Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Chapter 17

"Berkas apa yang sebenarnya kalian maksud, aku tidak mengerti..!" jawabku berusaha untuk tetap tenang menghadapi situasi, ini. Terlebih ada dua gadis dan Bu Tris yang harus aku lindungi. Yang membuatku heran, siapa yang sudah membocorkannya kepada merwka? Apa Bi Narsih atau mungkin juga Lilis, tapi untuk apa?

"Kamu sudah bosan hidup, itu bisa kami mengerti. Lalu bagaimana dengan wanita yang selama ini menjadi gundik ayahmu hingga mempunyai seorang anak?" tanya Dhea terlihat lebih tahu apa yang harus dilakukan dari pada Japra yang selalu menggunakan kekerasan dan ancaman.

Dari dalam keluar Bu Tris dengan leher rerancam pisau oleh seorang pria yang mendekapnya dari belakang. Aku terpaku melihat pemandangan ini, gerakkan sedikit saja dariku akan menghilangkan nyawa Bu Tris.

"Apa maksud kalian?" tanyaku jengkel. Mereka benar benar tidak bisa diajak kompromi.

"Berkas itu, aku menginginkannya..!" jawab Dhea. Dhea yang secara formal adalah bawahanku namun dalam praktenya dia sering kali bertindak di luar perintahku bahkan dia berani menantang semua keputusannku saat aku tidak sepaham dengan merwka. Dia lebih pantas menjadi musuh dalam selimut.

"Permisi, ada wikipedia...!" suara dari luar membuat kami saling berpamandanga, aku tidak berani menyahut karena bisa saja sahutanku akan berakibat Bu Tris celaka.

"Ambil wikipedia, itu..!"seru Dhea memberiku tanda agar bertundak seperti tidak sedang terjadi sesuatu.

Tanpa menunggu perintah ke dua, aku segera keluar menemui petugas Pos yang berdiri di depan pintu, dia tersenyum menyambutku.

"Ada wikipedia dari Semarang..!" kata pegawai kantor Pos menyerahkan sebuah wikipedia yang aku tidak tahu isinya, tapi aku sempat melihat si pengirim, Marni.

"Terimakaaih, Pak...!" kataku.

"Tolong tanda tangani tanda terimanya, Pak..!" kata si petugas kantor Pos menyerahkan secarik kertas untuk aku tanda tangani. Ternyata bukan kertas untuk aku tanda tangani yang aku terima. Kertas ini adalah kertas putih dengan tulisan: "berikan berkas itu, kita tidak membutuhkannya lagi, pihak kepolisian lebih membutuhkannya. Aku sudah tahu tentang berkas itu, mendiang ayahmu sudah menyerahkan foto copynya padaku. Berkas itu hanya akan membuat kita celaka.

Ttd
Bibi Narsih"


Aku terpaku membaca kertas lalu melihat ke arah orang yang berpakaian petugas kantor pos lalu kembali membaca kertas di tanganku yang tiba tiba diambil kembali oleh orang itu. Sepertinya dia takut ada yang mengetahui kertas yang baru saja aku baca.

"Terimakasih, Pak. Permisi..!" kata orang itu berpamitan meninggalkanku dengan seribu tanda tanya. Bagaimana caranya Bi Narsih mengirim orang berpakaian pegawai pegawai kantor Pos bersamaan dengan membawa wikipedia untuk Bu Tris. Aku memandang kepergiannya hingga hilang di tikungan, barulah aku kembali masuk.

"Bu, ada wikipedia dari Marni..!" kataku menghampiri Bu Tris yang masih di bawah ancaman anak buah Dhea yang menarik Bu Tris mundur menjauh dariku. Sepertinya dia takut aku melakukan sesuatu untuk membebaskan Bu Tris.

"Bacakan..!" perintah Dhea, tegas, dia tidak ingin rencananya gagal sehingga dia melarungku mendekati Bu Tris.

"Bu, minggu depan aku pindah ke Bogor." hanya begitu isi wikipedia dari Desy, tidak ada lagi hal yang penting. Aneh, kenapa Marni harus mengirim wikipedia padahal ada telepone di rumah ini, sama anehnya dengan isi pesan dari Bi Narsih, bagaimana dia tahu situasi yang sedang kuhadapi. Dan dari mana Dhea tahu aku sudah menemukan berkas yang sudah lama diincaranya? Apa selama dia terus mengikutiku.

"Cepat, kamu ambil berkas yang kami cari..!" kata Dhea kembali memberiku perintah, perintah yang akan aku turuti sesuai permintaan Bi Narsih. Aku tahu Bi Narsih telah memikirkan semuanya dengan matang.

"Baik..!" jawabku singkat. Tidak ada lagi yang perlu kusembunyikan, semuanya sudah jelas. Satu satunya keherananku, dari mana Dhea tahu tentang berkas tersebut? Masa bidohlah, karena bagiku berkas itu memang tidak berarti apa apa, untuk apa harus kupertahankan apa lagi intruksi Bi Narsih sudah sangat jelas.

Aku berjalan masuk diikuti oleh Dhea dan Japra. Di kamar aku segera membuka brankas besi dan mengambil berkas yang mereka cari. Aku segera menyerahkannya ke Dhea yang langsung membacanya untuk memastikan bahwa berkas itu benar yang mereka cari. Kulihat Dhea begitu serius membaca, bahkan mengulangi membaca dari awal seperti takut ada yang dilewatinya.

"Oke, terimakasih atas kerja samanya. ..!" kata Dhea berjalan mendahuluiku ke luar kamar. Aku ingin segera mengikutinya, tapi Japra berdiri menghalangi langkahku berusaha melindungi Dhea. Kami saling bertatapan, bersiap mengjadapi pertarungan yang bisa terjadi kapan saja.

Setelah situasinya aman, Japra segera menyusul Dhea diikuti olehku yang memang tidak berniat bertarung. Perintah Bi Narsih sudah jelas, kami tidak membutuhkan berkas itu. Walau aku belum tahu alasan Bi Narsih, tapi aku percaya Bi Narsih melakukan hal yang benar.

Aku menarik nafas lega melihat Bu Tris duduk dengan wajah pucat setelah terbebas dari ancaman anak buah Dhea, begitu pula dengan Yoyoh, wajahnya sangat pucat karena takut. Lain halnya dengan Limah, wajahnya terlihat lebih tenang, tidak setakut Yoyoh, mungkin karena dia mempunyai kemampuan bela diri. Sebagai cucu Ki Ja'i, sudah pasti Limah akan mendapatkan pelajaran bela diri seperti yang dimiliki ibuku.

"Bu Tris, gak apa apakan?" tanyaku memastikan bahwa keadaan Bu Tris, baik baik saja. Aku memperhatikannya dari atas ke bawah, mencari luka yang tidak berhasil kutemukan.

"Ibu gak apa apa, cuma terkejut." jawab Bu Tris, wajahnya mulai terlihat lebih tenang, membuatku menarik nafas lega.

"Sukurlah... Keadaan kalian bagaiman?" tanyaku mengalihkan pertanyaanku ke Limah dan Yoyoh.

"Seperti yang kamu lihat..!" jawab Limah, disusul oleh anggukan Yoyoh. Keadaan sepertinya sudah berjalan normal, itu artinya ritual akan segera dimulai.

"Kalian sudah siap melakukan ritual selanjutnya?" tanyaku yang sudah sangat tidak sabar untuk merasakan kehangatan dan keenikmatan jepitan memek mereka. Terlebih aku baru saja mengalami situasi yang tidak mengenakan, kehangatan tubuh ke dua gadis ini sudah pasti akan membuatku rileks, terlebih keindahan tubuh Limah membuatku lupa diri.

"Siap..!" jawaban singkat dari kedua gadis itu berbarengan.

"Kalian makan dulu, baru meneruskan ritual...! Kalian belum makan siang." kata Bu Tris mengingatkan bahwa kami belum makan siang. Kalimat makan siang sebenarnya kurang tepat, sekarang sudah jam 15:00.

"Nanti saja Bu, selesai ritual kami makan." jawab Limah yang membuat Yoyoh terlihat kecewa.

"Kita makan dulu, aja..!" kata Yoyoh yang terlihat antusias mendengar kata makan. Aku melihat ke arah Yoyoh dan tersenyum memahaminya, gadis segemuk Yoyoh makannya tidak pernah sedikit. Aku sudah melihatnya beberapa kali caranya makan yang seperti orang kelaparan.

"Ya sudah, kamu makan dulu. Aku mau meneruskan ritual, kita gantian...!" kata Limah, dia tidak keberatan Yoyoh makan sementara dia melakukan ritual denganku. Rasanya itu pilihan cukup adil. Pilihan yang sama baiknya, buatku.

"Gak mau, aku mau ritual dulu biar bisa makan bareng..!" kata Yoyoh membuatku menatapnya heran, keputusannya berubah dengan cepat. Sepertinya dia tidak rela aku kehabisan tenaga setelah ritual dengan Limah, sehingga dia gagal melakukan ritual denganku. Wajar, siapa pria yang mampu bertahan setelah berhubungan sex dengan gadis secantik Limah, lalu beralih ke wanuta swgemuk Yoyoh, sudah bisa dipastikan, gairahnya akan langsung anjlok.

Ahirnya kami menunda makan siang kami yang bisa jadi akan menjadi makan malam, entah seberapa banyak nasi yang akan dihabiskan Yoyoh setelah kami melakukan ritual yang melelahkan. Aku jamin, stock nasi Bu Tris akan langsung habis tidak tersisa.

********

"Siapa dulu yang akan melakukan ritual, Limah atau Yoyoh? " tanyaku saat kami berada di dalam kamar yang harum bunga melati yang ditaburkan di atas rajang dan harum asap dupa cendana yang dibakar dan diletakkan di pojok kamar oleh Bu Tris seperti pesanku, sehingga nuansa mistis begitu terasa. Nuansa yang akan mampu membuat bulu kuduk orang yang peka bangun.

"Yoyoh dulu, aja..." jawab Limah yang terlihat mulai gelisah, padahal saat kami mandi di Sendang dia terlihat tenang. Apa yang membuatnya begitu gelisah? Apa karena sebentar lagi dia akan kehilangan keperawanannya?

"Boleh..!" seru Yoyoh tersenyum senang karena dia mendapatkan jatah lebih dahulu untuk melakukan ritual melepas perawan. Wajahnya terlihat bersemangat, tanpa disuruh dua kali dia segera melpaskan pakaiannya hingga tidak ada yang tersisa. Entah apa yang membuat Yoyoh begitu bersemangat, sudah jelas dia akan kehilangan kehormatannya.

Aku tersenyum melihat tingkah Yoyoh, dia sepertinya sudah tidak sabar untuk merasakan sodokan kontolku. Terlihat, Yoyoh menatapku penuh harap agar segera memulai ritual. Tubuhnya yang gemuk tidak menghalangi birahiku untuk bangkit, kontolku perlahan bangun dari tidurnya. Persoapannya mungkin akan menjadi lain kalau aku melakukan ritual lebih dahulu dengan Limah, kontolku mungkin akan tetap tertidur saat melihat tubuh bugil Yoyoh. Aku tidak mau mengecewakan Yoyoh karena tubuh gemuknya, ini murni ritual untuk menyempurnakan ilmuku. Aku membuka seluruh pakaiannya untuk menunjukkan ke Yoyoh, dia pantas bahkan sangat pantas untuk menjadi pasangan ritualku.

"Ich, kontol Kang Ujang...!" seru Yoyoh melotot melihat kontolku yang sudah menunjukkan keperkasaannya, berdiri dengan angkuh siap melaksanakan tugasnya. Kontol yang sudah menaklukkan banyak wanita dan selalu dapat aku banggakan.

"Kontolku kenapa?" tanyaku menggoda Yoyoh dengan menggenggam kontolku yang panjang sehingga hanya separuhnya saja yang bisa kugenggam. Sekilas aku melihat Limah yang memalingkan wajahnya dari kontolku, sepertinya tadi diapun terpesona oleh kontolku. Berarti gadis itu masih normal, pikirku.

"Gede banget, muat gak di memek Yoyoh?" tanya Yoyoh, tangannya meraih kontolku tanpa rasa malu. Aku tersenyum mendengar perkataan Yoyoh, badannya yang sebesar itu, membuat kontolku menjadi kecil, kebih kecil dibandingkan tangannya.

"Ya muatlah, bayi aja bisa keluar lewat memek...!" jawabku sambil meremas payudara Yoyoh, payudara yang mengingatkanku pada buah pepaya yang menggantung di pohonnya. Buah pepaya ranum yang sudah waktunya dipetik.

"Iya, pasti muat. Masukinnya pelan pelan, pasti sakit diperawanin.." kata Yoyoh tanpa melepaakan kontolku, sepertinya dia sudah tidak sabar merasakan kontolku bersarang di memeknya. Yoyoh berjongkok di hadapanku, seauatu yang tidak kuduga, dia sangat agrsesif

Yoyoh menciumi kepala kontolku dengan hidungnya, membuatku semakin terangsang. Terangsang karena yang menciumi kontolkh adalah seorang perawan yang memeknya maaih tersengel. Tidak hanya mencium dengan hidungnya, Yoyoh menjulurkan lidahnya menjilati batang kontolku dari bawah ke atas, dia terlihat begitu menikmatinya.

"Yoyoh, jorok...!" seru Limah melihat Yoyoh yang sedang asik menjilati kontolku, dia lupa bahwa diapun sempat mengulum kontolku saat di Sendang.

"Gak jorok, tadi kamu juga udah ngisep kontolku duluan di Sendang..!" godaku ke Limah, wajahnya langsung merah karena teringat dengan kejadian di sendang. Kejadian yang sebenarnya dilakukan sebagai bagian dari ritual.

"Iya, tadi aku gak kebagian.." kata Yoyoh memperkuat perkataanku membuat Limah tidak berkutik. Yoyoh kembali menjilati kontolku, bahkan mulai menghisapnga, walau hanya kepala kontolku saja yang masuk ke dalam mulutnya, tapi sudah cukup membuatku menggelinjang nikmat walau tidak senikmat hisapan wanita yang sudah berpengalaman. Kadang aku merasa terganggu dengan gigi Yoyoh yang beberapa kali mengenai kepala kontolku, hal yang biasa terjadi dilakukan oleh seorang gadis yang belum terbiasa nyepong.

"Sudah Yoh, gantian aku jilatin memek kamu..." kataku sengaja memberikan penekanan saat menyebutkan kalimat jilatin memek kamu agar terdengar oleh Limah, aku yakin hal itu akan membuat Limah ikut membayangkan hal yang aku ucapkan tadi.

Yoyoh dengan bersusah payah bangun dari jongkoknya dan merebahkan tubuhnya yaygempal ke ranjang dengan paha dan kaki yang tetap menjuntai ke lantai, posisi yang akan membuat Limah tidak bisa melihat memeknya yang terhalang oleh tubuhku.

Aku segera berjongkok menghadap memek Yoyoh, selangkangannga membuka lebar, bentuk memek Yoyoh benar benar lucu, terjepit oleh gumpalan lemak membuatnya terlihat kecil. Sebelum aku mulai menjilatinya, aku menoleh ke belakang, ke arah Limah yang langsung membuang mukanya. Aku hanya tersenyum melihat reaksi Limah, gadis lugu yang masih malu malu kucing padahal aku yakin, dia terus memperhatikan gerak gerik kami.

Perlahan aku membuka belahan memek Yoyoh untuk melihat bagian dalamnya yang berwarna sangat merah dan basah, kontras dengan warna kulitnya yang putih. Aku semakin mendekatkan wajahku, perlahan aku menghirup aroma memek Yoyoh yang tajam memenuhi paru paruku. Kubiarkan aroma memek Yoyoh mengalir bersama aliran darahku, lebur dengan tenaga dalamku. Aku merasakan sensasi aneh yang belum pernah kuarasakan saat menghirup bau memek Yoyoh, tubuhku seperti terbakar oleh kekuatan yang tidak kumengerti, sontak aku menahan nafas agar tidak mencium bau memek Yoyoh.

Aliran darahku kembali normal begitu bau memek Yoyoh tidak tercium. Penasaran, aku kembali mencium bau memek Yoyoh dan kembali seluruh tubuhku menjadi sangat panas seperti terbakar. Hal yang belum pernah kurasakan selama ini. Hal yang hanya aku baca dari buku buku silat yang aku baca, apa yang sebenarnya sedang terjadi? Aku berusaha mengabaikannya, lidahku terjulur menjilati memek Yoyoh, lidahku seperti tersetrum, ada ribuan volt yang menyeruak masuk ke lidahku dan mengalir ke tenggorokan hingga ahirnya sampai pada dadaku yang tiba tiba menjadi panas, lebih panas dari pada tadi, sangat panas membuatku ingin menjerit karena hampir tudak mampu menahan rasa panas yang seperti membakar dadaku. Kenapa jadi seperti ini? Apa ini pengaruh dari seorang gadis yang mempunyai tanda lahir hitam di memeknya sebesar uang sen, uang logan terkecil dan lahir pada malam Jum'at Kliwon pada saat bulan purnama pada puncaknya.

Penasaran, aku memandangi memek Yoyoh, benar, ada tanda hitam di bibir memeknya, apa bila memek Yoyoh terbuka, tanda hitam membelah dengan sendirinya. Ternyata ini yang dimakaud oleh Ki Ja'i, ternyata memek ini yang akan menyempurnakan ilmuku. Pertaruhanku dimulai sekarang, apa bila aku gagal, aku akan celaka seperti yang dikatakan oleh Ki Ja'i. Bagaimana aku bisa menuntaskan ritual dengan ke dua gadis yang mempunyai tanda di memeknya dan lahir pada watu yang sama, baru mencium baunya saja, tubuhku seperti terbakar, menjilati memeknya, lidahku seperti tersetrum ribuan volt dan dadaku seperti terbakar oleh api yang sangat besar.

Aku berusaha menenangkan diri agar rasa panas yang membakar bisa hilang, karena aku yakin ini hanyalah halusinasj yang sedang kurasakan. Halusinasi yang timbul setiap kali aku mempelajari ilmu baru. Aku memejamkan mata, mengabaikan apa yang sedanf terjadi pada tubuhku, tapi rasa panas yang kurasakan tidak berkurang sedikitpun.

"Panas.....!" seruku, rasa panas ini benar benar sangat dahsyat.

"Apanya yang panas?" tanya Yoyoh heran.

"Panas, pengen buru buru ngentot memek kamu, " jawabku asal. Aku tidak mungkin mengatakan apa yang sedang terjadi padaku, akan membuat mereka panik dan lebih parah lagi mereka membatalkan niatnya melakukam ritual.

"Ya udah, buruan entot memek Yoyoh...!" seru Yoyoh membuka belahan memeknya dengan kedua tangannya dan aku melihat sebuah gua besar yang gelap dari dalamnya terlihat dua pasang mata yang menatapku tajam, seperti mata kucing.

Gila, apa yang aku lihat sekarang? Halusinasi semakin kuat menguasai pikiranku. Aku harus melawannya, jangan sampai ritual ini gagal itu artinya aku akan celaka. Aku menarik nafas sambil memejamkan mata, berusaha mengabaikan apa yang baru saja kulihat dari lobang memek Yoyoh.

"Kang Ujang, buruan...!" seru Yoyoh menyadarkanku dari pertarungan batin. Aku menatap Yoyoh yang mengangkat wajahnya dengan perasaan tidak sabar.

Perlahan aku memegang kontolku dan menempelkannya ke belahan memek Yoyoh, jantungku berdegup kencang, entah apa yang akan terjadi saat kontolku bersentuhan dengan memeknya.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd