7. HUJAN DI HARI SABTU
POV SISKA
Setelah selsai mandi, aku melihat Bunda Inne masih terlelap. Aku pun beranjak keluar dari Kamar Bunda Inne berniat pergi kembali ke kamar kost ku. Setelah turun ke lantai satu, aku melihat Tina yang sedang merapihkan beberapa barang. Sama seperti tadi, pakaian nya masih menggunakan lingerie berwarna hitam. Ku perhatikan baik-baik dan melihat bahwa lekuk tubuh Tina sangatlah menarik dan juga sangat indah untuk seumuran dirinya yang masih muda.
Sadar akan kehadiran ku yang sedang menatap dirinya, Tina pun menyapa ku dengan senyum ramah.
"Eh Mba Siska, pagi mba"
"Iya pagi juga Tina"
"Mau kemana mba?"
"Balik ke kamar kost"
"Gak disini dulu aja mba? Libur kan?"
Tanya Tina, lalu ia berhenti dari kegiatan bersih-bersih nya. Dan duduk di sofa, karena lingerie nya yang sangat pendek. Belahan paha nya terlihat mulus dan bersih. Seraya seperti usia nya yang masih muda. Melihat itu aku juga duduk di sofa tersebut berhadapan dengan dirinya.
"Mba udah dari semalam?"
"Iya nih udah dari semalam aku"
"Maaf ya mba, jadi Mba Siska nih yang nemenin Bunda Inne"
"Gapapa kok Tin, tenang aja"
"Mba Siska nyaman kan tadi?"
"Nyaman apa ya Tin?"
"Itu saat aku menyantap sarapan Mba Siska"
"Nyaman kok Tin, lembut lidah dan jemari mu"
"Duuh Mba Siska, aku jadi malu"
Jawab Tina dengan wajah yang sedikit memerah. Karena jam juga sudah menunjukkan pukul sepuluh, dan aku juga ingin melanjutkan beberapa pekerjaan ku yang masih tersisa. Aku pamit kembali ke kamar kost dan meninggalkan Tina yang kembali bersih-bersih.
Saat melewati beberapa kamar kost menuju kamar kost ku. Aku bertemu dengan Mba Rima yang sedang duduk di halaman dan memanggil diri ku.
"Mba Siska" teriak Mba Rima yang sedang duduk di taman.
"Eh iya Mba Rima" sapa ku dan menghampiri diri nya.
"Kemana aja? Aku kok gak liat kamu keluar dari kamar?"
"Aku abis dari rumah Bunda Inne"
"Ngapain Mba Siska?" tanya Mba Rima dengan sedikit penasaran.
"Iya aku abis dari Bunda Inne, abis ngasih obat pusing ke Bunda Inne" jawab ku singkat, terlihat Mba Rima semakin bingung dengan jawaban ku.
"Obat pusing? Emang nya Bunda Inne lagi sakit kah?"
"Ya gitu lah Mba, aku nya abis ngasih Obat buat Bunda Inne"
"Obat sakit kepala?"
"Hehe obat yang sama kayak Ci Mia kasih ke Mba Rima"
Jawab ku singkat dan terlihat wajah Mba Rima seketika berubah agak kaget.
"Eeh? Mba Siska tau soal masalah obat itu?" tanya Mba Rima dengan wajah nya yang sedikit tegas mengarah pada ku.
"Iya gapapa kok Mba Rima, aku paham dengan obat yang dimaksud Ci Mia kemarin"
"Kok Mba Siska tau sih?"
"Aduuh Mba Rima, kita kan sudah sama-sama dewasa. Aku juga paham lah"
"Tapi gimana Mba Siska bisa tau?"
"Mangka nya Mba Rima, besok-besok jangan terlalu berisik. Kan jadi tau tetangga"
Sontak Mba Rima kaget dengan jawaban yang aku berikan, wajah nya kini terlihat memerah tanda malu atas pertanyaan yang aku ucapkan.
"Tenang Mba Rima, aman kok. Rahasia negara terjamin" ucap ku menenangkan Mba Rima.
"Oh ya syukurlah kalau begitu Mba Siska, ya kita tau sama tau aja ya Mba"
"Iya Mba Rima, aku paham kok. Mangka nya tadi aku juga memberikan obat ke Bunda Inne"
"Waduuh, penghuni baru udah bisa ngasih obat ke si bos langsung ya"
"Hehe kan kita harus bisa saling bantu membantu Mba Rima"
"Hehe benar juga sih Mba, boleh lah nanti kalau aku butuh obat. Mungkin Mba Siska bisa bantuin ngasih obat juga"
"Aah Mba Rima ini bisa aja"
Kami berdua pun tertawa dengan apa yang kami bicarakan ini. Setelah itu, aku pun pamit masuk kedalam kamar kost ku dan meninggalkan Mba Rima yang masih duduk di bangku taman.
Setelah sampai kamar kost, aku membuka handphone ku. Terlihat ada beberapa pesan notif dari atasan ku yang sudah menerima email yang sudah aku kirimkan semalam.
Aku berbaring di ranjang ku dan membalas Beberapa chat yang masuk dari tadi malam. Tubuhku masih agak sedikit lelah karena cumbuan semalam dan tadi pagi. Terdengar juga tidak lama kemudian dari luar suara hujan yang mengguyur sabtu siang ini.
Karena masih terasa lelah dan sedikit ngantuk karena suasana yang mendukung. Aku pun mulai merasakan ngantuk dan akhirnya tertidur pulas.
Entah berapa jam aku tertidur pulas, aku pun terbangun karena tersadar seperti ada suara yang mengetuk pintu kamar kost ku. Dengan wajah yang masih muka bantal, dengan sedikit tenaga aku beranjak dari ranjang dan menuju pintu. Ku buka pintu kamar ku, dan dari balik pintu ada seorang wanita berumur empat pulahan Dangan wajah cantik putih bersih keturunan Chinese yang sedang berdiri.
Benar sekali, wanita itu adalah Ci Mia. Ci Mia lah yang datang mengetuk pintu kamar ku, aku melihat Ci Mia hanya mengunakan daster hitam berbahan satin.
"Maaf Mba Siska, saya ganggu" ucap Ci Mia setelah aku membuka pintu.
"Oh iya gapapa Ci, silahkan masuk Ci. Maaf kalau agak berantakan" sambut ku dengan mempersilahkan Ci Mia masuk.
"Oh Ndak perlu repot-repot mba, saya hanya mau minta tolong Mba Siska aja"
"Minta tolong apa ya mba?"
"Lampu kamar saya tadi tiba-tiba putus, saya sudah punya lampu yang baru tapi mau ganti bohlam nya gak ada yang bantu"
"Memang nya bantu gimana ya mba?"
"Ini Mba, jadi nanti saya naik ke kursi buat ganti lampu. Nah saya mau minta tolong Mba Siska untuk bantu saya pegangin meja nya dan arahkan lampu senter nya ke colokan lampu"
"Oh begitu ya mba, baik kalau gitu sebentar saya ambil jaket dulu"
"Iya mba saya tunggu disini saja"
Aku pun menggambil jaket ku karena diluar juga cukup dingin dikarenakan masih hujan. Suasana sekitar juga sudah mulai gelap karena ku lihat sudah hampir mau jam enam sore. Setelah keluar dan mengunci pintu kamar kost ku, aku dan Ci Mia segera pergi menuju kamar Ci Mia yang berada di lantai dua kost-kostan ini.
Sesampainya di kamar Ci Mia, aku melihat memang benar didalam sini sangat gelap. Aku mencoba menyenteri Ci Mia untuk menaruh kursi tepat di bawah lampu yang ingin di ganti. Ci Mia pun beranjak naik untuk mengganti lampu yang putus itu dengan yang baru. Dari bawah aku membantu memegang kursi tersebut dan juga mengarahkan senter ke arah Ci Mia.
"Udah nih Mba Siska, sudah saya ganti lampu nya. Tolong nyalakan tombol lampu nya mba"
"Baik Ci"
Jawab ku singkat dan segera aku menyalakan tombol lampu tersebut. Dan akhirnya lampu tersebut menyela kembali dan menerangi seisi kamar Ci Mia. Aku segera beranjak kembali membantu memegang kursi tersebut agar Ci Mia bisa segera turun.
Disaat Ci Mia ingin turun, aku baru melihat bahwa paha Ci Mia sangat lah mulus dan tanpa sengaja aku melihat bahwa Ci Mia seperti nya tidak memakai celana dalam. Terlihat samar samar belahan vagina nya yang terhimpit kedua paha nya.
"Terimakasih ya Mba Siska sudah mau bantu saya"
"Sama-sama Ci, saya izin pamit kembali ke kamar ya"
"Oh ya, sebentar Mba"
Henti Ci Mia dan segera ia menghampiri diri ku. Dan tiba-tiba
"Muuuuaacch"
Ci Mia mencium bibir ku. Dan aku hanya bisa terdiam kaget dengan perlakuan Ci Mia. Badan ku benar-benar mematung dengan ulah Ci Mia. Mendapatkan respon yang pasif karena aku hanya terdiam. Ci Mia lalu melanjutkan dengan menurunkan resleting jaket yang aku pakai.
Terbuka lah jaket ku, dan terpampang jelas tubuhku yang hanya terlapisi tanktop putih tanpa bra yang sedikit menerawangkan kedua puting ku yang terpancar sinar lampu kamar Ci Mia.