memek bagian dalamnya tampak ikut terbeliak ketika Rara menarik sebentar pinggulnya lalu mencecabkan lagi memeknya hingga kepala kontol itu menghilang.

"Aghkh... Rara... yang dalam." Adit berkata lirih.
"Iya Kak, tunggu sebentar... susah... ah... ah... kakak... kakak... maaf... aku ke luar..." Kata Rara tertahan.

Srrrr... srrr... crit ... crit... srrrrr....

Rara menghentikan penjejalan itu dan membiarkan lendir kenikmatannya menggelontor ke luar dengan lancar dari ujung memeknya. "Iiihhhh... enaaakkk." Kata Rara.

Sementara itu, di luar kamar, tak terasa Alisha sudah memelorotkan celana dasternya hingga dengkul. Dia mengobel-obel memeknya sendiri dan ingin langsung menerjang ke dalam kamar untuk sekali lagi merasakan hujaman kontol Adit yang besar, panjang dan gagah.

Tapi Alisha bersabar. Soalnya memek Rara yang kecil dan sempit itu, yakin takkan bertahan lama.

Tamara menjejalkan kembali kepala kontol Adit ke dalam memeknya. Kali ini lebih dalam. Dia kemudian menggenjotnya dan menjerit-jerit kecil. Setelah beberapa kali genjotan, Rara cepat menarik lagi memeknya dan menyemburkan lagi lendir kenikmatannya.

"Eughkh...." Rintih Rara. "Adduuhh... kakak... maaafffhh... aku ke luar lagi."
"Koq ke luar terus sih." Adit memprotes. "Kakak Kapan?"
"Bentar kak, sabar ya." Kata Tamara sambil membersih memeknya dengan ujung gaun dasternya sampai kering. "Sekarang, Rara masukin lagi ya kontolnya."
"Iya Ra, masukin. Agkh... yang dalem."
"Ini udah... aduuuh kontol kakak gede banget sih jadi susah." Kata Tamara. Dia kemudian melepaskan gaunnya karena dianggap menganggu.
"Terus tekan."
"Iya kak ini juga lagi.... akhhhh... kakak.... enaaakkkk..."

Di luar pintu, Alisha yang sedang mengintip merasa gemas.
"Goyang Ra, goyang." Kata Alisha dalam hatinya dengan gemas. Namun Alisha juga mengakui kontol itu memang gede banget, jadi abg yang janda itu tentu saja merasa kesulitan. Setelah beberapa lama, akhirnya Rara bisa juga menjejalkan kontol ke dalam memeknya dengan cukup dalam, walau belum full seluruh tapi cukup dalam.

Rara lalu menggenjotnya ke atas ke bawah dengan lincah sehingga membuat Adit melenguh keenakan.
"Akhh... Rara... memekmu enak sekali, sempit dan lembut... genjot terus Ra... ayo, jangan ragu."

Rara menggenjot dengan sangat cepat selama beberapa menit lalu dia menjerit dan menghentikan genjotannya.
"Aaaaakkkkk..... Kakkkkkaaaaaaaakkkkkk.... "

Srrrrr.... crot.... srrrrr.... croottttt... crot... crot... srrrrr...

Lendir kenikmatan mengucur bagai air kran ledeng dari liang memek Tamara yang kecil dan monyong. Rara melepaskan diri dari atas tubuh Adit dan jatuh menggelimpang di kasur, di sebelah Adit.

Dia kejang-kejang dengan ujung memeknya terus mengucurkan lendir kenikmatan. Lalu pingsan saking tak kuat menahan kenikmatannya.

Adit merasa kesal. Dia memegang batang kontolnya yang masih berdiri dan megap-megap menahan rasa kentang yang penasaran. Pada saat itu, tiba-tiba muncul Kak Alisha dengan pinggul telanjang.
"Jangan khawatir Adit, biar Kakak Alisha yang akan meneruskan." Kata Alisha sambil tersenyum.

Dia langsung menduduki Adik dan dengan mudah menyesapkan kontol itu ke dalam liang memeknya yang sudah sejak tadi dikobel-kobel dan minta tusukan kontol yang sebenarnya.

Bleshh!!!!

"Ah, Ki Lisha!" Kata Adit terkejut.
"Diam, kakak akan goyang biar kamu bisa muncrat."

Tanpa basa-basi lagi, Alisha menggoyang kontol Adit yang sudah berada dalam genggaman liang memeknya yang berpengalaman. Goyangan dangdut yang sangat hot membuat Adit terkaing-kaing.

Diputar, digeol ke kiri dan ke kanan, digenjot tanpa ampun!!!

Kali Alisha tersenyum menyaksikan wajah lelaki ganteng itu meringis-ringis keenakan. Setelah 10 menit goyangan hot yang sangat gila dan liar, Adit menjerit dan memuncratkan pejuhnya di dalam memek Alisha dengan ledakan sangat luar biasa.

ceprot... srrr... ceprot... crot..crot...crot...

Bersamaan dengan itu, Alisha pun menyemprotkan lendir orgasmenya dengan nikmat. Akhirnya, ketiga insan yang dimabuk syahwat itu pun pingsan bersama-sama.

ZZZZZZzzzzzzzz
Mereka pun terlelap dalam buaian mimpi yang indah.

***
(Bersambung)
t

Mohon ijin hu untuk setia mengikuti sajian2 istimewa suhu.
Meskipun mang juber msh belum selesai mengawal bos ny 🙏
 
Adit bener-bener dwech kayak judul lagu : PEJANTAN TANGGUH..
 
PETUALANG SUNYI

Untuk: Kekasih-kekasih gelapku di mana pun kalian berada
Aku mencintai Kalian
Setulus hati



Bagian Satu



Malam itu dingin sekali.

Usai membuat laporan mingguan dan mengirimkannya via email ke Grand Manajer Pusat di Jakarta, Aditya mematikan komputernya. Dia menggeliat sebentar, melemaskan badannya yang terasa pegal lalu ke luar dari ruang kerjanya dan melihat Suparno tengah mematikan lampu-lampu di lantai 2. Beberapa costumer masih ada yang memilih-milih belanjaan di lantai satu. Satpam Asep dengan sopan mendekati para kastamer dan memberi tahu beberapa menit lagi toko akan tutup.

Kasir nomor 4, Susi, tampak sedikit kesal menunggu pelanggan terakhir. 3 Kasir lainnya sudah memperbaiki riasan wajahnya masing-masing dan bersiap-siap untuk pulang.

Adit menunggu sampai kastamer terakhir membayar di kasir.

Setelah menempuh beberapa prosedur penutupan toko, Adit memastikan 4 orang Satpam yang giliran jaga malam berada di tempatnya masing-masing.
"Saya pulang ya Pak Atmo." Kata Adit kepada Satpam Senior yang sudah bekerja di PT Retail Indonesia ini selama hampir 20 tahun.
"Siap, komandan." Jawabnya dengan penuh hormat.

Adit mengangguk.

Dia mengenakan blazer hitam kasualnya dan melangkah meninggalkan supermarket di kawasan Bandung Timur itu dengan langkah tenang. Dia menyusuri trotoar jalanan yang mulai sepi sejauh beberapa puluh meter dan berhenti di depan jongko pedagang kaki lima yang menjual Gule Kaki Sapi.

Jongko itu penuh dengan para pembeli.

Sang penjual Gule tersenyum kepada Adit yang sudah menjadi pelanggannya sejak satu bulan lalu. Adit menunjukkan jarinya minta dibungkus. Jika jongko itu tidak penuh, biasanya Adit akan mengambil tempat duduk di pinggir dan menunggu pesanan sambil memainkan smartphone.

Tring.

Adit merogoh saku blazzernya dan melihat pesan whatsapp di HPnya. Dari Pak Sasongko, Grand Manajer Pusat.
"Resume penjualannya bagus. Trims."
"Sama-sama, Pak. Siap." Dia menjawab.

Seorang lelaki bermata juling melirik ke arah HP terbaru yang dimasukkan Adit ke dalam saku blazzernya dari ujung jalan. Lelaki juling itu menggerakkan tangannya memberi kode tertentu kepada 2 orang temannya yang lain. Dia kemudian melangkah cepat untuk menemukan ke 2 temannya.
"HP mahal, android terbaru." Katanya.
"Kita sikat di mulut gang." Jawab yang lain.
"Ayo kita sembunyi." Kata yang lainnya.

Selesai membayar, Adit melangkah meninggalkan jongko kaki lima itu dan menyusuri trotoar sejauh 50 meter. Gang kecil yang gelap itu sudah terlihat beberapa meter sebelum Adit memasukinya. Lebarnya hanya satu meter.

Di kiri dan kanan gang itu berdiri kokoh dua bangunan besar yang merupakan bangunan perkantoran swasta. Tanpa curiga, lelaki dengan tinggi 175 cm memasuki gang itu yang akan menuntunnya menuju rumah kontrakannya berada.

Sudah satu bulan Adit dipromosikan menjadi manajer toko di Supermarket ini. Sudah satu bulan pula setiap malam dia melewati gang itu dan tak pernah terjadi apa pun. Pada dasarnya, lingkungan di situ aman-aman saja.

Gang gelap itu panjangnya 25 meter sampai di ujung belokan ke arah kiri. Jika nanti tiba di belokan gang, suasananya akan berubah. Sepanjang gang sesudah belokan akan terang benderang oleh lampu-lampu yang dinyalakan di tiap-tiap rumah penduduk. Tapi gang gelap itu mau tidak mau harus dilewati dulu.

Adit memasuki gang itu dengan tangan kiri menjinjing kantung kresek berisi Gule Kaki Sapi yang dibungkus dalam plastik transparan, kerupuk udang serta dua bungkus nasi porsi jumbo. Ketika berada di pertengahan gang, dia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.

Lalu tiba-tiba ada dua orang yang berdiri di gang dan menghalanginya.

Seketika intuisinya mengatakan ada sesuatu yang tak beres. Ada bahaya. Matanya yang tajam mengawasi dua orang di depannya. Salah satu di antara mereka membawa pisau belati.
"Hm, bocah-bocah yang tengah belajar jadi kriminal." Bisik Adit dalam hatinya.

Gang itu gelap dan sepi. Sesekali cahaya lampu mobil yang berlari di jalan raya menerangi.
"Berikan HP dan dompet." Kata Salah seorang bocah yang diperkirakan berusia 16 tahunan.
"Cepat anjing!" Kata Salah seorang yang lain sambil menodongkan pisau.

Tiba-tiba orang yang berada di belakang Adit menerkam dan mencekik leher manajer muda berusia 25 tahun itu.

"Cepat! Atau nyawamu akan melayang!" Ancamnya. Sebuah lengan yang kurus segera menjepit lehernya dan Adit merasakan bau busuk orang yang tak pernah mandi selama berhari-hari di belakangnya.

Kedua orang itu maju serentak dan akan berniat mengerubuti Adit.

Cuih! Adit meludahi orang yang ada di depannya. Dengan tangan kirinya masih menjinjing kantong kresek berisi makan malamnya, Adit menekuk lututnya ke bawah dengan cepat dan tangan kanannya bergerak ke belakang untuk meraih baju leher orang yang sedang mencekiknya di kuduknya. Hanya dengan sekali tarikan tangan dan dorongan punggungnya, orang yang mencekiknya segera saja terbanting memutar dan menghantam ke dua orang temannya yang merangsek maju. Pisau yang ditodongkan itu tanpa ampun menancap di paha temannya sendiri.

"Aduh siah anjing!" Kata orang yang tertancap belati di pahanya itu menjerit kesakitan.

Satu gebrakan yang berlangsung satu detik itu cukup untuk melumpuhkan tiga bocah pengeroyoknya. Mereka terjerembab di aspal gang dalam keadaan sedikit pusing akibat saling bertubrukan. Atau tepatnya, akibat ditubruk oleh temannya yang lain yang dilemparkan Adit dengan tehnik bantingan Judo tingkat tinggi.

Lalu menyusul 3 buah hadiah tempeleng di pipi masing-masing bocah, membuat pipi mereka panas dan pedas. Mereka pun meringis kesakitan. Adit menarik dompetnya dan megeluarkan uang 50 ribu, lalu melemparkan kepada salah seorang bocah.
"Obati temenmu, jangan sampai infeksi. Lain kali, kalau kita ketemu lagi seperti ini, aku tidak akan bersikap ramah. Paham?"

Tak ada jawaban.

Adit melangkahi tubuh mereka yang bergelimpangan di aspal gang dan meneruskan langkahnya menuju rumah kontrakannya. Tapi kali ini sambil bersiul-siul tidak jelas.

***
Baiklah, kalau Rimba Asmara tidak diteruskan. Saya pindah ke sini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd