Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Prolog

Pagi pagi sekali aku melanjutkan perjalanab panjang ke Gunung Kemukus dengan baek bus yang menuju ke Semarang, dari Semarang aku melanjutkan perjalanan ke Demak, dari Demak aku ke Purwodadi dan meneruskan perjalanan ke Gunung Kemukus. Sebuah perjalanan Panjang yang sangat melelahkan.

Sebuah kejadian tidak terduga terjadi di Gung Kemukus, aku bertemu dengan Japra, awalnya aku tidak menaruh curiga, tapi tiba tiba Japra menusukku aku terpaku dan tidak sempat untuk menghindar kalau saja Pak Tris tidak datang tepat waktu mungkin nyawaku sudah melayang. Aku hanya mengalami luka kecil di dadaku. Darah membasahi bajuku yang berwarna putih.

Pertarungan singkat antara Japra dan Pak Tris berjalan cepat dan berahir dengan kematian Pak Tris yang tragis.

*******

Chapter 1 Menepati Janji

********

Setelah urusanku di Gunung Kemukus Selesai, aku kembali ke Cirebon untuk menelati janjiku ke Ratna untuk menikahinya, walaupun aku tidak mungkin menikah di Cirebon. Aku akan membawa Ratna ke Karawang mengurus peninggalan ibunya, mungkin aku akan menikah di Karawang atau di mana saja yang tidak tahu latar belakang kami. Tidak ada yang tahu bahwa aku adalah ayah tiri Ratna, karena secara hukum pernikahan seperti itu tidak diperbolehkan. Entahlah, aku tidak tahu, boleh atau tidak. Setidaknya aku harus berjaga jaga.

Bagaimana kalau Lilis tahu,? Dia tentu murka, untuk menghindari itu aku harusmencari strategi jitu. Entah akan berhasil atau tidak. Aku tidak perduli, sebuah janji harus ditepati apapun resikonya. Itu yang selalu diajarkan abah dan ibuku. Ajaran yang meresap hingga sumsumku.

Sekali lagi aku melakukan kucing kucingan mengelabui para pengintaiku seperti yang terjadi saat aku berangkat ke dari Bogor ke Cirebon. Aku yakin berhasil mengecoh para pengintaiku. Apa lagi aku merasa intuisiku meningkat tajam. Aku mulai bisa merasakan kehadiran sezeorang yang sengaja mengintaiku. Mungkin aku tidak secerdas Lilis, tapi aku punya intuisi yang tajam. Intuisi yang telah ada sejak aku masih kecil dan baru kusadari kegunaanny sekarang ini.

Setibanya di Cirebon, Ratna menyambutku dengan histeris, has gadis remaja. Sesaat aku merasa ragu dengan janji yang sudah terlanjur aku ucapkan. Apa benar aku akan menikahi seorang gadis remaja yang usianya belum genap 19 tahun. Bukankah menikahinya justru akan menambah masalahku saja. Tapi janji tetaplah janji yang harus selalu ditepati.

Ternyata Ratna sudah bersiap mengemasi semua pakaiannya dalam sebuah ransel besar yang biasa digunakan oleh para pendaki gunung. Aku lupa, apa nama ransel yang biasa digunakan para pendaki. Lagi pula hal itu tidaklah penting. Yang terpenting adalah secepatnya membawa Ratna keluar dari rumah mendiang Pak Shomad yang terasa tidak nyaman. Setelh berpamitan, aku mengangkat ransel Ratna, sedangkan Ratna membawa ranselku yang hanya berisi beberapa stel pakaian dan satu lempengan emas yang akan aku jual untuk biaya hidup Ratna. Aku tidak tahu, apakah itu cukup atau tidak.

Perjalanan ke Karawang terasa nyaman, aku merasa tidak ada yang mengikutiku. Semoga rencana yang aku susun bisa berhasil dan semoga Lilis untuk saat ini tidak tahu. Biarlah suatu saat dia tahu dan aku sudah lebih siap menghadapinya. Jujur, aku belum siap kalau harus berterus terang saat ini. Tanpa sadar aku tertidur dengan nyenyak.

*******

"A Ujang, sudah sampai...!" kata Ratna mengoyang giyangkan tubuhku yang terasa letih jiwa dan raga. Aku menggeliat merwnggangkan seluruh otot tubuhku agar lebih rileks dan peredaran darahku menjadi lancar. Sekujur tubuhku sudah basah oleh keringat karna bus yang kami tumpangi tanpa AC. Tapi tidak mengganggu tidurku sama sekali.

"Yuk, kita turun..!" kataku sambil mengambil ransel Ratna yang sangat berat sehingga punggungku agak tertarik ke belakang.

Singkat cerita ahirnya kami sampai juga di rumah peninggalan Anis yang sekarang du tempati oleh ibu dan adik bungsu Anis yang belum menikah. Warung kopinyapun lebih laris dari pada waktu pertama kali datang ke sini. Mungkin karena yang berjualan seorang hadis cantik yang jadi primadona, wajar saja banyak pemuda yang menjadikan warung kopi Anis menjadi tempat nongkrong mereka.

"Ratna... Aduh geulis bagaimana kabar kamu?" Neneknya Ratna langsung memeluk Ratna dan menciumi wajahnya dengan air mata berlinang.

"Alhamdulillah, baik Nek...!" kata Ratna yang ikut menangis teringat dengan nasibnya yang ditinggal mati ibunya.

Aku melihat semua adegan itu dengan terharu. Kematian selalu membawa duka buat yang ditinggalkannya. Lalu kenapa aku tidak berduka saat mendengar kabar kematian ayahku, bahkan aku tidak hadir di pemakamannya? Kenapa harus menangis untuk orang yang pernah memalsukan kematiannya dan menepantarkan anak istrinya selama belasan tahun. Air mata ini terlalu berharga dibuang untuk menangisinya.

"Ini siapa?" tanya nenek Ratna saat aku memcium tangannya, berarti pernikahanku dengan Anis tidak sampai ke telinga ibunya. Entah kenapa ibunya sendiri tidak diberi tahu oleh Anis. Sepertinya ada yang janggal di sini. Bagaimana mungkin sebuah pernikahan yang sakral tidak diketahui oleh orang tua kandungnya.

"Ini calon suami Ratna, Nek..!" kata Ratna. Berarti benar dugaanku, pernikahanku dengan Anis tidak sampai ke ibunya.

"Ya Allah, kenapa baru bilang sekarang kamu mau menikah?" kata Neneknya Ratna terkejut dengan kabar yang sangat tiba tiba. "Ya sudah, kalian duduk dulu. Nenek mau bikin kopi.!" kata Neneknya Ratna yang pergi ke arah warung yang berada di depan rumah.

"Emang nenek gak tahu ibumu sudah menikah dengan A Ujang?" tanyaku perlahan agar tidak terdengar oleh orang lain.

"Orang sini gak ada yang tahu, A. Soalnya mamah belum cerai dengan suaminya." kata Ratna membuatku kaget. Berarti pernikahanku dengan Anis secara agama tidak sah. Berarti kalau aku menikah dengan Ratna, pernikahan yang kami lakukan sah. Aku menarik nafas lega.

Tidak berapa lama, neneknya Ratna datang membawa segelas kopi dan segelas teh manis hangat yang pastinya untuk Ratna. Selain air minum, ada makanan yang menggunggah seleraku, singkong goreng yang terlihat empuk. Ngepruy, kata orang Sunda. Makanan yang sudah sangat jarang aku temui sejak kehidupanku berubah. Padahal singkong adalah makanan favoritku untuk mengganjal perut sebagai pengganti nasi. Biasanya singkong direbus dahulu, setelah itu baru digoreng. Singkong goreng selalu mengingatkanku dengan om @mamnu yang sering menawariku singkong dan kopi has orang Bogor.

"Kapan kalian akan menikah?" tanya Neneknya Ratna memandang ke arahku yang begitu lahap memakan singkong goreng yang empuk. Aku harus segera menghabiskannya sebelum om @mamnu datang. Biasanya kami berlomba siapa paling banyak makan singkong.

"Secepatnya, Nek." Ratna yang mewakiliku menjawab. Mulutku penuh dengan singkong dan perlu waktu agak lama untuk menelannya didorong air kopi yang menurutku terlalu manis. Padahal tanpa kopi manispun, Ratna sudah terlalu manis sehingga mampu melupakan rasa pahitnya kopi.

"Iua Nek, secepatnya. Kalau bisa besok kami nikah siri dulu biar saya bisa langsung bawa Ratna ke Bogor. Nanti di Bogor kami menikah resmi di KUA." kataku menyambung perkataan Ratna. Aku tidak punya waktu. Banyak hal yang harus aku selesaikan secepatnya. Aku berburu dengan waktu.

"Aduh, bagaimana donk..!" kata Neneknya Ratna terlihat bingung. Tentu saja rencana yang diadakan secara mendadak akan sulit terealisasi. Tapi untungnya daerah ini pernikahan sirih sangat mudah dilakukan. Ahirnya Neneknya Ratna menyanggupi mencari penghulu sore itu juga agar pernikahan bisa dilakukan besok harinya.

*****

"Kami nikahkan Jalu bin Ugan dengan Ratna bin... Dengan mas kawin... Dibayar tunai." penghulu mengucapkan kalimat yang aku ikuti dengan lancar karena ini adalah pernikahan ke tigaku, jadi aku tidak mengalami kesulitan apa yang diucapkan penghulu. Prosesi yang berjalan cepat dan sakral.

Setelah penghulu pulang dan beberapa tamu dari tetangga dekat pulang, akupun berpamitan ke Neneknya Ratna untuk meneruskan perjalanan pulang. Untuk sementara aku akan mengontrakkan Ratna sebuah rumah petakan.

Perjalanan ke Bogor terasa sangat cepat, karena sepanjang perjalanan aku tertidur nyenyak. Aku terbangun saat bis yang kutumpangi keluar pintu tol baranangsiang. Kulihay Ratna meelihat keluar jendela, entah apa yang dipikirkan gadis remaja yang kini sudah menjadi istriku.

"Kamu gak apa apa, Rat?" tanyaku pelan sambil membelai rambutnya yang panjang. Aku tahu benar kegelisahan iztri mudaku yang masih remaja ini. Kehilangan ibu dan sekarang bergantung sepenuhnya padaku. Pria yang belum terlalu lama dikenalnya. Sebuah pertaruhan nasib yang menentukan masa depannha yang masih panjang.

Seturunnya dari bus, aku mengajak Ratna naek angkot, tujuanku shdah jelas langsung mencari sebuah kos kosan sementara aku belum mendapatkan rumah kontrakan. Solusi paling murah dan aman dibandingkan harus menginap di sebuah hotel. Mencari kosan di dekat terminal tidaklah sulit, karena ada sebuah universutas, maka di sekutarnya banyak bertebaran tempat kos dari yang paling murah hingga yang mahal.

Kamu untuk sementara tinggal di sini, A Ujang mau pulang dulu." kataku berpamitan. Tidak lupa aku memberi uang untuk biaya makan Ratna selama aku tinggalkan.

"A Ujang ke sini lagi kapan?" tanya Ratna terlihat kecewa. Pada malam pengantin justru dia harus tidur sendiri.

"A Ujang belum tahu. Mungkin besok atau lusa." kataku sambil mencium keningnya yang halus. Gadis yang cantik namun nasibnya tidak secantik wajahnya.

"A Ujang gak mau merawanin Ratna dulu?" Tanya Ratna pelan. Wajahnya menunduk malu. Aku baru sadar dengan tugas pertamaku sebagai suami setelah kami resmi menikah. Aku melihat jam tanganku,. Tidak ada salahnya menemani Ratna satu jam lagi untuk menunaikan tugasku sebagai seorang suami.

"Iya Sayang..!" kataku sambil mengangkat tubuh cuby Ratna dan merebahkannya ke ayas ranjang yang lumayan besar. Aku sengaja memilih tempat kps dengan fasilitas komplit agar Ratna merasa nyaman saat aku tinggal sebelum mendapatkan sebuah rumah kontrakan yang layak untuk kami tempati.

Aku mencium bibir Ratna yang mungil dan merah alami tanpa pulasan lipstik. Bibirnya terkatup rapat menandakan dia belum pernah berciuman dengan seorang Pria manapun. Akulah orang pertama yang mencium bibirnya yang terasa lunak dan hangat.

Puas mencium bibirnya, ciumanku beralih ke lehernya yang jenjang dan halus. Aku suka sekali dengan bau tubuhnya yang alami tanpa parfum. Bau yang mampu membangkitkan gairahku. Gairah yang selalu dirindukan oleh para @kelana678, seperti merindukan oase di padang pasir. Para kelana yang berjalan sehingga meninggalkan bekas tapak kakinya di atas hamparan pasir sebelum tertutup butiran pasir lainnya.

"A Ujang, geli...!" Ratna merintih dan berusaha menahan kepalaku agar menjauh dari lehernya. Aku tersenyum menatap wajahnya yang bersemu merah. Wajah yang terlihat semakin cantik.

"Buka bajunya ya, Sya?" kataku sambil membantu Ratna agar melepaskan kaonya yang mencetak tubuh indahnya. Sebuah anggukan kecil tanda persetujuan darinya, sehingga dengan mudah aku meloloskan kaos dari tubuh belianya. Tidak berhenti dengan kaosnya, akupun mulai melolosi celana panjangnya hingha tersisa BH dan CD yang masih menutupi bagian vitalnya. Tubuh yang proposion dan telah terbentuk dengan sempurna.

"Ratna malu, A..!" kata Ratna setengah berbisik. Matanya terpejam rapat.

Aku tersenyum membiarkan matanya terpejam. Perlahan aku membuka seluruh pakaianku agar tidak menghalangi kulitku bersentuhan dengan kulit halus Ratna. Saat celana dalamku terlepas bertepatan dengan Ratna membuka matanya yang tepat menghadap kontolku yang sudah berdiri dengan perkasa siap bertualang memasuki gua baru yang belum terjamah. Gua yang masih perawan.

"Aa, itu kontolnya..!" teriak Ratna kaget melihat ukuran kontolku yang berurat sangar. Aku berharap kamar ini kedap suara hingga suara Ratna tidak terdengar keluar. Jangan sampai penjaga Kosan Mang @gebleh67 yang kutemui tadi mendobrak pintu kamar karena menduga aku memperkosa Ratna.

Aku buru buru menyumbat mulut Ratna agar tidak berteriak lagi. Tanganku membuka BH Ratna yang kaitannya kebetulan berada di depan sehingga aku tidak mengalami kesulitan membukanya. Aku terpesona dengan bentuk payudara Ratna yang sangat kencang dan kenyal mengundangku untuk membenamkan wajahku di benda lunak itu. Benda lunak yang akan membuat iri setiap wanita karena bentuknya yang indah.

"Aa, ennnak ennnak geli...!" kata Ratna saat lidahku bermain diputingnya yang menjadi keras karena rangsangan yang diterimanya. Rangsangan yang membuat sekujur tubuhnya menggigil nikmat. Aku harus memperlakukannya dengan lembut agar tidak menyakitinya pada pengalaman pertama ini. Agar Ratna mendapatkan sex yang indah bukan sex yang menakutkan.

Puas bermain dengan payidaranya, aku mulai membuka CD Ratna sehingga memeknya yang indah dan tembem dengan bulu halus yang terlihat jarang.

"Aa, Ratna malu...!" kata Ratna berusaha menutupi memeknya.

"Gak usah malu, kan Ratna sudah jadi istri Aa." kataku sambil menyingkirkan tangan Ratna yang menutupi memeknya dengan mudah. Tanpa membuang waktu aku segera membenamkan wajahku di belahan memek Ratna dan mulai menjilatinya dengan rakus memberi rangsangan agar memeknya menjadi lebih rileks dan basah sehingga siap menerima kehadiran kontolku yang sangat perkasa.

"Aa jorok, memek Ratna diciumin....! Ampun A, ennnnak...!" kaya Ratna menikmati pengalaman pertama memeknya kujilati. Aku terlalu asik menjilati memek Ratna sehingga mengabaikan teriakan Ratna yang bisa saja membuat Mang @gebleh67 menggedor pintu kamar.

Setelah puas dan kurasa cukup pemanasan yang aku lakukan, aku mulai merangkak di atas tubuh Ratna. Sebenarnya aku ingin merasakan sepongan Ratna, tapi aku takut malah membuat Ratna ketakutan melihat ukuran kontolku yang di atas rata rata. Biarlah, nanti saja setelah dia terbiasa dengan kontolku, Ratna pasti mau melakukannya. Aku menggesek gesekkan kontolku ke belahan memek Ratna agar semakin basah dan perlahan lahan aku menekan kontolku keluar masu secara perlahan agar tidak menyakiti Ratna dan saat Ratna terbuai oleh rasa nikmat, kontolku merobek selaput daranya.

"Aduhhhhh sakitttt..!" aku segera menyumpal mulut Ratna dengan bibirku agar suara teriakannya berhenti. Kubiarkan kontolku terbenam di memeknya agr lwbih rileleks dan rasa sakitnya berkurang. Aku tidak tahu sesakit apa rasanya diperawani karena aku lebih tau caranya mendapatkan perawan.

"Gak apa apa, sakitnya cuma sebentar..!" kataku setelah Ratna mulai rileks. Matanya berkaca kaca, ada rasa iba di hatiku. Tapi bukankah kewajiban Ratna menyerahkan keperawanannya kepdaku sebagai suaminya.

Perlahan aku menarik kontolku, terlihat wajah Ratna meringis, entah apa yang dirasakannya. Aku hanya berusaha swmampuku menggerakkan kontolku sehalus dan selembut yang aku bisa. Aku terus melakukannya dengan rasa bangga karena kembali mendapatkan memek perawan. Begutu terus menerus sehingga aku merasakan memek Ratna semakin licin saja sehingga kontolku bergerak semakin mudah.

"Aa, memek Ratna ngilu ngilu tapi ennnak....!" kata Ratna sambil melingkarkan tangannya dileherku. Bibirnya mulai mendesis seperti sedang kepdasan. Raut wajahnya terlihay mulai menikmati gerakan kontolku di memeknya yang sangat sempit.

"Enakan, Say?" tanyaku sambil terus nenggerakan kontolku di dalam memek Ratna terus menerus. Ratna hanya mengangguk. Anggukan yang membuatku semakib bersemangat mengocok memeknya. Eatah sudah berapa lama aku mengocok memeknya, hanya saja aku merasa tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi. Jeputan memek Ratna sangatlah dahsyat dutambah sensasi memerawani Ratna melebihi sensasi memerawanj wanita lain. Kecuali saat memerawani Ningsih.

"Aa, Ratna mau pipisssss !" Ratna menjerit dan memeluk tubuhku dengan sangat keras sehingga aku tidak mampu lagi bertahan, kontolku memuntahkan cairan pejuhku ke dalam memek Ratna yang mengejang menyambut orgasme pertamanya yang sangat dahsyat.

Hening, nafas kami yang tersengal sengal berangsur pulih. Ratna belum juga melepaskan pelukannya. Kubiarkan saja hingga ahirnya Ratna melepaskan pelukannya. Aku segera bangun dari atas tubuhnya dan rebah di samping Ratna.

Tiba tiba ada ketukan pada pintu. Aku bergegas memakai pakaianku begitu juga dengan Ratna. Selesai berpakaian aku membuka pintu. Dan wajahku langsung pucat melihat Lilis dengan perut buncitnya berdiri di depan pintu.

Bersambung.
 
Terakhir diubah:
Kasi pencerahan dong Hu,....rada bingung sayah,
koq di ujung ada prolog lagi,
trus di indeks halaman 1 ada spoiler season 3 (puncak tertinggi), bukan kah season 3 nya ada di KARMA MASA LALU,
maap kalo kurang nyambung...hehehe
 
Kasi pencerahan dong Hu,....rada bingung sayah,
koq di ujung ada prolog lagi,
trus di indeks halaman 1 ada spoiler season 3 (puncak tertinggi), bukan kah season 3 nya ada di KARMA MASA LALU,
maap kalo kurang nyambung...hehehe
terimakasih udah ngingetin om. yang jelas season tiga tetaplah di puncak tertinggi dengan alasan di sini ane menggunakan cerita orang pertama. sedangkan di karma masa lalu dengan menggunakan banyak peran.
 
Naaah lo jang ketauan tu ma lilis...

Di kebiri lo ntar...lancrooot hu
Hehehe
 
Akhirnya selesai juga baca cerita agan maraton, di tunggu next ny gan..
 
ehmm:baca:mmm
.
.
ehh:baca:hhhmmmmmmm
.
.
indeksnya :kretek: jadi berantakan semenjak thread terhapus.. mungkin karena ada post yang terhapus membuat beberapa post update meloncat maju satu halaman di depan..


hhhhhhhhffffff...
capeknya :goyang: setelah naik turun gunung...​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd