Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

klo murid perhatikan alur cerita dri mulai ritual,menuju puncak dan karma masa lalu,konflik2 yg terjadi,plot cerita,alur cerita,watak pemainnya yg kompleks,kayaknya suhu pernah berkecimpung di dunia itu,atau memang suhu berbakat jdi pengarang hebat....
 
klo murid perhatikan alur cerita dri mulai ritual,menuju puncak dan karma masa lalu,konflik2 yg terjadi,plot cerita,alur cerita,watak pemainnya yg kompleks,kayaknya suhu pernah berkecimpung di dunia itu,atau memang suhu berbakat jdi pengarang hebat....
makasih atas pujiannya
 
rini rani, sperti anak ayam kehilangan induk. yg satu lolos satu ketangkep. hikz..
 
Chapter 8

"Rani..!" aku berseru kaget melihat Rani berlari ke arahku dan memelukku dengan erat sambil menangis.

"Kok kamu bisa ada di sini?" tanyaku heran.

"Rani dijual Kang Kosim ke sini dan mau dijadikan pelacur. Tolong Rani Kang...!" Rani terus memelukku dengan erat. Air matanya membasahi kemejaku.

"Rini mana?" tanyaku heran karena tidak melihat Rini bersamanya. Padahal selama ini mereka selalu saja berdua.

"Rani gak tahu. Tadinya kami pikir Kang Kosim mau menolong kami. Rini disuruh nunggu di penginapa. Rani diajak untuk mencari makan, alasannya biar mudah melindungi kami kalau terjadi apa apa di jalan. Tapi ternyata Rani dijual ke sini." kata Rani menerangkan apa yang sudah terjadi padanya.

Aku memeluknya iba dengan nasibnya yang buruk. Harusnya dia tidak pernah meninggalkan tempat persembunyiannya agar tidak terjerumus seperti sekarang. Aku berpikir keras untuk mengeluarkan Rani dari tempat ini sebelum resmi menjadi pelacur. Mudah sebenarnya, yang sulit adalah setelah dia keluar dari tempat ini untuk memulai hidup baru. Aku tidak bisa selamanya menampung hidupnya. Masalahku dengan ke tiga istriku sudah begitu rumit dan akan bertambah rumit kalau Rani masuk dalam kehidupanku.

"Aku bisa mengeluarkanmu dari sini, setelah itu kamu bisa memulai hidup baru. Kamu punya tabungan yang cukupka" tanyaku menatap Rani yang tidak mau melepaskan pelukannya.

"Rani sudah tidak punya tabungan, semuanya sudah diambil Kosim." kata Rani lemah. Isak tangisnya masih terdengar sesekali. Isak tangis yang sangat memilukan.

Aku berpikir keras untuk menyelesaikan masalah ini karena aku sudah berjanji untuk menyelamatkannya. Sebuah janji adalah janji. Abah dan ibu selalu menekankan pentingnya untuk menepati janji. Abah selalu bercerita tentang para Satria yang selalu menepati janji walau harus kehilangan nyawa.

"Aku akan memberimu uang 15 juta untuk bekalmu hidup, mungkin bisa bertahan satunatau dua tahun kalau kamu bisa berhemat sampai kamu menemukan pekerjaan baru." kataku memberinya solusi.

"Rani akan ikut A Uang..!" kata Rani membuatku mengeluh. Itu tidak mungkin. Aku tidak bisa menampung Rani apa lagi menjadikannya istri. Aku tidak bisa membayangkan kemarahan Lilis bila tahu aku kembali menikah. Aku tahu ancamnya tidak main main.
.
"Aku tidak bisa menikahimu..!" kataku.

"Rani tidak minta A Ujang nenikahi Rani. Jadi simpanan A Ujang juga Rani mau, asal Rani pergi dari tempat ini." jawab Rani, pelukannya semakin erat.

"Kan sudah kubilang, aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini. Aku akan kaaih kamu 15 juta untuk bekal sampai kamu dapat pekerjaan." kataku menjelaskan atau lebih tepatnya mengulang perkataanku yang tadi sudah kuucapkan.

"Tapi Rani maunya tetap bersama A Ujang. Walau A Ujang cuma datang seminggu sekali." kata Rani bersikeras membuatku menarik nafas, jengkel dengan paksaannya. Aku tidak mungkin mengabulkan keinginannya.

Tiba tiba Rani mendorongku hingga terlentang di spring bed empuk. Tangannya membuka semua kancing kemejaku dengan cepat. Aku hanya diam membiarkan Rani menjalankan aksinya hingga semua kancing kemejaku terbuka. Rani menindihku dan dwngan bernafsu mengulum bibirku.

Wanita yang aneh, tadi dia menangus dan memaksa ingin ikut denganku, menjadi wanita simpananku. Sekarang dia malah mencumbuku dengan bernafau, apa ini bentuk penyerahan dirinya yang bersedia menjadi wanita simpananku. Entahlah, aku tidak mau berpikir lagi.

Aku lebih tertarik melayani lumatan bibirnya yang bernafsu. Banyak orang yang rela mengeluarkan banyak uang untuk menikmati kehangatan tubuh indahnya. Merasakan kenikmatan jepitan memeknya.

"Rani tidak akan pernah keluar dari tempat ini kecuali A Ujang mau menjadikan Rani istri simpanan atau wanita simpanan." bisk Rani menjilati leherku disertai kecupan yang mampu membuat tubuhku merimding. Gadis ini sudah belajar banyak untuk bisa memuaskan seorang pria. Mungkin memang dia mempunyai bakat menjadi seorang pelacur profesional.

"Rani akan menganggap A Ujang adalah pelanggan pertama dan akan mendapatkan service terbaik." kata Rani, lidahnya menyusuri setiap bagian dada bidangku dan hinggap pada puting dadaku yang sensitif, membuatku menggelinjang kegelian. Geli dan nikmat yang bersatu menjadi satu.

"Hahaha, geli Rani.." aku tertawa menikmati jilatannya yang semakin mahir. Perlahan rasa ibaku hilang. Sepertinya Rani lebih cocok di tempat ini, seperti ibunya dulu adalah salah satu primadona tempat prostitusi elit sebelum ahirnya diperistri Codet. Itu kabar yang aku dengar.

"Aku berbakat menjadi seorang pelacur, bukan?" tanya Rani seperti menampar wajahku. Seolah dia tahu apa yang sedang aku pikirkan. Tidak seharusnya aku berpikir begitu, hanya karena takut menghadapi masalah lain kalau dia memaksa untuk menjadi istri atau simpananku.

"Kamu bisa memilih kehidupan yang lebih baik jika keluar dari tempat ini." jawabku berusaha memberinya semangat.

"Aku akan menjadi lebih baik bila A Ujang bersedia menjadikanku simpanan. Dengan menjadi simpanan A Ujang tidak akan ada orang yang berani menggangguku." jawab Rani membungkam mulutku karena aku tidak bisa memenuhi keinginannya. Keinginan yang kuanggap mustahil karena aku sudah mempunyai tiga orang istri dan dua orang anak yang menungguku di rumah. Merekalah masa depanku kini. Mereka sangat membutuhkanku seperti aku sangat membutuhkan mereka.

"Kamu bisa hidup lebih baik di luar sana, kamu bisa mencari calon suami yang lebih baik dari aku, yang bisa mengangkatmu menjadi wanita terhormat." kataku berusaha memberinya pilihan.

"Mungkin tempat ini lebih cocok untuk Rani." jawab Rani bergerak mundur dan turun dari ranjang. Celanaku dibukanya dengan mudah, menariknya lepas dan melemparkannya begitu saja. Seopah celanaku adalah benda yang menjijikan.

Rani meraih kontolku yang sudah tegang, meludahinya dan kemudian mengocok ngocoknya dengan kasar. Kemudia Rani melahap kontolku dengan bernafsu, menghisapnya sambil terus mengocoknya. Ini lebih nikmat dari pada saat saat di tempat persembunyia dulu. Rani sudah belajar banyak memberikan blowjob.

"Oq, kamu semakin pintar..!" pujiku..

"Ya tentu saja aku harus belajar memberikan pelayanan maksimal untuk pria hidung belang yang berani membayarku mahal." kata Rani sekali lagi menamparku. Seolah mengatakan, aku adalah bos yang memperkerjakannya menjadi seorang pelacur.

Persetanlah, aku haruz belajar tidak memperdulikan perasaan orang. Karena ada keluarga yang harus kuutamakan. Dua bayi lucu yang menunnguku dan membutuhkan perhatianku. Mereka adalah hidupku, masa depanku. Aku ada untuk mereka.

"Terusssss, nikmat sekali seponganmu...!" kataku memegang kepala Rani dan menggerakkannya agar mengocok kontolku dengan mulut sensualnya hingga aku kontolku terasa ngilu. Aku menariknya agar bangkit ke atas tubuhku.

"Masukkin kontolku, aku gak tahan..!" kataku memberinya perintah, tidak perduli Rani berpakaian lengkap.

Rani berdiri di atas tubuhku dan membuka tank top ketat yang digunakannya. Tanpa membuka rok dan celana dalamnya yang hanya dipinggirkan sedikit untuk memberi jalan kontolku masuk ke dalam memeknya. Rani berjongkok merih kontolku agar tepat pada lobang memeknya. Perlahan kontolku masuk ke dalam memeknya yang sudah mulai basah.

"Ennnnak kontol Aa...!" rintih Rani mwnyambut hujaman kontolku yang sudah memerawaninya. Jepitannya masih terasa menggigit.

Aku meraih payudara Rani yang walau tidak sebesa payudara Rini, tapi ukuran payudarnya lebih indah, tidak terlalu besar maupun kecil. Payudara yang tidak akan mudah kendur mengingatkanku dengan payudara Lilis dan Ningsih. Aku meremaanya pelan, membjarkan Rani terus memacu kontolku dengan lembut.

"Kontol A Ujang benar benar nikmat." rintih Rani, kocokannya semakin cepat dan bertenaga. Sepertinya dia akan mendapatkan orgasme pertamannya.

"Rannnnni kelllluar...!" Rani berteriak tubuhnya mengejang menyambut orgasmenya yang dahsyat. Kubiarkan saja gadia itu menikmati orgasmenya. Hingga ahirnya Rani bangun dari atas tubuhku dan berbaring di sampingku.

Aku bangkit dan menarik celana dalam Rani, tanpa memberinya waktu beristirahat aku menindihnya dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya dengan cepat. Aku langsung memacunya tanpa memperdulikan keadaannya yang keleahan

"Aduhhhh, terus entot Rani. Aa adalah pelanggan pertama ku dan tetaplah menjadi pelangganku.." Rani menjerit menyambut sodokan demi sodokan kontolku yang semakin bertenaga.

Aku sudah tidak perduli lagi tentang keadaan Rani, aku lebih termotinasi meraih kepuasaan sex dari pada memikirkan masibnya. Aku tidak perduli Rani akan diperkerjakan sebagai pelacur di Club Malam mililkku. Aku adalah bis, sudah seharuanya mendapatkan pelayanan maksimal sebelum pelanggan lain mendapatkannya.

"Memek kamu ennnak banget...!" kataku sambil menciumi kehernya yang jenjang. Menggelitiknya berusaha mwmberikannya kenikmata maksimal yang akan membawanya je puncak orgasme impian setiap insan.

"Rannnnnni kelllluar...!" kembali Rani meraih orgasme di sela sela sodokanku yang semakin kasar.

Aku menarik kontolku dan menyuruhnya nungging. Aku ingin mendogie Rani. Rani tidak menjawab dan mengikuti keinginanku. Pantatnya yang bulat dan padat begitu indah menggodaku untuk menciuminya sebentar. Harum sekali pantat Rani. Setelah puas menciumi pantatnya, aku kembali menghujamkan kontolku ke memeknya dan memompanya dengan kasar..

"Terussssss, entot Rani.... Rani pelacur....!" Rani mengucapkan kata pelacur. Kata yang menohok hatiku seakan Rani menyallahkanku sebagai penyebab dirinya menjadi seorang pelacur.

Persetan dengan semua itu, aku tidak menampik sebagai pemilik tempat prostitusi terbesar di Jakarta. Aku tidak menampik sebagai orang yang menjadikan Rani sebagai pelacur.

"Akkku kelllluar...!" nikmat sekali.

"Akkku jugaaaa...!" Rani seperti tidak mau kalah.

******

Setelah urusanku dengan Dhea selesai, aku segera pulang tanp menunggu club tutup.

"Ujang...!" aku menoleh ke asal suara yang memanggilku. Mang Karta berdiri dengan berkacak pimggang.

"Mang Karta, kpk ada di sini?" tanyaku heean dan berniat mencium tangannya. Tapi bukannya menerima uluran tanganku yang kuterima justru swbuah tamparan keras. Aku terkejut tidak percaya dengan tamparan yang baru saja kuterima. Selama ini Mang Karta tidak pernah menggunakan tangan untuk mendidikku.

"Kenapa, Mang?" tanyaku ketakutan melihat wajah Mang Karta. Wajah yang terlihat sangat marah. Belum pernah aku melihatnya semarah ini.

"Sudah Mamang bilang, jangan kembali ke tempat ini, kenapa kamu masih kembali?" tanya Mang Karta dengan suara bergetar menahan marah.

"Aku tidak punya pilihan lain...!" kataku menunduk, tidak berani menatap wajahnya yang sangat marah. Pria yang selama ini sangat kuhormati dan kuanggap sebagai ayahku sendiri.

"Tidak ada pilihan lain?" kata Mang Karta sambil melayangkan tinjunya ke arah wajahku, reflek aku menghindar.

Tapi Mang Karta terus melayangkan tinjunya lagi terus menerus berusaha menghajarku, semakin aku berusaha menghindar membuat Mang Karta semakin kalap dan sebuah tendangan tepat menghantam ulu hatiku yang hanya bertahan tanpa berusaha membalas serangannya.

"Bangun jagoan, kamu sudah hebat sekarang...!" kata Mang Karta berdiri dengan bertolak pinggang di depanku.

Aku bangkit dengan memegang perutku yang terasa sangat sakit. Berusaha berdiri tegak. Aku menatap Mang Karta, marah karena tidak memberi kesempatan untuk menerangkan keadaan yang sebenarnya.

"Beri Ujang kesempatan untuk menjelaskannya...!" kataku berusaha menahan kemarahanku. Aku tidak mau melawan pria yang sudah sangat berjasa dalam hidupku.

"Tidak, aku lebih senang kamu mati dari pada harus melihatmu mengikuti jejak ayahmu. Mengotori anak anakmu dengan uang haram. Uang yang akan menjadi darah dan daging anak anakmu. Aku tidak rela. Ambillah ini, kamu harus bisa membunuhku bila tetap bersikeras mengikuti jalan ayahmu..!" kata Mang Karta melemparkan sebilah golok tajam yang reflek kutangkap.

Mang Karta mencabut golok yang dipegang di tangan kirinya.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd