Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rasa Penasaran

BAB V Rejeki (6)



“Klentang…klentang….klentang…”, bunyi suara lonceng seorang pengayuh becak. “Bu Risa…Bu..Ibu Risa…”, panggilnya kepada seorang wanita yang sedang berjalan.

“Bu Risa kan?” sapa pengayuh becak tersebut. “Tuh bener kan Bu Risa, darimana bu kok bawa-bawa kantong plastik banyak begitu?” tanya nya lagi. Risa yang agak lama berpikir, siapa kakek tua yang memanggilnya tersebut, “Pak Maman ya?”, balas Risa. “Iya Bu betul, dah lama gak ketemu..”, jawab Pak Maman dengan senangnya. “Ini Pak, habis dari pasar, beli belanjaan, mertua nanti malam mau datang, biasa, mau nginap dirumah, mau ketemu sama cucu-cucunya, kangen katanya, gimana Pak panennya? lancar?”, tanya Risa. “Owalah habis dari pasar toh, pantes belanjaannya banyak. Iya Bu lancar, weleh, pasti Yansen yang cerita ya Bu?”, jawab Pak Maman. “Iya Pak, waktu itu Pak Yansen yang cerita”, jawab Risa. “Sini Bu, naik becak saya saja, saya anterin pulang, kasihan itu bawa barang belanjaan, jalan kaki lagi”, ajak Pak Maman yang tidak tega melihat Risa jalan kaki membawa belanjaan yang terlihat berat. “Boleh deh Pak, sesekali ngerasain naik becak seperti apa, karena biasanya jalan kaki, hitung-hitung olahraga Pak”, jawab Risa.

Risa pun dengan perlahan dan hati-hati menaiki becak Pak Maman, dan Pak Maman dengan begitu sigap langsung membantu barang belanjaan Risa untuk dinaikan di becaknya. Becak pun dikayuh Pak Maman, selama perjalanan mereka terlihat mengobrol dan saling menanyakan satu sama lain. Dari posisi Pak Maman, dapat melihat belahan payudara Risa yang terlihat dari sela kerah bajunya. Risa hari ini hanya mengenakan tank top yan ditutupi dengan cardigan yang dipadukan dengan celana jeans selutut yang cukup ketat. “Si kecil sama siapa Bu dirumah?”, tanya Pak Maman. “Ow…Anisa lagi sama Andi anak saya yang gede, kebetulan lagi libur dia hari ini, jadi bisa bantu jagain adiknya.”, jawab Risa.

“Oh iya Bu, kemarin saya bawa sedikit oleh-oleh dari kampung, mau ke rumah Ibu ngasihnya tapi belum sempat, apa mau mampir tempat saya dulu Bu, buat ngambil, lumayan bisa buat orang dirumah Bu..” , tanya Pak Maman, yang teringat kalau dia punya oleh-oleh yang memang sengaja dia bawa untuk diberikan kepada Risa dan keluarga. “Gak usah Pak, gak apa-apa, ngerepotin bapak nanti”, jawab Risa, yang tidak enak atau sungkan karena Pak Maman begitu baik sampai ingat dia dan keluarganya. “Gak apa-apa bu, gak ngerepotin kok, wonk deket kosan saya dari sini, biar saya ambil dulu ya Bu, sebentar kok.”, rayu Pak Maman, yang memang kenyataannya kosan nya memang dekat dengan jalan yang sedang mereka lalui.

Setelah tidak berapa lama, Pak Maman dan Risa pun sampai di kontrakan Pak Maman. Kosan kecil yang terdiri dari 2 ruangan saja, yaitu ruangan tempat tidur dan kamar mandi. Dengan cekatan Pak Maman menaruh becaknya di halaman kosan nya dan langsung membantu Risa untuk turun dari becak serta membawakan barang belanjaannya.

“Mari Bu masuk, maaf ya bu, kosan saya kecil dan berantakan..”, ujar Pak Maman mempersilahkan Risa untuk masuk ke dalam. “Kok sepi ya Pak, kos-kosan disini? Kalau Pak Yansen dimana?”, tanya Risa yang baru pertama kali datang ke kosan yang sempit dan lusuh, malah lebih tepat kalau disebut gubuk, beda sekali dengan kosan dia yang waktu semasa kuliah dulu. “Nah kalau Pak Yansen, kosan nya tuh disamping saya persis…hehehe, tapi gak tau dia kemana, dari pagi sudah tidak ada dia, dan disini karena memang pekerjaannya pagi-pagi kebanyakan kaya saya, atau Yansen, atau pedagang keliling, jadi kalau dah agak siangan dah sepi bu.”, jawab Pak Maman. “Ow, gitu ya Pak”, jawab Risa. “Kalau begitu mari masuk Bu..”, ajak Pak Maman.

Risa kemudian masuk lalu duduk di dekat jendela kosan dekat pintu. “Ibu mau minum apa? Teh ? Kopi?”, tanya Pak Maman kepada tamunya. “Air putih saja Pak.”, pinta Risa yang haus karena habis berjalan. “Oke siap Bu..”, jawab Pak Maman. Pak Maman lalu menyuguhkan segelas air putih kepada Risa. “Ini Bu airnya…diminum ya…”, ujar Pak Maman sembari memberikan air putih kepada Risa. “Dan ini bu oleh-olehnya yang saya bilang tadi, diterima ya Bu…”, ujar Pak Maman sekali lagi sembari tersenyum. “Owalah…makasih banyak ya Pak..”, jawab Risa yang membalas senyum Pak Maman.

“Pak saya boleh izin pinjam kamar mandinya, pengen pipis, gak tahan…”, ujar Risa, sehabis menenggak segelas air putihnya. “Silahkan Bu…itu kamar mandinya, kosan saya kecil, jadi hanya ada ruangan ini sama kamar mandi. Risa pun bergegas memakai kamar mandi Pak Maman untuk melepaskan hajat buang air kecilnya. Selang beberapa lama Risa pun kembali dari toilet dan duduk ke tempatnya semula. Memang otak kotor Pak Maman sedang tinggi-tingginya, sudah lama dia tidak mengeluarkan cairan panasnya, melihat Risa hari ini, membuatnya sangat ingin merasakan hal-hal indah bersama Risa saat dirumah Risa. Pak Maman yang sedang minum kopi pun, saat melihat Risa keluar kamar mandi, tersedak dan tumpahlah kopi ke celana Pak Maman.

“Waduh tumpahhh kopii kuuu….”, celoteh Pak Maman yang dengan sigap langsung mengambil pel-pelan untuk mengelap tumpahan kopi, serta berlari ke kamar mandi untuk membersihan diri. Risa yang melihat tingkah Pak Maman pun hanya bisa tertawa-tawa kecil. “Duh…lupa bawa celana salin lagi, baru inget masih kejemur semua celananya…., udahlah bodo pake handuk aja”, batin Pak Maman didalam kamar mandi. Pak Maman pun keluar hanya dengan menggunakan handuk yang dililitkan dipinggang nya. “hehehe…hehehe.., maaf ya Bu, saya cuma pakai handuk, baju salin saya masih dijemur…”, ujar Pak Maman yang cengengesan keluar dari kamar mandi.

“Yo wes Pak, tenang kok…di kosan sendiri ini kan, bebas cuma mau pakai handuk doank, tapi masih pakai baju kan hahahaha”, jawab Risa. Melihat Risa yang santai dan tertawa, membuat Pak Maman tenang, dia takut tamunya sungkan dengan penampilannya yang hanya mengenakan kaos partai dan handuk lusuh.

“Hehehehe, sudah lama ya Bu…”, cengengesan Pak Maman yang entah setan dari mana, atau nafsu yang sudah menguasai dia bisa bilang begitu. “Sudah lama apa Pak?”, tanya Risa yang sudah paham, ini kakek pasti ada maunya, tapi dia berpikir cukup berani juga ini kakek-kakek sampai bilang begitu. “Itu loh Bu, saya dikampung, tiap malam kepikiran ibu terus….”, ujar Pak Maman. “Alah gombal….dah bisa gombal-gombal ni ya…”, jawab Risa yang menyadari ada yang menonjol dari balik handuk Pak Maman. “Hehehehe….”, cengenges Pak Maman yang tidak berani lebih lanjut karena memang itu peraturan yang Risa buat. Risa yang memang sudah beberapa lama hanya memberikan kepuasan kepada Pak Yansen pun jadi geli sendiri melihat Pak Maman yang menahan horny nya, dia pun berpikir, untuk menggoda lebih lanjut Pak Maman.

Godaan-godaan dan rayuan yang Pak Maman berikan membuat suasana cair, Risa yang terbawa suasana pun sampai pindah tempat duduk disamping Pak Maman yang duduk diatas kasur. Pak Maman yang tidak menyiakan kesempatan memeluk dari samping tubuh Risa. Diciumnya kening dan dihirup dalam-dalam rambut Risa untuk merasakan wanginya rambut yang punya. “Tutup pintu gih Pak…”, ujar Risa yang sedang menatap horny Pak Maman. Dengan cepat ditutupnya pintu kamar kosan, dan tidak lupa dimasukannya sandal Risa ke dalam kamar, agar penghuni kos lain tidak curiga. Setelah semua selesai Pak Maman duduk kembali kesamping Risa.

Diciumnya kembali kening Risa, turun ke hidung, kemudian ke bibir Risa. Dipagutnya bibir Risa, disedot-sedotnya lidah Risa, di lumat habis bibir Risa. “Bapak kangen kamu Bu…”, ujar Pak Maman yang berbisik di telinga Risa. Risa yang mendengar perkataan Pak Maman hanya bisa tersenyum malu, senang, dam bahagia bisa membuat orang tua ini kesemsem sama dirinya.

Risa kemudian mengocok pelan penis Pak Maman dari balik handuk, merasakan kenikmatan, Pak Maman tidak tinggal diam, diremas-remasnya kedua payudara Risa yang masih terbungkus pakaian. Nafsu yang sudah diubun-ubun ingin rasanya terlegakan. Dicumbui nya bibir Risa dengan ciuman-ciuman ganas. Risa yang agak kewalahan, mulai aktif, dilepaskannya handuk yang membelit di pinggang Pak Maman. Setelah menemukan penis Pak Maman, dikocoknya dengan telaten, kadang pelan…kadang cepat, membuat yang punya penis agak sedikit menaikan pantatnya seirama dengan kocokan tangan Risa.

Risa pun melepaskan bibir Pak Maman lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Pak Maman. Dengan pelan Risa mendesah-desah ditelinga Pak Maman seakan akan sedang bercinta dan berkata, “Enak…enakk kannn….Pak….ahhhh…ahhhhh…”. Pak Maman yang mendapat perlakukan seperti itu pun, memeluk erat tubuh Risa sambil tangannya dengan sigap meremas-remas payudara Risa.

“AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……………………….”, lenguh panjang Pak Maman menikmati orgasmenya, spermanya, menyemprot, mengotori tangan Risa dan perut Pak Maman.

“Isshhhh….banyak banget Pak…hahahaha, udah lama ya gak dikeluarin?”, canda Risa sembari tangannya memainkan sperma Pak Yansen yang lengket. “Iya Bu, semenjak pulang kampung kemarin gak pernah dikeluarin….Lega saya Buuuuu….ahhhh…ahhh…ahhh…”, jawab Pak Maman sembari mengambil nafas yang ngos-ngosan.

“Hahahaha…lagian gak main sama istri si…”, ujar Risa membercandai Pak Maman. “Habis beda Ibuu yanggg Canntikkkkk….”, jawab Pak Maman gemas sembari menggoda Risa dengan mencubit hidungnya. ‘”Gomballl teruuuusssss………hahahaha, dah yuk bersih-bersih Pak…”, ajak Risa……



Bersambung……..
 
wohoooooo akhirnya uodate lagi mantap ditunggu bab rezeki berikutnya hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd