Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Petualangan Maryanah, Sang Istri Sholehah

Chapter 24

Sudah sebulan lamanya Laras tinggal dirumah Pak Muslim, gadis itu nampak mulai ceria. Pak Muslim pun sangat menyukai gadis itu, Laras sudah mulai bisa beradaptasi dengan keadaannya saat ini. Dan orang yang paling bahagia dengan kehadiran Laras adalah Bi Inah, perempuan Sepuh itu sangat senang dengan keberadaan Laras. Gadis itu Cekatan sekali dalam membersihkan rumah, mencuci pakaian dan memasak. Hampir seluruh pekerjaan rumah, Laras dengan sigap menyelesaikan tanpa mengeluh apapun.

Laras sendiri merasa beruntung dirinya tinggal di kediaman Pak Muslim, selain tidak kesepian karena ada Bi Inah, juga karena Pak Muslim begitu baik terhadapnya. Laras seperti tinggal dengan orang tua kandungnya sendiri, Pak Muslim sudah Laras anggap seperti Ayahnya sendiri begitu juga dengan Pak Muslim sudah menganggap Laras seperti anak gadisnya sendiri. Setiap akhir pekan Pak Muslim selalu mengajak Laras jalan-jalan entah ke Mall atau ke Ancol dan Taman mini.

Laras sangat betah dan kerasan tinggal dirumah Pak Muslim dan sejenak bisa melupakan kesedihan hatinya selama ini karena kehilangan kesucian nya. Sedangkan Pak Muslim masih rutin mengunjungi Yanah menantu kesayangannya untuk memadu kasih, tentu saja diluar sepengetahuan Abas. Hari itu Laras sedang sibuk membantu Bi Inah di dapur memasak, sedangkan Pak Muslim baru saja kembali ke rumah setelah menjenguk Yanah dan menumpahkan benih-benih cintanya kedalam rahim menantunya itu.

Bi Inah terlihat memberikan instruksi kepada Laras, Laras dengan cekatan mengikuti segala instruksi Bi Inah sambal sesekali mereka berbincang dan bercanda ala-ala emak-emak dengan anak gadisnya. Pak Muslim tersenyum melihat kelakuan Bi Inah dan Laras, kemudian bergegas ke dalam kamar ingin beristirahat sejenak karena badannya lelah sekali sehabis menghajar memek menantunya pagi tadi.

Baru saja Pak Muslim memejamkan matanya dan memasuki alam mimpi, tiba-tiba pintu kamarnya di gedor dengan sangat kencang dan terdengar suara Bi Inah yang panik. “Tuaaan…Tuaaann…tok…tok..tokk…..Tuaaan…tolong Tuan…ohhh hiksss…hiksss…” Pak Muslim segera bangkit dan mengenakan sarungnya. “Ada apa Bi..??” Pak Muslim bertanya keheranan melihat Bi Inah terlihat Panik dan terisak. “Itu….Tuaaan…itu….aaduuhh……Laras..Tuan…” Bi Inah gugup tak sanggup berkata-kata dirinya berlari kearah dapur. Mau tak mau Pak Muslim pun ikut berlari mengikuti langkah Bi Inah.

Laras tergeletak di lantai dapur mukanya pucat dan keringat dingin tampak membasahi wajahnya. Pak Muslim segera meraih kepala Laras, nafasnya masih terlihat teratur namun lemah, dengan sigap Pak Muslim membopong tubuh Laras yang pingsan ke kamar tidurnya. Pak Muslim memerintahkan Bi Inah mencari minyak angin atau minyak kayu putih dan membalurkan di beberapa Bagian tubuh Laras yang sedikit terasa dingin. Sedangkan Pak Muslim segera menghubungi dokter kenalannya untuk memeriksa Laras.

Bi Inah sudah membalurkan minyak kayu putih di beberapa Bagian tubuh Laras, terlihat perlahan suhu tubuh Laras menghangat dan bibirnya mulai merintih-rintih namun matanya tetap terpejam. Pak Muslim bolak-balik didalam kamar dirinya sedikit khawatir melihat keadaan Laras, tak lama dirinya menyambut kedatangan dokter langganan dan mengajak dokter untuk segera memeriksa keadaan Laras. Dokter terlihat seksama memeriksa nadi dan detak jantung Laras dengan stetoskop, cukup lama dokter tersebut memeriksa keadaan Laras, dan sesekali matanya menatap Pak Muslim penuh arti, kemudian kembali memeriksa Laras.

“Hmmmm….bisa kita bicara Pak” dokter tersebut memecah kesunyian, Pak Muslim tergagap namun kemudian mengangguk dan mengajak dokter keruang kerjanya dan meminta Bi Inah membuatkan teh hangat untuk mereka berdua. “Silahkan diminum Dok” Pak Muslim menyilahkan dokter tersebut sesaat setelah Bi Inah keluar dari ruang kerjanya. “Bagaimana kondisi anak saya dok…??” Pak Muslim mencecar dokter menanyakan keadaan Laras. “Hmmm…begini Pak…hmmm…sebelumnya mohon maaf” Dokter tampak ragu-ragu menjelaskan kondisi sebenarnya.

“Iyaa..dok bagaimana??” Pak Muslim tak sabar, “Hmmm..tenang Pak..tenang….karena apa yg akan saya sampaikan pasti akan membuat Bapak Kaget” ujar dokter tersebut. “Putri Bapak saat ini sedang hamil 4 minggu dari hasil pemeriksaan awal, namun untuk memastikannya saya saran kan periksa ke dokter kandungan atau Bidan Pak…”dokter menerangkan panjang lebar dan itu membuat Pak Muslim terkejut mendengarnya, “Apaaaaa…??” Pak Muslim kemudian mengurut keningnya dan keduanya saling diam didalam ruang kerja itu. “Baik dok, terimakasih atas informasinya…” akhirnya Pak Muslim bicara dengan lirih kemudian menjabat tangan dokter tersebut yang berpamitan pulang.

Sejenak Pak Muslim masih diam membisu didalam ruang kerjanya, dia berpikir siapa orang yang sudah menghamili Laras. Semakin Pak Muslim berpikir semakin sakit dan pening kepalanya, saat ini yang harus jadi prioritasnya adalah kesehatan Laras, Pak Muslim perlahan melangkah dengan gontai menuju kamarnya. Laras masih terbaring lemah di tempat tidur Pak Muslim, Bi Inah begitu telaten menyuapi Laras dengan bubur yang baru dibelinya. Melihat kedatangan Pak Muslim, Laras dan Bi Inah bergeser dari tempat semulanya, “Kamu jangan banyak gerak dulu Nduk….istirahat saja..jangan lupa minum obatnya ya”Pak Muslim menenangkan Laras dan Bi Inah “Bi…mohon jaga Laras dulu ya…saya ingin keluar sebentar…” Pak Muslim berlalu meninggalkan dua perempuan di dalam kamarnya.

Lelaki paruh baya itu keluar menuju suatu tempat, kurang lebih 15 menitan Pak Muslim memacu kendaraannya hingga berhenti di sebuah Apotik. Pak Muslim membeli sebuah testpack alat pendeteksi kehamilan dia pilih satu sesuai arahan penjaga apotik tersebut kemudian bergegas kembali kerumahnya. Tampak Laras sedang duduk termenung, sedang Bi Inah sudah kembali kedapur menunaikan tugas sebagai asisten rumah tangga keluarga Pak Muslim. Lelaki itu perlahan duduk disamping Laras yang sejenak menatapnya berkaca-kaca, Pak Muslim membelai rambut Laras dengan penuh kasih sayang, diusapnya berkali-kali kepala gadis itu.

‘Nduk….hmmmm….kamu percaya Abi kan? Abi sayang kamu, sekarang Abi minta kamu pipis didalam wadah ini ya…!!!” lembut suara Pak Muslim sambal menyerahkan wadah untuk menampung air seni Laras. Gadis itu sejenak menatap lelaki tua disampingnya, ada sinar teduh memancarkan kasih sayang seorang Ayah disana, Gadis itu meraih wadah yang disodorkan Pak Muslim kemudian berlalu menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian Laras keluar dan menyerahkan kembali wadah itu dengan muka bersemu merah menahan malu karena air seninya sedikit beraroma menyengat.

Pak Muslim menerima wadah itu dengan sangat hati-hati kemudian meletakkannya kembali dilantai dekat dengan kamar mandi. Laki-laki itu mengeluarkan benda yang dibeli di apotik tadi, Laras hanya menyaksikan dengan seksama apa yang di lakukan Pak Muslim sambal sesekali keningnya berkerut. Pak Muslim gemetar memasukan ujung testpack kedalam air seni Laras, hatinya dilanda keresahan dan berharap hasilnya adalah negative. Mata Pak Muslim terbelalak, jantungnya berdetak dengan kencang menatap testpack menunjukan garis dua berwarna merah, ditatapnya dalam-dalam Laras yang duduk diatas tempat tidur.

Gadis itu masih belum paham dengan apa yang di lakukan Pak Muslim, matanya bertanya-tanya menatap lelaki itu berjalan kearahnya. “Nduk……kamu bisa cerita ke Abi…sayang, siapa yang sudah menghamili kamu…??” Degh….jantung Laras nyaris copot, Hamil? Dirinya hamil? Matanya kembali berkaca-kaca, bibirnya bergetar meratapi nasibnya yang harus berbadan dua tanpa suami. Seketika pecah suara tangis Laras, Pak Muslim segera merengkuh tubuh Laras memeluknya dengan lembut, menenangkan gadis kampung itu. “Tenaaang..ndukk…tenaang..sshhh…shhh.cup…cup…Abi gak marah..sayang, ceritakan pada Abi..hmmmm” diusapnya airmata yang membasahi pipi mulus selembut sutera.

Laras mendongakan mata menatap lelaki yang sudah berbaik hati menampungnya selama ini, ada ketulusan disana namun Laras tak sampai hati melukai perasaan laki-laki itu dengan menceritakan kejadian sebenarnya. “Aaakkk……Aakkuuu….aku..diperkosa Bi…hikkssss…hikkksss….hikkksss…hikkss….” Laras berbisik lirih dengan derai air mata, Pak Muslim hatinya teriris, teringat akan cerita Abas anaknya yang menyatakan awal mulanya pertemuan Abas dengan Gadis itu bahwa Laras mengalami perkosaan oleh preman-preman ditengah malam

Pak Muslim memeluk Laras dengan erat dibelainya punggung dan kepala gadis itu yang masih tersedu-sedu didalam pelukannya. Lama keduanya saling berpelukan, Laras menumpahkan segala luka hatinya lewat deraian airmata yang terus membasahi dada Pak Muslim. Tiba-tiba Laras mengalungkan kedua tangannya ke leher lelaki tua yang sedang memeluknya, wajahnya masih sembunyi didada Pak Muslim. Lelaki itu perlahan mengecup kening Laras dengan lembut, dan Laras mendongakan kepalanya menatap wajah teduh Pak Muslim.

Celakanya saat Laras mendongakan wajah, bibir Pak Muslim bergerak turun hendak mencium kening gadis itu dan bibir keduanya pun bertemu. Laras menegang tubuhnya serasa dialiri sengatan listrik, Pak Muslim pun tersentak kaget dadanya berdesir merasakan manisnya bibir mungil nan merekah dalam kulumannya. Tak lama bibir mereka terlepas, nafas Laras memburu sedangkan Pak Muslim masih bisa menahan geloranya. Mata Laras sayu menatap manja lelaki tua itu, dirinya merasa nyaman dalam pelukannya dan sentuhan bibir mereka membuat gairah Laras yang sedang hamil muda memuncak dengan cepat.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd