Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANG SUNYI

Bimabet
Tentang Alisha

Semua orang yang tinggal di Kampung Cikunir, yaitu kampung yang terletak di belakang jejeran gedung-gedung perkantoran di Jalan A.H. Nasution Bandung Timur itu, mengenal Alisha Kania Dewi sebagai Mamah Irene. Dia adalah istri muda Danil Kurniawan, seorang pengusaha sukses yang memiliki Pabrik Kerupuk Lagendar di Gedebage.

Kampung Cikunir adalah kampung yang warga pribuminya hidup dari penyewaan kamar dan rumah kontrakan. Letaknya yang strategis di antara Cicaheum dan Ujungberung, membuat kamar sewa dan rumah kontrakan di situ tak pernah sepi peminat. Danil dan istri mudanya sudah 9 bulan mengontrak rumah di sana.

Alisha menikahi Danil di usia muda, ketika dia berumur 19 tahun.

Sebelum menikah dengan Danil, Alisha adalah seorang penyanyi dangdut yang cukup tenar di Bandung. Tubuhnya yang tinggi semampai dan goyangannya yang hot membuat Danil tergila-gila. Dengan seribu satu cara, akhirnya Danil berhasil membawa Alisha ke sebuah hotel. Setelah biduan dangdut yang masih belia itu diberi obat perangsang, Danil pun dengan perasaan bahagia berhasil memetik keperawanan Alisha. Tanpa ragu sedikitpun ketika menancapkan kontolnya di dalam memek Alisha, Danil menyemburkan spermanya dengan nikmat.

Sebulan kemudian Alisha ketahuan bunting dan Danil dengan senang hati menikahinya.

Alisha pun beralih profesi, dari penyanyi dangdut menjadi Ibu Rumah Tangga. Selama 16 tahun pernikahannya dengan Danil, tak ada ombak yang berarti dalam biduk rumah tangga mereka. Cuma teror-teror kecil dari Elvira "istri senior" Danil yang sering melakukan intimidasi berupa hinaan, cacian dan bahkan tuduhan-tuduhan fitnah.

Tapi Alisha menanggapinya dengan senyum dingin tak acuh. Baginya yang terpenting adalah membesarkan putri semata wayangnya, Irene Quilla Kurniawan, agar tumbuh dengan baik dan mendapat pendidikan yang baik serta penghidupan yang layak.

Yang lain, tidak penting.

***

Selama 16 tahun menikah, setahu Alisha, dia belum pernah merasakan apa yang sering digembar-gemborkan kaum hawa sebagai orgasme. Bahwasannya ketika Danil memasukkan kontolnya ke dalam memeknya terasa enak, iya. Itu memang enak. Tapi orgasme? Rasanya bukan.

Tetapi Alisha tidak peduli.

Dia bisa berpura-pura mengerang ketika Danil menggenjotnya. Bagaimana pun lelaki itu adalah suaminya. Dia bisa bertahan dengan semuanya. Jangankan cuma pura-pura orgasme untuk menyenangkan sang suami, sedangkan pura-pura tak mendengar ocehan Elvira saja dia bisa.

Alisha sadar sepenuhnya ketika 16 tahun yang lalu Danil mengajaknya ke sebuah hotel. Dia juga tahu Danil memberinya obat perangsang. Dia bahkan tidak menghindar ketika Danil menyemprotkan pejuhnya di dalam memeknya.

Danil itu pengusaha dan Alisha cuma penyanyi dangdut yang mengandalkan pinggulnya untuk mencari duit. Demi Rp.100.000 per show, Alisha tahu, butuh ribuan bahkan puluhan ribu show agar dia mendapat apa yang bisa dia dapat dari Danil.

Soal kepuasan sex? Fuh! Nonsense.

Goyangan dangdutnya berhasil memuncrat-muncratkan pejuh Danil berkali-kali dan membuatnya bunting.

Alisha merasa gembira Danil mau menikahinya walau dihujat habis-habisan sama istri tuanya, Elvira. Dengan menikahi Danil, Elvira bisa menyisihkan uang belanja dan menyekolahkan 3 orang adik-adiknya hingga lulus sarjana semua.

Alisha bahkan rela berkelana dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lain demi menjaga konflik dengan Elvira dan membuat Danil merasa nyaman.

Kini 16 tahun berlalu, ke 3 adiknya telah menuai sukses.

Pelahan namun pasti, ke 3 orang adiknya mulai memberikan feedback dan kontribusi untuk membangun masa depan yang lebih cerah.

Secara diam-diam, mereka melakukan patungan untuk membuat pabrik kerupuk yang lebih enak, lebih gurih dan lebih bergizi dibandingkan dengan Kerupuk Lagendar buatan pabrik yang dikelola Danil bersama Elvira. Bahkan adiknya yang bungsu, Mariska Melati Putri, yang secara mengejutkan berhasil jadi PNS di Pemerintah Provinsi Jabar, telah membuat skema bantuan untuk pembangunan pabrik kerupuk tersebut.

Ini sangat membanggakan Alisha. Si bungsu yang dulu cengeng itu kini telah menjadi pejabat di Pemprov Jabar. Padahal umurnya baru 28 tahun!

Cepat atau lambat, intimidasi Elvira akan mencapai puncaknya seiring dengan meningkatnya dominasi penguasaan pabrik. Apabila pabrik sudah dikuasai Elvira, Danil hanya punya 2 pilihan: ditendang dan hidup miskin bersama Alisha. Atau merapat bersama Elvira dan meninggalkan Alisha.

Oleh sebab itu Alisha harus mempersiapkan diri sebelum segalanya terlambat.

***

"Maahh..." Suara Pak Danil terdengar di luar pintu.
"Pah, koq sebentar sekali?" Kata Alisha, keheranan.
"Enggak ada perkelahian koq, Mah. Yang ada, tiga anak berandal yang suka mengganggu Irene diberi pelajaran oleh orang yang tak dikenal." Kata Danil. "Mah, Pulang yuk."
"Tapi Irene belum selesai, Pah."
"Masih lama ga, Ren?" Tanya Danil.
"Ngetik dua halaman lagi, Pah. Mungkin setengah jam lagi. Mamah sama Papah duluan aja, Irene lagi tanggung."
"Kalau gitu Mamah duluan ya Ren. Kalau udah selesai cepet pulang." Kata Alisha sambil mengusap rambut Irene yang lurus kecoklatan.
"Iya Mah." Jawab Irene. Sinar matanya gembira.

***

Wajah Alisha sebenarnya tampak kecewa. Dia cepat menyusul suaminya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah yang letaknya persis berdempetan di sebelah kiri.
"Mah sini mah." Kata Danil dari dalam kamar. "Papah pengen banget nih."
"Iya Pah." Kata Alisha. Dia masuk ke dalam kamar dengan patuh. "Susunya sudah diminum belum Pah?"
"Sudah. Sekarang isep, Mah." Kata Danil.

Alisha mengangguk.

Dia menurunkan celana training Danil hingga dengkul dan mendorong suaminya agar rebah di kasur. Lalu dengan lembut dia meraih batang kontol suaminya dan mengulumnya. Setelah bertahun-tahun menikah, Alisha tahu inilah yang paling disukai suaminya. Sehingga akhirnya Alisha menjadi mahir karenanya.

Danil mengerang-erang nikmat ketika mulut Alisha yang hangat mengemuti kontolnya. Tubuh Danil gemetar resah dan mulutnya memanggil-manggil Alisha.
"Mamaahhh... akh... akh..."
"Sekarang, Pah?"

Danil mengangguk.

Alisha melepaskan celana dasternya berikut dengan celana dalamnya. Pantatnya terlihat semok, putih dan mulus. Dia menaiki ranjang dan menduduki batang kontol Danil yang berukuran standar dan sedang mengacung-acung itu.

Setelah membasahi lubang memeknya dengan air ludahnya sendiri, Alisha kemudian menyelipkan batang kontol itu ke dalam liang memeknya lalu membenamkannya hingga seluruhnya masuk dan membenam.

Kemudian, seperti yang sudah-sudah, dia menggoyang-goyangkan pinggulnya secara simultan. Membuat Danil mengerang-erang nikmat.

Sebenarnya, Alisha juga menikmatinya. Namun kenikmatan yang tak seberapa itu didramatisirnya hingga seakan-akan dia merasakan puncak kenikmatan yang tinggi.
"Oh Papah... enak sekali kontolnya sayang ah ah ah... Papah... ah... ah..."
"Mamah, Papah akan ke luar."
"Iya Pah... mamah juga... aaaahhhh...."

Alisha kemudian diam beberapa saat. Setelah terlihat wajah suaminya penuh dengan kepuasan, barulah dia melepaskan batang kontol yang mengecil itu dari memeknya. Alisha kemudian mengembalikan kembali celana training Danil ke pinggangnya sebelum dia membersihkan liang memeknya dari sperma Danil yang menyemprot tidak begitu banyak.

Alisha menggunakan celana dalamnya sebagai lap. Lalu memasukkan celana dalam itu ke dalam mesin cuci. Dia lalu mengenakan celana dasternya tanpa mengenakan celana dalam. Lalu duduk setengah melamun di bibir ranjang. Wajah suaminya tampak damai dengan mata terpejam. Nafasnya pun teratur. Lalu, beberapa saat kemudian, terdengarlah bunyi dengkur yang sangat keras dari kerongkongan sang suami.

Alisha kemudian meraih gelas susu anti osteoporosis yang telah dihabiskan suaminya itu dan membawanya ke dapur.
"Dia pasti nyenyak seperti orang mati." Katanya dalam hati sambil mencuci piring-piring dan gelas kotor bekas makan malam tadi. "Valium 5 mg itu cukup efektif juga." Katanya lagi sambil tersenyum sendirian.

Selesai mencuci piring, dia pun ke luar untuk menjemput Irene di rumah Aditya.

***
(Bersambung)
 
Aditya dan Bocil

Aditya menyelesaikan makan malamnya dengan sebuah sendawa yang bergemuruh dan panjang. Dia kemudian membawa piring-piring dan gelas kotor ke wastafel dan tidak berniat mencucinya. Setelah menggosok gigi dan mencuci muka, dia menelanjangi dirinya sendiri di kamar yang pintunya tidak ditutup dengan baik.

Irene, si bocil imut yang jelita, mengintip ketelanjangan Adit dari celah pintu. Matanya melotot dan memek mungilnya berdenyut keras. Serrr... serrr... memek abgnya meneteskan lendir karena terangsang. Ketika Adit selesai berganti baju, Irene berlari ke depan laptop dan pura-pura mengetik makalah yang sebenarnya sudah selesai sejak 10 menit pertama ketika dia mengcopykan file dari flashdisk temannya ke laptop.

Irene cuma mengganti nama temannya dan mengganti judulnya. Isinya sama saja dengan makalah yang sudah dibuat Linda, sahabatnya sekelas.

Adit mengenakan celana bokser warna putih dan kaos belel yang sudah tidak jelas warnanya ketika ke luar kamar membawa baju-baju kotor. Dia memasukkan baju dan celana kotor itu ke dalam mesin cuci dan tak berniat mencucinya.
"Enggak sekalian dicuci, Ka?" Tanya Irene dengan tatapan redup.
"Nanti aja kalau udah penuh." Jawab Adit. "Kamu sudah selesai?"
"Dikit lagi." Jawab Irene berbohong. "Mmm, maaf ya Kak, Irene boleh nanya sesuatu enggak?"
"Nanya sesuatu? Apa?"
"Urusan pribadi, tapi kakak enggak boleh tersinggung atau menilai Irene yang berlebihan."
"Tersinggung? Perlu hal yang benar-benar sangat pribadi untuk membuat saya tersinggung. Tidak, Irene, kakak tidak akan tersinggung."
"Sungguh?"

Aditya tertawa lunak. Bocah kecil yang satu ini perlu jalan yang berliku-liku untuk menyampaikan maksud hatinya yang sebenarnya.
"Tanyalah apa saja." Kata Adit.
"Kakak punya pacar?" Tanya Irene, jantungnya berdegup keras untuk memberanikan mengajukan pertanyaan itu.
"Tidak." Jawab Adit, nadanya datar tidak acuh.
"Sungguh?"
"Sungguh."
"Aslinya?"
"Asli."
"Mengapa?"
"Enggak tahu. Emang punya pacar itu wajib?"

Irene mengikik senang. Gigi geliginya yang kecil dan rata tampak berbaris rapi.
"Masa sih?" Tanyanya lagi. Wajah Irene terlihat ceria.
"Iya sih." Jawab Adit.
"Apakah... apakah Kakak pernah mencintai seseorang?"
"Tentu saja. Banyak sekali orang yang pernah Kakak sayangi dan Kakak cintai."
"Maksud Irene, yang spesial gitu di hati Kaka."
"Ya, tentu saja ada yang sangat spesial di hati Kakak." Jawab Adit sambil duduk di atas karpet merah, di sebelah Irene. "Saking spesialnya, Kakak rela mengorbankan seluruh jiwa dan raga Kakak."

Hati Irene seperti mencelos mendengar jawaban itu. Dia merasa sangat sakit dan pedih. Ternyata orang yang dicintainya telah mencintai orang lain. Irene merasakan dadanya menjadi sesak dan ingin sekali dia menangis.
"Namanya siapa, Kak?" Tanya Irene dengan nada suara gemetar. Bocil itu tak sanggup menyembunyikan kekecewaan dan luka hatinya. Sepasang matanya berkaca-kaca oleh airmata yang hendak tumpak ke luar.

Adit menatap Irene dengan lembut.
"Namanya Ida." Jawab lelaki yang kharismatik itu dengan pelahan.

Irene memalingkan wajahnya dari tatapan Adit. Dia ingin menangis meraung-raung. Kenapa lelaki ganteng itu mencintai orang dengan nama yang jelek?
"Ida?" Tanya Irene. "Namanya kampungan sekali." Katanya dengan nada gemetar yang tak bisa disembunyikan.
"Ya. Ida. Ibu dan Ayah." Jawab Adit dengan senyum lebar.

Perlu beberapa detik bagi Irene untuk menyerap jawaban Adit, sebelum akhirnya dia paham dan memukuli punggung Adit dengan mesra.
"Kakak jahat... kakak jahat... ya iyalah Ida, semua orang wajib mencintai dan menyayang Ida." Katanya.

Tiba-tiba Irene melakukan gerakan yang sama sekali tidak diduga Adit. Dia memeluk Adit dari belakang dan mencekik leher Adit dari belakang dengan gemas.

Aditya Raharja hampir saja melakukan kesalahan besar seandainya bibir lembut yang hangat dan basah itu tidak mengecup pipinya. Ya, hampir saja dia melakukan tehnik bantingan samping. Untung saja kecupan itu membuatnya tersadar kalau orang yang menomplok di punggungnya itu bukanlah musuh.

Sepasang toket kecil yang lembut dan kenyal itu mengelus punggungnya. Adit cepat-cepat melepaskan diri dari cekikan Irene.

"Sudah malam, Irene, nanti mamah nyariin kamu." Kata Adit. Jantungnya berdetak dengan kencang oleh sentuhan tocil itu.
"Kakak..." Kalimat Irene terhenti oleh sebuah panggilan.
"Irene... Sudah selesai kan bikin makalahnya?" Sebuah suara di luar terdengar nyaring.
"Sudah, Mah."

Alisha alias Mamah Irene muncul di ambang pintu yang terbuka.
"Sudah sayang, jangan ganggu Kak Adit terus. Yuk pulang yuk."
"Iya, Mah."
"Makasih ya Kak Adit udah bantu Irene ngerjain tugas."
"Iya Mamah Irene... sama-sama." Jawab Adit. Dia menatap Mamah Irene yang dasternya tampak kusut. Demikian juga dengan rambut pendeknya.

Rona wajah mamah Irene tampak tidak bahagia. Sedetik tatapan mereka bertemu. Hanya sedetik saja. Namun, entah bagaimana, kedua insan beda usia itu tiba-tiba menemukan kesamaan yang sangat kentara di antara mereka.

Aditya dan Alisha kini tahu, kesamaan mereka adalah sama-sama kesepian.

***
(Bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd