POV Mirna
Sambil menikmati kontolnya aku kulum di dalam mulutku, Joni menarik pantatku. Aku pun segera paham bahwa Joni juga ingin merasakan nonokku, maka segera aku mengubah posisiku. Aku naik ke atas tubuh Joni dan nonokku tepat dihadapan mulut Joni agar Joni mudah mengerjai nonokku dengan lidah dan mulutnya.
Joni mulai menjilati nonokku. Mula2 dijilatinya jembutku yang sudah basah kuyup oleh lendir yang keluar dari nonokku. Kemudian disibakkannya jembut yang menutupi bibir luar nonokku tersebut sehingga lidah Joni dapat menjilati bibir dalam nonokku. Aku pun menekan pantatku sehingga muka Joni menempel erat di permukaan nonokku.
“Jembut kamu lebat sekali sayang. Aku suka jembut yang lebat gini. Hhhmmmmm...” kata Joni sambil terus memainkan lidahnya di bibir dalam nonokku. Memang Joni termasuk tipe cowok yang sangat menyukai jembut cewek yang lebat.
“Sluuuuurp... Hhhmmmmm... Aaaaahhh... Ssssshhh... Sluuuuurp... Aaaaahhh... Sayaaaaang... kamuuu... Sluuuuurp... pinter bangeeet... Sluuuuurp... Hhhmmmmm... bikin aku nikmaaat...!!! Hhhmmmmm... Sayaaaaang... enaaak... Sayaaaaang... Sluuuuurp... Sluuuuurp...” Aku mengerang sambil mengulum2 kontol Joni tatkala jari Joni mulai menggelitik itilku.
Sementara itu lidah Joni terus menjilati nonokku, sambil sesekali jarinya dimasukkan ke dalam liang nonokku yang sudah sangat basah. Joni pun semakin bernafsu menjilati nonokku. Disedotnya liang nonokku kuat2.
Sruuup... sruuup... Joni menyedot lendir yang keluar dari nonokku masuk ke dalam mulutnya dan dia gelitik terus nonokku sehingga cairan nonokku semakin banyak keluar dan disedotnya terus cairan itu masuk kemulutnya.
Joni semakin merenggangkan pahaku lebih lebar lagi dan disibakannya jembutku yang lebat itu sehingga dia dapat dengan leluasa menjilati itilku. itilku, Joni sedot2, dia gigit2 dengan lembut dan dia tarik2 dengan bibirnya.
Aku sangat terangsang sekali dengan permainan mulut Joni di daerah nonokku, apalagi pahaku sekarang dibuka lebar2 dan area antara anus dan nonokku digosok2 terus dengan jari2nya dan kadang2 dia jilati.
Kemudian Joni memegang kedua belah pantatku, meremas2nya dan tanpa kuduga dia menjilati anusku, membuat aku menggelinjang geli nikmat.
“Ooooohhh... Sayaaaaang... Uuuuuhhh... geeeliii... Sayaaaaang... Aaaaahhh...” desahku merasakan kegelian namun jujur nikmat sekali. Baru kali ini anusku dijilati. Ternyata sungguh nikmat rasanya sensasi yang aku rasakan saat anusku dijilati seperti ini.
Jilatan Joni kembali ke lagi ke nonokku dan begitu itilku digetarkan dengan ujung lidah Joni yang bergerak begitu cepat, sebetar kemudian aku berontak, pantatku semakin kuat menekan nonokku hingga menempel erat sekali di mulut Joni sambil menggesek2kannya ke mulut Joni dengan liar.
”Aaaaahhh... Sayaaaaang...!!! Buruan masukin kontol kamu di nonokkuuu...!!! Aku sudah gak taaahaaan...!!!” pintaku sambil melepas kontol Joni dari mulutku dan menarik pantatku dari muka Joni.
Aku mengangkat pantatku sehingga posisiku jadi nungging. Aku ingin dientot lewat belakang. Joni segera memposisikan tubuhnya di belakangku.
Joni menatap liar pantatku yang sungguh seksi itu. Bongkahan pantatku yang bulat besar membelah di tengah. Di sela2nya tampak bibir nonokku sudah begitu merekah basah. Dibagian bibir dalam nonokku yang memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku, mengintip liang nonokku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kontol Joni yang besar itu.
Pemandangan tersebut menambah nafsu Joni semakin menjadi. Dia isap dan jilat lendir nonokku dari belakang, sekalian anusku, aku melenguh panjang. Aku memang paling geli kalau dijilati anusku. Karena memang ini baru aku rasakan saat ngentot dengan Joni.
"Sayaaaaang... aduuuh... akuuu... gak tahaaan... Cepat masukin kontol kamu!!!" teriakku sambil menggoyang2kan pantatku.
Joni mengatur posisi pantatku agar posisi nonokku sejajar dengan kontolnya. Setelah posisinya tepat, aku pikir Joni akan langsung melesakkan kontol gedenya itu ke dalam liang nonokku, namun Joni tidak langsung menyodokkan kontolnya tapi justru dipeluknya tubuhku dari belakang.
Tangan kanan Joni meremas2 susuku dan memilin2 pentilnya sedangkan tangan kirinya menggosok2 itilku. Kontol Joni yang sudah sangat tegang dan keras itu menempel di antara pahaku.
“Aaaaahhh... Sayaaaaang... Masukin kontolmu Sayaaaaang...!!! Aku pingin kontolmuuu...!!!” seruku sambil kali ini tanganku menggenggam batang kontol Joni dan mengarahkannya ke liang nonokku. Sebentar kemudian kepala kontol Joni mulai membelah bibir dalam nonokku.
Tiba2 pesawat telepon di atas meja berdering. Joni menghentikan sodokannya.
“Ayo sayang sodokkan kontol kamu. Jangan hiraukan dering telepon itu. Toh di luar ada Minah” jelasku meminta Joni menyodokkan kontolnya. Joni menuruti keinginanku dan dengan hentakkan yang kuat dari pantat Joni dan dorongan pantatku ke belakang maka semua batang kontol Joni amblas ditelan nonokku.
POV Minah
Mendengar dering telepon yang dari tadi berdering, namun tidak ada yang mengangkat. Aku tahu kalau Non Mirna pasti lagi ngentot dengan Mas Joni, sehingga tidak mau mengangkat telepon. Takut ada hal penting, maka aku pun mengangkat telepon tersebut.
"Hallo. Dengan rumah Tante Mirna?" tanya suara wanita dari ujung sana.
"Betul. Non Sinta ya?" tanyaku. Aku hafal sekali dengan suara Non Sinta, karena dulu dia sering main ke sini sewaktu masih ada almarhum suami Non Mirna.
"Iya Bi. Ini aku” jawab Non Sinta.
"Tante Mirnanya ada, Bi?" tanya Non Sinta lagi
"Ada Non, tapi sedang eng... sedang istirahat" ujarku berbohong
"Ada pesan, Non? Nanti biar Bibi sampaikan ke Non Mirna" lanjutku.
"Bi, bilang sama Tante Mirna aku mau pinjam mobil. Mobilku tadi pagi tiba2 mogok” kata Non Sinta
“Sekarang aku lagi di kampus. Sebentar lagi aku akan ke sana mau ambil mobil Tante” lanjut Non Sinta sambil menutup sambungan teleponnya.
Aku menuju kamar Non Mirna, majikanku, untuk memberitahu pesan dari keponakannya. Begitu tiba di depan pintu kamar Non Mirna tersebut, aku sungguh terkesima saat melihat pintu kamar Non Mirna yang tidak tertutup rapat sehingga dari tempat aku berdiri, aku dapat melihat dengan jelas Non Mirna yang sedang dientot oleh Mas Joni.
Aku melihat Non Mirna yang dalam posisi nungging tersebut sedang dientot oleh Mas Joni dari belakang. Aku jadi terpaku melihat pemandangan tersebut. Jantungku berdegub kencang melihat adegan persetubuhan antara Non Mirna dengan Mas Joni. Aku jadi teringat gimana nikmatnya dientot sama kontol Mas Joni yang gede tersebut kemarin.
Melihat Non Mirna yang sedang menikmati saat dientot sama Mas Joni tersebut, aku jadi bingung. Bagaimana aku harus memberitahu pesan dari Non Sinta ke Non Mirna. Kalau aku memberi tahu ke Non Mirna, aku takut mengganggu Non Mirna yang sedang menikmati entotan Mas Joni. Namun di sisi lain sebentar lagi Non Sinta akan datang.
Ditengah kebingunganku tersebut, tiba2 bel pintu berbunyi. Aku kaget, karena itu tandanya Non Sinta sudah ada di depan pintu rumah Non Mirna. Aku bergegas meninggalkan kamar Non Mirna dan segera berlari menuju pintu depan.
“Eh Non Sinta, silakan masuk Non” Aku mengajak Non Sinta masuk ke dalam rumah.
“Bi, kok mobil temenku ada disini ya?” tanya Non Sinta penuh selidik. Sepertinya Non Sinta merasa heran kenapa mobil Mas Joni ada di rumah Tantenya. Memang kemarin setelah temannya selesai memakai mobilnya, Mas Joni meminta temennya tersebut mengantarkan mobilnya ke sini karena saat itu Mas Joni sedang asyik ngentoti aku.
“Eng... anu Non... anu... eng...” Aku kebingungan menjawab pertanyaan Non Sinta tersebut.
Belum terjawab pertanyaannya tentang mobil Mas Joni, Non Sinta kembali bertanya.
“Lalu mobil Tante dimana, Bi?” tanya Non Sinta.
“Ada Non masih di garasi. Kuncinya di tempat biasa, Non” jawabku.
POV Sinta
Mendengar penjelasan dari Bi Minah, aku berjalan hendak mengambil kunci mobil sebelum ke garasi. Namun begitu melewati kamar Tante Mirna, aku mendengar suara erangan Tante Mirna. Terdengar olehku Tante Mirna sedang merintih2 dan mengerang. Penasaran dengan bunyi suara tersebut, aku pun mendekati kamar Tante Mirna.
“Hah Tante???!!!” jeritku lirih sambil menutup mulutnya karena kaget melihat Tante Mirna dalam keadaan nungging sedang dientot oleh seorang pemuda. Dan betapa kagetnya aku saat aku lebih mendekat ke kamar tersebut, ternyata pemuda yang sedang mengentoti Tante Mirna itu adalah Joni yang tidak lain pacarku sendiri.
Hatiku panas terbakar rasa emosi menyaksikan pacarku sedang menyetubuhi Tante Mirna. Namun aku juga tidak dapat memungkiri kenyataan kalau diriku juga terangsang melihat aksi Tante Mirna dan Joni di dalam kamar tersebut yang sedang berpacu dalam birahi. Gelora birahiku mulai naik, yang tadinya aku ingin cepat meninggalkan tempat itu, sekarang aku malah menikmati pemandangan yang ada di dalam kamar tersebut.
POV Joni
Karena seringnya aku ngentot dengan beberapa cewek akhir2 ini, membuat aku semakin berpengalaman dalam hal seks. Gerakanku kini cukup bervariasi. Terkadang kontolku maju mundur dengan lembut di dalam liang nonok Mirna. Terkadang kontolku dengan penuh tenaga menghujam liang nonok Mirna. Sesekali aku memeluk Mirna dengan erat. Tangan kananku meremas2 susu Mirna dan memilin2 pentilnya sedangkan tangan kiriku menggosok2 itil Mirna.
Mirna mengimbanginya dengan memutar2 pinggulnya. Dan gerakan2 yang sedemikian rupa sehingga liang nonoknya yang masih terasa sempit oleh kontolku, mampu mengurut2 batang kontolku.
“Aaauuuhhh... Sayaaaaang... enaaak... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh... kontolku seperti disedot2 dalam nonok kamuuu... Ssssshhh... Aaaaahhh...” Aku mendesah2. Mirna tahu kalau aku tengah merasakan nikmat yang luar biasa. Sepertinya Mirna senang bisa memberikan kepuasan kepadaku.
Cairan pelumas nonok Mirna terus keluar seiring semakin tingginya gelora nafsu birahinya membuat liang nonoknya makin becek. Hal itu membuat gerakan batang kontolku jadi semakin lancar memompa liang nonok Mirna yang sudah terasa becek itu, sehingga terdengar bunyi crok... crok... crok... crok... Bunyi yang ditimbulkan akibat tumbukan kontolku dengan liang nonok Minah yang becek tersebut.
Bunyi tersebut semakin membuatku bersemangat memompa kontolku di dalam liang nonok Mirna. Aku semakin cepat mengeluarmasukkan kontolku di liang nonok Mirna. Mirna mengimbanginya dengan menyodokan pantatnya ke belakang menyambut sodokan kontolku. Aku mendiamkan kontolku di dalam liang nonok Mirna kemudian aku putar2 kontolku tersebut.
"Ssssshhh... Ooooohhh... Kontol kamuuu... enaaak... Sayaaaaang... besar dan ujungnya terasa berdenyut2 seperti hidup. Bagian dalam nonokku jadi terasa gatal, pingin digaruk kontol kamuuu... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh... enaaak... Sayaaaaang...” erang Mirna.
POV Sinta
Perasaanku semakin tidak karuan melihat adegan di dalam kamar yang semakin hot. Ditambah lagi dengan erangan dan rintihan Tante Mirna dan Joni, pacarnnya tersebut, dan juga bunyi yang dihasilkan dari pertemuan antara kontol Joni dengan liang nonok Tante Mirna yang becek membuat aku semakain terangsang. Aku jadi teringat dengan kejadian malam Minggu kemarin.
“Ah, seandainya saja malam Minggu kemarin aku dapat menghapus ingatanku tentang peristiwa buruk 4 tahun yang lalu, pasti aku juga sudah menikmati kontol Joni yang besar tersebut” batinku.
Jantungku berdegub kencang dan tanpa sadar aku mulai mengelus2 susuku dan tanganku yang satu lagi menggosok2 nonokku. Ketika aku mencoba meraba CDku, ternyata CDku tersebut sudah sangat basah dan lengket oleh lendir birahiku.
“Ah, kenapa aku jadi terangsang begini” umpatku dalam hati.
Sementara itu di dalam kamar...
POV Joni
Aku masih terus ngentoti liang nonok Mirna dengan kontolku yang gede ini.
"Enak sayang?" tanyaku sambil terus menggerakkan pantatku maju mundur sambil memegang dan meremas2 susu Mirna.
"Ssssshhh... Aaaaahhh... Enaaak... bangeeet... Sayaaaaang... Ooooohhh... Kamu bener2 hebat dan pandai bikin aku keenakan. Ooooohhh... Sayaaaaang... Aku sampai kuwalahan banget. Sayaaaaang... Ssssshhh... Ooooohhh..." sahut Mirna sambil terengah2 didera kenikmatan yang luar biasa.
"Mau terus begini say? Sepanjang hari kuat?" goda Joni sambil memutar dan menggoyangkan pantatku.
"Ooooohhh... Sayaaaaang... Mau sekaaaliii... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh..." jawab Mirna sambil menengok ke arahku.
Saat aku menengok akan melumat bibir Mirna, aku melihat Sinta yang berdiri di depan pintu kamar memandang ke arah kami berdua. Tangan Sinta yang satu tampak meremas2 susunya dan tangan yang satu lagi menggosok2 nonoknya. Reflek aku menyebut nama Sinta.
“Sinta???!!!” teriakku. Mirna pun mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar. Dia tak kalah kagetnya melihat Sinta berada di depan pintu kamarnya menyaksikan dia sedang dientot oleh Joni.
Begitu kepergok olehku dan Mirna kalau dia sedang melihat dan menikmati persetubuhan kami, Sinta pun bergegas meninggalkan tempat tersebut. Sementara itu saat aku hendak mencabut kontolku dan mengejar Sinta, Mirna mencegahnya,
“Ssssshhh... Aaaaahhh... Sayaaaaang... Jangan dicabut dulu!!! Teruuus... Sayaaaaang... goyang lagi kontol kamuuu... Sayaaaaang... tusuk liang nonokku dengan kontol kamuuu... Sayaaaaang... Ssssshhh... Akuuu... akuuu... mauuu... keluuuaaaaarrr...!!! Ssssshhh... Aaaaahhh..." Mirna merintih2 dan menahan pantatku agar kontolku tetap ngentoti liang nonoknya.
Karena merasa tanggung untuk menyudahi persetubuhan yang sangat nikmat tersebut, aku pun batal mencabut kontolku dan justru semakin meningkatkan tempo genjotan kontolku pada nonok Mirna.
“Akuuu... juuugaaa... teruuus... Sayaaaaang... Ssssshhh... Ooooohhh... kamu pintar sekaaaliiii... Sayaaaaang... putar teruuus... Sayaaaaang... Ssssshhh... Aaaaahhh... Sayaaaaang...!!! Aaakuuuuu... keluuuaaaaarrr... Sayaaaaang...!!! Ssssshhh... Aaaaahhh...!!!” teriakku. Aku menghentakkan pantatku kuat2. Tanpa ampun lagi seluruh kontolku yang besar itu pun amblas sedalam2nya di liang nonok Mirna.
Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... Crooooottt... pejuhku nyemprot di dalam liang nonok Mirna.
Hujaman kontol dan semburan pejuhku di dalam liang nonok Mirna, ternyata mendatangkan kenikmatan yang luar biasa bagi Mirna. Sehingga dia pun menjerit.
"Aaaaaaaaahhhhh... Sayaaaaang...!!! Ssssshhh... Aaaaaaaaahhhhh... Aaakuuuuu... juuugaaa... keluuuaaaaarrr...!!! Ssssshhh... Aaaaaaaaahhhhh...!!!" Mirna menjerit dan mengerang. Tubuhnya kejang dan meregang. Tangannya mencengkeram seprai kuat2, dan...
Seeeeerrr... Seeeeerrr... Seeeeerrr... cairan orgasme Mirna pun menyembur memenuhi liang nonok Mirna, bercampur dengan pejuhku yang menyemprot lebih dulu di dalam liang nonoknya. Begitu banyaknya cairan yang ada di dalam liang nonok Mirna tersebut sampai menetes keluar dari nonok Mirna.
Mirna tak bisa menguasai diri lagi. Aku mendorong tubuh Mirna hingga posisi Mirna jadi menelungkup di atas tempat tidur membelakangiku. Dengan kontol yang masih menancap di nonok Mirna, aku memeluk Mirna dengan mesra. Sementara tubuh Mirna menggelepar dengan mata terpejam2 menikmati puncak orgasmenya.
Tiba2 aku dan Mirna teringat dengan Sinta.
“Sinta???!!!” kataku dan Mirna hampir bersamaan.
Bergegas kami memakai kembali pakaian masing2 lalu mencari Sinta.
“Non Sinta sudah pulang, Non” kata Minah pada majikannya yang lagi kebingungan mencari Sinta.
Dengan pandangan kecewa aku dan Mirna akhirnya kembali ke ruang tengah. Kami duduk dan saling diam. Tak lama kemudian Minah membawa dua gelas teh manis hangat dan bakpia pathuk oleh2 yang tadi dibawa oleh Mirna.
“Maafin Minah Non. Tadi Minah bingung. Mau ngasih tahu ke Non kalau Non Sinta akan datang mau pinjam mobil Non. Tapi Minah takut ganggu Non” kata Minah.
“Gak apa2 Mbak. Semuanya sudah terjadi. Lagian bukan salah Mbak kok” balas Mirna.
Pandangan Mirna beralih ke Joni,
POV Mirna
“Jon, kamu kenal Sinta? Atau jangan2 Sinta yang pernah kamu ceritakan padaku itu, Sinta keponakanku yang tadi melihat kejadian kita di kamar?” tanyaku ke Joni.
“Sori Mir, kamu benar. Pacar aku yang pernah aku ceritakan ke kamu itu, ya Sinta keponakan kamu itu” jawab Joni
“Aku mencintai Sinta bukan karena Sinta anak orang kaya. Tapi aku mencintai Sinta karena selama ini jauh sebelum keadaan aku seperti ini, Sintalah satu2nya orang yang selalu mengasih aku semangat hingga akhirnya aku menjadi percaya diri menghadapi semua cibiran temen2 di kampus” jelas Joni.
Aku memandang ke arah Joni.
“Kamu masih mencintai dia?” tanyaku.
“Sampai saat ini aku masih sangat mencintai dia. Walaupun aku pernah kecewa karena dia tidak mau diajak bercumbu seperti kebanyakan cewek2 yang lain” jawab Joni.
“Walaupun kamu tahu apa yang telah terjadi pada Sinta?” lanjutku.
“Apapun keadaan Sinta, aku tetap mencintai dia. Aku sangat menyayangi dia” tegas Joni
“Memangnya ada apa dengan Sinta?” tanya Joni kemudian.
“Aku paham kalau Sinta menolak kamu ajak bercumbu seperti kamu mencumbu diriku. Itu semua karena dia masih belum dapat menghilangkan trauma akibat peristiwa yang dialaminya” jawabku
“Trauma?” kata Joni bingung dengan apa yang aku katakan.
“Okelah aku akan ceritakan semuanya tentang Sinta kepada kamu, karena kamu memang mencintai dia apa adanya. Namun aku mohon setelah kamu tahu semuanya, kamu tetap mencintai dia dan jangan sakiti dia. Apalagi kamu tinggalkan dia” jawabku
“Kamu harus janji, Jon!!!” lanjutku.
“Jangan khawatir Mir. Aku janji. Aku akan tetap mencintai Sinta apapun yang pernah terjadi dengannya” jawab Joni menyakinkanku. Aku percaya dengan ucapan Joni, selama ini dia gak pernah berbohong padaku. Maka aku pun mulai menceritakan masa lalu Sinta kepada Joni.
“4 tahun yang lalu Sinta pernah mengalami perkosaan. Akibat dari peristiwa itu selama hampir 1 tahun Sinta mengalami ketakutan setiap bertemu laki2. Setelah menjalani terapi secara rutin akhirnya dia dapat mengatasi semua itu. Namun rupanya dia masih belum 100% dapat menghilangkan trauma akibat peristiwa yang dialaminya tersebut. Aku baru tahu dari cerita kamu kalau ternyata Sinta masih trauma saat dia sedang dicumbu oleh cowok walaupun itu pacarnya sendiri” jelasku.
“Pantesan saat malam Minggu kemarin dia sangat ketakutan sekali. Saat sedang enak2nya bercumbu tiba2 Sinta mendorongku dan menolakku dengan keras” kata Joni
“Pantesan kamu jadi ganas gitu” godaku
“Rupanya malam minggu kemarin hasratmu tidak tersalurkan ya???” sambungku.
POV Joni
Aku hanya tersenyum menanggapi ledekan dan candaan Mirna.
“Siapa bilang tidak tersalurkan, kamu belum tahu aja kalau dari malam Minggu sampai Senin pagi tadi aku habis2an ngentoti Minah” batinku.
“Gimana Jon, apakah kamu masih mau mencitai Sinta setelah tahu bahwa Sinta pernah diperkosa. Dan mungkin dia juga sudah tidak perawan lagi” Kata Mirna membuyarkan lamunanku.
“Tidak ada manusia yang sempurna, Mir” jawabku
“Pantaskah aku menuntut Sinta harus perawan sementara aku pun juga sudah tidak perjaka lagi? Rasanya sungguh tidak adil bagi Sinta. Toh dia mengalami semua itu bukan karena kemauannya sendiri. Rasanya aku jadi semakin cinta dan semakin ingin lebih menyayangi dia” lanjutku
POV Mirna
Aku tahu bahwa jawaban Joni barusan tidak bohong yang hanya menyenangkan dirinya sebagai Tantenya Sinta. Aku jadi merasa bersalah terhadap Sinta, keponakanku, tersebut. Aku telah merebut Joni pacar keponakanku. Walaupun tidak sepenuhnya aku merebut Joni. Hubunganku dengan Joni hanya sebatas pemenuhan kebutuhan seksual saja walaupun akhirnya dalam diriku berkembang benih2 rasa sayang kepada Joni. Sepertinya aku harus dapat mencegah rasa itu sekarang.
“Okelah Jon. Aku minta kamu jangan ketemu dengan Sinta dulu sebelum aku menjelaskan semua yang barusan terjadi antara aku dan kamu pada Sinta. Nanti setelah semuanya beres aku akan kabari kamu. Oke sayang?” pintaku.
“Makasih juga Mir. Aku berharap semuanya cepat selesai” kata Joni.
Akhirnya kami berdua menikmati teh manis dan bakpia pathuk yang dihidangkan oleh Minah. Setelah itu Joni pun pamit kepadaku untuk kembali ke tempat kosnya.
End Bagian 8.
Bagian 9: Hadiah Ultah